Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita kenikmatan

diantaranya nikmat iman, islam, ihsan serta kesehatan. Sehingga, dengan

nikmat-nya alhamdulillah kita masih senantiasa umur oleh Allah SWT.

karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Keluarga Terhadap

Kepribadian Anak” dapat selesai pada waktunya. Salah satu kewajiban sebagai

syarat kelulusan santri Mu’alimin, alhamdulillah atas izin-nya penyusunan

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yadi Suryadi S,pd.I selaku pembimbing utama

2. Budi Rahayudi S.Pd.I selaku pembimbing kedua, dan

3. Rekan-rekan dan semua pihak yang sudah banyak membantu dalam

menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum

sempurna, maka penulis harapkan saran dan kritik yang sangat konstruktif demi

perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya.

Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini benar-benar

bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin,

Bandung, ..... maret 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..

BAB I    PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………….…..

1.2 Rumusan Masalah……………...…………………………………

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………..

1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………..

BAB II   LINGKUNGAN KELUARGA

1. Pengertian Keluarga……………………………………………….

2. Proses Terbentuknya Keluarga…………………………………….

3. Karakteristik Keluarga …………………………………………….

4. Fungsi-Fungsi Keluarga……………………………………………  

BAB III TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN KEPRIBADIAN ANAK

DI LINGKUNGAN KELUARGA

1. Pendidikan di Lingkungan Keluarga…………………………………

A. Pendidikan Agama…………………………………………….

B. Pendidikan Akhlak…………………………………………….

C. Pendidikan Jasmani……………………………………………

D. Pendidikan Sosial…………………………………………….
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan………………………………………………………….

2. Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan

sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-istri).

Berdasarkan asas cinta kasih yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi

penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina

kehidupan kepribadian sang anak. Oleh Ki Hajar Dewantara dikatakan supaya

orang tua (sebagai pendidik) mengabdi kepada anak.

Sebagai lembaga terkecil dalam masyarkat, keluarga memegang peranan

yang sangat luas dalam membina kehidupan dan kepribadian sosial anak.

Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-

lembaga penting sosial dan dalam tingkat yang sangat tinggi; ia berkaitan erat

dengan peradaban, transformasi warisan, dan pertumbuhan serta perkembangan

umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi, keyakinan sopan santun, sifat-

sifat individu dan sosial, ditransfer lewat keluarga kepada generasi-generasi

berikutnya.

Para pakar meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana

jiwa dan raga anak akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk

itulah ia memainkan peran yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan

kepribadian anak dan remaja. Tentu saja pada status sosial dan ekonomi

keluarga di tengah masyarakat, berpengaruh pula pada berpikir dan kebiasaan-


kebiasaan anak. Dengan demikian, berdasarkan bentuk dan cara-cara interaksi

keluarga dan masyarakat, anak akan memperoleh suasana yang lebih baik, atau

sebaliknya akan memperoleh efek yang buruk darinya. Pada tanggal 15 Mei

sebagai Hari Keluarga Sedunia, menekankan pentingnya keluarga sebagai

lembaga masyarkat yang paling mulia dan paling penting dalam membentuk

generasi-generasi beragama, berakhlak mulia, cerdas dan berkepribadian yang

kuat. Keluarga sekaligus merupakan landasan yang kuat dan kokoh untuk

mendidik dan menciptakan anak-anak yang sehat dan kuat.

Dari latar belakang masalah tersebut dapat kita pahami bahwa,

lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam

pembentukan kepribadian anak .Oleh karena itu, penulis memilih judul,

“PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPRIBADIAN

ANAK”. Penulis berharap mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

membantu para orang tua di dalam tugasnya sebagai pendidik dalam keluarga.

B. Rumusan Masalah

A. Rumusan Masalah

B.  Apakah yang disebut dengan lingkungan keluarga itu?

C. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan anak di lingkungan keluarga?

