OLEH :
KELOMPOK 3
Sri Mulyani
Evi Tri Oktaviani
Suci Ismawati
Maharani Chikita
Hajra Abdul Djalal
Asmawati
Reski Angraeni
Zulhaeni
Nini Gimawati
JOBSHEET
Materi Pembahasan : Jobsheet Ibu Nifas Dengan Vulvitis
Nama Mata Kuliah : Metodik Khusus
Dosen : Mercy J. Kaparang, SKM., M.Kes
Nama Kelompok : kelompok 3
- Sri Mulyani
- Evi Tri Oktaviani
- Suci Ismawati
- Maharani Chikita
- Hajra Abdul Djalal
- Asmawati
- Reski Angraeni
- Zulhaeni
- Nini Gimawati
REFERENSI
Sukma F, dkk, 2017. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta: Jakarta.
Rochmawati, L, 2011, Nifas Patologi, https//lusa.akfar.id/infeksi-masa-nifas-dan-penanganannya, diakses tanggal 21
Desember 2011.
DASAR TEORI
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sukma F, dkk, 2017)
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam organ genital
pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genital yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38◦C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare, AS).
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomy
2
atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi
ulkus dan mengeluarkan nanah.
PETUNJUK
Peralatan
1. Stetoschope
2. Spignomanometer
3. Thermometer
4. Jam tangan
5. Reflex hammer
6. Pengukur tinggi badan
7. Timbangan
8. Nierbekken
9. Kapas DTT
10. Tempat sampah
Prosedur Tindakan
No langkah gambar
1 Jelaskan Prosedur tindakan kepada Ibu
Key point:
Menerangkan maksud, tujuan dan prosedur
pemeriksaan kepada ibu nifas.
2 Wawancara
Keypoint:
BIODATA KLIEN
Biodata klien berisi tentang : nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat,
no.medical record, nama suami, umur, pendidikan,
pekerjaan, suku, agama, alamat.
3
B. KELUHAN UTAMA
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta
pertolongan.
C. RIWAYAT HAID
Umur menarch pertama kali, lama haid, jumlah
darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari
pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
D. RIWAYAT PERKAWINAN
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke
berapa ? Apakah perkawinan sah atau tidak ? atau
direstui orang tua atau tidak ?
E. RIWAYAT OBSTETRI
1. 1. Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil
laboratorium : USG, Darah, Urine, keluhan selama
kehamilan termasuk situasi emosional.
2. 2. Riwayat persalinan
- Riwayat persalinan lalu : jumlah gravid, jumlah
paritas, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat
bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB
bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
- 3. Riwayat nifas pada persalinan lalu : pernah
mengalami demam, keadaan lochia, kondisi
perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah
melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri
pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan
pemberian ASI.
- 4. Riwayat persalinan saat ini : kapan mulai
timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi
ketuban, lama persalinan, dengan episiotomy atau
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina,
dilakukan anestesi atau tidak, panjang tali pusat, lama
pengeluaran placenta, kelengkapan placenta, jumlah
perdarahan.
- 3. Riwayat new born : apakah bayi lahir spontan
atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi
saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah
membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, jenis
kelamin bayi, BB, panjang badan, kelainan
congenital, apakah langsung diberikan ASI atau susu
formula. 4
K KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. 1. Pola nutrisi : pola menu makanan yang
dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack
(makanan ringan), nafsu makan, pola minum,
jumlah, frekuensi.
2. 2. Pola istirahat dan tidur : lamanya, kapan
(malam,siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat. posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).
3. 3. Pola eliminasi : apakah terjadi dieresis setelah
melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya control blas,
terjadi over disttensi blass atau tidak atau retensi
urine karena rasa takut luka episiotomy, apakah
perlu bantuan saat BAK, pola BAB, frekuensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum.
4. 4. Personal hygiene : pola mandi, kebersihan
mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakaian, rambut dan
wajah
5. 5. Aktivitas : kemampuan mobilisasi beberapa saat
setelah melahirkan, kemampuan merawat diri dan
melakukan eliminasi, kemampuann bekerja dan
menyusui.
Key Point:
- Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah normal 120/80 mmHg
- Pemeriksaan suhu
Suhu Normal 36,5-37’C
- Pemeriksaan nadi
Nadi normal 60-90 kali per menit
- Pemeriksaan pernafasan
Nafas normal 16-24 kali permenit
Key point:
Ukur tinggi badan
Timbang berat badan
4 Wajah
Key point:
Lihat kelopak mata cekung atau tidak
Lihat konjungtiva anemis atau tidak
Lihat sclera ikterus atau tidak
Lihat gigi berlubang atau tidak, geraham lengkap
atau tidak, adanya caries atau tidak, ada gigi palsu
atau tidak, jumlah gigi lengkap atau tidak.
