Anda di halaman 1dari 20

Foto 3x4 cm

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG


ILMU PERTANIAN DAN BIOSISTEM
“Praktikum Lapang Stasiun Klimatologi”

Disusun oleh:
NAMA : NATHASA ANGGRAENI
NIM : 195100201111021
KELOMPOK : U-4

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stasiun Klimatologi merupakan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Stasiun ini merupakan stasiun dimana observasinya digunakan
untuk tujuan klimatologi, seperti kepentingan analisis variabilitas iklim dan perubahan iklim. Jaringan
stasiun klimatologi di suatu negara harus dapat menggambarkan ragam wilayah di negara tersebut seperti
pegunungan, dataran, pantai, pulau ataupun dataran tinggi. Stasiun klimatologi harus terletak di suatu
tempat yang  memungkinkan untuk beroperasi minimal 10 tahun dengan kondisi lingkungan disekitarnya
tidak berubah dalam jangka panjang. Dalam melaksanakan tugas, stasiun klimatologi menyelenggarakan
fungsi pengamatan klimatologi, pengelolaan data, pelayanan informasi dan jasa, pemeliharaan alat
klimatologi, koordinasi/kerjasama dan pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan stasiun.
Klimatologi atau Ilmu cuaca adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala cuaca
yang mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi. Perbedaan iklim
begitu besar yang memberikan pengaruh yang luas terhadap manusia untuk menduduki dan mengelola
bumi. Iklim bergantung kepada hubungan yang kompleks. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi iklim
yaitu suhu, curah hujan, dan angin. Cuaca dan iklim akan selalu mempengaruhi kehidupan manusia untuk
melaksanakan perkerjaan dan keadaan cuaca yang baik akan sangat berpengaruh.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis alat stasiun klimatologi yang umum digunakan
2. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip kerja dan fungsi masing-masing alat di stasiun
klimatologi
3. Mahasiswa mampu mengetahui aplikasi dari lat-alat di stasiun klimatologi dalam bidang
teknik pertanian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lysimeter
Lysimeters juga dapat didefinisikan sebagai kontainer tanah dengan volume dan kedalaman tertentu,
yang diisi dengan tanah terganggu atau tidak terganggu, yang dilengkapi dengan perangkat yang
terhubung dan digunakan untuk mengumpulkan air rembesan (drainase) yang terkumpul di bagian.
Lisimeter memanfaatkan wadah berukuran besar yang berada lebih rendah dari permukaan tanah di
sekitarnya dan menampung sejumlah besar tanah serta vegetasi di atasnya. Tanah beserta vegetasinya
ditimbang. Ketika digunakan sebagai simulasi pada usaha pertanian, maka volume air yang diberikan pada
tanaman pertanian harus dicatat. (Adha. F dkk, 2016).
Pengukuran evapotranspirasi potensial (ETp) dapat dihasilkan secara langsung menggunakan
lysimeter. Lysimeter yang digunakan untuk mengukur ETp harus selalu dalam kapasitas lapang karena
syarat dalam pengukuran ETp adalah kelembaban tinggi. Pengairan secara berkala membuat tanah dalam
lysimeter selalu dalam keadaan kapasitas lapang. Selain itu, penutup tajuk harus tanaman pendek dan
tertutup seluruhnya agar laju kehilangan air menjadi maksimum. Pengukuran ETp menggunakan
Lysimeter hanya sedikit di Indonesia karena jumlah lysimeter yang tersedia hanya terdapat di beberapa
stasiun BMKG. Pemasangan Lysimeter bersifat permanen dan membutuhkan biaya yang besar dalam
penggunaannya (Herzegovina. I, 2016).

(Herzegovina. I, 2016).