D. Bagaimanakah cara membina kepribadian anak dalam lingkungan

keluarga?

E. Bagaimanakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap kepribadian anak?


 

C.  Tujuan Penulisan

1. Mendapatkan data-data tentang keluarga meliputi pengertian,

karakteristik, proses terbentuknya keluarga, serta fungsi keluarga.

2. Mengetahui proses pelaksanaan pendidikan anak dalam lingkungan

keluarga.

3. Mengetahui cara membina kepribadian anak dalam lingkungan

keluarga.

4. Mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap kepribadian

anak.

 
BAB II

LINGKUNGAN KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Untuk memahami lebih lanjut tentang keluarga maka kita harus

memahami terlebih dahulu tentang pengertian keluarga.

Menurut pandangan sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam yaitu:

1. Dalam arti sempit

Keluarga dalam arti ini hanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak.

Keluarga semacam ini disebut keluarga inti atau keluarga batin (nuclear

family).

2. Dalam arti luas

Keluarga dalam arti ini meliput semua pihak yang ada hubungan

darah atau keturunan. Jadi, bukan hanya terdiri atas ayah, ibu dan anak

tetapi juga meliputi kakek, nenek, paman, bibi, keponakan, dan sebagainya.

Keluarga dalam arti ini bisa disebut keluarga-keluarga besar atau keluarga

luas (extended family), klan ataupun marga.

Menurut Bossard dan Boll ada dua jenis keluarga, dilihat dari

hubungan anak, yaitu :


1. Keluarga kandung atau keluarga biologis (family of procreation) adalah

sebuah keluarga yang mempunyai hubungan darah dengan anak.

Dengan kata lain keluarga ini terdiri atas ayah, ibu, dan anak kandung.

Hubungan dalam keluarga biologis akan berlangsung terus. Hubungan

darah antara anak-ayah-ibu tak mungkin dapat dihapus.

2. Keluarga orientasi (family of orientation) adalah keluarga yang menjadi

tempat bagi anak untuk memperoleh perlindungan, pendidikan, tempat

mengarahkan diri atau berorientasi. Di dalam keluarga orientasi ini terjadi

interaksi antara anggota-anggota keluarga tersebut. Berbeda dengan

keluarga biologis, maka dalam keluarga orientasi hubungan yang terjadi

dapat terputus atau berubah dari waktu ke waktu.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga

merupakan satuan social yang paling dasar dan terkecil di dalam masyarakat.

Keluarga hanya terdiri atas dua orang, yaitu suami dan istri, atau ditambah

dengan adanya anak-anak, baik yang dilahirkan ataupun yang diadopsi.

2. Proses Terbentuknya Keluarga

Pada umumnya terbentuknya sebuah keluarga dimulai dari saling

kenal antara seorang pria dengan seorang wanita. Dari perkenalan

kemudian meningkat menjadi pertemuan-pertemuan yang rutin. Dalam

masa-masa pertemuan itu ada janji-janji yang diucapkan, perjanjian tersebut

kemudian diresmikan dalam sebuah pertunangan dan akhirnya janji-janji itu

dilaksanakan dalam sebuah perkawinan.


Apabila diurutkan tahapan-tahapannya, maka terbentuknya sebuah

keluarga akan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap formatif atau pre-nuptual; yaitu suatu masa persiapan

sebelum dilangsungkannya perkawinan yang ditandai dengan

meningkatnya keintiman antara pria dan wanita, dan disertai dengan

pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan sosial. Tahap ini antara lain

meliputi peminangan (pelamaran) dan pertunangan. Dalam tahap ini

pihak laki-laki memberikan bingkisan kepada pihak wanita berupa

pengikat.

