KEPERAWATAN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL
KEHILANGAN
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
AL ANSAR UMAR
AYULI ALMAWATI HUSAIN
ARUM PUSPITA SARI
BIMO SETYAWAN MONOARFA
ENJEL M ENTE
MOHAMAD SYAHDAN TUNE
NICOLAS USMAN PAKAYA
RIKA ISMAIL
RIYANI BAU
SINTIAWATI IRIANTO
SRI FATMAWATI SULEMAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah swt karena hanya dengan qodrat dan
iradatnya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial Kehilangan”
Sholawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Nabi Muhammad
saw,semoga curahan rahmatnya akan sampai kepada kita selaku umat akhir zaman yang
senantiasa mengikuti ajaran beliau.Tak lupa ucapan terimah kasih kami ucapkan kepada selaku
dosen mata kuliah yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan makalah
ini. Penulis berharap semoga gagasan pada makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia kesehatan
maupun pendidikan, khususnya kepada pembaca.
KEPERAWATAN JIWA 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
1. Konsep Kehilangan
A. Pengertian Kehilangan...............................................................................................................6
B. Tanda dan gejala Kehilangan.....................................................................................................7
C. Tingkatan Kehilangan................................................................................................................7
D. Faktor Predisposisi.....................................................................................................................8
E. Faktor Presipitasi.......................................................................................................................8
F. Sumber Koping..........................................................................................................................8
G. Mekanisme Koping....................................................................................................................8
H. Mekanisme Pertahanan Ego.......................................................................................................9
I. Yang Perlu Di kaji.....................................................................................................................9
J. Faktor yang mempengaruhi....................................................................................................10
2. Proses Asuhan Keperawatan Terhadap Pasien Kehilangan..........................................................12
A. Pengkajian..............................................................................................................................12
B. Merumuskan masalah..............................................................................................................15
C. Rencana Keperawatan..............................................................................................................15
D. Implementasi...........................................................................................................................15
E. Evaluasi................................................................................................................................17
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11
KEPERAWATAN JIWA | DAFTAR ISI 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan
dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak
atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Setiap individu yang mengalami penyakit atau trauma mungkin juga mengalami
rasa kehilangan atau berduka. Seorang klien bisa merasakan duka karena kehilangan
beberapa hal, antara lain: kehilangan bagian atau fungsi tubuh, kepercayaan diri,
kepercayaan, atau penghasilan. Penyakit dapat mengubah atau mengancam identitas
seseorang, dan pada waktunya setiap orang akan meninggal. Perawat memiliki tugas
utama mencegah penyakit dan trauma, serta membantu klien kembali menjadi sehat.
Perawat juga berperan penting dalam membantu klien dan keluarga untuk beradaptasi
dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan memfasilitasi suatu kematian yang damai
(Potter & Perry, 2010).
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada
keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.Pandangan-pandangan tersebut dapat
menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.
Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus
pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial
yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi
KEPERAWATAN JIWA 4
mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama
kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
Klien dan keluarga memerlukan asuhan keperawatan khusus mengenai berduka
dan kematian, bahkan mungkin lebih banyak dibandingkan perawatan yang lainnya.
Penyediaan pelayanan bagi klien pada akhir kehidupan membutuhkan pengetahuan dan
kepedulian untuk memberikan rasa nyaman, bahkan ketika harapan pengobatan dan
kelanjutan hidup sudah tidak mungkin lagi (Virani & Sofer, 2003).
Oleh karena itu pentingnya asuhan keperawatan yang lebih mengkhusus guna
menghadapi klien dengan masalah kehilangan dan berduka selain itu penting juga bagi
perawat memahami konsep dari kehilangan dan berduka.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP KEHILANGAN
A. Pengertian Kehilangan
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami setiap individu selama rentang
kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan
bereaksi terhadap kehilangan. Respons terakhir kehilangan sangat dipengeruhi oleh
respons individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter & Perry, 1997).
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan suatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagain atau keseluruhan
(Lambert,1985). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupan. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cendrung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Terlepas
dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon terhadap situasi
kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh kehilangan
sebelumnya.
Individu mengalami kehilangan ketika individu lain, pengontrolan, bagian tubuh,
lingkungan yang dikenal atau perasaan diri sudah berubah atau tidak ada lagi. Perubahan
kehidupan bersifat alami dan biasanya bersifat positif. Selama menjalani kehidupan
bersifat alami dan biasanya bersifat postif. Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk,
sesuai nilai dan prioritas yang dipengaruhi oleh lingkungan seseorang yang meliputi
keluarga, teman, masyarakat, dan budaya.
Selama menjalani kehidupan, kita mempelajari bahwa perubahan selalu
melibatkan kehilangan yang penting(necessary losses), yang merupakan bagian dari
KEPERAWATAN JIWA 6
hidup. Kita belajar berharap bahwa sebagian besar dari rasa kehilangan yang diperlukan
pada akhirnya digantikan oleh sesuatu yang berbeda atau yang lebih baik. Namun,
beberapa rasa kehilangan menyebabkan kita mengalami perubahan permanen dalam
hidup kita dan mengancam perasaan kita tentang kepemilikan dan keamanan. Kematian
seseorang yang kita cintai, perceraian, atau kehilangan kebebasan akan mengubah hidup
kita selamanya dan secara signifikan mengganggu kesehatan fisik, psikologis, dan
spiritual.
