Anda di halaman 1dari 58

MATERI

KEPERAWATANMATERNITAS II

OLEH

NAMA : YANSYE NOYA

NPM : 12114201180005

KELAS : C

SEMESTER : V

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2020
Masalah – masalah kesehatan reproduksi

A. Gangguan perdarahan
1. Perdarahan awal kehamilan, perdarahan kehamilan lanjut
Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan sering membuat wanita merasa
ketakutan. Mereka akan panik karena menganggap perdarahan merupakan
tanda dari keguguran. Sebenarnya perdarahan yang terjadi pada awal
kehamilan tidak melulu berhubungan dengan kondisi buruk. Berikut ulasan
tentang penyebab perdarahan pada awal kehamilan.

Penyebab perdarahan awal kehamilan


Perdarahan yang terjadi saat awal kehamilan bisa disebabkan oleh beberapa
hal di bawah ini. Beberapa penyebab perdarahan tidak terlalu berbahaya
meski ada juga yang sampai membahayakan keselamatan dari janin yang
sedang ada di dalam kandungan.

Iritasi yang terjadi di serviks


Iritasi bisa terjadi pada serviks atau leher dari rahim. Iritasi ini muncul karena
beberapa hal. Pertama karena aktivitas seks yang dilakukan oleh pasangan.
Aktivitas seks yang terlalu kasar menyebabkan beberapa masalah seperti luka
robek di rongga vagina dan iritasi yang terjadi di serviks kalau pria memiliki
penis yang ukurannya di atas rata-rata.

Selanjutnya iritasi juga disebabkan oleh adanya penyakit menular seks. Meski
sedang hamil, penyakit seksual tetap bisa menginfeksi. Oleh karena itu,
wanita yang sedang hamil disarankan untuk melakukan seks secara aman.
Meski dengan pasangan sekali pun, kondom harus tetap digunakan.

Perdarahan karena implantasi


Perdarahan juga bisa terjadi di rahim karena ada implantasi atau
menempelnya plasenta pada dinding rahim. Saat menempel, dinding rahim
akan sedikit terbuka dan darah akan turun hingga ke vagina. Selain
perdarahan ringan, wanita juga akan merasakan sakit yang cukup intens
selama beberapa hari saja.

Perdarahan yang terjadi karena implantasi termasuk normal dan tidak perlu
dikhawatirkan. Selama tidak ada masalah dan perdarahan lanjutan, Anda
tidak perlu membawanya ke dokter atau bidan untuk diperiksa lebih lanjut.

Perdarahan akibat implantasi ini terjadi sekitar 10 hari setelah pembuahan.


Jadi, beberapa wanita menganggap perdarahan yang terjadi adalah menstruasi
biasa. Padahal jumlah darah yang keluar tidak terlalu banyak.

Ektopi di serviks
Ektopi di serviks adalah munculnya sel invasif di sekitar serviks. Sel ini
menyebabkan perdarahan meski tidak terlalu banyak. Oh ya, kondisi ini
biasanya lebih sering mengenai mereka yang melakukan persalinan kedua dan
persalinan pertamanya dilakukan secara normal.

Keguguran
Awal kehamilan rawan sekali terjadi keguguran. Kondisi ini menyebabkan
wanita hamil muda harus lebih waspada dan tidak boleh terlalu lelah. Kalau
sampai terlalu lelah keguguran akan terjadi. Kondisi ini muncul dengan
perdarahan keci lalu berakhir dengan jaringan dari janin yang belum tumbuh
dengan sempurna.

Kehamilan ektopi
Kehamilan ektopi adalah kehamilan yang terjadi tidak di dalam rahim.
Artinya embrio yang terbentuk saat pembuahan justru melakukan implantasi
di tuba falopi atau bagian lain di sekitar rahim. Karena tidak berada di rahim,
ada kemungkinan terjadi perdarahan dan keguguran.
Perdarahan lanjut pada trimester kedua dan ketiga
Setelah perdarahan pada trimester pertama atau awal kehamilan selesai, Anda
tidak bisa senang dahulu. Tetap jaga kesehatan dari janin agar perdarahan
akibat beberapa hal di bawah ini tidak terjadi.