2. Tahap perkawinan atau nuptial-stage; yaitu tahap ketika

dilangsungkannya pernikahan dan sesudah tetapi sebelum

dilahirkannya anak – anak. Tahap ini merupakan awal dari sebuah

keluarga yang sesungguhnya, yaitu kehidupan bersama laki-laki dan

wanita dalam suatu ikatan perkawinan, penciptaan suasana rumah,

pembangkitan pengalaman baru, penciptaan sikap baru, pendirian tempat

tingggal baru dan seterusnya.

3. Tahap pemeliharaan anak-anak atau child rearing stage;

tingkatan ini sesungguhnya merupakan sebuah bangunan keluarga. Ikatan

yang utama pada taham ini adalah anak-anak yang merupakan buah ikatan

perkawinan.

4. Tahap keluarga dewasa atau maturity stage; tahap ini tercapai

ketika dalam suatu keluarga anak-anak yang dilahirkan dan dipelihara

telah mampu berdiri sendiri dan membentuk keluarga baru.


3. Karakteristik Keluarga

Menurut Burgess dan Locke ada empat karakteristik keluarga sebagai

berikut :

1. Keluarga adalah susunan orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan darah, anak atau adopsi. Hasil dari ikatan perkawinan adalah

lahirnya anak-anak, mereka juga merupakan anggota yang mendapatkan

perlindungan, pengakuan serta prestise keluarga.

2. Anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu

atap yang merupakan satu susunan rumah tangga atau “household”.

3. Keluarga merupakan satuan terkecil yang terdiri atas orang-orang

yang berinteraksi dan berkomunikasi sehingga menciptakan peranan sosial

bagi suami, istri, ayah, ibu, putra (anak laki-laki), putri (anak perempuan),

kakak laki-laki, kakak perempuan, adik laki- laki dan adik perempuan.

4. Keluarga adalah memelihara suatu kebudayaan bersama, yang

pada dasarnya diperoleh dari masyarakat. Suatu kebudayaan akan

mempunyai kebudayaan sendiri dan dapat membedakannya dari keluarga

yang lain.

Sebagai bahan perbandingan berikut dikemukakan karekateristik

keluarga yang dikemukakan oleh Robert Mac Iver dan Charles Horton Page,

sebagai berikut :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.


2. Bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan  dengan hubungan perkawinan

yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

3. Mempunyai sistem tata nama (nomenclatur), termasuk perhitungan garis

keturunan.

4. Mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotanya dan

berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

4. Fungsi-Fungsi Keluarga

Keluarga merupakan fokus umum dari pola lembaga sosial. Hampir

dalam setiap masyarakat keluarga merupakan pusat kehidupan secara

individual, dimana di dalamnya terdapat hubungan yang intim dalam derajat

yang tinggi. Terlepas dari persoalan hubungan yang inti ini, keluarga

mempunyai sejumlah fungsi yang sesuai dengan harapan-harapan masyarakat.

Fungsi-fungsi dari keluarga itu adalah meliputi :

A. Fungsi Reproduksi atau Melanjutkan Keturunan

Keluarga merupakan lembaga yang salah satu fungsinya untuk

mempertahankan kelangsungan hidup manusia, melalui fungsi reproduksi.

Dalam suatu masyarakat yang beradab, keluarga merupakan satu-satunya

wahana untuk maksud ini. Berlangsungnya fungsi ini berkaitan erat dengan

aktivitas seksual antara laki-laki (suami) dan wanita (istri). Hanya melalui

keluargalah aktivitas seksual manusia yang merupakan kunci terlaksananya


fungsi melanjutkan keturunan dapat terpenuhi secara tepat, wajar dan teratur dari

segi moral, kultural, sosial, maupun kesehatan dan tentunya sah berdasarkan

hukum adat, hukum agama, dan hukum negara.

B. Fungsi Afeksi atau Kasih Sayang

Anak, terutama pada saat masih kecil, berkomunikasi dengan lingkungan


dan orang tuanya dengan keseluruhan kepribadiannya. Pada saat anak masih
kecil ini, fungsi afeksi atau kasih sayang memegang peranan sangat
penting. Ia dapat merasakan dan menangkap suasana perasaan yang meliputi
orang tuanya apda saat anak berkomunikasi dengan mereka. Dengan kata lain,
anak peka sekali dengan iklim emosional (perasaan) aau afeksional yang
meliputi keluarganya.

