Anda di halaman 1dari 42

MODUL FISIOLOGI

OSTEOLOGI

Disusun Oleh:

1. Ahmad Hisyam (P27227019131)


2. Daksa Naufal (P27227019139)
3. Nabiilah Aulia Dhiya’ulhaq (P27227019157)
4. Rayseta Galuh Probosari (P27227019165)

PRODI D-IV ORTOTIK PROSTETIK

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
modul dari mata kuliah Fisiologi dengan judul “Osteologi”.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu masukan dan saran yang
membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pengembangan proses pembelajaran pada
Poltekkes Kemenkes Surakarta.

Colomadu, 26 Agustus 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Klasifikasi Tulang Pada Manusia ................................................................................ 3
2.2 Histologi Tulang Pada Manusia ................................................................................ 20
2.3 Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang .................................................................. 30
2.4 Sifat Dinamis Tulang ................................................................................................ 37
2.5 Gangguan Pada Tulang ............................................................................................. 46
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN….............................................................................. 48
3.1 Kesimpulan…............................................................................................................. 48
3.2 Saran …....................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA …........................................................................................................... 49
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
 
Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Osteologi berasal
dari kata os dari bahasa latin dan osteon dari bahasa yunani yang artinya adalah tulang. Tulang
merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu indvidu yang mulai tumbuh dan berkembang
sejak embrio. System tulang merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm
pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau
ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau kelompok yang disebut
dengan “kerangka”, dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan ( coliosis)
dan ligament.

Pada vertebrata, skeleton tersusun atar kartilago, tulang, dan kombinasi keduanya.
Skeleton mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai pengungkit dan memperkuat penyokong,
gerak dan prehensi selain itu sebagai pelindung, memberikan kekerasan dan bentuk tubuh,
sebagai pengungkit, cadangan mineral dan memberikan fasilitas untuk pembentukan darah.

Pertumbuhan tulang secara lengkap akan terbentuk pada umur kurang dari 30 tahun.
Setelah itu dapat juga terjadi perubahan yang disebut dengan remodeling. Tulang merupakan
reservoir terbesar dari kalsium dan phosphate 99% kalsium terdapat pada tulang (1000 gram)
dari jumlah kalsium tubuh, sedangkan phosphate dalam tulang mencapai 90% fari phosphate
dalam tubuh.

Dari segi bentuk, tulang dibedakan menjadi, tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek.
Menurut letaknya tulang juga dibagi menjadi 2 yaitu, tulag tengkorak dan tulang badan. Itulah
sebabnya kita perlu mempelajari penyakit-penyakit yang nantinya akan mempengaruhi kinerja
pada tulang.

1. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari osteology ?
2. Apakah fungsi dari tulang ?
3. Bagaimana struktur tulang manusia ?
4. Apa saja penyakit pada tulang manusia ?
5. Apakah penyebab dari penyakit tulang pada manusia serta bagaimana cara
menanggulanginya ?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian, fungsi, dan susunan tulang pada manusia.
 Untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat terjadi pada manusia, secara penyebab
dan cara menanggulanginya.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN TULANG
Tulang merupakan  jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks ekstraselular.
Matriks tulang yaitu bagian terkeras yang terletak dilapisan luar tulang, yang disebabkan oleh
pengendapan mineral dalam matriks, sehingga tulang pun mengalami sebuah kalsifikasi Didalam
tubuh manusia juga terdapat yang namanya tulang rawan (cartilago), yakni jaringan ikat yang
memiliki kemampuan meregang, membentuk penyokong yang kuat bagi jaringan lunak,
memberikan kelenturan, dan sangat tahan terhadap tekanan.

Contohnya tulang pada paha ayam, dikedua bagian pada ujungnya itu adalah tulang
rawan, sedangkan bagian yang terletak diantara keduanya ataupun bagian yang paling keras
disebut dengan tulang.

Anatomi Tulang Pada Manusia

Susunan kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang-tulang yang banyaknya kira-
kira 206 buah tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan yang terdiri dari tulang kepala
yang berbentuk tengkorak (8 buah); tulang wajah (14 buah); tulang telinga dalam (6 buah);
tulang lidah (1 buah); tulang yang membentuk kerangka dada (25 buah); tulang yang membentuk
tulang belakang dan gelang pinggul (26 buah); tulang anggota yang membentuk lengan (anggota
gerak atas) (64 buah); tulang yang membentuk kaki (anggota gerak bawah) (62 buah).

Bagian-bagian yang sering terdapat pada tulang :

1. Foramen, suatu lubang tempat pembuluh darah, saraf, dan ligamentum (misalnya pada
tulang kepala belakang yang disebut foramen oksipital).
2. Fosa, suatu lekukan didalam atau pada permukaan tulang (misalnya pada colios yang
disebut fosa supraskapula).
3. Prosesus, suatu tonjolan atau taju (misalnya terdapat pada ruas tulang belakang yang
disebut prosesus spinosus).
4. Kondilus taju yang bentuknya bundar merupakan benjolan.
5. Tuberkulum : tonjolan kecil.
6. Tuberositas : tonjolan besar.
7. Trokanter : tonjolan besar, pada umumnya tonjolan ini pada tulang paha (femur).
8. Krista pinggir atau tepi tulang (misalnya pada tulang ilium yang disebut krista iliaka.
9. Spina tonjolan tulang yang bentuknya agak runcing (misalnya pada tulang ilium yang
disebut spina iliaka).
10. Kaput (kepala tulang) bagian ujung yang bentuknya bundar (misalnya pada tulang paha
yang disebut kaput femoris).

Rangka tubuh manusia dikelompokkan atas dua bagian yaitu:

2. Skeleton Aksial
Terdiri atas sekelompok tulang yang menyusun poros tubuh dan memberikan dukungan
dan perlindungan pada organ di kepala, leher dan badan.
Macam-macam skeleton aksial yaitu:

1, Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari:

 bagian parietal –> tulang dahi


 bagian temporal –> tulang samping kiri kanan kepala dekat telinga
 bagian occipitas –> daerah belakang daritengkorak
 bagian spenoid –> berdekatan dengan tulang rongga mata, seperti tulang baji
 bagian ethmoid –> tulang yang menyususn rongga hidung

Tulang Tengkorak Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun kerangka


kepala. Tulang tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan empat belas
tulang yang menyusun bagian wajah. Tulang tengkorak bagian kepala merupakan bingkai
pelindung dari otak. Sendi yang terdapat diantara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi mati
yang disebut sutura.

2, Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari:

 rahang bawah –> menempel pada tulang tengkorak bagian temporal. Hal tersebut
merupakan satu-satunya hubungan antar tulang dengan gerakan yang lebih bebas
 Rahang bawah –> menyusun sebagian dari hidung, dan langit-langit
 palatinum (tulang langit-langit) –> menyusun sebagian dari rongga hidung dan bagian
atas dari atap rongga mulut
 zigomatik –> tulang pipi
 tulang hidung
 Tulang lakrimal –> sekat tulang hidung.
3, Tulang dada
Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada. Pada sisi kiri dan
kanan tulang dada terdapat tempat lekat dari rusuk. Bersama-sama dengan rusuk, tulang dada
memberikan perlindungan pada jantung, paru-paru dan pembuluh darah besar dari kerusakan

Tulang dada tersusun atas 3 tulang yaitu:

 tulang hulu / manubrium. Terletak di bagian atas dari tulang dada, tempat melekatknya
tulang rusuk yang pertama dan kedua
 Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat melekatnya tulang rusuk ke
tiga sampai ke tujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan sampai sepuluh.
 Tulang taju pedang / xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang dada. Tulang
ini terbentuk dari tulang rawan.

4, Tulang rusuk
Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih dan melengkung. Bersama-sama dengan tulang dada
membentuk rongga dada untuk melindungi jantung dan paru-paru. Tulang rusuk dibedakan atas
tiga bagian yaitu:
 Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang. Tulang-tulang rusuk ini pada bagian
belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang sedangkan ujung depannya
berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan
 Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang. Tulang rusuk ini memiliki ukuran lebih pendek
dibandingkan tulang rusuk sejati. Pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas
tulang belakang sedangkan ketiga ujung tulang bagian depan disatukan oleh tulang rawan
yang melekatkannya pada satu titik di tulang dada
 Rusuk melayang berjumlah 2 pasang. Tulang rusuk ini pada ujung belakang berhubungan
dengan ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depannya bebas.