2.2 Panci Penguapan (Open Pan Evaporimeter)


Stasiun meteorologi kelas I masih banyak menggunakan panci penguapan kelas A sebagai alat ukur
penguapan. Panci penguapan sendiri yaitu wadah untuk menempatkan air yang nantinya akan diukur
jumlah pengurangannya sebagai indikasi jumlah penguapan yang terjadi dalam satu hari. Panci
penguapan kelas A juga masih digunakan di semua BMKG di Indonesia, alas an masih digunakannya
karena untuk penelitian dalami mencoba menganalisis pengukuran penguapan dari sisi prinsip kerjanya.
Peristiwa air atau es menjadi uap dan naik ke udara disebut penguapan dan berlangsung tidak berhenti dari
permukaan air, permukaan tanah, padang rumput, persawahan, hutan dan lain-lain (Gani. I. D dkk, 2019).
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci,
makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya  terjadi pada permukaan danau,
waduk, sungai dan lain-lainnya.. Pondasi/ alas pondasi atau alas yang digunakan yaitu papan. Hal ini
dikarenakan dengan menggunakan papan panci penguapan ini akan rata dan tidak berhubungan langsung
dengan panas bumi dari tanah. Dalam panci penguapan terbuka terdapat hook gauge yang berfungsi
mengukur tinggi permukaan air dan termometer air untuk mengukur suhu air. Kadar penguapan tidak
dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu maka prinsip kerja evaporimeter menggunakan perubahan
tinggi air dalam panci. Air dalam panci mengibaratkan jumlah penguapan udara yang terjadi dalam area
1m² Karena evaporimeter adalah alat yang mengukur kadar penguapan yang terjadi selama 24 jam, maka
pengamatan penguapan menggunakan evaporimeter, khususnya dengan evaporimeter panci terbuka
dilakukan satu kali sehari (Jati, 2013).

(Jati, 2013)
2.3 Penakar Hujan Otomatis (Hellman)
Menurut (Petonengan, 2016) penakar hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan. Salah satu
yang digunakan sekarang yaitu penakar hujan jenis Hellman. Alat ini termasuk jenis alat penakar hujan
recording atau alat yang dapat mencatat sendiri. Alat ini digunakan untuk mengukur hujan secara kontinyu
sehingga dapat diketahui intensitas hujan dan lama waktu hujan .
Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung tempat
pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat. Pada tangkai pelampung
terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada
pias yang ditakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air
dalam tabung hamper penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau
melewati puncak lengkungan selang gelas, maka berdasarkan sistem siphon otomatis , air dalam tabung
akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung. Bersamaan dengan keluarnya air, tangki
pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Jika hujan masih
terus-menerus turun, maka pelampung akan naik kembali seperti diatas. Dengan demikian jumlah curah
hujan dapat dihitung atau ditentukan dengan menghitung garis-garis vertical (Muliantara. A dkk, 2015).

(Muliantara. A dkk, 2015)..


2.4 Penakar Hujan (Observasi)
Panakar hujan Onservatorium merupakan penakar hujan non-recording atau tidak dapat mencatat
sendiri alias harus diukur secara manual. Penakar hujan OBS digunakan untuk mengukur jumlah curah
hujan yang jatuh dan masuk kedalam corong penakar curah hujan tersebut dalam periode waktu 24 jam.
Pada penakar hujan tipe Observasi prinsip kerjanya yaitu menampung air hujan pada sebuah
penampungan air dan terdapat kran yang berfungsi untuk mengeluarkan air hujan yang tertampung pada
penampungan air tersebut. Pada setiap jam pengukuran yaitu pukul 07.00 (GMT 00.00) petugas menakar
air hujan yang telah tertampung pada gelas ukur yang memiliki satuan mm. Sehingga didapatkan nilai
curah hujan pada hari tersebut (Permana. R. G dkk, 2015).
Penakar hujan tipe observatorium (Obs) atau sering disebut ombrometer dengan mulut penakar seluas
100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah. Cara kerja yang
diterapkan yaitu saat terjadi hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar. Air yang masuk
dalam penakar dialirkan dan terkumpul di dalam tabung penampung. Pada jam-jam pengamatan air hujan
yang tertampung diukur dengan menggunakan gelas ukur. Apabila jumlah curah hujan yang tertampung
jumlahnya melebihi kapasitas ukur gelas ukur, maka pengukuran dilakukan beberapa kali hingga air hujan
yang tertampung dapat terukur semua sampai benar-benar kering. Untuk pemasangan Penakar curah hujan
jenis ini disarankan untuk menempatkan corong diketinggian 125cm dari permukaan tanah untuk
menghindari cipratan air dari tanah dan diletakkan ditempat yang benar-benar jauh dari pepohonan
ataupun benda yang lebih tinggi dari corong untuk menhindari cipratan air hujan dari benda lain
disekitarnya (Wahdianty. R dkk, 2016).