Anak membutuhkan kehangatan kasih sayang dari orang tuanya, namun

tidak secara berlebihan ataupun kekurangan. Oleh karena itu, orang tua terutama

ibu, mesti melaksanakan fungsi afeksi ini dengan baik agar jiwa anak tumbuh

dengan sehat. Sebuah suasana keluarga yang hangat, romantis, dan penuh kasih

sayang akan menumbuhkan kepribadian yang baik bagi anak dan dapat

menghindarkan pengaruh psikologis yang tidak baik.

C. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi keluarga sangat penting bagi kehidupan keluarga, karena

merupakan pendukung utama bagi kebutuhan dan kelangsungan keluarga.

Fungsi ekonomi keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaannya serta

penggunaannya. Pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga oleh dan untuk semua

anggota keluarga mempunyai kemungkinan menambah saling pengertian,

solidaritas, dan tanggung jawab bersama dalam keluarga itu. Pemenuhan fungsi
keluarga ini mesti dilakukan secara wajar, artinya tidak kekurangan atau

berlebihan karena dapat membawa pengaruh negatif bagi anggota keluarga itu

sendiri.

D. Fungsi Edukatif atau Pendidikan

Fungsi edukatif atau fungsi pendidikan keluarga merupakan salah satu

tanggung jawab yang paling penting yang dipikul oleh orang tua. Keluarga

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Yang berperan

melaksanakan pendidikan tersebut adalah ayah dan ibunya. Kehidupan keluarga

sehari-hari pada saat-saat tertentu beralih menjadi situasi pendidikan yang

dihayati oleh anak-anaknya.

Dalam lingkungan keluarga anak-anak dididik mulai dari belajar,

berjalan, sikapnya, perilaku keagamaannya, dan pengetahuan serta kemampuan

lainnya. Memang karena sekarang berbagai kemampuan yang harus dikuasai

anak begitu kompleksnya, maka tidak semua hal dapat diajarkan atau dididik

dari orang tua, sehingga anak-anak meski dikirim ke sekolah. Namun demikian

pendidikan di keluarga tetap merupakan dasar atau landasan utama bagi anak

(khususnya dalam pembinaan kepribadian) untuk mengembangkan pendidikan

selanjutnya.

E. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi mempunyai kaitan yan sangat erat dengan fungsi

pendidikan, karena dalam fungsi pendidikan terkandung upaya sosisalisasi, yang


pertama di lingkungan keluarganya. Orang tua mempersiapkan dia untuk

menjadi anggota masyarakat yang baik.

Di lingkungan keluarganya anak dilatih untuk hidup bermasyarakat

dibina dan dikenalkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di

masyarakatnya, sehingga pada masanya anak benar-benar siap terjun di tengah-

tengah masyarakat. Dengan melaksanakan fungsi sosialisasi ini dapat dikatakan

bahwa keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan

kehidupan sosial di masyarakat.

F. Fungsi Religius atau Agama

Keluarga mempunyai fungsi religius. Artinya keluarga berkewajiban

memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada

kehidupan beragama. Untuk melaksanakannya orang tua sebagai tokoh inti

dalam keluarga itu serta anggota lainnya terlebih dahulu haurs menciptakan

iklim atau suasana religus dalam keluarga itu.

Pembinaan rasa keagamaan anak lebih awal akan lebih baik. Di

lingkugan keluargalah pertama-tama anak mesti dibiasakan dalam kehidupan

beragama tersebut. Anak akan mempunyai keyakinan agama dan landasan hidup

yang kuat jika keluarga mampu melaksanakan fungsi religius ini dengan baik.

