Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia teknologi saat ini makin pesat ke arah serba digital.

Era digital telah membuat manusia memasuki gaya hidup baru yang tidak bisa

dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang

membantu kebutuhan manusia. Dengan teknologi, apapun dapat dilakukan

dengan lebih mudah.

Perkembangan teknologi yang semakin maju juga membawa perubahan

terhadap pola hidup masyarakat. Salah satu yang paling utama adalah

kebutuhan akan kepraktisan. Masyarakat sebagai konsumen menjadi

cenderung ingin serba praktis dan cepat. Hal inilah yang menjadikan seluruh

lini bisnis berevolusi ke ranah digital untuk merangkul pasarnya secara lebih

cepat dan dekat. Banyak para pelaku bisnis yang menggunakan internet untuk

melakukan promosi maupun perdagangannya. Dalam konteks bisnis, internet

membawa dampak transformasional yang menciptakan paradigma baru dalam

berbisnis, berupa digital marketing atau disebut pula e-marketing. Internetisasi

dalam hal ini mengacu pada proses sebuah perusahaan terlibat dalam

aktivitas-aktivitas bisnis secara elektronik (e-commerce, e-marketing, e-

business.) (Fandy Tjiptono, 2012:214).


E-commerce didefinisikan sebagai penggunaan alat elektronik dan

kerangka dasar elektronik untuk melaksanakan bisnis perusahaan. E-

commerce ini memungkinkan perusahaan untuk bertransaksi dan

memfasilitasi penjualan produk dan jasa secara online (Kotler dan

Keller,2008:132). Sedangkan Laudon, dkk. (2012) mendefinsikan e-

commerce sebagai penggunaan internet atau website untuk transaksi dengan

diiringi dengan penggunaan alat elektronik lainnya. Dari dua definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa e-commerce merupakan kegiatan transaksi yang

dapat dilakukan oleh konsumen dengan perangkat elektronik dan terhubung

dengan internet.

Keberhasilan e-commerce tidak hanya berada pada sektor produk, sektor

jasa pun turut meramaikan dunia e-commerce. Salah satunya adalah jasa

online travel agent. Kehadiran online travel agent sudah pasti memudahkan

semua orang. Bisnis online travel berkembang pesat, hingga tahun 2017

pembelian produk jasa travel mencapai 35% atau yang tertinggi dibanding

produk jasa lainnya (sumber : siaranpers Tiket.com).

Populasi generasi muda di Indonesia dengan umur di bawah 31 tahun

mencapai sekitar 51% dari total populasi yang ada. (sumber: siaranpers 6

Tiket.com) Hal inilah yang dimanfaatkan para pelaku bisnis, terlebih generasi

milenial memiliki aspirasi pada travel cukup tinggi, untuk membayar sebuah

pengalaman mereka rela mengeluarkan uang rata Rp 30 juta per tahun

(sumber : siaranpers Tiket.com). Mencari pengalaman baru, menjelajah suatu

daerah atau tempat bersama teman, belajar hal baru. Online travel agent bisa
memberikan pengalaman baru yang menyenangkan, mudah dan nyaman dan

pada akhirnya bisa memberikan kontribusi pada popularitas destinasi wisata

Indonesia.

Keberhasilan online travel agent sebagai e-commerce tidak luput dari

peran konsumen dalam melakukan pembelian. Keputusan Pembelian menurut

(Kotler, 2002:180) merupakan proses yang dilalui konsumen dalam

menentukan pilihan tentang jasa yang akan dibeli atau tidak. Pengambilan

keputusan sendiri terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,

evaluasi alternative sebelum pembelian, pembelian, konsumsi dan evaluasi

sesudah pembelian. Selain itu dalam keputusan pembelian dipengaruhi juga

oleh beberapa faktor baik itu yang berasal dari dalam diri konsumen maupun

dari luar konsumen itu sendiri.

Seiring berkembangnya jaman, persaingan e-commerce dalam bidang

online travel agent begitu ketat. Begitupula salah satu platform e-commerce di

sektor jasa yakni PT. Global Tiket Network yang lebih dikenal dengan

Tiket.com. Tiket.com merupakan sebuah situs dengan fitur booking dan

ticketing online pertama di Indonesia. Tiket.com mengusung jenis bisnis

Business to Consumers (B2C), yaitu jenis bisnis yang dilakukan antara pelaku

bisnis dengan konsumen, seperti antara produsen yang menjual dan

menawarkan produknya ke konsumen umum secara online. Disini pihak

produsen akan melakukan bisnis dengan menjual dan memasarkan produknya

ke konsumen tanpa adanya feedback dari konsumen untuk melakukan bisnis

kembali kepada pihak produsen, yang artinya produsen hanya menjual atau
memasarkan produk ataupun jasanya dan pihak konsumen hanya sebagai

pemakai atau pembeli.