Perdarahan tanpa akibat yang jelas. Bisa jadi karena aktivitas seks dari
pasangan yang terlalu intens.
Placenta previa. Kondisi placenta previa ini muncul kalau letak dari plasenta
bergeser. Harusnya berada di dalam rahim, tapi karena terjadi gangguan,
letaknya jadi berubah di dekat bukaan dari serviks atau leher rahim.
Lepasnya plasenta dari dinding rahim. Plasenta seharusnya menempel di
dinding rahim selama beberapa bulan dan akan lepas kalau janin akhirnya
lahir. Sayangnya karena ada guncangan atau karena trauma, plasenta lemas
dan menyebab perdarahan yang cukup kuat sebelum terjadi persalinan.
Perdarahan kehamilan lanjut
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum ( Sarwono, ilmu kebidanan 2010 ).
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya
segmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti
perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.
Plasenta previa adalah plasenta ada di depan jalan lahir (prae:
didepan, vias: jalan ). Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh
atau sebagian ostium internum. Implantasi plasenta yang normal adalah
pada dinding depan atau belakang rahim di daerah fundus uteri
( winknjosastro, 1999 )
Jenis – jenis plasenta previa
a) Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
b) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum.
c) Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
d) Plasenta retak rendah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang 2cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap
plasenta letak normal.

Etiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks akan lebih
membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus, pada saat itulah melailah terjadi perdarahan. Darahnya
berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan solusio
plasenta yang berwarna kehitam-hitaman ( Winkjosatro, 1999 ).
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim
belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista
menimpa desidua di daera segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain
yang mungkin. Teori yang lain mengemukakan sebagai salah satu
penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin
sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut,
cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan
sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium yang semuanya dapat di pandang sebagi faktor resiko bagi
terjadinya plasenta previa ( Sarwono, ilmu kebidanan 2010 ).
Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen
bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana
diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian
desidua basalis yan bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthimus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu
srviks mendatar ( Effacement ) dan membuka ( dilatation ) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan
yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari
plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segera bawah rahim itu
perdarahan pada di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh
karena segmen bawah rahimdan serviks tidak mampu berkontraksi dengan
kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan
akibatpembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna.
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan
berlangsung lebil banyak dan lebih lama.

2. Perdarahan pasca persalianan


 Pengertian Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah
keluarnya darah dari jalan lahir segera setelah melahirkan.
Perdarahan setelah melahirkan dengan jumlah wajar merupakan hal
yang normal terjadi, hal ini disebut lochia.
Kondisi ini terjadi ketika kehilangan darah yang sangat banyak
hingga lebih dari 500cc dalam 24 jam setelah melahirkan merupakan
suatu kondisi yang abnormal.

 Faktor Risiko Perdarahan Postpartum


Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian perdarahan
postpartum, yaitu:
1. Persalinan lama.
2. Bayi dalam janin lebih dari satu.
3. Episiotomi (tindakan membuka jalan lahir dengan
memberikan potongan di sekitar jalan lahir).
4. Bayi besar lebih dari 4000 gr.
5. Riwayat perdarahan sebelumnya.
6. Anemia saat hamil.
7. Usia kehamilan terlalu tua (lebih dari 38 tahun).