5 . B Payudara
Key point:
pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan areola dan putting susu, kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi
laktasi/kolostrum, perabaan pembesaran kelenjar
getah bening ketiak.
Leher
Key point:
Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe atau tidak
Dada 6
Key point:
Apakah ada retraksi atau tidak
6 Abdomen
Key point:
teraba lembut, tekstur kenyal, musculus rektus
abdominalis utuh (intact) atau terdapat diastasis,
distensi, striae, TFU, konsistensi (keras. lunak),
kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blass.
7 . A genetalia
Keypoint:
Lihat struktur, regangan, oedem vagina, keadaan
liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom,
nyeri, tegang.
Perineum : keadaan luka episiotomy (ada tanda-
tanda infeksi atau tidak, jika ada berikan therapy
injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam, jika ada
pembengkakan berikan injeksi Dexamethasone 1
ampul/8 jam, Mefinal tablet 3×1, kompres Nacl
setiap pagi dan sore, dan berikan IVFD cairan RL
28 tpm), periksa adanya oedem, kemerahan, dan
eritema.
8 Lochea
Keypoint:
(Warna, jumlah, bau)
a. Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa- sisa
selaput ketuban, selama dua hari pascapersalinan.
b. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning
berisi darah dan lendir, hari ke-3 sampai ke-7
pascapersalinan.
c. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak
berubah lagi, pada hari ke-8 sampai ke-14
pascapersalinan.
d. Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.
9 Ekstremitas
Key point: .
Ekstremitas atas : simetris kiri dan kanan,
7
kelengkapan jari dan kuku, ada oedem atau tidak,
ada nyeri tekan atau tidak.
Ekstremitas bawah : simetris kiri dan kanan, ada
oedem atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, reflex
platela baik atau tidak
EVALUASI
1. Setelah langkah kerja dilakukan dengan urutan yang benar dan tepat sesuai dengan penuntun kerja (Job
Sheet)
2. Persiapan tempat harus diperhatikan
3. Aturan keselamatan kerja harus diperhatikan saat melaksanakan prosedur kerja
4. Langkah-langkah dilakukan sesuai dengan daftar tilik
5. Mahasiswa dapat melakukan tindakan secara individu
8
ASUHAN PADA IBU NIFAS DENGAN VULVITIS
PETUNJUK
NIM : ..................................................................
LATIHA
No LANGKAH KERJA N
1 2 3 4 5
A PERSIAPAN ALAT
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Jam tangan
5. Pen light
6. Gelas berisi air klorin & DTT
7. Kom berisi tissue
8. Kom berisi kapas DTT
9. Kom berisi air DTT
10. Bengkok
11. Handscoon dalam bak instrumen
12. Handuk kecil dan bersih
13. Perlak
14. Selimut mandi
15. Betadine
16. Botol cebok
17. Baskom berisi air DTT
18. Baskom berisi larutan klorin 0,5 %
19. Tempat pakaian kotor
20. Tempat sampah
B. PERSIAPAN PETUGAS, LINGKUNGAN & PASIEN
PETUGAS & LINGKUNGAN :
1. Berada di sebelah kanan pasien
2. Mencuci tangan di air mengalir
3. Ruangan dalam keadaan tertutup, nyaman dan terang
PASIEN :
4. Mengetahui dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan
5. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
C LANGKAH KERJA 9
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
3. Informed consent
4. Mempersiapkan ibu dalam posisi terbaring dan nyaman
5. Menyelimuti ibu
6. Menutup sampiran/scherm
7. Mencuci tangan efektif
8. Menanyakan keluhan ibu dan bayinya
9. Memperhatikan keadaan umum ibu pada waktu kunjungan
10. Melakukan pemeriksaan TTV
11. Melakukan pemeriksaan fisik (head to toe)
Pemeriksaan Fisik
Kepala sampai ketiak
12. Memeriksa kebersihan rambut
13. Memeriksa apakah terjadi Oedema pada wajah
Memeriksa apakah mata :
14. Pucat pada kelopak bagian bawah
15. Berwarna kuning pada sklera
Memeriksa apakah hidung :
16. Bersih
17. Terdapat polip
Memeriksa apakah telinga :
18. Bersih
Memeriksa apakah mulut :
19. Stomatitis
20. Gigi caries
Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah :
21. Kelenjar tiroid membesar
22. Pembuluh limfe
Memeriksa dan meraba apakah ketiak :
23. Terdapat benjolan
Ekstremitas atas
Memeriksa apakah tangan :
24. Kebersihan tangan dan kuku
25. Pucat atau ikterik pada kuku tangan, oedema pada punggung tangan
Payudara
26. Melakukan pemeriksaan payudara :
− Ibu tidur telentang dengan lengan kiri di atas kepala : secara sistematis dilakukan
perabaan/raba payudara sampai axila bagian kiri, perhatikan apakah ada
benjolan, pembesaran kelenjar atau abses
− Ulangi dengan prosedur yang sama pada payudara sampai axila bagian kanan