Kehilangan maturasional(maturational losses) adalah suatu bentuk dari
kehilangan yang penting dan melibatkan semua harapan hidup yang secara normal
berubah disepanjang kehidupan. Beberapa rasa kehilangan terlihat tidak diperlukan dan
bukan merupakan bagian dari pengalaman pendewasaan yang diharapkan. Secara tiba-
tiba, kejadian eksternal yang tidak dapat diperkirakan menyebabkan rasa kehilangan
situasional.
Kehilangan dapat bersifat actual atau dirasa. Rasa kehilangan aktual (actual
loss) terjadi ketika seseorang tidak dapat lagi merasakan, mendengar, atau mengenali
seseorang atau objek. Ada juga kehilangan objek yang berharga antara lain semua yang
dipakai atau salah tempat, dicuri, atau rusak oleh bencana. Rasa kehilangan yang dirasa
(perceived losses)didefinisikan secara unik oleh seseorang yang mengalami rasa
kehilangan dan bersifat tidak begitu jelas bagi individu lain, misalnya kehilangan
kepercayaan diri atau harga diri.
D. Faktor Predisposisi
Factor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah :
1. Factor genetic
2. Kesehatan jasmani
3. Kesehatan mental
4. Pengalaman kehilangan masa lalu
5. Struktur kepribadia.
E. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kihilangan, diantaranya :
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi di masyarakat
5. Kehilangan orang yang dicintainya
6. Kehilangan kewarganegaraan
F. Sumber Koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain :
denial, intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi dan proyeksi yang digunakan untuk
menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan.
KEPERAWATAN JIWA 8
G. Mekanisme Koping
a. Fase Denial (Penyangkalan)
Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan yang ada. Selalu
ada verbalisasi “itu tidak mungkin”, “saya tidak percaya itu terjadi” yang
tercantum dalam otaknya. Terjadi perubahan fisik seperti letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
b. Fase Anger (Kemarahan)
Mulai sadar akan kenyataan. Marah diproyeksikan pada orang lain. Terjadi
reaksi fisik seperti muka merah, nadi cepat, gelisah, sudah tidur, tangan mengepal.
Berperilaku agresif.
c. Fase Bargaining (Tawar Menawar)
Adanya tawar menawar seperti verbalisasi “kenapa harus terjadi pada saya?“
dinetralkan menjadi “seandainya saya berhati-hati, pasti tidak terjadi pada saya”.
Maksud disini adalah adanya suatu mekanisme pertahanan diri untuk tidak
menyalahkan diri sendiri.
d. Fase Depression (Depresi)
Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa. Gejala yang
timbul adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
e. Fase Acceptance (Penerimaan)
Pikiran pada objek yang hilang berkurang. Verbalisasi ”apa yang dapat saya
lakukan agar saya cepat sembuh?” dan juga “yah, akhirnya saya harus operasi”.
KEPERAWATAN JIWA 10
keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain menganggap bahwa
mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-keras.
5. Faktor Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa
kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan
akan kematian.
6. Faktor Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan
goncangan jiwa yang berat dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu
dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi
kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang
yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi
perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian
KEPERAWATAN JIWA 12
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa
percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain:
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan.
Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam
keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan
tidak tepat.
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem imune dan endokrin
KEPERAWATAN JIWA | DAFTAR ISI 13
f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang
hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
g. Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah
pembimbing.
h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang
telah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
B. Analisa data
KEPERAWATAN JIWA 14
1) Merasa putus asa dan kesepian
2) Kesulitan mengekspresikan perasaan
3) Konsentrasi menurun
b. Data objektif:
1) Menangis
2) Mengingkari kehilangan
3) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
3. Merumuskan masalah
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl Pratice,
menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada
pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan yang berhibungan dengan
asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a. Duka cita
b. Duka cita terganggu
c. Risiko duka cita terganggu
a) Fase Pengingkaran
o Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
o Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan
memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan
dan kematian.
KEPERAWATAN JIWA 16
b)Fase marah
o Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan.
d)Fase depresi
o Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
o Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e) Fase penerimaan
o Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
j. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1) Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama
masa berduka.
2) Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
3) Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang
diperhatikan oleh orang lain.
4) Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.
k. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan (Kematian Anak)
1) Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2) Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3) Menyiapkan perangkat kenangan.
4) Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5) Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta tempat
mereka minta bantuan bila diperlukan.
5. Evaluasi
a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.Setiap
individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respons terakhir kehilangan sangat dipengeruhi
oleh respons individu terhadap kehilangan sebelumnya (Potter & Perry, 1997).
Sementara itu, berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal
ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan
pada pengalaman pribadi, ekspetasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya.Respons
berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap berikut (Kubler-Ross,
dalam Potter & Perry, 1997) yaitu, Tahap Pengingkaran, Tahap Marah, Tahap Tawar-
Menawar, Tahap Depresi dan Tahap Penerimaan.
B. SARAN
Klien dan keluarga memerlukan asuhan keperawatan khusus mengenai berduka dan
kematian, bahkan mungkin lebih banyak dibandingkan perawatan yang lainnya. Oleh karena
itu pentingnya asuhan keperawatan yang lebih mengkhusus guna menghadapi klien dengan
masalah kehilangan dan berduka selain itu penting juga bagi perawat memahami konsep dari
kehilangan dan berduka.
KEPERAWATAN JIWA 18
DAFTAR PUSTAKA
https://emsalfiancee.wordpress.com/2013/05/09/makalah-konsep-kehilangan-loss-and-grieve/amp/
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-berduka-b.pdf
https://www.slideshare.net/AmaliaSenja1/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka
https://www.kompasiana.com/ferry-silitonga/5500c608a333115263512756/sehat-mental-
dengan-makanisme-pertahanan-diri-ego