(Permana. R. G dkk, 2015).

2.5 Psycrometer Standar


Psychrometer adalah perangkat untuk mengukur kelembaban relatif udara. Komparasi sensor
kelembaban pada bagian ini dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran sensor dengan alat standar
psychrometer yakni termometer bola kering dan thermometer bola basah. Themometer bola basah dan
bola kering ini berfungsi untuk menentukan kelembaban udara, suhu udara, dan titik embun. Sedangkan,
suhu udara dapat dibaca pada thermometer bola kering, penguapan air dari kain kasa basah menyebabkan
suhu bola basah lebih rendah dari pada suhu bola kering (Purba dan Sutanto, 2015).
Termometer yang lazim digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer bola kering. Sensor
panas (bulb) Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu dijaga dalam kondisi kering maka
termometernya disebut sebagai termometer bola kering. Hasil pengukuran suhu dengan alat ini disebut
sebagai suhu bolakering. Suhu dikatakan pada keadaan biasa apabila ukuran suhu tersebut tidak diberi
penjelasan khusus maka dianggap sebagai ukuran bola kering, contoh : 200C bola kering atau cukup
dengan : 200C, bila sensor panas (bulb) termometer yang digunakan sengaja dikondisikan menjadi basah,
yaitu sengaja ditutup oleh kain yang higroskopis maka ukuran suhu yang diperoleh disebut sebagai ukuran
suhu bola basah. (Munir. M, 2011).

(Purba dan Sutanto, 2015).

2.6 Thermometer Apung Maksimum dan Minimum

Thermometer Maksimum berfungsi untuk mengukur suhu udara maksimum. Cairan yang digunakan
padathermometer maksimum ini adalah air raksa yang digunakan untuk pengukuran suhu melalui rektal,
oral dan aksila. Thermometer ini dipasang dengan kemiringan 2º secara horizontal didalam
sangkarmeteorologi. Prinsip kerja thermometer ini,yaitu jika suhu udara naik ,maka air raksa dalam bola
akanmemuai mendorong cairan airraksa keluar melalui pipa yangmenyempit, suhu udara terusnaik sampai
mencapai nilaimaksimum. Jika suhu udaraturun, cairan air raksa dalambola akan menyusut sehinggaalur
air raksa dalam pipa kapiler terputus, namun ujung air raksa tetap menunjukkannilai skala yang
maksimum (Wartono. M dkk, 2018).
Thermometer Minimum  berfungsi untuk mengukur suhu terendah/minimum pada suatu periode
pengamatan. Cairan yang digunakan pada thermometer ini adalah alcohol dan memiliki berbagai
kelemahan diantaranya pipa kapiler mudah pecah, raksa bersifat racun, sehingga berbahaya. Pada pipa
kapiler berisikan indeks (batang kaca kecil). Thermometer ini dipasang secara  horizontal  didalam
sangkar meteorologi. Prinsip kerja thermometer ini, yaitu  jika  suhu turun, alkohol akan menyusut dan
permukaan alkohol akan menarik indeks ke arah skala lebih kecil,sebaliknya jika suhu naik, permukaan
alkohol akan naik sedangkan indeks tetap tertinggal menunjukkan  skala yang terendah yang dicapai suhu
udara. Karena thermometer yang paling sering digunakan adalah thermometer cair, maka kali ini akan kita
bahas cara memakai thermometer cair. Pertama, tempelkan benda yang akan kita ukur dengan ujung
thermometer yang berisi cairan thermometer. Jika kita akan mengukur suhu udara,sebagai contoh, cukup
letakkan thermometer pada ruangan yang terlindung dari sinar matahari langsung.Kemudian perhatikan
gerakan zat cair dalam thermometer. Tunggu beberapa saat sampai cairan berhenti bergerak. Bacalah
besaran skala yang terlihat tepat tegak lurus dengan thermometer (Riyadi dkk, 2015).