G. Fungis Protektif atau Perlindungan

Keluarga dapat menjalankan fungsi protektif atau fungsi memberikan

perlindungan bagi seluruh anggota keluarga. Di antara alasan seseorang


melangsungkan perkawinan dan membentuk keluarga adalah untuk

mendapatkan rasa keterjaminan dan keterlindungan hidupnya, baik secara fisik

(jasmani) maupun psikologis (rohani).

Misalnya seorang istri akan merasa hidupnya terjamin dan terlindungi

serta tentram di samping suaminya. Dalam keluarga anak-anak pun terasa

terlindungi oleh kasih sayang kedua orang tuanya. Pendidikan yang diterima

anak pada dasarnya juga bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari

perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan dari hidup yang tersesat. Sosialisasi

yang diterima anak di lingkungan keluarga juga memberikan rasa aman untuk

mampu bergaul dalam lingkungan sosial masyarakatnya. Jadi fungsi

perlindungan dari keluarga terhadap anak meliputi perlindungan lahir dan batin.

H. Fungsi Rekreasi

Fungsi rekreasi ini ini tidak berarti bahwa keluarga seolah-olah harus

berpesta pora atau selalu berekreasi di luar rumah. Rekreasi itu dirasakan orang

apabila ia menghayati suatu suasana yang tenang dan damai, jauh dari

ketegangan batin, segar dan santai serta kepada yang bersangkutan memberikan

perasaan bebas terlepas dari kesibukan sehari-hari.

Fungsi rekreasi sangat penting bagi anggota keluarga, karena dapat

menjamin keseimbangan kepribadian anggota-anggota keluarga, mengurangi

ketegangan perasaan, meningkatkan saling pengertian, memperkokoh kerukunan

dan solidaritas keluarga, meningkatkan rasa kasih sayang dan sebagainya.

I. Fungsi Pengendalian Sosial


Keluarga dapat berperan sebagai agen pengendali sosial (social control)

bagi anggota-anggota, keluarga dapat melakukan upaya preventif (pencegahan)

terhadap anggotanya agar tidak melakukan perilaku menyimpang dari nilai dan

norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga juga dapat melakukan upaya

kuratif, misalnya dengan mengingatkan, menyadarkan ataupun menghukum

anggota keluarganya yang telah melakukan perilaku yang menyimpang atau

melanggar nilai dan norma keluarga maupun masyarakat.

 
BAB III

TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN KEPRIBADIAN ANAK DI

LINGKUNGAN KELUARGA

J. PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KELUARGA

1. Pendidikan Agama

Pendidikan agama termasuk aspek-aspek pendidikan yang harus

mendapat perhatian penuh oleh para pendidik terutama orang tua, pendidikan

agama pada masa anak-anak, seharusnya dilakukan oleh orang tua, yaitu dengan

membiasakannya kepada tingkah laku dan akhlak yang diajarkan oleh agama.

Dalam menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik seperti kejujuran, adil dan

sebagainya, orang tua harus memberikan contoh, karena si anak dalam umur ini

belum dapat mengerti, mereka dapat meniru. Apabila si anak telah terbiasa

menerima perlakuan adil dan dibiasakan pula berbuat adil, maka kaan

tertanamlah rsa keadilan itu dalam jiwanya dan menjadi salah satu unsur kaidah

sosial yang lain, sedikit demi sedikit harus masuk dan dalam pembinnaan mental

si anak.

Pendidikan agama harus diberikan kepada si anak sejak ia kecil, sehingga

nanti kalau ia sudah dewasa akan mudah baginya untuk menerimanya karena

dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu terdapat unsur-unsur


agama. Jika dalam kepribadiannya itu tidak ada nilai-nilai agama, akan

mudahlah orang melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan

jiwanya tanpa mengindahkan kepentingan dan hak-hak orang lain. Ia selalu

didesak oleh keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang pada dasarnya

tidak mengenal batas-batas, hukum-hukum dan norma-norma. Tetapi jika dalam

kerpibadian seseorang terdapat nilai-nilai dan unsur-unsur  agama, maka segala

keinginan dan kebutuhannya akan dipenuhi dengan cara yang tidak melanggar

hukum-hukum dan norma-norma sosial.