Abdomen
27. Melakukan pemeriksaan abdomen :
− Lihat apakah ada luka bekas operasi (jika baru)
− Palpasi untuk menilai/mendeteksi apakah ada uterus di atas pubis atau tidak
− Palpasi untuk mendeteksi apakah ada massa atau konsistensi/otot perut
Vulva
10
28. melakukan pemeriksaan ginetalia vulvitis
Ekstremitas bawah
29. Kebersihan kaki
30. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
31. Memeriksa kaki untuk mengetahui apakah ada nyeri pada betis (Tanda
Homan)
32. Membantu ibu mengatur posisi untuk pemeriksaan perineum
33. Mengenakan handscoon bersih
34. Memberitahukan kepada ibu tentang prosedur pemeriksaan tersebut
35. Memeriksakan perineum untuk menilai penyem
buhan luka laserasi atau penjahitan perineum, dan memeriksa adanya
pembengkakan dan nyeri. Jika ada pembengkakan dan nyeri lanjutkan
penanganan sesuai
therapy yang dianjurkan
36. Perhatikan warna, konsistensi dan bau lokhea
37. Memberitahukan kepada ibu hasil temuan atau hasil pemeriksaan
Catatan :
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
( ..................................
11
Materi Asuhan Masa Nifas dengan Vuvitis
Tubuh ibu berubah setelah persalian, rahimnya mengecil, serviks menutup, vagina kembali ke
ukuran normal dan payudaranya mengeluarkan ASI. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Dalam masa
itu, tubuh ibu kembali ke ukuran sebelum melahirkan. Untuk menilai keadaan ibu, perlu dipahami
perubahan yang normal terjadi pada masa nifas ini.
• Involusi Rahim
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan retraksi otot – ototnya.
Fundus uteri ± 3 jari bawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi
sesudah 2 hari, uterus akan mengecil dengan cepat, pada hari ke – 10 tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6
minggu ukurannya kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada ibu yang telah mempunyai anak biasanya
uterusnya sedikit lebih besar daripada ibu yang belum pernah mempunyai anak.
Involusi terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, karena sitoplasma nya yang berlebihan
dibuang, involusi disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi
dan kemudian dibuang melalui air kencing, sehingga kadar nitrogen dalam air kencing sangat tinggi.
Perubahan pada Vagina dan Perineum adalah Estrogen pascapartum yang menurun berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.
dinding abdominal menjadi lunak setelah proses persalinan karena perut yang meregang selama
kehamilan. Ibu nifas akan mengalami beberapa derajat tingkat diastatis recti, yaitu terpisahnya dua parallel
otot abdomen, kondisi ini akibat peregangan otot abdomen selama kehamilan. Tingkat keparahan diastatis
recti bergantung pada kondisi umum wanita dan tonus ototnya, apakah ibu berlatih kontinyu untuk
mendapat kembali kesamaan otot abodimalnya atau tidak.
Pada saat postpartum nafsu makan ibu bertambah. Ibu dapat mengalami obstipasi karena waktu
melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan, pengeluaran cairan yg berlebih, kurang makan, haemoroid,
laserasi jalan lahir, pembengkakan perineal yg disebabkan episiotomi. Supaya buang air besar kembali
normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak
berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia
Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya akan bertambah, mencapai
3000 ml per hari pada 2 – 5 hari post partum. Hal ini akan mengakibatkan kandung kencing penuh. Sisa
urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Lebih
kurang 30 – 60 % wanita mengalami inkontinensial urine selama periode post partum. Bisa trauma akibat
kehamilan dan persalinan, Efek Anestesi dapat meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan nyeri
perineum terasa lebih lama, Dengan mobilisasi dini bisa mengurangi hal diatas. Dilatasi ureter dan pyelum,
normal kembali pada akhir postpartum minggu ke empat.
Sekitar 40% wanita postpartum akan mempunyai proteinuria nonpatologis sejak pasca salin hingga14
hari kedua postpartum. Mendapatkan urin yang valid harus diperoleh dari urin dari kateterisasi yang tidak
terkontaminasi lochea.
4. Musculoskleletal
Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh- pembuluh darah yang berada
diantara anyaman-anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta diberikan.
Pada wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol dan membuat
wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita
itu akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil.
