Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui

proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek

tertentu. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting

untuk terbentuknya prilaku terbuka (sunaryo, 2004).

Menurut Notoatodjo (2007) Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh

pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam

diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu:

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Intrest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang nimbang) terhadap baik atau tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.


5) Adaption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah

dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi/penerpan (aplikation)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam suatu stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.
5) Sintesi (syntesis)

Sintesis menujuk kepada suatu kemampuan untuk meletkkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

jastifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan adalah upaya memberikan

pengetahuan, sehingga terjadi perubahan perilaku positif

yang meningkat (Arikunto, 2005).

b) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir

(Wawan, 2010).

c) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang disukai maupun

tidak disukai tetap dilakukan untuk menunjang kehidupan

baik dirinya sendiri maupun keluarganya.


d) Media massa/informasi

Informasi yang didapatkan baik dari pendidikan

forma maupun non formal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immedate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan.

2) Faktor Ekaternal

a) Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan seseorang. Lingkungan biasanya terdiri dari

keluarga atau teman serta tetangga yang sangat

mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam menentukan

prilaku. Karena prilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan bersifat langsung dari pada prilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan (Arikunto, 2005).

b) Budaya

Budaya di masyarakat akan sangat

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Budaya merupakan

sikap dan kepercayaan masyarakat disituasi daerah. Jadi

apabila suatu daerah mempunyai budaya yang bernilai

positif maka pengetahuan masyarakat juga akan ikut baik

(Nursalam, 2009).
c) Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi seseorang atau masyarakat

sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Masyarakat

yang sosial ekonominya rendah biasanya tingkat

pengetahuannya juga masih kurang atau rendah (Nursalam,

2009)

d. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Dewi dan Wawan (2010) yang dikutip dari

Arikunta 2006 pengetahuan seseorang dapat diintepretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1) Baik : hasil presentase 76 % - 100%

2) Cukup : hasil presentase 56% - 75%

3) Kurang : hasil presentase > 56%

2. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia baik yang

dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung,

maupun tidak langsung dapat diamati dari pihak luar

(Notoatmodjo, 2010).

b. Jenis prilaku

Menurut maulana (2009) perilaku dapat dilihat dari

bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku manusia dibagi

menjadi dua yaitu :


1) Perilaku tertutup ( covert behaviar )

Respon atau reaksi yang bersifat tertutup atau

terselubung. Sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut dan bisa diamati secara jelas oleh orang lain,

dikerenakan respon atau reaksi terhadap stimulus masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengatahuan/kesadaran.

2) Perilaku terbuka (overt behaviar )

Bentuk perilaku ini sudah dalam bentuk tindakan

atau praktik. Respons seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan yang nyata atau terbuka.

3. Hubungan pengetahuan dengan perilaku

Prilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan. Perilaku manusa adalah suatu aktivitas daripada

manusia itu sendiri. prilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu

respon seseorang terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.

Belum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan pada manusia yaitu genetik, lingkungan pelayanan

kesehatan, dan perilaku (Notoatmodjo,2007).

Menurut teori lawrence dalam Notoatmodjo (2012). Ada 3

faktor yang mempengaruhi perubahan prilaku individu maupun

kelompok sebagai berikut:


1) Faktor yang mempermudah (predisposing factor), yang mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma social, dan unsur lain

yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat yang

berkaitan dengan kesehatan.

2) Faktor pemungkin (Enabling factor ), yang mencakup ketersediaan

sarana dan prasarana, misalnya air bersih, tempat pembuangan

sampah, dll. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti

puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat

desa, dokter, dan bidan. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung

atau memungkinkan terwujudnya prilaku kesehatan.

3) Faktor pendorong (reinforcing factor), yaitu faktor yang

memperbuat perubahan prilaku seseorang yang dikarenakan

adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas

kesehatan.