 Penyebab Perdarahan Postpartum


Penyebab perdarahan postpartum secara umum dibagi menjadi
empat penyebab, yaitu:
1. Tonus/kekuatan otot, keadaan ketika uterus tidak dapat berkontraksi
atau disebut atonia uteri, menyebabkan darah yang keluar dari uterus
tidak dapat berhenti secara alamiah. Hal ini menyebabkan darah
yang keluar semakin banyak dan harus mendapatkan pertolongan.
2. Trauma/cedera, adanya robekan jalan lahir karena bayi terlalu besar,
atau karena penggunaan obat pacu persalinan yang tidak sesuai
dengan aturan dapat menyebabkan kontraksi terlalu kuat dan
robeknya jalan lahir.
3. Jaringan, sisa jaringan plasenta yang masih menempel pada uterus
dapat menyebabkan sumber perdarahan dari jalan lahir.
4. Faktor pembekuan darah, perdarahan yang banyak dapat
menyebabkan hilangnya faktor-faktor yang dibutuhkan darah untuk
membantu penutupan luka. Selain itu, pengidap kelainan hemofilia,
yaitu ketika darah sukar membeku menyebabkan kelainan
perdarahan pasca melahirkan.

 Gejala Perdarahan Postpartum


1. Gejala yang timbul berupa perdarahan dari jalan lahir yang keluar
segera setelah persalinan. Di dalam darah yang keluar biasanya
mengandung darah, beberapa bagian dari jaringan otot uterus, mukus
atau lendir, dan sel darah putih.
2. Pada keadaan yang normal darah yang keluar segera setelah
melahirkan kurang dari 500cc. Namun, pada keadaan ketika
perdarahan postpartum merupakan sebuah kelainan, darah yang
muncul lebih dari 500cc.
Keadaan tersebut disertai gejala lain:
 Darah berwarna merah segar.
 Nyeri pada perut bawah.
 Demam.
 Pernapasan cepat.
 Keringat dingin.
 Penurunan kesadaran, mengantuk atau pingsan.

 Diagnosis Perdarahan Postpartum

1. Diagnosis perdarahan postpartum ditegakkan oleh dokter dengan


melihat gejala klinis dari pasien. Dokter menentukan diagnosis
perdarahan postpartum jika menemukan perdarahan lebih dari 500cc
dalam 24 jam pasca persalinan.
2. Untuk mencari penyebab perdarahan dokter dapat melakukan
beberapa pemeriksaan fisik dan penunjang. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan oleh dokter meliputi:
 USG, untuk melihat bagian dalam uterus apakah ada sisa
plasenta yang tertinggal
 Pemeriksaan faktor pembekuan, untuk melihat adanya
kelainan pembekuan atau tidak.
 Pengobatan Perdarahan Postpartum

3. Pada keadaan akut, yaitu ketika kehilangan darah sangat banyak,


tindakan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
cairan pengganti melalui infus. Tindakan memperbaiki keadaan
umum pengidap merupakan prioritas utama pengobatan.
4. Selanjutnya, pengobatan dilakukan dengan memperbaiki penyebab
dari perdarahan postpartum, seperti:
 Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus,
seperti oksitosin.
 Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan
plasenta yang tertinggal di dalam uterus.
 Pemberian transfusi darah dan komponen darah apabila
terdapat perdarahan masif pada pengidap.

 Pencegahan Perdarahan Postpartum

1. Perdarahan postpartum mengenai pada kelompok yang tidak berisiko


sekalipun, sehingga tindakan pencegahan aktif harus segera
dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan meliputi:
 Identifikasi dan koreksi anemia pada ibu hamil sebelum
persalinan.
 Pemeriksaan tanda vital sebelum persalinan juga penting
untuk mengidentifikasi kemungkinan perdarahan yang
terjadi.
 Untuk petugas kesehatan, manajemen aktif saat persalinan
dan tindakan persalinan yang menghindarkan dari terjadinya
perdarahan pascapersalinan.

2. Segera hubungi dokter apabila terdapat perdarahan yang sangat


banyak keluar dari jalan lahir dalam 24 jam setelah melahirkan.
Keluhan lain seperti keringat dingin, lemas, penurunan kesadaran
(mengantuk), dan demam menjadi tanda bahaya dalam perdarahan.