Kulit memperoleh kambali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil stria menetap.
5.Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG menurun dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke tujuh sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke- 3 post partum. Pada hormon
pituitary prolaktin meningkat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
meningkat pada minggu ke- 3.
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dapat dipengerahui oleh factor menyusui.
Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
Setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolactin juga sedang
meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI
6. Kardiovaskuler
Pada keadaan setelah melahirkan perubahan volume darah bergantung beberapa faktor, misalnya
kehilangan darah, curah jantung meningkat serta perubahan hematologi yaitu fibrinogen dan plasma agak
menurun dan Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, leukositosis serta faktor-
faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun dan faktor pembekuan darah meningkat.
a. Suhu badan
Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat sedikit (37,5 – 380C) sebagai
akibat kerja keras sewaktu melahirka, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik
lagi karena adanya pembekuan ASI.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Denyut nadi setelah
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100x/menit adalah
abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah
setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
7. Hematologi
Leokositoisis, yang meningkatan jumlah sel darah yang putih hingga 15.000 selama proses
persalinan, tetap meningkat untuk sepasang hari pertama postpartum. Jumlah sel darah putih dapat menjadi
lebih meningkat hingga 25.000 atau 30.000 tanpa mengalami patologis jika wanita mengalami proses
persalinan diperlama. Meskipun demikian, berbagai tipe infeksi mungkin dapat dikesampingkan dalam
temuan tersebut.
Jumlah normal kehilangan darah dalam persalinan pervaginam 500 ml, seksio secaria 1000 ml,
histerektomi secaria 1500 ml. Total darah yang hilang hingga akhir masa postpartum sebanyak 1500 ml,
yaitu 200-500 ml pada saat persalinan, 500-800 ml pada minggu pertama postpartum ±500 ml pada saat
puerperium selanjutnya. Total volume darah kembali normal setelah 3 minggu postpartum. Jumlah
hemoglobin normal akan kembali pada 4-6 minggu postpartum.
15
Perubahan Psikologis Masa Nifas
Periode kehamilan, persalinan, dan pascanatal merupakan masa terjadinya stress yang hebat,
kecemasan, gangguan emosi, dan penyesuian diri. (Ball ‘94, Bick&Mc Arthur ‘95, Nieland&Roger ‘97)
Intervensi mendengarkan pada saat antenatal dapat menjadi strategi yang berguna untuk mencegah
morbiditas psikologis. Asuhan yang supportif dan holistik membantu meningkatkan kesejahteraan emosi
ibu dan mengurangi angka morbiditas psikologis pada periode pascanatal. (Clement ‘95, Hodnett ‘00,
Wesseley, Rose&Bisson ‘00)
Informasi yang adekuat dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu dan kemungkinan distress emosi.
(Newton&Raynor ’00)
Setelah persalinan ibu perlu waktu untuk menyesuaikan diri, menjadi dirinya lagi, dan merasa
terpisah dengan bayinya sebelum dpt menyentuh bayinya. (Price ‘88) Perasaan ibu oleh bayinya bersifat
komplek dan kontradiktif. Banyak ibu merasa takut disebut sebagai ibu yang buruk, emosi yang
menyakitkan mungkin dipendam sehingga sulit dalam koping dan tidur. Ibu menderita dalam kebisuannya
sehingga menimbulkan distress karena kemarahan thd situasi
Periode ini dieskpresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini :
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,
fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat .
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima
tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c. Leting go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab
sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya. 20
Post Partum merupakan keadaan yg timbul pada sebagian besar ibu nifas yaitu sekitar 50-80% ibu
nifas, hal ini merupakan hal normal pada 3-4 hari , namun dapat juga berlangsung seminggu atau lebih.
Etiologi dari postpartum blues masih belum jelas, kemungkinan besar karena hormon; perubahan kadar
estrogen, progesteron, prolactin, peningkatan emosi terlihat bersamaan dengan produksi ASI. Berikut juga
dapat menjadi penyebab timbulnya psot partum blues.
Gambaran Postpartum blues bersifat ringan dan sementara, ibu mengalami emosi yang labil;16
mudah menangis, euforia dan tertawa. Ibu merasa sedih & menangis karena hal yg tdk jelas, mudah
tersinggung, karena kurang percaya diri, menjadi sensitif dgn komentar sekelilingnya. Asuhan yang dapat
diberikan pada ibu postpartum yaitu dengan memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan dirinya,. Berikan ibu support dan reward/pujian, pertolongan/bimbingan orang
terdekat akan sangat membantu ibu.