(Wartono. M dkk, 2018).

2.7 Theodolite
Pengukuran wilayah dalam skala luas dibutuhkan peralatan yang dapat menjangkau jarak tersebut.
Theodolite merupakan alat pengukuran luas untuk menentukan sudut yang dibentuk antara dua titik pada
saat pengukuran. Titik koordinat dalam suatu wilayah dapat diperoleh dengan bantuan theodolite.
Penggunaan theodolite memungkinkan untuk berpindah tepat guna mendapatkan data yang akurat.
Theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan
matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala
arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku
pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu
bangunan bertingkat (Tribhuwana, A., 2018).
Tempatkan alat ukur theodolite di atas titik kerangka dasar atau titik kerangka penolong dan atur
sehingga alat siap untuk pengukuran,ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini.Dirikan rambu di atas titik
bidik dan tegakkan rambu dengan bantuan nivo kotak.Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga
bayangan tegak garis diafragma berimpit dengan garis tengah rambu.Kemudian kencangkan kunci
gerakan mendatar teropong. Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas.Setelah jarum
setimbang tidak bergerak,baca dan catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik bidik.Kencangkan
kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan benang tengah,atas dan bawah serta cata dalam
buku ukur.Bila memungkinkan,atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat,sehingga
beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara titik kerangka tempat berdiri alat dan titik
detil yang dibidik (Wardhana, Y., 2015).

(Wardhana, Y., 2015).


2.8 Campbell Stokes
Campbell Stokes merupakan alat yang paling umum digunakan di Indonesia. Alat yang bekerja
dengan cara memfokuskan sinar matahari ini merupakan alat yang sangat mudah pengoperasiannya dan
hanya memerlukan pengawasan secara harian oleh seorang operator yang telah dilatih. Hasil pengukuran
lama penyinaran matahari dapat dikaitkan dengan banyak unsur-unsur cuaca dan iklim lainnya, termasuk
polusi udara dan kekeruhan atmosfer, sehingga pengukuran lama penyinaran matahari menjadi penting.
Campbell Stokes memiliki 2 komponen utama, yaitu bola kaca berdiameter 10 cm yang berfungsi sebagai
lensa cembung, dan kertas pias. Bola kaca akan mengumpulkan cahaya matahari pada titik fokusnya, dan
pada titik fokusnya terdapat sebuah lempengan baja dengan ukuran lebar kira-kira 10 cm tempat
meletakkan kertas pias (Hamdi, S., 2014).
Campbell stokes menghasilkan data yang relatif kasar dikarenakan kemampuan perkiraan pengamat
dalam menafsirkan panjang bekas penyinaran kartu pias. Masalah yang sering dihadapi oleh para
pengamat dalam menafsirkan lama penyinaran matahari adalah bekas penyinaran yang terekam pada kartu
pias tidak selalu membentuk garis lurus yang mudah dihitung. Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat
dengan jalan memusatkan sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut
tepatmengenai pias yang khusus  dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias.
Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan
sinar matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada
kerangka cekung yang konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika
matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias terbakar yang tak
terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka jejak di piaspun akan terputus-putus. Dengan
menjumlahkan waktu dari bagian-bagian terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran
matahari (Pujiastuti, A., dan A. Harjoko., 2016).

(Hamdi, S., 2014).