3.Syok Hemolragi
4. Gangguan pembekuan darah
Gangguan Pembekuan Darah Kelainan pembekuan darah kongenital dan
didapat berperan signifikan pada kejadian perdarahanpostpartum primer
tetapi jarang terjadi hanya sekitar 3%. Penyakit von Willebrand
merupakan contoh penyakit koagulopati yang penting yang dapat
meningkatkan risiko perdarahan postpartum.Gangguan pembekuan darah
baru dicurigai sebagai kausal apabila penyebab yang lain telah
disingkirkan dan disertai adanya riwayat pernah mengalami hal yang sama
pada persalinan sebelumnya. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian
ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan postpartum dimana sebagian
besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya
dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga, yaitu :
1) Persalinan kala tiga yang lebih singkat
2) Mengurangi jumlah kehilangan darah
3) Mengurangi kejadian retensio plasenta

Gejala Klinis
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10%
dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik yang nyata.
Gejala klinik baru tampak apabila kehilangan darah telah mencapai 20%.
Perdarahan tidak hanya terjadi pada mereka yang memiliki faktor risiko
tapi pada setiap persalinan kemungkinan terjadi perdarahan selalu ada.
Jika perdarahan terus berlanjut akan menimbulkan tandatanda syok dengan
gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan pasien
secara berangsur-angsur menjadi jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat dan ekstrimita
dingin, serta nafas menjadi sesak dan terengah-engah.
Diagnosis
Berdasarkan definisi dari perdarahan postpartum yaitu perdarahan yang
terjadi segera setelah partus (persalinan), sebanyak 500 ml pada persalinan
per vaginam atau lebih dari 1000 ml pada seksio sesarea.Cara yang paling
tepat untuk menentukan apakah seseorang mengalami perdarahan
postpartum adalah dengan menghitung kehilangan darah yang terjadi. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan cara mengukur atau memperkirakan jumlah
darah yang hilang saat persalinan.

B. Infeksi Maternal
1. Penyakit Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual
Infeksi menular seksual atau penyakit menular seksual adalah infeksi
yang menular melalui hubungan intim. Penyakit ini dapat ditandai dengan
ruam atau lepuhan dan rasa nyeri di area kelamin. Ada banyak jenis
penyakit menular seksual, di antaranya chlamydia, gonore, sifilis,
trikomoniasis, dan HIV.
Sesuai namanya, penyakit menular seksual menyebar melalui hubungan
intim, baik secara vaginal, anal, maupun oral. Tidak hanya hubungan
intim, penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan berbagi
jarum suntik dengan penderita. Infeksi juga dapat ditularkan dari ibu
hamil ke janin, baik selama kehamilan atau saat persalin
 Ciri Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual tidak selalu menimbulkan gejala atau bisa
hanya menyebabkan gejala ringan. Oleh karena itu, tidak heran beberapa
orang baru mengetahui dirinya menderita penyakit menular seksual
setelah muncul komplikasi atau ketika pasangannya terdiagnosis
menderita penyakit menular seksual.