Duka cita adalah respon fisiologis terhadap kehilangan. Kegagalan duka cita pada umumnya oleh
karena suatu keinginan u/ menghindari sakit yg intens. Duka cita sangat bervariasi tergantung pada apa yg
hilang & persepsi individu. Tingkat kehilangan dicerminkan melalui respon diri. Bentuk kehilangan dapat
beragam diantaranya Infertil, keguguran, IUFD, kelainan kongenital, bayi meninggal.
a. Shock
Merupakan respon awal terhadap kehilangan, bentuk respon fase shock ini diantaranya;
menolak, tidak percaya, putus asa, marah
b. REALITAS, PENERIMAAN
Merupakan fakta kehilangan dan penyesuaian/adaptasi terhadap keyataan yang terjadi.
Klien membuat penyesuaian yang perlu direncanakan dalam kehidupan karena kejadian
itu. Sering timbul pertanyaan : “mengapa:, “jika”, “bagaimana. Ketika pertanyaan ini timbul
akan meningkatkan perasaan marah, bersalah, dan takut. Ekspresi secara utuh penting
untuk kesembuhan. (ex;menangis)
c. RESOLUSI
Di fase ini individu mulai aktif kembali, fase resolusi merupakan tahap individu mulai
menerima kehilangannya, dan mulai membuat hubungan baru. Orang disekitarnya sangat
berperan, begitu pula dengan peran tenaga kesehatan. Bidan sangat penting dalam
membantu ibu yang berduka. Seperti pada bayi yang lahir tidak sempurna (kelainan
kongenital), bidan berperan dalam memberi rasa aman, memberi support, mendengarkan
keluhan, tidak menyalahkan, dan memberi support untuk berusaha menerima bayinya.
Beri ibu kesempatan untuk menceritakan perasaan mereka walaupun berulang-ulang, karena hal ini
merupakan manifestasi duka cita. Memberikan informasi ; penyebab dan kejelasan tentang kelainan bayi
mereka membantu ibu untuk melalui fase duka cita.
17
KEBUTUHAN DASAR NIFAS
Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada proses laktasi dan involusi. Makan
dengan diet seimbang, tambahan kalori 500-800 kal/ hari. Makan dengan diet seimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe)
diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari selama persalinan, Kapsul vitamin A
(200.000 IU ) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
• Mobilisasi
Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari tempat tidur, tergantung kepada keadaan
klien, namun dianjurkan pada persalinan normal klien dapat melakukan mobilisasi 2 jam pp . Pada
persalinan dengan anestesi miring kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur ½ duduk, turun dari tempat tidur
setelah 24 jam Mobilisasi pada ibu berdampak positif bagi, ibu merasa lebih sehat dan kuat, Faal usus dan
kandung kemih lebih baik, Ibu juga dapat merawat anaknya
• Eliminasi
Pengisian kandung kemih sering terjadi dan pengosongan spontan terhambat→retensi urin → distensi
berlebihan →fungsi kandung kemih terganggu, Infeksi. Miksi normal dalam 2-6 jam PP dan setiap 3-4 jam
Jika belum berkemih OK penekanan sfingter, spasme karena iritasi m. Spincter ani, edema KK, hematoma
traktus genetalis →ambulasi ke 17 kandung kemih. Tidak B.A.K dalam 24 jam → kateterisasi ( resiko ISK
>> Bakteriuri 40 %) BAB harus dilakukan 3-4 hari PP Jika tidak →laksan atau parafin /suppositoria.
Ambulasi dini dan diet dapat mencegah konstipasi. Agar BAB teratur : diet teratur, pemberian cairan yang
banyak, latihan dan olahraga.
• Personal hygiene
Ibu nifas rentan terhadap infeksi, unttuk itu personal hygiene harus dijaga, yaitu dengan
a. Mencuci tangan setiap habis genital hygiene, kebersihan tubuh, pakaian, lingkungan,
tempat tidur harus slalu dijaga.
b. Membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih
c. Mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehari
d. Menghindari menyentuh luka perineum
e. Menjaga kebersihan vulva perineum dan anus
f. Tidak menyentuh luka perineum
g. Memberikan salep, betadine pada luka
• Seksual
Hanya separuh wanita yang tidak kembali tingkat energi yang biasa pada 6 minggu PP, secara fisik,
aman, setelah darah dan dapat memasukkan 2-3 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Penelitian pada 199
ibu multipara hanya 35 % ibu melakukan hubungan seks pada 6 minggu dan 3 bln, 40% nya rasa nyeri dan
18
sakit. (Rogson dan Kumar,1981)
INFEKSI NIFAS
1. Pengertian
Infeksi nifas merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya bakteri di traktus genitalia setelah
melahirkan, akibat adanya perlukaan pada daerah serviks, vulva, vagina, dan perineum pada proses
persalinan.5,6Beberapa penelitian menjelaskan bakteri yang sering menyebabkan infeksi traktus
genitalia wanita adalah Staphylococcus aureus, dan terdapat trauma atau luka maka sebagai media
masuknya Staphylococcus aureus untuk terjadinya infeksi.