Tulang rusuk memiliki beberapa fungsi diantaranya:

1. Melindungi jantung dan paru-paru dari goncangan.


2. Melindungi lambung, limpa dan ginjal, dan
3. Membantu pernapasan.

5, Ruas-ruas tulang belakang


Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang disusun oleh 33 buah tulang
dengan bentuk tidak beraturan. Ke 33 buah tulang tersebut terbagai atas 5 bagian yaitu:
 tujuh ruas pertama disebut tulang leher. Ruas pertama dari tulang leher disebut tulang
atlas, dan ruas kedua berupa tulang pemutar atau poros. Bentuk dari tulang atlas
memungkinkan kepala untuk melakukan gerakan.
 Dua belas ruas berikutnya membentuk tulang punggung. Ruas-ruas tulang punggung
pada bagian kiri dan kanannya merupakan tempat melekatnya tulang rusuk.
 Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang. Ukuran tulang pinggang lebih besar
dibandingkan tulang punggung. Ruas-ruas tulang pinggang menahan sebagian besar berat
tubuh dan banyak melekat otot-otot.
 Lima ruas tulang kelangkangan (sacrum), yang menyatu, berbentuk segitiga terletak
dibawah ruas-ruas tulang pinggang.
 bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang disebut tulang ekor (coccyx), tersusun atas 3
sampai dengan 5 ruas tulang belakang yang menyatu.

Ruas-ruas tulang belakang berfungsi untuk menegakkan badan dan menjaga keseimbangan.
Menyokong kepala dan tangan, dan tempat melekatnya otot, rusuk dan beberapa organ.

B. Skeleton apendikular
Tersusun atas tulang tulang yang merupakan tambahan dari skeleton axial. Skeleton axial terdiri
dari :

 Anggota gerak atas


 anggota gerak bawah
 gelang bahu
 gelang panggung
 bagian akhir dari ruas-ruas tulang belakang seperti sakrum dan tulang coccyx
1, Tulang anggota gerak atas (extremitas superior)
Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:

 Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya
besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. Pada bagian bawah memiliki dua lekukan
merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna
 Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar dibandingkan
radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang
besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.
 karpal / pergelangan tangan. Tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh
ligamen
 metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas
berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan
dengan tulang-tulang jari (palanges)
 Palanges (tulang jari-jari). Tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga
buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.

2, Tulang anggota gerak bawah (ekstremitas inferior)


Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:

1. Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang
panggul sampai ke lutut.
2. Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal berhubungan dengan
lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih
besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh.
Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot
3. Patela / tempurung lutut. Terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. Patela
berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang
membentuk lutut
4. Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang
dengan salah satunya adalah tulang tumit.
5. Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang tersesun mendatar.
6. Palanges / tulang jari-jari tangan. Setiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali tulang ibu jari
atas 14 tulang.

3, Tulang gelang bahu (klavikula dan scapula / belikat dan selangka)


Tulang selangka berbentuk seperti huruf “S”, berhubungan dengan tulang lengan atas
(humerus) untuk membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang
satu berhubungan dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan dengan tulang
belikat.

Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk segitiga dan pipih, terletak pada bagian
belakang dari tulang rusuk. Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah
otot yang memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.

4, Gelang panggul
Tulang gelang panggul terdiri atas dua buah tulang pinggung. Pada anak anak tulang
pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang yaitu illium (bagian atas), tulang ischiun (bagian
bawah) dan tulang pubis (bagian tengah). Dibagian belakang dari gelang panggul terdapat tulang
sakrum yang merupakan bagian dari ruas-ruas tulang belakang. Pada bagian depan terdapat
simfisis pubis merupakan jaringan ikat yang menghubungkan kedua tulang pubis. Fungsi gelang
panggung terutama untuk mendukung berat badan bersama-sama dengan ruas tulang belakang.
Melindungi dan mendukung organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan
sebagai tempat tumbuh kembangnya janin.

 Jenis dan Macam Tulang Pada Manusia


 Tulang kompak
Tulang ini tersusun oleh serat kolagen yang disebut dengan lamela ossea, yang saling berjajar di
tepi tulang, mengelilingi pembuluh darah. Contohnya yaitu tulang kompak yaitu tulang panjang
(seperti tulang paha, kaki, tangan).

 Tulang spongiosa/kanselosa
Tulang jenis ini adalah bagian dalam dari tulang kompak , seperti pada rongga sumsum tulang,
pada bayi rongga ini tampak merah dan menghasilkan banyak sel darah, pada orang dewasa,
rongga sumsum tulang tampak kuning dan terisi oleh sel lemak. Tulang spongiosa ini akan
tampak pula ketika kita menggigit tulang ujung tulang rawan pada ayam, tulang ini berbentuk
sponge (pori-pori).

 Tulang rawan
Tulang Rawan ialah tulang yang memiliki sifat lentur dan tidak memiliki pemembuluh darah
juga saraf kecuali pada lapisang terluarnya (perikondrium). Tulang rawan ini memiliki tiga
jenis, yakni sebagai berikut :

1. Tulang rawan hialin

Tulang ini yang paling banyak terdapat di tubuh, yang berfungsi sebagai model kerangka
kebanyakan tulang. Pada orang dewasa, tulang ini terdapat di permukaan sendi tulang, ujung iga,
hidung, laring, trakea, dan bronki (saluran pernafasan)

2. Tulang rawan colios


Jenis tulang yang satu ini Mengandung serat-serat elastik yang bercabang didalam matriks dan
sangat lentur, ditemukan di telinga luar, tuba auditorius (saluran yang menghubungkan hidung
dengan telinga), epiglotis (penutup saluran pernafasan saat kita menelan, supaya makanan tidak
masuk kedalam saluran pernafasan), dan laring.

1. Fibrokartilago
Tulang rawan ini memberikan daya regang, menahan beban, dan ketahanannya cukup
kuat terhadap tekanan. Ditemukan pada diskus intervertebralis (jaringan ikat yang
terletak diantara tiap ruas tulang belakang), pada orang tua, diskus intervertebralis yang
80% nya terdiri dari air, mulai kekurangan elastisitas akibat jumlah air yang berkurang,
sehingga pada orang tua pun mudah terjadi gangguan seperti nyeri pada tulang belakang,
dan habitat membungkuk.
Contoh lainnya yakni simfisis pubis (tulang rawan yang terletak diatas kemaluan), tulang
ini melindungi organ urinaria dan seksual dari tekanan dan benturan yang terjadi.

 Proses Terbentuknya Tulang


Tulang terbentuk melalui suatu proses yang disebut dengan osifikasi. Pertumbuhan didalam
embrio melalui dua proses,yakni sebagai berikut :

 Osifikasi endokondral ini terjadi ketika tulang rawan hialin mengalami pengerasan
kalsifikasi, sel mesenkim di periosteum (lapisan terluar tulang) berubah menjadi sel
osteoprogenitor dan membentuk osteoblas (sel pembentuk tulang). Osteoblas
menghasilkan matriks, yang mengalami kalsifikasi. Tulang pun mulai memanjang yang
dimulai dari bagian diafisis nya (batang tulang panjang), kemudian di ikuti oleh epifisis
nya (permukaan sendi ujung). Dan akhirnya tulang rawan tadi pun menjadi tulang yang
keras.

 Pada osifikasi intramembranosa, pertumbuhan tulang rawan tidak didahului oleh tulang
rawan, melainkan dari mesenkim jaringan ikat. Sel mesenkim tersebut berubah menjadi
osteoblas yang kemudian menghasilkan matriks juga, dan kemudian mengalami
kalsifikasi. Banyak pusat osifikasi yang terbentuk, berhubungan satu sama lain dan
membentuk anyaman tulang spongiosa, yang terdiri dari duri duri yang tipis atau yang
disebut dengan trabekulae. Tulang maksila, mandibula (rahang), klavikula, dan hampir
seluruh tulang yang berbentuk pipih pada tengkorak terbentuk melalui osifikasi
intramembranosa.