 Gejala yang dapat muncul akibat penyakit menular seksual akan


berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya, namun umumnya
berupa:
 Muncul benjolan, luka, atau lepuhan di sekitar penis, vagina, anus,
atau mulut.Vagina atau penis terasa gatal dan terbakar.
 Nyeri ketika buang air kecil atau berhubungan intim.
 Keluar cairan dari penis (kencing nanah) atau vagina (keputihan).
 Nyeri perut bagian bawah.
 Demam dan menggigil.
 Muncul pembengkakan kelenjar getah bening atau benjolan di
selangkangan.
 Muncul ruam kulit di badan, tangan, atau kaki.
 Kulit penis kering, ruam, dan kemerahan.
Selain beberapa gejala di atas, wanita juga bisa merasakan gejala lain,
yaitu perdarahan di luar masa menstruasi dan muncul bau tidak sedap dari
vagina. Ini juga merupakan salah satu tanda gejala penyakit kelamin
wanita. Sementara pada pria, gejala lain penyakit menular seksual yang
dapat dialami adalah nyeri, sperma berdarah, atau pembengkakan pada
testis.
Segeralah berkonsultasi dengan dokter bila Anda mengalami
keluhan pada organ intim atau gejala-gejala di atas. Anda juga perlu
memeriksakan diri ke dokter jika pasangan Anda diketahui menderita
penyakit menular seksual, atau bila Anda melakukan hubungan seksual
yang berisiko, misalnya tanpa kondom, salah dalam menggunakan
kondom, dan sering bergonta-ganti pasangan.
 Macam-Macam Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur, dan parasit. Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular
seksual:
1. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang juga
dikenal dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada alat
kelamin atau mulut. Melalui luka inilah penularan akan terjadi.
2. Gonore
Gonore, yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari
penis atau vagina dan rasa nyeri ketika buang air kecil. Bakteri penyebab
gonore juga dapat menimbulkan infeksi di bagian tubuh lain, jika terjadi
kontak dengan sperma atau cairan vagina.
3. Human papillomavirus (HPV)
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang
sama, yaitu HPV. Virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga
kanker serviks pada perempuan. Gejala kanker serviks stadium awal
sering kali tidak khas bahkan tak bergejala. Penularan HPV terjadi
melalui kontak langsung atau melakukan hubungan seksual dengan
penderita.
4. Infeksi HIV
Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi
melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik,
transfusi darah, atau saat persalinan.
5. Chlamydia
Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis. Pada wanita, chlamydia menyerang leher rahim. Sedangkan
pada pria, menyerang saluran keluar urine di penis. Penularan dapat
terjadi dari luka pada area kelamin.
6. Trikomoniasis
Penyakt menular seksual ini disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis. Penyakit trikomoniasis bisa menimbulkan keputihan pada
wanita atau malah tidak menimbulkan gejala, sehingga sering kali
seseorang secara tidak sadar menularkan penyakit ini ke pasangan
seksualnya.
7. Hepatitis B dan hepatitis C
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis, dan dapat mengakibatkan
gangguan hati kronis hingga kanker hati. Virus ini ditemukan dalam darah
atau cairan tubuh penderita. Selain melalui hubungan seksual, virus ini
bisa menular melalui jarum suntik yang dipakai bersama dan transplantasi
organ.
8. Tinea cruris
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh jamur ini menyerang kulit
di sekitar alat kelamin, paha bagian dalam, dan bokong. Tinea cruris
ditandai dengan ruam merah yang terasa gatal pada kulit yang terinfeksi.
Penularannya adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau
menyentuh benda yang telah terinfeksi.
9. Herpes genital
Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini bersifat tidak aktif
atau bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala.
Penyebarannya terjadi melalui kontak langsung dengan pasangan yang
telah terinfeksi.
10. Candidiasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Candida. Candidiasis ditandai dengan
ruam atau lepuhan yang muncul pada kulit, terutama area lipatan kulit.
Sama seperti infeksi menular seksual lainnya, penularan penyakit ini
dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan penderita.
11. Granuloma inguinale
Granuloma inguinale atau donovanosis adalah penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Klebsiella granulomatis. Kondisi ini
ditandai dengan munculnya benjolan dan luka di selangkangan, penis,
anus, atau di skrotum.

 Komplikasi Penyakit Menular Seksual


Deteksi dan penanganan terhadap penyakit menular seksual perlu
dilakukan sejak dini. Jika dibiarkan, penyakit menular seksual dapat
menyebabkan beberapa komplikasi berikut:
 Peradangan pada mata
 Radang sendi
 Nyeri panggul
 Radang panggul
 Infertilitas
 Penyakit jantung
 Kanker serviks
 Kanker anus
 Abses anus
Penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan komplikasi pada
kehamilan. Beberapa penyakit menular seksual, seperti gonore,
chlamydia, HIV, dan sifilis dapat menular dari ibu hamil ke janinnya
selama kehamilan atau saat persalinan. Kondisi ini dapat memicu
keguguran dan gangguan kesehatan atau cacat lahir pada bayi.
 Mencegah Penyakit Menular Seksual
Langkah utama pencegahan penyakit menular seksual adalah menerapkan
perilaku seks yang aman, yaitu menggunakan kondom dan tidak bergonta-
ganti pasangan seksual.