Langkah-langkah yang dapat diambil oleh orang tua atau pendidik dalam

pendidikan agama, M. Jameel Zaeno menyatakan yaitu :

1. Melatih anak-anak untuk mengadakan kalimat syahadat dan

menjelaskannya.

2. Menanamkan rasa cinta dan iman kepada Allah dalam hati mereka,

karena Allah adalah pencipta, pemberi rizki dan penolong satu-satunya

tanpa ada sekutu bagi-Nya.

3. Memberi kabar gembira kepada mereka dengan janji sorga bagi orang-

orang yang mengerjakan shalat, puasa, zakat serta berbuat baik terhadap

kedua orang tua. Dan menakuti mereka dengan neraka, bagi orang-orang

yang meninggalkan shalat, mencuri, melawan orang tua, berzina dan

sebagainya.

4. Mengajarkan anak-anak untuk meminta dan memohon pertolongan

hanya kepada Allah semata.


Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan agama bagi anak

sangat penting. Tanpa pendidikan agama yang baik, anak tidak akan mengenal

tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mereka tidak dapat

mewujudkan makna kemanusiaan yang utama, tidak dapat berbuat adil dan

mulia. Dengan pendidikan agama diharapkan anak mempunyai kepribadian yang

baik, menjadi anak yang shalih dan shalihah serta menjadi anak yang berguna

bagi agama dan bangsa.

2. Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama, hampir

sepakat para filosof pendidikan Islam bahwa pendidikan adalah akhlak adalah

jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik

jiwa dan akhlak. Asnelly Ilyas (1995) mengatakan para ahli pendidikan Islam

sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah mencuci otak

anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka tahu, tetapi

maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka dengan menanamkan rasa

fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,

mempersiapkan mereka untuk suatu kehiudpan yang suci seluruhnya, ikhlas dan

jujur. Maka tujuannya utama pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan

pendidikan jiwa.

Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan keimanan kepada

anak-anaknya melalui keluarga. Ahmad Tafsir (1992) menyatakan ada beberapa

prinsip yang sebaiknya diperhatikan oleh orang tua dalam penanaman

iman di hati anak-anaknya di rumah tangga, yaitu :


1. Membina hubungan harmonis dan akrab antara suami dan istri.

2. Membina hubungan harmonis dan akrab antara orang tua dan anak.

3. Mendidik (membiasakan, memberi contoh dan lain-lain) sesuai dengan

tuntunan Islam.

Prof. Dr. Zakiyah Daradjat (1995) mengatakan bahwa pendidikan akhlak

dimulai sejak umur TK dan SD itu sangat penting. Begitu pula pada anak usia 

SMP, perlu diajarkan akhlak, karena pada usia ini anak berada pada masa

peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Kegoncangan timbul, badannya

tinggi, makannya banyak, suara besar, teman pergaulannya meluas termasuk

dengan lawan jenis. Suasana seperti ini penuh dengan kegoncangan-

kegoncangan. Maka para orang tua dan pendidik harus mampu memberi

ketentraman bagi anak dan kelakuan-kelakuan menyimpang perlu ditegur

dengan cara baik supaya tidak merasa tersinggung. Contoh-contoh baik yang

diberikan oleh guru kepada mereka sangat penting.

Jadi pendidikan akhlak atau pembentukan tingkah laku yang baik pada

anak ditanamkan sejak waktu kecil. Karena itu kewajiban bagi orang tua atau

pendidik untuk menanamkan kebiasaan baik kepada anak-anaknya.