 Fungsi Tulang Pada Manusia


Tulang mempunyai banyak fungsi utama yang tidak bisa digantikan oleh bagian lain, seperti:

 Membentuk postur tubuh: Tulang ini membentuk kerangka yang memberikan bentuk
tubuh dan memberikan dukungan kepada jaringan tubuh.
 Perlindungan: Tulang juga berfungsi untuk melindungi organ penting, seperti jantung,
paru-paru dan otak.
 Gerakan: Tulang ini berfungsi untuk Bekerja bersama otot, tendon, sendi dan ligamen,
tulang memungkinkan tubuh untuk bergerak.
 Tempat penyimpanan lemak dan mineral: Lemak disimpan di dalam rongga tulang.
Selain itu tulang juga menyimpan mineral penting, seperti kalsium, fosfor dan
magnesium.
 Produksi sel darah: Sel darah ini dibuat di bagian sumsum tulang merah.
 Mengatur regulasi endokrin

Sistem Rangka Manusia

Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk
hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan basis cairan
(rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara
terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang. Rangka manusia dibentuk
dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang ditunjang oleh struktur lain seperti
ligamen, tendon, otot, dan organ lainnya. Rata-rata manusia dewasa memiliki 206 tulang,
walaupun jumlah ini dapat bervariasi antara individu.

Secara umum fungsi sistem rangka adalah membentuk kerangka yang kaku dengan
jaringan-jaringan dan organ-organ yang melekat padanya. Sistem rangka melindungi organ-
organ vital seperti otak yang dilindungi oleh tulang tengkorak, paru-paru dan jantung dilindungi
oleh tulang dada dan tulang rusuk. Gerakan tubuh terbentuk dari kerjasama antara sistem rangka
dengan otot, oleh sebab itu keduanya sering dikelompokkan menjadi satu nama yaitu sistem
musculo-skeletal. Rangka merupakan tempat melekatnya otot melalui perantaraan tendon.
Antara tulang yang satu dengan tulang yang lain dikaitkan dengan perantaraan ligamen.

Susunan dari beberapa tulang ini pun memiliki suatu fungsi. Menurut Syaifuddin(1994)  fungsi
dari sistem rangka yaitu:
1. Membantu tubuh untuk berdiri tegap/tidak rubuh.
2. Melindungi organ tubuh yang lunak seperti otak, jantung, dan paru-paru.
3. Tempat melekatnya otot-otot dan merupakan alat gerak pasif.
4. Tempat pembuatan sel-sel darah.
5. Memberi bentuk pada bangunan tubuh.

Rangka tubuh manusia terbagi atas dua, yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton. Axial
skeleton merupakan rangka penyusun sumbu tubuh. Sedangkan appendicular skeleton adalah
rangka penyusun alat gerak manusia.

3. Axial skeleton
Axial skeleton terbagi atas empat pambagian yaitu tulang tengkorak, sternum dan costa, serta
columna vertebrae.

A. Tulang tengkorak

Tengkorak dibentuk oleh beberapa tulang yang bentuknya melengkung dimana tulang-tulang ini
saling berhubungan satu sama lain. Terdiri atas dua bagian yaitu tengkorak otak dan tengkorak
wajah

Tengkorak otak ini terdiri atas:

1. Gubah tengkorak

 Frontalis(tulang dahi) berjumlah 1.


 Parietalis(Ubun-ubun) berjumlah 2.
 Osipitalis(Tulang kepala belakang) berjumlah 1.

2. Dasar tengkorak

 Sfenoidal(tulang baji) berjumlah 1.


 Ethmoidal(tulang tapis) berjumlah 1.

3. Samping tengkorak
 Temporalis(pelipis) berjumlah 2.

b. Tengkorak wajah terdiri atas:

1. Bagian hidung

 Ossa Lakrimal(tulang mata) berjumlah 2.


 Ossa nasal(Tulang hidung) berjumlah 2.
 Ossa Konka nasal(Tulang karang hidung) berjumlah 2.
 Septun nasal(Sekat rongga hidung) berjumlah 1.

4. Bagian rahang

 Ossa maksilaris(rahang atas) berjumlah 2.


 Ossa mandibularis(rahang bawah) berjumlah 1.
 Ossa zigomatikum(tulang pipi) berjumlah 2.
 Ossa palatum(tulang pipi) berjumlah 2.
 Ossa Hioid(tulang lidah)

5. Sternum dan Costa


Tulang dada berhubungan dengan tulang belakang . Tulang dada dan tulang rusuk berfungsi
untuk melindungi organ-organ yang terdapat di dalam dada seperti jantung dan paru-paru.
6. Sternum(tulang dada) terdiri atas tiga bagian yaitu:

 anubrium sterni
 Korpus sterni
 Prosesus xipoid

7. Costa(tulang iga) terdiri atas:

 Costa vera(rusuk sejati) berjumlah 7 pasang.


 Costa spuria(rusuk tidak sejati) berjumlah 3 pasang.
 Costa fluitantes(rusuk melayang) berjumlah 2 pasang.

8. Columna vertebrae
Columna vertebrae(Tulang belakang) merupakan rangkaian tulang tunggal, bentuknya tidak
teratur dan memanjang dari ujung kepala sampai ujung ekor. Tulang belakang berfungsi
menyangga berat tubuh. Tulang tersebut kokoh tapi fleksibel oleh karena itu manusia dapat
melakukan berbagai macam gerakan yang misalnya berdiri ataupun duduk.

Bagian-bagian dari tulang belakang:

 Vertebrae servikalis(tulang leher) berjumlah 7 ruas.


 Vertebrae torakalis(tulang punggung) berjumlah 12 ruas.
 Vertebra lumbalis(tulang pinggang) berjumlah 5 ruas.
 Vertebrae sakralis(tulang selangkang) berjumlah 5 ruas.
 Vertebrae koksigialis(tulang ekor) berjumlah 4 ruas.
D. Appendicular skelton

1. Kerangka gerak atas (ekstremitas anterior)

Gelang bahu. Yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan. Bagian ini
terbagi atas 2 yaitu:

 Scapula(tulang belikat) berjumlah 2.


 Klavikula(tulang selangka) berjumlah 2.
 Humerus(tulang pangkal lengan) berjumlah 2.
 Ulna(tulang hasta) berjumlah 2.
 Radius(Tulang pengumpil) berjumlah 2.
 Carpal(Tulang pergelangan tangan) berjumlah 16.
 Metacarpal(tulang telapak tangan) berjumlah 10.
 Falangus(tulang jari tangan) berjumlah 14.

9. Kerangka gerak bawah(ekstremitas posterior)

 Koksa(tulang pangkal paha). Tulang ini membentuk sebagian besar tulang pelvis. Ostium
ini terdiri dari os. Ilium(tulang usus), os. Pubis(Tulang kemaluan), dan os. Iski(Tulang
duduk).
 Femur(Tulang paha) berjumlah 2.
 Tibia dan fibula(tulang kering dan betis) masing-masing berjumlah 2.
 Tarsal(Tulang pangkal kaki) terdiri dari tulang-tulang kecil berjumlah 5.
 Metatarsal(Tulang telapak kaki) terdiri atas tulang-tulang pendek berjumlah 5
 Falangus(Ruas jari kaki).

2.2 Gangguan pada Tulang

10. Osteoporosis

Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya kepadatan tulang. Hal ini menyebabkan


tulang menjadi keropos dan mudah patah. Osteoporosis jarang menimbulkan gejala
dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau mengalami cedera yang menyebabkan
patah tulang.
Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun,
kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan
tulang.

 Gejala Osteoporosis
Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini biasanya baru diketahui
saat seseorang mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.  Seiring berkurangnya
kepadatan tulang, penderita osteoporosis bisa mengalami gejala berikut:

 Mudah mengalami patah tulang, walau hanya karena benturan yang ringan
 Nyeri punggung, biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang
 Postur badan membungkuk
 Tinggi badan berkurang
 Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis

Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kemampuan tubuh untuk meregenerasi tulang.