2. Infeksi TORCH
infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes
simplex) merujuk kepada sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari
wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko
tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.
Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan
pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat
infeksi aktif dokter akan menyarankan pemeriksaan diagnostik berupa
pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.
Berikut adalah jenis-jenis infeksi TORCH :
1. Toksoplasmosis Infeksi ini ditularkan oleh parasit (protozoan parasite
Toxoplasma gondii). Infeksi ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada
manusia. Menurut dr.Yuditia Purwosunu Sp.OG(K), parasit ini masuk ke
dalam tubuh manusia melalui makanan. "Sumbernya terutama adalah
daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang
tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak
mencuci tangan sebelum makan," katanya.
Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit
bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa
gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski prosentasenya kecil.
2. Infeksi rubela Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan
sering diderita anak-anak. Rubela yang dialami pada tri semester pertama
kehamilan 90 persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung,
keterbelakangan mental, bahkan keguguran.
"Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang
sakit campak Jerman," kata Dr.Liliane G.Keros, ahli immunologi dari
Paris. Untuk mencegahnya, kaum wanita disarankan untuk melakukan
vaksinasi rubela. "Perlindungannya mencapai 100 persen," imbuhnya.
3. Cytomegalovirus (CMV) CMV merupakan keluarga virus herpes.
Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan.
Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada
janin. Sayangnya belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus
ini.
5. Herpes simplex Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes
simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Penularan
biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa
ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2
lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan
hubungan seks tanpa kondom.

3. Human Papilomavirus
Human papillomavirus (HPV) adalah virus DNA dari keluarga
papillomavirus yang mampu menginfeksi manusia. Seperti semua
papillomaviruses, HPV membentuk infeksi yang produktif hanya dalam
keratinosit pada kulit atau selaput lendir. Kebanyakan infeksi HPV
bersifat subklinis dan akan menimbulkan gejala fisik, namun pada
beberapa orang infeksi subklinis akan menjadi klinis dan dapat
menyebabkan papiloma jinak (seperti kutil [verrucae] atau papiloma sel
skuamosa), atau kanker serviks, vulva, v*gina, p*nis, orofaring dan anus.
HPV telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Selain itu, infeksi HPV 16 dan 18 merupakan penyebab dari jenis kanker
orofaringeal (tenggorokan) yang unik.
Lebih dari 30 hingga 40 jenis HPV biasanya ditularkan melalui hubungan
seksual dan menginfeksi daerah anogenital. Beberapa jenis HPV yang
menular secara seksual dapat menyebabkan kutil kelamin. Infeksi
persisten dengan tipe HPV "berisiko tinggi" berbeda dengan infeksi HPV
yang menyebabkan kutil, infeksi tersebut kemungkinan akan berkembang
menjadi jejas / luka prakanker dan kanker yang bersifat invasif. infeksi
HPV merupakan penyebab hampir dari semua kasus kanker serviks.
Namun, kebanyakan infeksi tidak menyebabkan penyakit.
Tujuh puluh persen dari infeksi HPV klinis, pada pria dan wanita muda,
dapat berkurang menjadi subklinis dalam waktu satu tahun dan sembilan
puluh persen dalam dua tahun. Namun, ketika infeksi subklinis tetap
berada pada kisaran 5% sampai 10% pada wanita yang terinfeksi, maka
akan ada risiko tinggi untuk menjadi jejas / luka pra-kanker pada vulva
dan leher rahim dan dapat berkembang menjadi kanker yang invasif.
Perkembangan dari infeksi subklinis menjadi klinis dapat memakan waktu
bertahun-tahun, sehingga memberikan kesempatan untuk deteksi dan
pengobatan jejas / luka pra-kanker. Perkembangan kanker invasif dapat
dicegah bila infeksi HPV subklinis terdeteksi sejak dini dan dilakukan
pemeriksaan rutin.