Membiasakan sesuatu yang baik dan menghindarkan diri dari sesuatu yang

tercela sehingga tercapai tujuan pokok pendidikan Islam agar manusia (anak)

hidup dalam kesucian, penuh keikhlasan dan dijauhkan dari perbuatan aniaya

atau dengan satu kata dapat disimpulkan hidup dalam fadilah.

3. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah salah satu aspek pendidikan yang penting dan

tidak dapat lepas dari pendidikan yang lain. Bahkan dapat dikatakan bahwa

pendidikan jasmani merupakan salah satu alat utama bagi pendidikan rohani

(pendidikan agama dan akhlak). Pendidikan jasmani disini maksudnya adalah

pendidikan erat kaitannya dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani anak-

anak.

Pendidikan jasmani di samping bertujuan untuk membentuk kepribadian,

juga mempunyai tujuan lain, yaitu :

1. Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti alat-alat

pernafasan, peredaran darah, pencernaan makanan, melatih otot dan urat-

urat saraf, dan melatih kecekatan dan ketangkasan.

2. Memupuk perasaan sosial seperti tolong-menolong dan setia kawan,

yang umumnya dapat dicapai dengan permainan-permainan, rombongan

dan bekerja kelompok.

3. Memupuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa seperti kecerdasan, ingatan,

kemauan dan lain-lain.

K. Pendidikan Sosial

Keluarga mempunyai peranan yang fundamental dalam

menumbuhkembangkan kepekaan sosial anak, perkembangan sosial anak harus

dimulai dari lingkungan keluarga. Yang dimaksud dengan pendidikan sosial

merupakan pendidikan sosial anak sejak dini agar terbiasa melakukan tata krama

sosial yang utama, yang bersumber dari aqidah islamiyah yang abadi dan emosi
keimanan yang mendalam di lingkugan keluarga yang berkelanjutan di

lingkungan masyarakat. Pendidikan sosial merupakan fenomena tingakh laku

yang dapat mendidik guna melakukan segala kewajiban sopan santun dalam

berinteraksi dengan orang lain secara baik yaitu menghormati yang lebih besar

dan menyayangi yang kecil.

Kondisi masyarakat kita bersifat heterogen, tetapi bukan keadaan yang

perlu dihindarkan. Orang tua dan pendidik harus selalu memberikan informasi

kepada anak bahwa perbuatan yang benar akan melahirkan sikap dan yang benar

dan terpuji. Bila lingkungan masyarakat dipandangnya “berbahaya” bagi

perkembangan dan kepribadian dan merusak adat  istiadat serta perilakunya

dalam keluhuran kebaikan akan segera dihindarkan atau dijauhkan dari anak.

Drs. Hasan Basri (1995) sesuai dengan ungkapan lama bahwa usaha

pencegahan lebih baik daripada upaya penyembuhan, inilah yang dituju oleh

anak-anak dan generasi muda.

Pendidikan sosial penting diajarkan atau ditanamkan kepada anak sejak

dini. Diantara pendidikan sosial tersebut adalah perasaan persaudaraan, saling

mencintai, saling menghormati, bekerja sama, saling tolong menolong serta

menjauhi sifat sombong, rendah diri, kasar, fitnah dan sifat-sifat tercela lainnya.

Bila anak mendapat pendidikan yang baik, mereka bisa memilih teman bergaul

yang baik, dan dapat menjauhkan diri dari pengaruh-pengaruh negatif.

 
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satuan

sosial yang paling dasar dan terkecil di dalam masyarakat. Keluarga hanya

terdiri atas dua orang, yaitu suami dan istri, atau ditambah dengan adanya anak-

anak, baik yang dilahirkan ataupun diadopsi. Lingungan keluarga mempunyai

peranan yang sangat penting dan mendasar dalam rangka membentuk

kepribadian anak yang tangguh.