Hal ini berdampak pada berkurangnya kepadatan tulang. Penurunan kemampuan regenerasi ini
biasanya akan dimulai saat seseorang memasuki usia 35 tahun.
Selain faktor usia, berikut ini adalah beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko
terjadinya osteoporosis:

 Berjenis kelamin wanita, terutama setelah menopause


 Memiliki keluarga dengan riwayat osteoporosis
 Mengalami kekurangan vitamin D dan kalsium
 Mengalami gangguan hormonal dan penyakit tertentu, seperti penyakit Crohn atau
malabsorbsi
 Mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
 Mengalami kecanduan alkohol
 Merokok

 Diagnosis Osteoporosis

Osteoporosis sering kali baru terdeteksi ketika penderitanya mengalami cedera yang
menyebabkan patah tulang. Untuk mendiagnosis osteoporosis, dokter akan melakukan tanya
jawab seputar keluhan dan gejala, termasuk riwayat kesehatan dan obat-obatan yang dikonsumsi
pasien.
Jika pasien cedera dan dicurigai mengalami patah tulang, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik dahulu untuk mengetahui tingkat keparahan cedera dan patah tulang. Setelah itu, dokter
akan melakukan Rontgen atau CT scan untuk melihat dengan jelas kondisi tulang yang patah.
Untuk memastikan osteoporosis dan mengetahui risiko pasien mengalami patah tulang, dokter
akan melakukan pengukuran kepadatan tulang (bone density testing) menggunakan dual energy
X-Ray absorptiometry (DXA).

 Pengobatan Osteoporosis
Pengobatan osteoporosis yang akan diberikan tergantung pada tingkat keparahannya. Jika
penderita osteoporosis sangat berisiko untuk mengalami patah tulang, dokter dapat memberikan
obat-obatan untuk meningkatkan kepadatan tulang, seperti:

 Bifosfonat
 Antibodi monoklonal
 Terapi hormon

Jika diperlukan, penderita osteoporosis dapat diberikan obat yang bisa meningkatkan
pembentukan tulang, seperti teriparatide dan abaloparatide.
Pasien juga akan dianjurkan untuk mengurangi aktivitias yang dapat menyebabkannya terjatuh
atau cedera.

 Pencegahan Osteoporosis
Pada beberapa keadaan, osteoporosis sulit untuk dicegah. Namun, Anda bisa mengurangi risiko
terkena osteoporosis dengan berhenti merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol,
melakukan pemeriksaan berkala jika sudah menopause, berolahraga secara teratur, dan
mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D dan kalsium.
11. Skoliosis  
Skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang melengkung, seperti huruf C atau
S. Skoliosis lebih sering ditemukan pada anak-anak sebelum masa pubertas, yaitu sekitar usia 10-15
tahun. Skoliosis yang terjadi biasanya ringan, namun dapat berkembang menjadi lebih parah
seiring pertambahan usia, khususnya pada wanita. Bila skoliosis menjadi parah, bisa
menyebabkan penderitanya mengalami gangguan jantung, paru-paru, atau kelemahan pada
tungkai.
 Gejala Skoliosis
Gejala skoliosis dapat berbeda, sesuai tingkat keparahan kondisinya. Gejala yang umumnya
timbul antara lain:

 Tubuh penderita skoliosis condong ke satu sisi


 Salah satu bahu lebih tinggi
 Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol
 Tinggi pinggang tidak rata

Lengkungan yang parah dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada punggung. Tulang
belakang juga dapat berputar sehingga lengkungan bertambah parah dan salah satu tulang iga
tampak menonjol dibanding sisi lainnya. Ketika kondisinya makin parah, skoliosis dapat
menyebabkan gangguan pernapasan.
 Kapan Harus ke Dokter
Saat melihat tulang belakang melengkung, meski hanya sedikit, segera periksakan ke
dokter. Tujuannya adalah agar skoliosis dapat terdeteksi sejak dini dan ditangani. Sebab jika
tidak, skoliosis bisa bertambah buruk secara perlahan dan tanpa nyeri, hingga akhirnya
menimbulkan komplikasi yang dapat bersifat permanen.
 Penyebab Skoliosis
Sebagian besar kasus skoliosis tidak ditemukan penyebabnya (idiopatik). Namun, terdapat
beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya skoliosis, yaitu:

 Cedera tulang belakang.


 Infeksi tulang belakang.
 Bantalan dan sendi tulang belakang yang mulai aus akibat usia (skoliosis degeneratif).
 Bawaan lahir (skoliosis kongenital).
 Gangguan saraf dan otot (skoliosis neuromuskular), misalnya penyakit distrofi
otot atau cerebral palsy.

 Diagnosis Skoliosis

Diagnosis skoliosis dilakukan oleh dokter dimulai dengan menanyakan gejala yang
dialami pasien dan penyakit yang pernah dialami. Selanjutnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik. Dalam pemeriksaan fisik, dokter akan meminta pasien untuk berdiri atau
membungkuk. Dokter juga akan memeriksa kondisi saraf untuk mengetahui apakah ada otot
yang lemah, kaku, atau menunjukkan refleks yang abnormal.
Selain pemeriksaan fisik, doter juga dapat melakukan pemeriksaan foto Rontgen dan CT
scan untuk memastikan adanya skoliosis dan mengetahui tingkat keparahan lengkungan tulang
belakang. Jika dokter mencurigai kelainan pada tulang belakang disebabkan oleh hal lain, maka
dokter dapat melakukan pemindaian dengan MRI.
 Terapi Skoliosis
Penanganan skoliosis dilakukan berdasarkan tingkat keparahan, usia, serta kondisi lengkungan
tulang belakang.
 Terapi skoliosis pada anak-anak
Pengobatan belum diperlukan untuk skoliosis yang ringan, mengingat tulang belakangnya
masih dapat kembali lurus saat usia anak-anak bertambah. Meski demikian, perkembangan
penyakit perlu terus diamati oleh dokter. Dengan pemeriksaan rutin ke dokter, dapat diketahui
perkembangan kondisi tulang yang melengkung. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan foto
Rontgen untuk memantaunya.
Pada skoliosis yang lebih parah, anak akan diminta untuk mengenakan penyangga tulang
belakang. Penyangga ini tidak dapat meluruskan tulang kembali, namun dapat mencegah
lengkungan tulang belakang bertambah parah.
Penyangga biasanya terbuat dari plastik yang dikenakan di bawah lengan, sekitar tulang
rusuk, serta bagian bawah punggung dan pinggul. Bentuknya disesuaikan dengan bentuk tubuh
sehingga hampir tidak terlihat jika mengenakan pakaian.
Agar lebih efektif, penyangga ini perlu dikenakan sepanjang hari, kecuali saat anak
berolahraga. Pemakaian penyangga dapat dihentikan saat pertumbuhan tulang belakang berhenti,
yaitu:

 Dua tahun setelah anak perempuan mulai mengalami menstruasi.


 Saat kumis atau jenggot pada wajah anak laki-laki mulai tumbuh.
 Saat tidak ada penambahan tinggi badan lagi.

 Terapi coliosis pada orang dewasa

Untuk penderita dewasa, di mana skoliosis sering menimbulkan keluhan nyeri punggung,
terapi yang dilakukan dokter dapat berupa:

 Pemberian obat pereda nyeri

Untuk meredakan peradangan dan nyeri, dokter akan memberikan obat antiinflamasi


nonsteroid, seperti ibuprofen.

 Suntik kortikosteroid di rongga tulang belakang

Suntikan kortikosteroid diberikan jika penderita mengalami tekanan pada saraf tulang
belakang, sehingga menimbulkan rasa nyeri, kaku, atau kesemutan. Suntikan ini hanya bekerja
dalam jangka waktu yang pendek, yaitu sekitar beberapa minggu atau beberapa bulan.

 Operasi coliosis

Untuk kasus skoliosis yang parah, dokter ortopedi dapat melakukan operasi. Operasi yang bisa
dilakukan berupa:

 Operasi penggabungan tulang

Dalam operasi ini, dua atau beberapa ruas tulang belakang disatukan sehingga membentuk satu
tulang.

 Operasi laminektomi

Dalam operasi laminektomi, sebagian dari tulang belakang yang melengkung diangkat untuk
menghilangkan tekanan pada saraf.

 Operasi disektomi

Operasi ini mengangkat salah satu bantalan atau cakram pada tulang belakang guna mengurangi
tekanan pada saraf.

Operasi yang sering dilakukan pada banyak kasus skoliosis adalah kombinasi dari teknik-teknik
operasi di atas. Operasi tulang belakang sendiri juga berisiko menimbulkan komplikasi, berupa
infeksi atau terbentuknya gumpalan darah.
 Komplikasi Skoliosis
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita skoliosis antara lain:
 Gangguan jantung dan paru-parU
Kondisi ini dapat terjadi ketika tulang iga menekan jantung dan paru-paru.