Menurut Saleha (2009:96), infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia
setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.
Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan permukaan
yang tidak rata, daerah ini merupakan tempat baik untuk berkembangnya bakteri.Pada saat
persalinan, bagian serviks, vulva, vagina, dan perineum yang sering mengalami perlukaan pada
persalinan.Semua ini merupakan tempat masuknya kuman patogen (Saleha, 2009:96)
a. Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 370C lebih dari 1 hari. Tetapi kenaikan suhu tubuh
temporal hingga 410C tepat seusai melahirkan (karena dehidrasi) atau demam ringan tidak lebih
dari 380C pada waktu air susu mulai keluar tidak perlu dikhawatirkan.
b. Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan, di area abdominal bawah
usai beberapa hari melahirkan.
c. Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah beberapa hari pertama
d. Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan keluar darah di tempat insisi
Caesar.
e. Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan rasa lembek pada payudara
begitu produksi penuh air susu mulai berkurang yang bisa berarti tanda-tanda mastitis
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas. Suhu
380C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari
disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu pada masa nifas dianggap sebagai infeksi nifas
apabila tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Saifuddin, 2007).
2. VULVITIS
Vulvitis adalah peradangan pada vulva vulva normal terdiri dari kulit dengan epitel skuamosa
tersratifikasi mengandung kelenjar-kenlenjar lemk, keringat dan apokrin, sedang di bawahnya jaringan
subkutan termasuk kelenjar bartolin. Gatal dan rasa panas di vulva merupakan kurang lebih 10 % dari alas
an untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan. Kondisi vulva yang hangat dan lembab membuatnya
mudah terpengaruh. Vulvitis rentan terjadi pada wanita mana pun terutama mereka yang memiliki
kepekaan, infeksi, alergi, atau penyakit tertentu yang membuat mereka cenderung mengalami vulvitis.
a. Parasit
Ekstoparasitosis (investasi oleh parasit yan hidup di atas atau di dalam kulit ) dapat
menyebabkan mordibitas yang perlu mendapat perhatian. Pedikulosis dan scabies adalah jenis
yang paling biasa di jumpai dan seringkali disebut “penyakit rakyat”
• Pedikulosis Pubis
Merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan kutu pthirus pubis dan19
palingmudah di tularkan dari kontak dekat9 seksual-nonseksual), memakai handuk
atau sprei bersama. Biasanya terbatas di daerah vulva tetapi dapat menginfeksi
kelopak mata dan bagian-bagian tubuh yang lain. Parasit menaruh telur di dasar
folikel rambut. Parasite dewasa mengisap darah manusia dan berpindag degan pelan.
Keluhan berupa gatal yang hebat dan mentap di daerah pubik yang disebabkan
reaksi alergi, disertai lesi makulopapuler di vulva
Diagnosis dibuat visualisasi telur atau kutu rambut pubik atau identifikasi
mikroskopik kutu dengan minyak yang tampak sepan ketam.
Terapi pedikulosos pubis membtuhkan obat yang dapat membunuh kutu dewasa
dan telurnya . krim permetrin 5 % atau losion 1% di aplikasikan kemudian dibiarkan
10 menit lalu di cuci dengan air. Dipakai dua kali dengan jaeak 10 hari untu
membunuh telur yang baru menetas, tetapi terapi tersebut merupakan indikasi
kontra pada pasien hamil dan menyusui. Pakaian berbahan linen harus di cuci
dengan air panas dan di keringkan dengan cara dijemur/ dipanaskan.
• Skabies
Disebabkan oleh tungau scarcoptes scabiei var hominis dan ditularkan melalui
kontak dekat (seksual-nonseksual) dan dapat menginfeksi setiap bagian tubuh,
terutama permukaan felksural siku dan pergelangan tangan serta genitalia eksterna.
Betina dewasa sembunyi dan meletakan telur dibawah kulit, serta bergerak cepat
melewati kulit.
Keluhan berupa gatal hebat tapi sebentar-sebentar. Mungkin gatalnya lebih hebat
dimalam hari. Kelainan kulit dapat berupa papula, vesikel atau liang. Tangan,
pergelang tangan, payudara, VULVA, dan pantat adalah paling sering terkena .
Diagnosis di buat dengan pemeriksaan mikroskopik garutan kulit dengan minyak.
Terapi scabies membutuhkan obat yang dapat membunuh kut dewasa dan telurnya.