2.9 Thermometer bola kering dan Thermometer bola basah
2.10 Cup counter anemometer
Alat ukur kelajuan dan arah angin yang umum digunakan pada stasiun pengamat cuaca adalah
Anemometer jenis Cup Counter. Alat ini menerapkan metode mekanik dalam pengukurannya. Secara
umum, Anemometer jenis Cup Counter adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju angin dengan
tiga buah cup sebagai sensor yang dihubungkan oleh lengan ke couter. Prinsip kerja alat ini yaitu apabila
angin bertiup maka rotor berputar pada arah tetap disebabkan karena seluruh cup menghadap ke satu arah
melingkar. Perputaran sumbu sistem Cup dihubungkan secara mekanik dengan generator sinyal sebagai
pencatatan sinyal. Besarnya tahanan akan berubah-ubah seiring dengan perubahan bendera arah penunjuk
angin. Arus listrik yang tetap dialirkan melalui tahanan geser tersebut, setelah melalui tahanan tersebut
otomatis besarnya arus listrik akan berubah dan diconvert ke derajat arah angin/mata angin (Yanti, N dkk.,
2015).
Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga dikenal adanya profil
angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat
ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa prinsip kerja dari alat pengukur kecepatan angin yang biasa
digunakan, cukup sederhana yaitu cup yang berjumlah tiga buah berputar pada suatu tiang yang
dihubungkan dengan counter. Dengan mengetahui prinsip yang sederhana tersebut kita dapat
mengembangkan alat ini, yaitu dengan merancang alat pengukur kecepatan angin dari bahan-bahan yang
mudah didapat (Jumini, S., dan L. Holifah, 2014).

(Yanti, N dkk., 2015).


BAB III PEMBAHASAN (Pilih 5 alat klimatologi dari BAB II yang berkaitan dengan pertanian, minimal
2 sitasi tiap point)
3.1 Lysimeter
Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Pengaruh kelembaban
relatif terhadap Produksi Tanaman secara langsung mempengaruhi hubungan air tanaman dan secara tidak
langsung mempengaruhi pertumbuhan daun, fotosintesis, penyerbukan, terjadinya penyakit dan hasil
akhirnya ekonomi. Dalam mengetahui kebutuhan air suatu tanaman dalam pertanian contoh nya pada
kedelai dengan cara mengukur evapotranspirasi tanaman kedelai varietas local secara langsung dengan
menggunakan Lysimeter. Lysimeter digunakan untuk mengukur evapotranspirasi tanaman (ETc) varietas
Tanggamus dengan jarak tanam 20 x 30 cm dan yang satu petak ditanami rumput sebagai evapotranspirasi
standar (potensial) dan satu set ombrometer yang digunakan untuk mengukur curah hujan (Yuliawati dkk,
2014).
Evapotranspirasi dipengaruhi banyak faktor sehingga pengukurannya secara langsung tidak
mudah, karena itu dikembangkan banyak model pendugaan untuk mengatasi hal tersebut Laju
evapotranspirasi dapat dihitung dan diestimasi dengan berbagai metode atau dapat juga diukur secara
langsung. Dalam hal ini lysimeters didefinisikan sebagai kontainer tanah dengan
volume dan kedalaman tertentu, yang diisi dengan tanah terganggu atau tidak terganggu, yang dipasang
perangkat yang terhubung dan digunakan untuk mengumpulkan air rembesan yang terkumpul di bagian
bawah lysimeter. Pada lysimeter jumlah air yang masuk dan air keluar dapat diukur. Karena vegetasi yang
ditanam dan tanah untuk menanam terkurung dalam lysimeter, maka air yang masuk dapat diukur dari
curah hujan dan air yang ditambahkan (air irigasi), sedangkan air yang keluar adalah air perkolasi (Adha
F, 2016).

3.2
3.3
3.4
3.5

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN LITERATUR

Note : Font : Times New Roman, 11


Margin : 3,2,2 -- Justify
Spasi : 1.5
- Pengerjaan secara individu
- Pengumpulan 1 minggu mulai dari tugas ini diterima oleh praktikan (Kamis, 14 Mei,
2020) Jam 23.59 WIB
- Penentuan asisten akan di informasikan 6 jam sebelum pengumpulan
- Peraraturan di TC awal tetap berlaku
- Laporan harus berbentuk PDF, dengan format pengumpulan laporan
(Kelompok_NIM_Nama_Materi) ke masing masing asisten

Anda mungkin juga menyukai