 Nyeri punggung kronis

Kondisi ini biasanya dialami oleh penderita skoliosis dewasa.

 Mengganggu penampilan

Saat kondisi skoliosis memburuk, penampilan akan terganggu, misalnya posisi bahu atau pinggul
tidak simetris, tulang iga menonjol, serta posisi pinggang dan batang tubuh bergeser.

 Kerusakan saraf tulang belakang

Kelainan bentuk tulang belakang pada skoliosis dapat menekan saraf tulang belakang,
sehingga menimbulkan  kerusakan. Kerusakan saraf tulang belakang ini dapat menimbulkan
berbagai gangguan, seperti impotensi, inkontinensia urine, inkontinesia tinja, kesemutan, atau
kelemahan pada tungkai.

12. Lordosis

Lordosis adalah kondisi tulang punggung bagian bawah (lumbal) melengkung ke dalam
secara berlebihan. Kondisi ini merupakan salah satu bentuk kelainan pada tulang belakang yang
bisa menyerang siapa saja. Pada kondisi normal, tulang punggung tiap orang sedikit melengkung
di bagian leher, punggung atas, dan punggung bawah. Hal ini berfungsi untuk membantu tubuh
dalam menyokong kepala, menyejajarkan kepala dengan panggul, mempertahankan struktur
tubuh, serta membantu bergerak dan membungkuk dengan mudah. Pada penderita lordosis,
lengkungan pada tulang punggung bagian bawah terlalu dalam. Hal ini membuat tulang belakang
mendapatkan tekanan berlebih, sehingga menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman.
 Berbagai Penyebab Lordosis
Beberapa hal yang bisa menyebabkan munculnya lordosis adalah:

13. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat memengaruhi postur tubuh dan memberi
tekanan berlebih pada tulang belakang. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya lordosis.
14. Osteoporosis
Lordosis yang disebabkan oleh osteoporosis banyak terjadi pada orang yang sudah
berusia lanjut. Osteoporosis dapat membuat tulang punggung bagian bawah keropos, sehingga
lebih mudah melengkung ketika sedang menahan beban tubuh.

15. Kehamilan
Sama seperti obesitas, peningkatan berat badan saat hamil juga bisa memengaruhi postur
tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan tulang punggung bagian bawah menjadi lebih mudah
melengkung ke dalam. Meski demikian, lordosis selama kehamilan biasanya akan hilang dengan
sendirinya setelah melahirkan.

16. Spondylolisthesis
Spondylolisthesis adalah kondisi di mana tulang belakang bergeser dari posisi
seharusnya, sehingga tulang menjadi tidak sejajar. Kondisi ini dapat membuat tulang punggung
bagian bawah lebih mudah melengkung.

17. Postur tubuh yang buruk


Postur tubuh yang buruk saat duduk maupun ketika mengangkat benda berat juga bisa
meningkatkan risiko seseorang terkena lordosis.
Selain itu, ada kondisi kesehatan lain yang bisa menyebabkan lordosis, yaitu discitis, kifosis,
radang sendi, spina bifida, akondroplasia, dan osteosarkoma.

 Mengenali Gejala-Gejala Lordosis


Gejala lordosis yang paling umum adalah munculnya nyeri otot. Nyeri otot muncul saat
tulang punggung Anda melengkung secara tidak normal, sehingga menarik otot ke berbagai arah
dan mengakibatkan otot menjadi tegang.
Selain itu, ada gejala lain yang bisa dirasakan oleh penderita lordosis, antara lain:

 Terbatasnya gerakan di sekitar leher atau punggung bagian bawah


 Bokong terlihat lebih menonjol
 Badan terasa lemah
 Mati rasa
 Kesemutan
 Kurang bisa mengontrol buang air kecil dan buang air besar
 Langkah-Langkah Pengobatan Lordosis
Pengobatan lordosis biasanya akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Sebelum
memberikan pengobatan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan berikut untuk
menentukan kondisi lordosis yang dialami pasien.

 Tanya jawab.
 Pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan pendukung, seperti Rontgen atau MRI tulang belakang area lumbal dan
sakrum, serta pemeriksaan laboratorium.

Setelah mengetahui diagnosis dan tingkat keparahan lordosis, dokter akan memberikan
beberapa pilihan pengobatan, antara lain:

 Obat-obatan, untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.


 Fisioterapi, untuk meningkatkan kekuatan otot dan melatih kemampuan gerak tubuh.
 Program diet, untuk menurunkan berat badan.
 Operasi, untuk kasus lordosis yang parah dan disertai gangguan pada saraf.

Walaupun sebagian besar kasus lordosis tidak memerlukan penanganan medis segera, Anda
sebaiknya tidak menyepelekan kondisi ini dan lakukanlah pemeriksaan ke dokter. Jika tidak
mendapatkan penanganan yang tepat, lordosis bisa menimbulkan beragam keluhan yang dapat
mengganggu kenyamanan dan aktivitas sehari-hari.
18. Kifosis
Kifosis (kyphosis) adalah kelainan di lengkungan tulang belakang yang membuat punggung
bagian atas terlihat membulat atau bengkok tidak normal. Setiap orang memiliki tulang belakang
yang melengkung, pada kisaran 25 sampai 45 derajat. Akan tetapi pada penderita kifosis,
kelengkungan tulang belakang bisa mencapai 50 derajat atau lebih. Kondisi tersebut membuat
orang menjadi bungkuk.
Pada umumnya, kifosis hanya menimbulkan sedikit masalah dan tidak perlu ditangani. Akan
tetapi pada kasus yang parah, kifosis dapat menyebabkan nyeri, serta gangguan pernapasan.
Kondisi tersebut perlu ditangani dengan prosedur bedah.

 Gejala Kifosis
Penderita kifosis dapat menunjukkan gejala yang berbeda. Umumnya kondisi ini ditandai
dengan:

 Perbedaan pada tinggi bahu kanan dan kiri.


 Perbedaan pada tinggi atau posisi skapula (tulang belikat)
 Kepala terlihat lebih condong ke depan dibanding bagian tubuh lain.
 Saat membungkuk, tinggi punggung atas terlihat tidak normal.
 Otot hamstring (otot belakang paha) terasa kencang.
 Nyeri punggung dan kaku.

Tetapi dalam kondisi yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala apapun.

 Penyebab Kifosis
Berdasarkan penyebabnya, kifosis dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Postural kyphosis
Postural kyphosis adalah jenis kifosis yang paling sering terjadi dan terlihat saat masa
pertumbuhan. Kifosis jenis ini ditandai dengan kondisi tulang belakang yang melengkung hingga
50 derajat atau lebih. Bungkuk pada postural kyphosis tergolong lentur, dan dapat diperbaiki
dengan fisioterapi rutin. Di samping itu, kifosis ini juga jarang menimbulkan nyeri, sehingga
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.
Postural kyphosis biasanya disebabkan oleh postur tubuh yang salah, misalnya karena bersandar
di kursi dengan posisi yang terlalu membungkuk, atau akibat membawa tas sekolah yang terlalu
berat. Penelitian menunjukkan, kifosis ini lebih sering terjadi pada anak perempuan dibanding
anak laki-laki.
2. Scheuermann’s kyphosis
Scheurmann’s kyphosis terjadi ketika tulang belakang mengalami kelainan pada
perkembangannya. Kifosis ini terjadi sebelum masa puber, dan lebih sering terjadi pada anak
laki-laki dibanding anak perempuan. Umumnya, lengkungan pada kifosis ini kaku dan
memburuk seiring pertumbuhan, sehingga membuat penderitanya tidak bisa berdiri lurus.
Pada sebagian orang, kifosis ini bisa sangat menyakitkan. Nyeri bisa terasa di punggung bagian
atas atau bawah.
3. Congenital kyphosis
Kifosis jenis ini terjadi akibat kelainan perkembangan tulang belakang saat masih di dalam
kandungan. Kelainan bisa terjadi pada satu atau lebih tulang belakang, dan dapat memburuk
seiring pertumbuhan anak. Congenital kyphosis membutuhkan tindakan bedah secepatnya guna
mencegah bungkuk bertambah parah.
Belum diketahui apa yang menyebabkan congenital kyphosis, namun kondisi ini diduga terkait
dengan kelainan gen. Dugaan tersebut muncul karena pada beberapa kasus, kondisi ini dialami
anak dari keluarga dengan riwayat congenital kyphosis.
 Faktor Risiko Kifosis
Kifosis dapat terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya kifosis, yaitu:

 Usia. Bertambahnya usia membuat risiko tulang punggung untuk melengkung juga akan
makin besar.
 Penyakit osteogenesis imperfecta. Osteogenesis imperfecta atau penyakit tulang rapuh
adalah kondisi tulang yang mudah patah, meskipun hanya menerima sedikit tekanan.
 Skoliosis adalah kondisi tulang belakang yang melengkung seperti huruf S.
 Spina bifida. Spina bifida adalah penyakit kelainan bawaan lahir akibat tidak
sempurnanya pembentukan tulang belakang dan saraf tulang belakang.
 Penyakit Paget. Penyakit Paget adalah gangguan yang memengaruhi proses regenerasi
tulang, sehingga memicu kerapuhan tulang.
 Neurofibromatosis. Neurofibromatosis merupakan kelainan genetik yang memicu
terbentuknya tumor di sistem saraf.
 Tuberkulosis (TB). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, yang seringkali
menyerang paru-paru. Namun pada beberapa kasus, TB juga dapat memengaruhi tulang
belakang.
 Distrofi otot. Distrofi otot adalah kelainan akibat faktor genetik yang menyebabkan otot
melemah secara bertahap.
 Fraktur kompresi. Fraktur kompresi atau patah tulang belakang akibat tekanan, dapat
memengaruhi kelengkungan tulang belakang.
 Kanker dan pengobatan kanker. Kanker atau penyebaran kanker pada tulang belakang,
serta kemoterapi dan radioterapi, dapat membuat tulang belakang melemah dan rentan
mengalami patah tulang.
 Menurunnya kepadatan tulang dapat menyebabkan tulang belakang bengkok.
 Degenerasi bantalan sendi tulang belakang. Bantalan tulang belakang atau diskus akan
menyusut seiring bertambahnya usia, dan memicu terjadinya
 Kondisi medis lain. Kifosis pada anak-anak bisa jadi berkaitan dengan penyakit tertentu,
seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos.
 Cedera tulang belakang.

 Diagnosis Kifosis
Sebagai langkah awal untuk mendiagnosis kifosis, dokter akan menjalankan pemeriksaan fisik,
termasuk tinggi badan pasien. Kemudian, dokter akan meminta pasien membungkuk untuk
melihat kelengkungan tulang belakang dari samping.
Dokter juga akan meminta pasien berbaring, untuk melihat apakah tulang belakang menjadi lurus
atau tetap bengkok. Bila tulang belakang pasien lurus saat berbaring, pasien diduga
mengalami postural kyphosis. Namun bila tulang belakang pasien tetap bengkok saat berbaring,
diduga pasien mengalami Scheuermann’s atau congenital kyphosis.
Pemeriksaan saraf juga akan dilakukan untuk melihat seberapa baik impuls saraf tulang
belakang, terutama jika pasien mengalami mati rasa atau melemahnya kekuatan otot.
Untuk menguatkan diagnosis, dokter akan menjalankan pemeriksaan penunjang, seperti:

 Uji pencitraan. Foto Rontgen dapat memperlihatkan tingkat kelengkungan, dan


mendeteksi kelainan bentuk tulang belakang. Bila dokter memerlukan gambaran tulang
belakang yang lebih jelas, maka pemeriksaan CT scan akan dilakukan. Sedangkan MRI
dilakukan bila dokter menduga ada tumor di tulang belakang.
 Uji kepadatan tulang (bone density scan). Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
tingkat kepadatan tulang, sehingga dapat dilakukan tindakan untuk mencegah kerapuhan
tulang yang akan memperburuk kifosis.
 Tes darah. Pemeriksaan sampel darah dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya infeksi,
seperti tuberkulosis.

 Pengobatan Kifosis
Kebanyakan kasus kifosis tidak memerlukan pengobatan, karena disebabkan postur tubuh
yang salah. Pada kasus demikian, penderita hanya perlu memperbaiki postur tubuh dengan
fisioterapi. Sedangkan pada kifosis akibat kelainan tulang belakang, maka metode pengobatan
tergantung pada beberapa faktor, seperti usia dan jenis kelamin pasien, serta tingkat keparahan
dan fleksibilitas lengkungan tulang punggung.
Penanganan yang umumnya dilakukan dokter untuk mengobati kifosis adalah dengan
pemberian obat-obatan. Jenis obat yang digunakan, antara lain adalah pereda nyeri,
seperti paracetamol atau ibuprofen, serta obat untuk osteoporosis. Selain meresepkan obat,
dokter juga akan menyarankan untuk rutin melakukan peregangan supaya memperbaiki
fleksibilitas dan meredakan nyeri tulang belakang. Pada anak-anak dengan Scheuermann’s
kyphosis, dokter akan menganjurkan penyangga punggung, agar tulang belakang tidak makin
melengkung selama masa pertumbuhan.
Pada kifosis yang parah, terutama yang menjepit saraf tulang belakang, dokter akan
menyarankan tindakan spinal fusion. Dalam prosedur ini, dokter akan memasukkan potongan
tulang di antara ruas tulang belakang, kemudian menyangganya dengan pen logam hingga posisi
yang normal.
Untuk membantu menjaga kepadatan tulang, dokter akan menyarankan pasien mengonsumsi
makanan kaya kalsium dan vitamin D, membatasi konsumsi alkohol, dan menghindari rokok.
 Komplikasi Kifosis
Jika tidak ditangani dengan benar, kifosis berpotensi menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:

 Gangguan pernapasan. Pada kasus yang parah, kifosis dapat menekan paru-paru dan
menyebabkan penderitanya menjadi sesak napas.
 Gangguan pencernaan. Kifosis parah dapat menekan saluran pencernaan dan memicu
masalah, seperti sakit maag atau sulit menelan.
 Gerak tubuh yang terbatas. Kifosis dapat menyebabkan penderitanya sulit berjalan,
bangkit dari kursi, atau menengadahkan kepala. Tulang punggung yang melengkung juga
dapat menimbulkan nyeri bila penderita berbaring.
 Penampilan tubuh yang tidak menarik. Kifosis membuat penderitanya terlihat tidak
menarik, karena bungkuk atau karena memakai penyangga punggung untuk memperbaiki
kondisinya. Pada keadaan ekstrim bisa menimbulkan pengucilan dari lingkungan sosial.

19. Kista tulang / Tumor tulang


Tumor tulang adalah kondisi yang terjadi ketika sel-sel tulang tumbuh secara abnormal.
Pertumbuhan tumor tulang dapat dibedakan menjadi tumor jinak (nonkanker) dan tumor ganas
(kanker), serta dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Gejala tumor tulang perlu dikenali sejak
dini, agar dapat cepat ditangani.
Meski penyebab tumor tulang masih belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga sebagai pemicu tumbuhnya tumor pada tulang, yaitu kelainan genetik (keturunan),
cedera pada tulang, dan paparan radiasi dalam intensitas yang tinggi, misalnya akibat radioterapi.

 Kenali Gejala Tumor Tulang


Tumor tulang terjadi ketika sel-sel tulang tumbuh secara tidak terkontrol sehingga
membentuk benjolan pada tulang. Salah satu gejala yang umum dirasakan adalah nyeri yang
konstan di area tumbuhnya tumor tulang. Rasa sakit ini cenderung bertambah parah ketika
melakukan aktivitas yang berat, dan biasanya akan lebih terasa pada malam hari.
Selain nyeri, ada juga beberapa gejala tumor tulang lainnya yang dapat Anda alami, yaitu:

 Demam.
 Selalu berkeringat, terutama di malam hari.
 Pembengkakan di sekitar area tumor.
 Tulang mudah patah, meski karena cedera ringan.

Gejala-gejala tersebut biasanya muncul pada jenis tumor tulang yang ganas atau kanker tulang.

 Tumor Tulang Jinak


Tumor tulang jinak umumnya tidak berbahaya karena tidak agresif dan tidak menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Meski demikian, tumor tulang yang jinak juga berisiko menyebabkan
gangguan pada jaringan di sekitarnya sehingga mengakibatkan beragam komplikasi.
Berikut adalah beberapa jenis tumor tulang yang sifatnya jinak (nonkanker):
1. Osteochondroma
Osteochondroma merupakan jenis tumor jinak yang paling banyak ditemukan dari
seluruh kasus tumor tulang. Tumor ini biasanya berkembang pada masa kanak-kanak dan remaja,
terutama pada bagian ujung tulang panjang, seperti lengan dan tungkai.