4.

5. Infeksi pasca partum


Infeksi postpartum atau infeksi pasca persalinan adalah berbagai infeksi
terjadi setelah persalinan melalui vagina, maupun melalui operasi caesar,
atau saat menyusui. Nyeri yang dirasakan banyak wanita usai melahirkan,
membuat infeksi postpartum sulit dibedakan dari nyeri postpartum.
 Beberapa infeksi postpartum yang sering terjadi adalah:
 Endometritis, infeksi pada endometrium (lapisan rahim)
 Mastitis, infeksi payudara
 Sayatan yang terinfeksi
 Infeksi saluran kemih.
Berikut penjelasan lengkap berdasarkan jenis-jenis infeksi pasca
persalinan:
Endometritis
Anda berisiko mengalami infeksi endometrium jika Anda melalui
prosedur operasi caesar. Risikonya semakin besar jika Anda bekerja
sebelumnya.
Risiko juga lebih tinggi jika persalinan Anda menghabiskan waktu sangat
lama atau ada periode waktu yang cukup lama di antara air ketuban pecah
dan melahirkan.
Mastitis
Infeksi payudara mastitis menyerang 1 dari 10 ibu dan kebanyakan pada
ibu dengan puting yang luka. Tidak mungkin ibu yang tidak menyusui
akan menderita mastitis, meskipun itu bisa terjadi ketika payudara
membesar sebelum susu mengering.
Sayatan yang terinfeksi
Jika Anda melalui operasi caesar, sayatan Anda dapat terinfeksi. Hingga
16 persen wanita yang melalui operasi ini mengalami infeksi biasanya
dalam satu minggu setelah persalinan.
Namun, kondisi ini dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor
risiko. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

 Tanda-tanda & gejala


Tanda-tanda dan gejala lain dapat meliputi:
 Nyeri perut bawah, demam rendah, lokia yang berbau busuk
(tanda-tanda endometritis)
 Area yang terasa sakit, keras, hangat dan merah (biasanya hanya
pada satu payudara) dan demam, menggigil, nyeri otot, kelelahan
atau sakit kepala (tanda-tanda mastitis)
 Kemerahan, cairan, pembengkakan, hangat atau meningkatnya
rasa sakit di sekitar area sayatan atau luka (baik sayatan operasi
caesar, episiotomi atau luka gores) atau sayatan yang terlihat
seperti akan terpisah
 Sulit dan nyeri saat buang air kecil, merasa seperti ingin buang air
kecil dengan sering dan mendesak namun hanya sedikit atau tidak
ada urin yang keluar, atau urin keruh atau berdarah (tanda-tanda
infeksi saluran kemih).
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau
pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-
masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani
kondisi kesehatan Anda.
 Penyebab
Infeksi postpartum lebih jarang ditemui sejak munculnya antiseptik dan
penicillin. Namun, beberapa flora kulit seperti Streptococcus atau
Staphylococcus serta bakteri lain masih menyebabkan infeksi. Bakteri-
bakteri tersebut berkembang pada lingkungan yang lembab dan hangat.
Infeksi postpartum seringkali muncul di rahim setelah persalinan. Rahim
dapat terinfeksi apabila kantung ketuban terinfeksi.