✓ Krim permetrin 5 %
✓ Lindane 1% krim atau losio
✓ Benzyl benzoas 20-25 %
✓ Asam salisilat 2%
✓ Sulfur presiptatum 4-20 % salep atau krim
✓ Terapi diatas indikasi kontra pada pasien ibu hamil dan menyusui
✓ Semua pakaian 3 hari terakhir di cuci bersih dengan menggunakan air panas
✓ Semua karet, sofa, selimut, kasur di cuci atai dijemur dibawah sinar matahari
• Moluskum kontagiosum
Adalah infeksi tidak berbahaya yang disebabkan oleh virus dari keluarga poxvirus dan
ditularkan melalui kontak dekat seksual –nonseksual dan otoinokulasi. Masa inkubasi
berkisar beberapa minggu sampai berbulan-bulan.
Keluhan dan gejala berupa paula berkubah dengan lekukan dipusatnya, diameter
berkisar 1-5mm. pada satu saat dapat timbul sampai 20 lesi.
Diagnosis dibuat dengan inspeksi kasar atau pemeriksaan mikroskopik material putih
seperti lilin yang keluar dari nodul. Diagnosis di tegakkan dengan pengecatan wright
atau giemsa untuk melihat benda-benda moluskum intrasitoplasmik.
Terapi trdiri dari pengeluaran material putih, eksisi nodul dengan kuret dermal dan
mengobat dasarnya dengan ferik subsulfat( larutal morel) atau asam trikloroasetat 85%.
Dapat juga di gunakan krioterapi dengan nitrogen cair.
• Kondiloma akuminatum
Adalah infeksi vula, vagina atau serviks oleh beberapa subtype human papilloma virus
(hPV). Infeksi hPV adalah penyakit menular seksual yang paling biasa terkait dgn lesi-
lesi intraepithelial di serviks, vagina, vulva.
Keluhan dan gejala berupa lesi lunak betangkai pada setip mukosa atau kuliat yang
bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Lesi biasaya tidak menimbulakn keluhan kecuali
kali terluka atau terkena infeksi sekunder, menyebabkan pendarahan, nyeri atau
keduanya.
Diagnosis , pemeriksaan kolposkopi dapat bantu identifikasi lesi-lesi serviks atau vaina.
Dapat juga dilakukan pemeriksaan DNA. 20
Terapi berupa mengangkat lesi jika ada keluhan untuk alas an kosmetik. Tidak ada
terapi yang dapat digunakan untuk membasmi virus hPV.
Vulvitis dapat terjadi pada setiap wanita di segala usia. Namun, risiko terjadinya vulvitis lebih tinggi
pada wanita yang memiliki kondisi berikut:
• Kulit sensitif
• Diabetes
• Gangguan imunodefisiensi atau sistem kekebalan tubuh yang lemah
• Inkontinensia urin
• Mendekati masa menopause
• Remaja yang belum mengalami pubertas
• Penyakit tertentu yang bisa menyebabkan timbulnya gatal kulit (pruritus), seperti penyakit
liver atau limfoma
• Gangguan mental
Gejala Vulvitis
Gejala vulvitis sangat bervariasi. Perlu diingat bahwa vulvitis bisa menjadi gejala atau keluhan dari
kondisi medis lainnya. Gejala-gejala yang bisa muncul saat seseorang mengalami vulvitis adalah:
21
SPO
No Dokum
en :
SPO No. Revisi :
Halaman :
1. Pengertian Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan standar pada ibu mulai 6 jam
sampai 42 hari pasca bersalin.
Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita)
23
MODUL IBU NIFAS DENGAN VULVITIS
Anamnesis adalah pertanyaan terarah yang ditujukan kepada ibu nifas, untuk
mengetahui keadaan ibu dan faktor resiko yang dimilikinya. Tujuan anamnesa adalah :
Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau
dirasakan oleh pasien. Anamnesa yang tepat dapat membantu penegakan assesment
dan diagnosa.
Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar 1 diharapkan Anda mampu untuk melakukan
pemeriksaan fisik pada ibu.
1. Pengertian Anamnesa
2. Tujuan anamnesa
3. Formulir anamnesa
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
PELAKSANAAN
LANGKAH KERJA ILUSTRASI GAMBAR
1. Persiapan alat
3.Melakukan anamnesa
Tujuan :
Pemeriksaan Genetalia
Melakukan inspeksi kebersihan pada alat genetalia pada ibu nifas dan pengeluaran lochea serta
luka jahit pada perineum
Pemeriksaan Ekstremitas :
▪ Keluhan utama
Yang dikaji adalah apakah ibu ada merasakan keluhan pada masa nifas
▪ Riwayat kesehatan
Yang dikaji adalah :
1. Riwayat kesehatan yang lalu
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan keluarga
▪ Riwayat Perkawinan
Yang dikaji adalah menikah sejak umur berapa,lama perkawinan,berapa kali
menikah,status pernikahan(karena status pernikahan sangat mempengaruhui psikologis ibu
yang berhubungan dengan masa nifas.