2. Enchondroma
Echondroma adalah kista tulang rawan yang tumbuh di dalam sumsung tulang. Tumor ini
dapat muncul di tulang lengan dan tangan, serta paha dan kaki.

3. Kista tulang aneurisma


Kista tulang aneurisma merupakan kelainan pembuluh darah pada sumsum tulang. Jenis
tumor ini sering ditemukan di tulang lutut, panggul, dan tulang belakang, serta berpotensi
mengganggu pertumbuhan tulang.
Selain tumor-tumor di atas, ada juga jenis tumor tulang jinak lainnya, seperti osteoid
osteoma, osteoblastoma, displasia fibrosa, nonossifying fibroma unicameral, dan tumor sel
raksasa (giant cell tumor).

 Tumor Tulang Ganas


Tumor tulang ganas atau kanker tulang merupakan kondisi yang berbahaya karena dapat
meluas dengan cepat, menyebar ke bagian tubuh yang lain, serta menimbulkan kerusakan pada
berbagai jaringan tubuh. Meski demikian, tumor tulang yang ganas sangat jarang terjadi.
Berikut adalah beberapa jenis tumor tulang ganas atau kanker tulang:
1. Chondrosarcoma
Jenis tumor ganas ini lebih rentan terjadi pada orang-orang berusia lanjut dan separuh baya, yaitu
pada kelompok usia 40-70 tahun. Tumbuhnya chondrosarcoma berawal dari sel tulang rawan,
dan biasanya menyerang tulang bahu, lengan, panggul, dan pangkal paha.

2. Osteosarcoma
Berbeda dengan chondrosarcoma, osteosarcoma justru lebih umum dialami oleh anak-anak
dan remaja. Tumor ganas ini biasanya muncul di tulang lutut, paha, dan tulang kering, serta
dapat tumbuh dengan cepat dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
3. Sarkoma Ewing
Sarkoma Ewing merupakan jenis tumor ganas yang terbentuk di tulang atau jaringan lunak
sekitar tulang. Kondisi ini biasanya terjadi pada kisaran usia 5-20 tahun, dan dapat muncul di
tulang lengan atas, kaki, panggul, tulang belakang, rusuk, bahkan tulang tengkorak .

 Tindakan Penanganan Tumor Tulang


Metode penanganan tumor tulang tergantung pada jenis tumor tulang, serta tingkat
keparahan dan lokasinya. Jika pasien mengalami tumor tulang jinak, maka dokter akan
mengawasi perkembangannya, sekaligus meresepkan obat-obatan untuk meringankan gejala
yang muncul.
Jika memang diperlukan, dokter bisa melakukan operasi pengangkatan tumor untuk
mencegah perkembangan tumor yang berisiko mengganggu fungsi jaringan di sekitarnya.
Sementara untuk menangani tumor tulang ganas, biasanya dibutuhkan tindakan khusus yang
tergantung pada tingkat keparahan dan penyebaran kanker ke bagian tubuh lainnya.
Ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan dokter untuk mengatasi kanker tulang,
yaitu radioterapi, kemoterapi, tindakan bedah untuk mengangkat bagian tulang yang terkena
kanker, dan amputasi.
20. Rakitis
Rakitis adalah kelainan pertumbuhan tulang pada anak yang disebabkan oleh kekurangan vitamin
D. Rakitis dapat menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh, sehingga mudah patah. Vitamin D
berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium dan fosfat dari makanan. Kalsium dan fosfat
merupakan mineral yang penting untuk menjaga kekuatan tulang. Jika tubuh kekurangan vitamin
D, kadar kalsium dan fosfat di tulang akan berkurang. Akibatnya, tulang akan melunak dan
rapuh.
Rakitis biasanya terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun. Meski umumnya terjadi
pada anak-anak, kelainan tulang ini juga bisa dialami orang dewasa. Rakitis pada orang dewasa
disebut juga osteomalacia atau penyakit tulang lunak.

 Gejala Rakitis
Rakitis menyebabkan tulang anak menjadi rapuh, sehingga memicu kelainan pertumbuhan
tulang. Tanda dan gejala yang bisa muncul saat anak mengalami rakitis antara lain:

 Nyeri di tulang belakang, tulang tungkai, dan tulang panggul.


 Kelainan pada tulang, misalnya kaki bengkok, kaki X, kaki O, atau skoliosis.
 Tubuh yang pendek, akibat pertumbuhan tinggi badan yang terhambat.
 Mudah mengalami patah tulang akibat tulang yang rapuh.
 Kelainan gigi, seperti pertumbuhan gigi lebih lambat dan gigi mudah berlubang.

Pada beberapa kasus, anak penderita rakitis juga kekurangan kadar kalsium dalam darah
(hipokalsemia). Kondisi tersebut membuat gejala rakitis makin memburuk serta menyebabkan
kram otot dan kesemutan di tungkai.

 Kapan harus ke dokter


Segera periksakan ke dokter bila anak Anda menunjukkan gejala rakitis. Bila tidak segera
ditangani, pertumbuhan anak Anda bisa terganggu. Selain itu, kelainan bentuk tulang akan
menjadi permanen.
Penyakit ginjal dapat memengaruhi penyerapan vitamin D oleh tubuh. Jika Anda
menderita penyakit ginjal, periksa ke dokter secara rutin untuk memantau kadar kalsium dan
fosfat dalam tubuh.
Konsultasi ke dokter juga perlu dilakukan bila Anda memiliki keluarga dengan riwayat
penyakit keturunan yang dapat menyebabkan rakitis, misalnya cystic fibrosis. Pemeriksaan oleh
dokter diperlukan untuk mengetahui risiko terjadinya rakitis pada anak nantinya.

 Penyebab Rakitis
Rakitis terjadi ketika tubuh tidak cukup mendapatkan vitamin D atau tubuh tidak
memproses vitamin D dengan normal. Vitamin D diperlukan tubuh untuk membantu penyerapan
kalsium dan fosfat dari makanan. Kekurangan vitamin D akan menyebabkan terganggunya
penyerapan kalsium dan fosfat.
Kekurangan vitamin D dapat terjadi akibat kulit kurang terpapar sinar matahari, kurangnya
asupan makanan yang kaya vitamin D, seperti minyak ikan dan kuning telur, serta gangguan
penyerapan vitamin D. Gangguan penyerapan vitamin D bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi
berikut:

 Cystic fibrosis
 Penyakit celiac
 Penyakit ginjal
 Radang usus

Pada kasus yang jarang terjadi, rakitis juga dapat disebabkan oleh faktor genetik. Jenis rakitis
yang disebut rakitis hipofosfatemia ini disebabkan oleh adanya gangguan ginjal dalam menyerap
fosfat.
 Faktor Risiko Rakitis
Bayi yang terlahir dari ibu yang kekurangan vitamin D selama hamil lebih berisiko terserang
rakitis. Selain itu, rakitis juga lebih berisiko terjadi pada anak-anak yang memiliki kondisi
berikut:

 Berkulit gelap
 Terlahir prematur
 Tidak mendapatkan ASI eksklusif.
 Tinggal di daerah yang kurang sinar matahari.
 Terpapar obat-obatan, seperti obat antikejang dan antivirus.

 Diagnosis Rakitis
Untuk menentukan apakah seorang anak menderita rakitis, dokter akan melakukan tanya
jawab seputar keluhan dan gejala yang dialami anak. Selanjutnya dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik. Salah satu pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
penekanan lembut pada tulang anak, terutama tulang tengkorak, tulang rusuk, serta tulang di kaki
dan pergelangan.
Bila anak merasa nyeri saat tulang ditekan atau dokter menduga ada kelainan pada tulang,
dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan berupa:

 Tes darah, untuk mengukur kadar kalsium dan fosfat.


 Rontgen atau CT scan tulang, untuk melihat apakah ada kelainan bentuk tulang.
 Pengambilan sampel jaringan pada tulang (biopsi), untuk diteliti di laboratorium.

 Pengobatan Rakitis
Pengobatan rakitis bertujuan untuk meningkatkan jumlah vitamin D dalam tubuh anak dan
meredakan gejala. Caranya adalah dengan:

 Menjemur anak di bawah sinar matahari secara rutin.