Sejak awal berdirinya perusahaan Tiket.com, perusahaan ini bertujuan

untuk memudahkan para calon konsumen untuk beli tiket lewat internet,

secepat mungkin dan semudah mungkin supaya semua orang bisa

memakainya dan menghemat waktunya. Untuk mencari tiket penerbangan,

user hanya membuka website Tiket.com dan memasukkan informasi dari kota

asal ke kota yang dituju, kurang dari semenit muncul lah daftar penerbangan

dari berbagai airlines.

Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada Senin 2

Maret 2020. Pandemi Covid-19 telah melemahkan hampir seluruh aktivitas

ekonomi, salah satunya adalah Online Travel Agent (OTA) pada sektor

pariwisata. Dimana kebijakan pemerintah untuk menerapkan physical

distancing hingga work from home di Indonesia membuat aktivitas

masyarakat berkurang apalagi kegiatan diluar ruangan. Hal ini berimbas pada

OTA karena pemerintah telah membatasi perjalanan jauh masyarakat. Dalam

paper ini, dijelaskan bagaimana startup OTA menanggapi tantangan pandemi

Covid-19 ini serta kaitannya dengan Managing Digital Organization sehingga

tidak mengecewakan para customernya.

Organisasi WHO telah menetapkan covid-19 sebagai penyakit baru yang

belum dikenali dan menjangkit seluruh dunia. Karena covid-19 merupakan

penyakit baru, maka vaksin untuk penyakit ini masih dalam tahap

pengembangan dan masih pada tahap uji coba. Oleh karena itu, karena belum
adanya vaksin yang dapat mengobati penyakit ini, kita harus melindungi diri

dan mencegah penyebaran penyakit. Dalam upaya menangani wabah covid-19

yang semakin meluas, WHO dan pemerintah menganjurkan masyarakat untuk

menerapkan physical distancing guna memutus mata rantai penyebaran covid-

19. Bentuk physical distancing yang diterapkan antara lain menjauhi

keramaian, menjaga jarak dengan orang lain dan bekerja dirumah jika

memungkinkan. physical distancing memanfaatkan internet sebagai sarana

untuk masyarakat melakukan aktivitasnya, sehingga masyarakat tidak perlu

berinteraksi dengan orang lain tanpa harus bertemu tatap muka.

Physical distancing tentu memiliki dampak yang sangat besar kepada

aktivitas sehari hari. Hal yang sangat nampak terlihat pada sektor pariwisata,

sejak adanya intruksi physical distancing, sektor pariwisata menjadi melemah

dan mengalami penurunan yang drastis. Wishnutama sebagai Meparekraf

menyatakan bahwa segala kegiatan di dalam dan di luar ruangan di semua

sektor yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatif ditunda sementara waktu

demi mengurangu penyebaran covid-19 dalam live streaming press statement

‘Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Tengah Wabah Covid-19’, Senin

(23/3/2020). Dari pernyataan tersebut, sektor pariwisata akan kehilangan

wisatawan karena penundaan atau pembatalan rencana perjalanan dan lebih

memilih untuk mengurangi aktifitas diluar ruangan atau hanya dirumah saja.

Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah kunjungan wisatawan luar negeri yang

datang ke Indonesia pada Februari 2020 menurun 28,9% dibandingkan pada

Februari 2019.
Hal ini tentu berdampak juga terhadap Online Travel Agent (OTA).

Kontribusi OTA dalam ekonomi pariwisata Indonesia menunjukan transaksi

tiket online yang diperkirakan mencapai Rp 125 triliun pada tahun 2018

(Sumber: databoks.katadata.co.id). Startup OTA seperti Tiket.com terkena

imbas. Tiket.com, mereka mengatakan penjualan untuk layanan internasional

anjlok sebesar 52% dari Januari 2020 hingga Februari 2020, ujar Senior

Public Relations Executive Tiket.com, Yosi Marhayati kepada katadata.co.id,

Jumat (13/3).

Anda mungkin juga menyukai