▪ Riwayat obstetric
1. Riwayat Kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
a. Berapa kali ibu hamil,penolong persalianan,dimana ia melahirkan,cara
b. persalinan,jumlah anak,apakah pernah abortus dan keadaan nifas yang lalu.
2. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan,jenis persalinan,lama persalinan,jenis kelamin anak,keadaan
bayi.Hal ini sangat penting dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak dan ini dapat berpengaruh pada masa nifas.
▪ Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien pernah ikut KB dengan jenis kontrasepsi apa,berapa
lama ibu menggunakan kontrasepsi tersebut,apakah ibu mengalami keluhan dan masalah
dalam penggunaan kontrasepsi tersebut dan setelah masa nifas ini akan memakai
kontrasepsi apa.
▪ Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarganya terhadap bayinya
2. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C.Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu
bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai
lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya
infeksi atau sepsis nifas.
28
3. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat
sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.Pada ibu yang
nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4. Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisiistirahat.Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena
adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
5. Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran kelenjar,dan
bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau tidak,apakah payudara ibu
ada bernanah atau tidak
6. Uterus
A. Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri
B. Apakah kontraksi uterus baik atau tidak
C. Apakah konsistensinya lunak atau keras
D. Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak
akan tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus
tidak baik dan konsistensinya lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi yang
akan mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang
normal akan berkurang dan uterus menjadi keras
E. Diastasis Rectie
Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan memasukkan kedua
jari kita yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari
kita masuk dua jari berarti diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai
berarti abnormal.Cara penanganan diastasis rectie adalah dengan operasi ringan (tometock)
7. Kandung Kemih
Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat
berkemih dalam 6 jam post partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan
bersih ke vulva dan perineumibu.Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak
bisa berkemih,maka mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah kandung
kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan
baik.
8. Ekstremitas Bawah
Pada pemeriksaan kaki apakah ada:Varises,oedema,Reflek patella,nyeri tekan atau
panas pada beti.Adanya tanda Homan,caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu
dan di lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus.Bila ibu merasakan nyeri pada betis
dengan tindakan tersebut,tanda Homan (+).
29
9. Genitalia
▪ Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya
▪ Hematom vulva (gumpalan darah)
▪ Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks dengan
cermat
▪ Lihat kebersihan pada genitalia ibu
▪ Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa nifas ini ibu
sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
10. Perineum
Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua
tungkai dilebarkan.saatmelakukan pemeriksaan perineum periksalah:
▪ Jahitan laserasinya
Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan pada
bagian jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan terlihat
tampak lebih jelas
▪ Oedema atau tidak
▪ Hemoroid pada anus
▪ Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
11. Lochea
Mengalami perubuhan karena proses involusi yaitu lochea rubra,serosa dan alba
Adapun factor penyebab yang paling mempengaruhi perubahan emosi dan psikososial ibu
adalah :
▪ Kekecewaan emosional
▪ Rasa sakit pada tahap nifas awal
▪ Kecemasan ibu dalam memberikan perawatan kepada bayinya
▪ Ketakutan akan penampilan dari dirinya yang tidak menarik lagi bagi suami
4.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tensi Meter
2. Termometer
3. Stetoskop8
4. Jam Tangan
5. Kom berisi kapas basah larautan antiseptic
6. Nierbeken
7. Perlak
8. Lembar status ibu
9. Alat Tulis
10. Register ibu nifas
11. Buku catatan
12. Pulpen
32
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU NIFAS
NAMA :
NIM :
TINGKAT/SEMESTER :
TANGGAL PENILAIAN :
N/A : Langkah kerja atau kegiatan tidak diperlukan dalam observasi ini.
KASUS
NO PENAMPILAN KERJA
1 2 3 4
5
B Persiapan
Tempat Pemeriksaan
1. Aman
2. Nyaman
3. Bersih
4. Tenang
Jendela dan ruangan tertup untuk
menjaga privacy ibu
5. Riwa yat KB
a. Jenis/ cara
b. Mulai Pakai : tgl / bulan /
tahun dimana
mendapatkannya
Siapa yang memberikan
c. Mulai lepas : tgl / bulan /
tahun , Alasan berhenti…
9. Keadaan Bayi
a. Kapan lahir ( tgl jam )
b. Rawat gabung / tidak
l. Alat-alat dirapikan
m. Mencuci tangan
36