 Memberikan anak makanan kaya kalsium dan vitamin D, seperti ikan dan telur.
 Memberikan suplemen kalsium dan vitamin D, bila asupan dari makanan kurang.
 Suntik vitamin D setiap tahun, bila anak tidak bisa mengonsumsi suplemen, menderita
penyakit hati, atau penyakit usus.

Perlu diingat, kebutuhan vitamin D setiap anak dapat berbeda. Oleh karena itu, pemberian
suplemen harus disesuaikan dengan kebutuhan harian tiap anak dan tidak boleh melebihi batas
maksimal asupan vitamin agar tidak terjadi overdosis.
Bila rakitis sampai menyebabkan kelainan tulang, dokter akan menyarankan penggunaan alat
penyangga untuk menunjang pertumbuhan tulang anak. Jika kelainan tulang sudah tergolong
parah, dokter akan melakukan operasi untuk memperbaiki tulang anak.

 Komplikasi Rakitis
Jika dibiarkan tanpa penanganan, rakitis dapat menyebabkan komplikasi berupa:

 Kejang
 Gangguan pertumbuhan
 Kelainan gigi
 Nyeri tulang
 Kelainan tulang
 Osteoporosis
 Patah tulang tanpa sebab
 Kelainan lengkung tulang belakang

 Pencegahan Rakitis
Rakitis bisa dicegah dengan mencukupi kebutuhan vitamin D dan kalsium. Beberapa cara
yang dapat dilakukan adalah:

 Berjemur di bawah sinar matahari selama 10-15 menit sehari. Sebelum berjemur,
gunakan krim tabir surya agar kulit tidak terbakar sinar matahari dan terhindar dari risiko
kanker kulit.
 Mengonsumsi makanan yang kaya vitamin D, seperti kuning telur, ikan tuna atau salmon,
minyak ikan, roti, dan susu.
 Mengonsumsi suplemen vitamin D sesuai anjuran dokter dan rutin memeriksakan diri ke
dokter, bila sedang hamil.

21. Osteomalacia
Osteomalacia adalah kondisi di mana tulang tidak dapat mengeras, sehingga rentan untuk
bengkok atau bahkan patah. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan vitamin D,
kalsium, atau fosfor, yang dibutuhkan untuk proses pengerasan tulang.   Osteomalacia terjadi pada
orang dewasa. Bila kondisi ini terjadi pada anak-anak,  disebut dengan penyakit rakitis.
Osteomalacia dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium atau
vitamin D. Penderita osteomalacia juga dianjurkan untuk berjemur di pagi hari, karena paparan
sinar matahari dapat membantu produksi vitamin D di dalam tubuh.
 Gejala Osteomalacia
Pada awalnya, penderita osteomalacia tidak merasakan gejala apa pun. Ketika kondisi
semakin buruk, tulang penderita akan menjadi rapuh, yang ditandai dengan beberapa gejala
berikut:

 Nyeri pada beberapa bagian tubuh, terutama punggung bawah, panggul, pangkal paha,
kaki, dan tulang rusuk. Rasa nyeri akan bertambah parah di malam hari atau ketika
menahan beban berat.
 Terhuyung-huyung saat berjalan, serta kesulitan untuk berdiri dan naik tangga, akibat
kelemahan pada otot.
 Tubuh terasa mudah lelah.

Bila kondisi semakin berat, penderita dapat mengalami patah tulang.


Selain keluhan di atas, kekurangan kalsium juga dapat menimbulkan gejala berupa:

 Mati rasa
 Otot kaku dan tegang
 Detak jantung tidak beraturan.

 Penyebab Osteomalacia
Osteomalacia disebabkan oleh tidak sempurnanya proses perkembangan tulang, sehingga
tulang tidak mengeras. Hal ini terjadi akibat tubuh kekurangan kalsium, fosfor, atau vitamin D.
Selain karena asupannya yang kurang dari makanan, beberapa kondisi di bawah ini juga dapat
membuat tubuh kekurangan ketiga zat tersebut:

 Kurangnya paparan sinar matahari


 Efek samping obat-obatan antikejang
 Usia lanjut
 Obesitas morbid
 Gangguan fungsi ginjal atau hati
 Penyakit celiac, di mana usus halus tidak mampu menyerap nutrisi dari makanan
 Pernah menjalani operasi pengangkatan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).

 Diagnosis Osteomalacia
Untuk menilai kondisi tulang serta mencari tahu penyebab osteomalacia, ada beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu:

 Foto Rontgen, untuk melihat adanya keretakan kecil pada tulang, yang menjadi salah satu
ciri osteomalacia.
 Pemeriksaan BMD (bone mineral density), untuk melihat kepadatan tulang.
 Tes darah dan urine, untuk memeriksa kadar vitamin D, fosfor, dan kalsium dalam darah
dan urine. Selain itu, tes darah dan urine juga dapat memeriksa kadar hormon paratiroid
yang memengaruhi kadar kalsium dalam tubuh.
 Biopsi tulang, yaitu prosedur pengambilan sampel jaringan tulang pasien menggunakan
jarum, untuk kemudian diteliti lebih lanjut di laboratorium. Namun, pemeriksaan ini
jarang dilakukan.

 Pengobatan Osteomalacia
Untuk memenuhi kecukupan kalsium, fosfor, dan vitamin D, serta mengatasi osteomalacia,
dokter akan menyarankan pasien untuk:

 Berjemur di bawah sinar matahari

Pasien akan diminta untuk sering menjemur pada pagi hari. Pastikan untuk menggunakan tabir
surya sebelum berjemur, terutama bila matahari sudah terik.

 Mengatur pola makan

Dokter akan menyarankan penderita untuk memperbaiki pola makan dan lebih banyak
mengonsumsi makan yang kaya akan kandungan kalsium, vitamin D, dan fosfat.

 Mengonsumsi suplemen vitamin D

Penderita osteomalacia dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D selama beberapa


minggu hingga beberapa bulan.

 Mengonsumsi suplemen kalsium atau fosfor

Jika kadar kalsium atau fosfor rendah di dalam tubuh, maka dokter akan meresepkan suplemen
kalsium atau fosfor.

Jika sudah ada tulang yang patah atau berubah bentuk akibat osteomalacia, dokter
ortopedi akan menyarankan pemasangan brace atau bahkan tindakan operasi. Jika ada penyakit
yang mendasari kurangnya vitamin D, kalsium, atau fosfor, dokter juga akan mengobati penyakit
tersebut.

 Pencegahan Osteomalacia
Osteomalacia dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan vitamin D. Oleh sebab itu,
dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin D, seperti
minyak ikan, telur, sereal, roti, susu, atau yogurt.
Jika diperlukan, Anda dapat mengonsumsi suplemen untuk memenuhi kebutuhan vitamin
D, kalsium, atau fosfor. Agar aman, berkonsultasilah dengan dokter terlebih dulu sebelum
mengonsumsi suplemen tersebut.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel,serat dan matriks ekstraseluler. Fungsi
utama tulang sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan tempat perlekatan pada
otot dan organ yang terdapat pada tubuh seseorang. Untuk mencaga agar tulang tetap sehat
tanpa mengalami gangguan/penyakit, kita perlu melakukan pola hidup sehat, olahraga
secukupnya, istirahat secukupnya, mencaga pola asupan gizi dengan baik, serta
menambahkan vitamin tulang.

3.2 SARAN
Semoga isi makalah ini dapat berguna untuk edukasi/ pembelajaaran, serta menambah
wawasan kita untuk tetap hidup sehat dan menyayangi diri kita. Apabila terdapat salah-salah
dahal makalah ini, penulis mohon maaf serta kritik dan saran yang membangun. Atas
perhatian pembaca, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Daftar pustaka :

https://id.wikipedia.org/wiki/Tulang

https://id.scribd.com/doc/261066803/Bab-i-Pendahuluan

https://www.gurupendidikan.co.id/tulang-manusia/

https://www.alodokter.com/osteoporosis

https://www.alodokter.com/skoliosis

https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-gejala-dan-cara-mengatasi-lordosis

https://www.alodokter.com/kyphosis

https://www.alodokter.com/gejala-dan-jenis-tumor-tulang-yang-perlu-diwaspadai

https://www.alodokter.com/rakitis

https://www.alodokter.com/osteomalacia

Anda mungkin juga menyukai