Anda di halaman 1dari 10

Peranan kreatifitas

Dalam belajar

Pengertian kreatifitas kreatifitas individu tahap-tahap faktor yang

Kreatif atau ciri-ciri berkembangnya mempengaruhi

Peserta didik kreatif kreatifitas berkembangnya

kreatifitas

upaya guru dalam mengembangkan

kreatifitas peserta didik dalam proses

pembelajaran
Nama: Zaid Husein

NIM : 17086312

Matkul : Psikologi Pendidikan

Peranan kreatifitas dalam belajar

A. Pengertian Kreativitas

Pengertian Kreativitas Menurut Para Ahli- Istilah kreativitas menunjukkan


kemampuan siswa dalam menciptakan hasil karya baru yang merupakan produk-
produk kreasi. Ada beberapa perbedaan pandangan mengenai definisi kreativitas.
Perbedaan definisi atau pengertian kreativitas menurut para ahli saling melengkapi
satu sama lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kreativitas dapat dirumuskan sebagai
suatu proses aktivitas kognitif seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa karya baru maupun karya kombinasi yang semuanya itu relatif berbeda dengan
apa yang ada sebelumnya.
Dalam mengembangkan siswa kreatif terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas siswa.
Berikut ini kami sajikan beberapa pengertian kreativitas yang dikemukakan oleh
para ahli:
 Pengertian Kreativitas Menurut  Widayatun: Kreativitas adalah suatu
kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu menciptakan
ide-ide asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang.
 Pengertian Kreativitas Menurut  James R. Evans: Kreativitas adalah
keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subjek perspektif baru,
dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah
tercetak dalam pikiran
 Pengertian Kreativitas Menurut  Santrock: Kreativitas adalah kemampuan
untuk memikirkan tentang sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta
untuk mendapatkan solusi-solusi yang unik.
 Pengertian Kreativitas Menurut Semiawan: Kreativitas adalah kemampuan
untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency),
keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri-
ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan
selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru.
 Pengertian Kreativitas Menurut  Munandar: Kreativitas adalah kemampuan
untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan
kemampuan operasional anak kreatif.
 Pengertian Kreativitas Menurut  Rongers (dalam Utami Munandar, 2009:18)
mengemukakan kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri,
mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang,
kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan
organisme.
 Pengertian Kreativitas Menurut  Yatim
Riyanto (2012:232) kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik
dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Definisi lain menurut Moreno
(dalam Yatim Riyanto, 2012:233) kreativitas merupakan sesuatu yang baru bagi
diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi oranglain atau
dunia pada umumnya, misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya sendiri
suatu hubungan baru dengan siswa/orang lain.

B. Kreativitas individu kreatif atau ciri-ciri peserta didik kreatif


Individu yang memiliki kreativitas yang tinggi menunjukan sikap dan prilaku
yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Kekhasan prilaku yang
kreatif digambarkan oleh beberapa ahli berikut ini :
Menurut Roger ( dalam Utami Munandar, 2004) ada tiga kondisi dari pribadi kreatif :

1. Keterbukaan terhadap pengalaman


2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi
seseorang (internal locus of evalution) dan
3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep
Para ahli lain seperti Torrance dan Dembo (979); Utami Munandar (2004);
Conny Semiawan (1984); Cohen (1976); Siegelman (1973) mengungkapkan beberapa
ciri orang kreatif antara lain :
1. Suka humor, tidak kaku dan tidak tegang dalam bekerja
2. Suka pada pekerjaan yang menantang
3. Cukup kuat memusatkan perhatian
4. Suka mengemukakan ide-ide baru dan bersifat imajinatif
5. Lebih sensitive terhadap keadaan orang lain
6. Tidak banyak terikat pada kelompoknya
7. Mampu memunculkan ide-ide yang aneh
8. Terbuka terhadap ide-ide/penemuan baru
9. Fleksibel//tidak kaku
10. Memiliki konsep diri positif

Menurut Utami Munandar (2004) prilaku kreatif tidak hanya memerlukan


kemampuan berfikir kreatif (kognitif), tetapi juga memerlukan adanya sikap kreatif
(aktif) pada saat sikap kreatif dioprasionalkan.
Menurut PARNES (1972) Ada 4 macam prilaku kreatif (Ciri kreatifitas),
sebagai berikut:
1. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk
memecahkan suatu masalah.
2. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan memberikan atau menemukan berbagai
macam ide untuk memecahkan suatu masalah diluar kategori biasa.
3. Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon yang unik, bahan ide
secara terperinci untuk mewujudkan ide jadi kenyataan.
4. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah
sebagai tanggapan suatu situasi
Lebih lanjut, Munandar (1999) menjelaskan ciri-ciri pribadi kreatif meliputi
ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang berhubungan
dengan kognisi atau proses berfikir adalah :
1. Ketrampilan berpikir lancar, yaitu kemampuan mencetuskan banyak gagasan,
jawaban , penyelesaian masalah atau pertanyaan.
2. Ketrampilan berpikir luwes, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda.
3. Ketrampilan berpikir orisinal, yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang baru,
unik, dan asli.
4. Ketrampilan memperinci (mengelaborasi), yaitu kemampuan mengembangkan,
memperkaya, atau memperinci secara detail dari suatu gagasan sehingga menjadi
lebih menarik.
5. Ketrampilan menilai (mengevaluasi), yaitu kemampuan menentukan
penilaian  sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu rencana, atau
suatu tindakan itu bijaksana atau tidak.

Ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau


perasaan. Motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu:
1. Rasa ingin tahu
2. Bersifat imajinatif
3. Merasa tertantang oleh kemajemukan
4. Berani mengambil resiko
5. Sifat menghargai
Ciri kreatifitas juga digolongkan kedalam dua bagian yaitu anak yang
kreatifitasnya tinggi dan anak yang kreatifitasnya rendah. Anak yang kreatifitasnya
tinggi cenderung lebih ambisius, mandiri, otonom, cenderung percaya diri, efisien
dalam berfikir, tertarik pada hal-hal komplek dan perspektif, mampu mengambil
resiko. Sedangkan anak yang rendah kreatifitasnya kurang memiliki kesadaran diri
akan arti hidup sehat dan sejahtera, kurang bisa mengendalikan dirinya dan kurang
efisien dalam berfikir.

C. Tahap-tahap berkembangnya kreatifitas

Kerja kreatif meminta menggunakan dan menyeimbangkan tiga kemampuan


-sintetik, analisis dan praktikal- yang semuanya bisa dikembangkan. Kemampuan
sintetik mampu membangkitkan ide baru dan menarik. Seringkali seorang kreatif
memiliki partikel berpikir sintetik yang bagus menghubungkan antara sesuatu dengan
hal lain dengan spontan. Tipikal kemampuan analisis mempertimbangkan berpikir
kritik, keterampilan analisis dan ide evaluasi. Setiap orang kreatif memiliki ide
menganalisis peristiwa baik dan buruk. Kemampuan mengembangkan analisis
pikirannya memungkinkan mengejar ide jelek menjadi bagus. Menggunakan
kemampuan analisis mengeluarkan implikasi ide kreatif dan test. Kemampuan
praktikal ialah kemampuan menerjemahkan teori ke praktek dan ide-ide abstrak
kepada kecakapan praktikal. Implikasi dari penanaman teori kreatif ialah memiliki ide
yang sangat bagus tetapi mereka tidak bisa menjualnya. Orang kreatif menggunakan
kemampuannya meyakinkan orang lain bahwa idenya bisa diterapkan.

Dalam proses berlangsungnya kreativitas, maka menurut Graham Wallas


menjelaskan beberapa tahap sebagai berikut;

1. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan (preparation). Pada tahap ini ide datang dan
timbul dari berbagai kemungkinan. Namun biasanya ide itu berlangsung dengan
hadirnya suatu keterampilan, keahlian, atau ilmu pengetahuan tertentu sebagai
latar belakang atau sumber dari mana ide itu lahir.
2. Tahap kedua, yaitu Inkubasi (incubation). Dalam pengembangan kreativitas, pada
tahap ini diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide
yang timbul. Berbagai teknik dalam menyegarkan dan meningkatkan kesadaran
itu, seperti meditasi, latihan peningkatan kreativitas, dapat dilangsungkan untuk
memudahkan “perembetan”, perluasan, dan pendalaman ide.
3. ahap tiga, yaitu iluminasi (illumination). Pada tahap ini terjadi komunikasi
terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan bagi penemu, sehingga hasil yang
telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi.
4. Tahap empat, verfikasi (verification). Perbaikan dari perwujudan hasil tanggung
jawab terhadap hasil menjadi tahap akhir dari proses ini. Dimensi dari
perwujudan  karya kreatif dari proses ini. Dimensi dari perwujudan karya kreatif
untuk diteruskan kepada masyarakat yang lebih luas setelah perbaikan dan
penyempurnaan terhadap karyanya itu berlangsung. (Conny R. Semiawan, 1998)

D. Faktor yang mempengaruhi berkembangnya kreatifitas

1. Faktor tersedianya sarana kebudayaan                     


Seorang musikus akan sulit mengembangkan bakatnya jika ia hidup
dilingkungan dimana tidak ada kemungkinan untuk mempelajari musik secara
wajar walaupun ia berbakat. Tersedianya sarana juga meliputi sarana fisik dalam
bentuk peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk suatu bidang. Oleh karena itu
jika kreatifitasdalam bidang seni ingin dikembangkan, maka peningkatan sarana
dan media kebudayaan perlu dikembangkan. Tersedianya media tersebut
merupakan persyaratan bagu pertumbuhan suatu kebudayaan.

2. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan                   


Rangsangan dan lingkungan kebudayaan tidak hanya harus tersedia, tetapi
juga harus diingini dan mudah didapatkan. Kebudayaan tidak hanya
memperhatikan tujuan-tujuan seperti kesejahteraan, keamanan, dan pertahanan,
namun juga sebaiknya media kebudayaan terbuka bagi semua lapisan masyarakat
dan tidaklagi golongan tertentu saja.

3. Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga


negara, tanpa diskriminasi.
Dahulu dan sekarang, sampai batas tertentu yang mendapat privilege untuk
bidang- bidang kebudayaan tertentu. Diskriminasi juga berlaku bagi jenis
kelamin. Jarang sekali wanita yang mencapai keunggulan dalam salah satu bidang
dibandingkan dengan pria. Menurut penelitian Terman (dalam Venom, 1982),
yang menyelidiki biografi dari tokoh-tokoh yang unggul serta mengikuti
perkembangan anak-anak berbakat dari masa anak sampai masa dewasanya, maka
wanita pada umumnya sejak di SD sampai dengan di perguruan tinggi dapat
melebihi pria dalam prestasi akademik, akan tetapi dalam dunia pekerjaan mereka
tidak lagi dapat bersaing dengan pria. Keadaan ini bukan karena faktor
kemampuan, tapi dikarenakan faktor motivasi dan kesempatan.

4. Faktor interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti


Orang-orang yang berarti saling mempengaruhi melelui produk yang
mereka hasilkan maupun melalui kontak pribadi langsung. Interaksi antara
kelompok orang yang tenar dalam bidang tertentu (misalnya para seniman di
Taman Ismail Marzuki), dengan adanya kesepakatan bekerja sama, dapat
mempunyai dampak yang bermakna.

5. Faktor insentif, penghargaan atau hadiah


Dari segi pendidikan, apabila insentif atau motifasi eksternal (yaitu berupa
hadiah, uang dan sebagainya) terlalu sering diberikan, justru dapat mempunyai
dampak bahwa motifasi internal berkurang atau hilang. Artinya orang tidak lagi
mencipta demi ciptaan itu sendiri, akan tetapi terutama karena dibayangi oleh
keinginan mendapat hadiah. Dalam hal ini motivasi internal (mencipta demi
hadiah yang akan diperoleh). Bagaimanapun, sampai batas-batas tertentu insentif
dari luar dapat menguatkan motivasi untuk berprestasi dan mempunyai dampak
memperkuat (reinforcing), tidak terutama karena hadiahnya, hadiah tersebut
hanya melambangkan penghargaan terhadap si pencipta.
Satu hal yang perlu disadari ialah bahwa dengan terpenuhinya kesembilan faktor
creativogenic tersebut dimuka, belum merupakan jaminan bahwa kreativitas akan
muncul. Faktor-faktor tersebut hanya merupakan faktor penunjang atau
ketidakhadirannya merupakan faktor penghambat. Akan tetapi akhirnya yang paling
menentukan adalah unsure-unsur intrapsikis dari diri pribadi individu itu sendiri.
Karena itu mungkin saja timbul tokoh yang kreatif, walaupun lingkungannya tidak
kondusif untuk perkembangan kreativitas.

E. Upaya guru dalam mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses


pembelajaran

Pengembangan kreatifitas dapat dilakukan melalui proses belajar


diskaveri/inkuiry dan belajar bermakna, dan tidak dapat dilakukan hanya dengan
kegiatan belajar yang hanya bersifat ekspositori. Karena inti dari kreatifitas adalah
pengembangan kemampuan berpikir divergen dan bukan berpikir konvergen.
Untuk pengembangan kemampuan demikian guru perlu menciptakan situasi belajar-
mengajar yang banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan
masalah, melakukan beberapa percobaan, mengembangkan konsep-konsep atau
gagasan siswa sendiri.
Dalam proses pembelajaran peserta didik perlu diupayakan pengembangan
aktifitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses pebelajaran. Ada banyak cara
yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan kreativitas para peserta
didiknya, salah satunya yaitu dengan mengoptimalkan pelajaran seni rupa yang telah
ada dalam kurikulum pembelajaran, seperti yang dibahas pada salah satu jurnal.
Disana dijelaskan bahwa mata pelajaran seni rupa bertujuan untuk meningkatkan
kreativitas, sensitivitas, perasaan, dan kemampuan keterampilan berkarya.Dengan
mengutip pemikiran Gibbs, E.Mulyasa(2003) mengemukakan hal-hal yang perlu
dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya, adalah:

1) Dikembangkannya rasa percaya diri pada diri siswa dan mengurangi rasa takut.
2) Memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara
bebas terarah.
3) Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya.
4) Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
5) Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan.

Widada (1994) dalam Akhmad Sudrajat(2009) mengemukakan bahwa untuk


meningkat aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, pendidik
dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut:
 Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem(kesadaran
akan harga diri siswa) siswa.
 Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming,
inquiry, dan role playing.
 Value clarification an moral development approach; mengembangkan segenap
potensi siswa menuju tercapainya self actualization,termasuk dalam hal etika dan
moral.
 Multipletalent approach; pengembangan seluruh potensi siswa untuk
membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
 Inquiry approach; guru memberiksn kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah
serta meningkatkan potensi ilmiahnya.
 Pictorial riddle approach; mengembangkan metode untuk mengembangkan
motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
 Synetics approach; lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk
membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya.

Anda mungkin juga menyukai