4. Remaja

a. Pengertian

Remaja (adolescence) adalah suatu masa peralihan dari

kanak kanak menuju masa dewasa, yang dimulai pada saat

terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

sampai dengan 20 tahun (Soetjiningsih, 2007).

b. Perkembangan pada masa remaja

Menurut widiastuti (2009) berdasarkan sifat atau ciri-

ciri perkembangan masa (rentang waktu) remaja ada tiga yaitu:


1) Masa remaja awal (10-12 tahun)

a) Tempat dan memang merasa lebih dekat dengan teman

sebaya

b) Tampak dan merasa igin bebas

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

b) Ada keiginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam

d) Kemampuan berpikir abstrak (menghayal) makin

berkembang

e) Berkayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selaktif

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya

d) Dapat mewujutkan perasaan cinta

e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak


5. Keputihan

a. Definisi keputihan

Keputihan yang dalam bahasa kedokteran disebut fluor

albus, tidak selalu berarti suatu penyakit, jika hanya muncul pada

masa-masa tertentu dan tidak terus menerus. Disebut keputihan

karena dari vagina keluar cairan yang berlerbihan tapi bukan darah

dan biasanya sangat mengganggu ( Wekasari, 2010).

Leukorea (white discharge, flour albus, keputihan)

adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan

dari alat-alat genetal yang tidak berupa darah yang sering dijumpai

pada penderita ginekologi (Sarwono, 2007).

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari

liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta

disertai rasa gatal setempat penyebab keputihan dapat secara

normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormon tertentu

(Kusmiran, 2011).

b. Jenis keputihan

Keputihan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu keputihan

yang fisiologi dan yang patologi. Keputihan fisiologi terdiri atas

cairan yang kadang kadang berupa muncus yang mengandung

banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada keputihan

patologis terdapat bayak leukosit (Wiknjosastro, 2008).


c. Klasifikasi keputihan

1) Keputihan fisiologis

Keputihan fisiologis adalah cairan yang berupa mucus

yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang.

Tanda – tandanya sebagai berikut:

a) Cairan dari vagina berwarna bening.

b) Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak gatal.

c) Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak.

Keputihan fisiologis biasanya ditemukan pada:

a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari.

b) Waktu sekitar menarcehe karena mulai terdapat pengaruh

hormon ekstrogen.

c) Pada waktu dewasa saat dirangsang, sebelum melakukan

hubungan seksual yang disebabkan oleh pengeluaran dari

dinding vagina.

d) Sebelum dan sesudah menstruasi, serta waktu sekitar ovulasi.

2) Keputihan patologi

Keputihan patologi adalah cairan yang keluar

mengandung banyak leukosit. Tanda – tandanya sebagai berikut:

a) Keluar cairannya berlebihan seperti menstruasi

b) Cairannya kental dan berbau busuk

c) Berwarna kuning hingga kehijauan

d) Menimbulakan rasa gatal sekitar vagina


e) Muncul rasa panas pada vagina

( Wiknjosatro, 2007)

d. Penyebab utama keputihan

Menurut ayuningsih (2009) penyebab keputihan yaitu :

1) Prilaku tidak higienis : air cebok tidak bersih, celana dalam tidak

menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik.

2) Stres sehingga daya tahan tubuh rendah.

3) Menurut indri (2004), infeksi adalah keputihan karena bakteri

hemoflus vaginalis, parasit penyebab infeksi yaitu trikomnas dan

jamur berasal dari golongan candida atau monilia.

4) Benda asing dalam vagina yaitu akibat pemakaian tampon,

spiral, dan alat kontrasepsi lain yang dimaksukkan kedalam

vagina.

5) Penyakit organkandungan yaitu keganasan misalnya tumor.

6) Kelelahan akibat berkerja terlalu keras.

7) Gangguan hormon yaitu perubahan hormon akibat siklus

menstruasi atau kehamilan.

8) Pola hidup tidak sehat yaitu membersihkan vagina setelah buang

air atau tidak mengetahui cara vulva hygene.

e. Tindakan pencegahan keputihan

Menurut Wijayanti (2009), ada beberapa cara untuk

menghindari terjadinya keputihan, antara lain:


1) Personal hygene yaitu kebersihan pada alat kelamin wanita

berati bersih dari kotoran seperti membasuh vagina dengan air

hagat, cuci tangan sebelum menyentuh vagina.

2) Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak merusak

kestabilan pH di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih

yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu

menjaga keseimbangan pH sekaligus meningkatkan

pertumbuhan flour normal dan menekan pertumbuhan bakteri

yang tidak bersahabat. Sabun antiseptic umumnya bersifat keras,

sehingga tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam

jangka panjang.

3) Hindari pemakaian bedak/deodoran vagina yang tujuannya agar

vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki

partikel-partikel halus yang mudah terselip di sana-sini dan

akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di vagia.

4) Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau

lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan

belum di pakai.

5) Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat,

seperti katun.

6) Pakaian luar juga di perhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan

karena pori-porinya sangat rapat.

7) Ketika haid sering-sering untuk berganti pembalut.


8) Panthyliner sebaiknya digunakan pada saat keputihan bayak saja

atau pada saat berpergian, dan sebaiknya jangan menimbulkan

iritasi kulit.

f. Pengobatan keputihan

Menurut ayuningsih (2009) pengobatan keputihan terdiri dari:

1) Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan sabun atau

larutan antiseptik khusus pembilas vagina seperlunya.

Penggunaan berlebihan akan mematikan flora normal dan

menggangu keasaman vagina. Konsultasi kedokter sehingga

akan diperoleh pengobatan paling tepat untuk mengatasi

gangguan keputihan patologis dan infeksi sesuai dengan

penyebabnya. Jenis obat dapat berupa sediaan oral berupa teblet

atau kapsul, topikl seperti kram yang di oleskan dan uvula yang

langsung dimasukkan keliang vagina.

2) Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama

pasangan.

3) Jika masih belumsembuh, lakukan uji resistensi obat dan

mengganti dengan obat lain ada kemungkinan kuman ternyata

resisten terhadap obat yang diberikan.

4) Penderita yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual

secara rutin.

5) Jika positif terkena virus, bisa dilakukan pemeriksaan mulut

rahim. Sebagai penunjang dilakukan pula tes urin dan tes darah.
6) Melakukan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh mendukung

proses pengobatan.

6. Personal hygiene

a. Definisi personal hygiene

Personal hygiene berawal dari bahasa yunani, berasal

dari kata personal yang artinya perseorangan dan hygine berarti

sehat. Dari peryataan tersebut dapat di artikan bahwa kebersihan

perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laily dan sulistyo,

2012).,

b. Jenis -jenis personal hygiene

2) Perawatan kulit kepala dan rambut

3) perawatan mata

4) perawatan hidung

5) perawatan telinga

6) perawatan kuku kaki dan tangan

7) perawatan genetalia

8) perawatan kulit seluruh tubuh

9) perawatan tubuh secara keseluruhan

c. Manfaat

1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2) Memelihara kebersihan diri seseorang


3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang

4) Pencegahan penyakit

5) Meningkatkan percaya diri seseorang

6) Menciptakan keindahan

d. Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene

1) Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri.

2) Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan data dan bahan seperti

sabun,pasta gigi, shampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.

3) Pengetahuan

Pengetahuan personal hyginene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan

4) Budaya

Disebagian masyarakat misalnya jika ada individu yang sakit

tertentu maka tidak boleh di mandikan.

5) Kebisaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang menggunakan produk tertentu dalam

perawatan diri.

6) Kondisi fisik
Pada kondisi sakit kemampuan merawat diri berkurang dan

perlu bantuan untuk melakukannya.

(Tarwono dan Wartonah, 2004).

7. Perawatan organ kewanitaan

Perawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah bakteri

jahat yang tumbuh kembali dalam vagina, yang menyebabkan

terjadinya keputihan yaitu:

a. Membersihkan alat kelamin dengan benar yaitu selalu

membersihkan dari arah depan ke belakang setelah berkemih

ataupun buang air besar. Bila ke arah kebalikannya maka infeksi

bakteri akan mudah masuk ke vagina dan menyebabkan infeksi.

b. Selalu keringkan daerah vagina sebelum berpakian.

c. Memilih pakian dalam yang terbuat dari katun.

d. Mencukur sebagian rambut pubis untuk menghindari kelembaban

yang berlebihan di daerah vagina.

e. Menghindari faktor infeksi seperti berganti-ganti pasangan seksual,

serta pemeriksaan ginekologi secara teratur.

f. Memperhatikan keseimbangan makanan dalam tubuh agar menjaga

kestabilan pH dalam vagina tetapi terjadi (Ririn,2005).

8. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)

a. Pengertian

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku

yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses


tranfer materi atau teori seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedu, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena

adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau

masyarakat sediri (Mubarak, 2006).

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan penambahan

pengetahuan yang dilakukan dengan penyebaran pesan dan

malakukan keyakinan atas pentingnya kesehatan, sehingga

masyarakat tidak hanya sadar, tahu, mengerti, tetapi dapat berbuat

sesuatu dan mengetahui apa yang harus dilakukan (Setiawan,

2010).

Penyuluhan merupakan terjemahan dari konseling yaitu

bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagi

teknik. Penyuluhan merupakan suatu jenis layanan yang

merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat

diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang atau

individu, dimana yang seorang menjadi penyuluh berusaha

membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian dirinya

sendiri dalam hubungan dengan masalah yang dihadapi pada waktu

yang akan datang (Machfoedz, 2005).

Penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha

menyapaikan pesan kesehatan pada masyarakat, kelompok, atau

individu dengan harapan mendapatkan pengetahuan kesehatan

(Notoatmodjo, 2005).
b. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan utama penyuluhan kesehatan menurut Setiawan (2010)

adalah :

1) Mengubah prilaku individu, keluarga, kelompok, masyarakat

dalam bidang kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dan

bermanfaat di mata masyarakat.

2) Terbentuknya perilaku sehat dan status kesehatan yang optimal

pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai

dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental maupun social

sehingga dapat menurunkan angka kesehatan.

c. Sasaran penyuluhan

Sasaran penyuluhan adalah sebagai berikut :

1) Individu

Yaitu individu yang mempunyai permasalahan dengan

keperawatan dan kesehatan yang dapat dilakukan di rumah sakit,

klinik, puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan lainnya

(Notoatmodjo, 2005).

2) Keluarga

Yaitu keluarga binaan yang mempunyai permasalahan

kesehatan yang tergolong dalam resiko tinggi Menurut

Notoatmodjo (2005).

3) Masyarakat
Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda,

dan remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah

kelompok lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan

tinggi, sekolah agama, swasta maupun negeri (Machfoedz,

2005).

d. Metode penyuluhan kesehatan

Menurut Machfoedz (2005) metode penyuluhan yang

digunakan pada aplikasi pendidikan kesehatan adalah belajar

mengajar. Pada garis besarnya metode tersebut dibagi 2 macam,

antara lain :

1) Metode Klinik

Metode ini didasari pada satu atau one way method. Pendidik

aktif dan peserta didik posif. Kelemahannya, sulit dievaluasi

keberhasilannya. Contohnya siaran radio, tulisan dimedia cetak,

tv, filem.

2) Metode Sokratik

Metode ini adalah metode dua arah two-waytraffic method.

Dengan demikian peserta didik dapat aktif dan kreatif.

Contohnya diskusi kelompok, diskusi panel, role playing,

demotrasi dan lain-lain.

e. Metode pendidikan kesehatan

Menurut Machfoedz (2005), media pendidikan

kesehatan adalah alat bantu pendidikan untuk menyampaikan


kesehatan karena alat-alat tersebut dapat digunakan untuk

mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat.
1. Kerangka Teori

Faktor predisposisi:

a. Pendidikan
b. Umur
c. Pekerjaan
d. Media masa

Faktor pemungkinan:
Pengetahuan tentang
penyuluhan perawatan genetalia

Faktor penguat:

a. Sikap petugas
b. Perilaku petugas

Gambaran 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Teori Perilaku Lawrence Green (Notoatmodjo,2005)


2. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan
tentang perawatan
Penyuluhan
genetalia

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

3. Hipotesis

Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan genetalia

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada remaja putri yang

mengalami keputihan.

Anda mungkin juga menyukai