Orang tua dalam mendidik putra-putrinya dalam lingkungan keluarga

dapat memberi contoh, seperti apa yang telah dilakukan oleh Luqman dalam

mendidik anak-anaknya, karena di dalamnya telah mencakup pendidikan agama,

akhlak, jasmani, dan pendidikan sosial. Luqman mendidik anaknya diantaranya

dengan mulai bersyukur kepada Allah dan bijaksana dalam segala hal, kemudian

yang dididik dan dinasehatkan kepada anaknya adalah kebulatan iman kepada

Allah semata, akhlak dan sopan santun terhadap orang tua dan kepada semua

manusia serta taat beribadah.

Pendidikan sosial berdasarkan tuntunan Islam juga harus diajarkan

kepada anak sejak dini, diantaranya rasa persaudaraan, saling mencintai, saling
mengasihi, hormat menghormati, bekerja sama, tolong menolong dan

sebagainya. Bila anak mendapat pendidikan sosial yang baik, mereka dari

pengaruh-pengaruh yang negatif.

Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yang panjang, mulai sejak

dalam kandungan sampai anak berumur lebih kurang 21 tahun. Kepribadian

merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan

perilaku seseorang. Apabila kepribadian seorang anak kuat, maka sikapnya

tegas, tidak mudah terpengaruh oleh bujukan dan faktor-faktor yang datang dari

luar serta ia bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya.

2.   SARAN

Pendidikan di lingkungan keluarga mempunyai peranan yang sangat

penting dan fundamental dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Dengan

pendidikan yang baik, terarah dan berkesinambungan akan menghasilkan

pribadi-pribadi yang kuat, tegas dan bertanggung jawab.

Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya :

1. Orang tua harus membimbing anak dalam belajar, kalau berhasil berilah

hadiah atau pujian dan bila lengah berilah teguran sehingga anak merasa

diperhatikan.

2. Arahkan anak dalam memilih pergaulan jangan sampai salah memilih

pergaulan.

3. Didiklah anak seperti apa yang telah dilakukan oleh Luqman, meliputi

pendidikan agama, akhlak, jasmani, dan pendidikan sosial.


4. Orang tua hendaknya membantu anak dalam perkembangan

kepribadiannya, arahkanlah pada hal-hal yang positif sehingga anak

mempunyai kepribadian yang cakap, kuat, tegas, dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan setiap perkembangan

atau perubahan yang ada pada diri anak. Sebab bila anak mempunyai

kepribadian lemah, maka ia akan mudah terombang-ambing oleh berbagai faktor

dan pengaruh dari luar.


DAFTAR PUSTAKA

Kartini Kartono, Dr. “Psikologi Anak (Psikolog Perkembangan), Bandung”,

Bandar Maju. 1990.

F. J. Monks. Prof. Dr. Dkk. “Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam

Berbagai Bagiannya”, Yogyakarta, Gaja Mada University Press, 1992.

M. Ali Hasan. Drs. “Tuntunan Akhlak”, Jakarta, Bulan Bintang, 1978.

Zakiyah Darajat, Dr. “Kesehatan Mental”, Jakarta, Gunung Agung, 1975.

Abdul Azis Ahyadi. H. Drs. “Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila”,

Bandung, Sinar Baru, 1991.

Tim Dosen FIP IKIP Malang, “Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan”, Surabaya,

Usaha Nasional, 1987.

Hasan Basri, Drs. “ Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologis dan Agama”

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995.

BP4 Pusat, Perkawinan dan Keluarga (Majalah Bulanan) No. 411 Tahun 2006.

BP4 Pusat, Perkawinan dan Keluarga (Majalah Bulanan) No. 412 Tahun 2006.

Taufiq Rahman Dhohiri, Drs. Dkk. “Sosiologi”, Jakarta, Yudistira, 2002.

Bunyamin Maftuh, Drs. MPd dan Yadi Ruyadi, Drs. “Sosiologi I”, Bandung,

GANECA, 1996.

Anda mungkin juga menyukai