C. Penyakit pada masa kehamilan


1.DM
Diabetes gestasional diakibatkan oleh naiknya kadar berbagai hormon di
dalam tubuh saat hamil. Bertambahnya jumlah hormon kehamilan ini bisa
menghambat kerja insulin. Akibatnya, gula darah naik dan disimpan
sebagai lemak oleh tubuh ibu. Kadar gula darah yang terus tinggi ini juga
bisa mengakibatkan berat badan janin naik, hingga di atas rata-rata.
Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk tidak sering mengonsumsi
makanan yang terlalu manis, seperti es krim, buah yang dikeringkan, atau
buah yang banyak mengandung gula, seperti kelengkeng dan durian.
 Faktor Risiko Diabetes Gestasional
Selain karena kehamilan, risiko ibu hamil untuk terkena diabetes
gestasional akan semakin tinggi apabila memiliki faktor-faktor berikut:
 Memiliki riwayat diabetes gestasional
 Risiko terkena diabetes gestasional akan semakin tinggi jika pada
kehamilan sebelumnya sudah pernah mengalami kondisi ini. Jadi,
diperlukan pemeriksaan lebih dini dan berkala jika ibu hamil
pernah terdiagnosis kondisi ini sebelumnya.
 Berusia lebih dari 25 tahun
Ibu hamil yang berusia di atas 25 tahun lebih mungkin terkena
diabetes gestasional.
 Riwayat diabetes dalam keluarga
Ibu hamil lebih berisiko terkena diabetes gestasional jika memiliki
anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes, atau jika
pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,1 kg.
 Mengalami obesitas selama kehamilan
Ibu hamil perlu mengontrol berat badan dengan mengetahui indeks
massa tubuh (IMT). Jika indeks massa tubuh lebih dari 30, ibu
hamil termasuk dalam kategori obesitas. Berat badan yang terlalu
tinggi ini bisa meningkatkan risiko diabetes gestasional.
 Memiliki riwayat penyakit tertentu
Seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena diabetes
gestasional jika sebelumnya pernah menderita penyakit tertentu,
seperti hipertensi, gangguan jantung, dan PCOS.
 Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah kondisi yang
memengaruhi kadar hormon pada wanita. Wanita hamil berisiko
tinggi terkena diabetes gestasional jika pernah menderita PCOS.

 Bahaya Diabetes Gestasional bagi Ibu dan Anak


Diabetes gestasional dapat memengaruhi kondisi ibu hamil dan janin. Pada
ibu hamil, diabetes gestasional dapat menyebabkan:
 Kelahiran prematur atau melahirkan saat hamil kurang dari 37
minggu.
 Preeklamsia, yaitu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi
selama kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi jika tidak
ditangani.
 Keguguran.
 Kesulitan saat menjalani persalinan hingga membutuhkan induksi
atau melahirkan dengan operasi caesar akibat berat badan bayi di
atas rata-rata.
 Polihidramnion atau berlebihnya cairan ketuban.
 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Jika diabetes gestasional diobati dan dipantau secara berkala, bayi dapat
dilahirkan dengan sehat. Akan tetapi, diabetes gestasional tetap dapat
memengaruhi kondisi bayi, antara lain menyebabkan:
 Berat badan lahir bayi besar (lebih dari 4 kg).
 Cedera ketika dilahirkan akibat besarnya ukuran tubuhnya.
 Rendahnya kadar gula darah dalam tubuh ketika dilahirkan.
 Gangguan pernapasan.
 Bayi kuning.
 Lahir prematur.
 Terkena obesitas dan diabetes ketika besar nanti.
Untuk mencegah peningkatan kadar gula darah berlebihan, ibu hamil yang
memiliki diabetes gestasional perlu membatasi konsumsi makanan yang
tinggi gula, seperti es krim atau buah-buahan yang manis seperti durian.
Dengan pengobatan dan pemantauan rutin, komplikasi diabetes gestasional
bisa dicegah. Setelah melahirkan, gula darah ibu hamil biasanya akan
kembali normal. Tetapi, ibu hamil yang mengalami kondisi ini akan lebih
berisiko terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari, atau mengalami diabetes
gestasional lagi pada kehamilan selanjutnya.

2. Hyperemisis gravidanum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang muncul secara
berlebihan selama hamil. Mual dan muntah (morning sickness) pada
kehamilan trimester awal sebenarnya normal. Namun pada hiperemesis
gravidarum, mual dan muntah dapat terjadi sepanjang hari dan berisiko
menimbulkan dehidrasi.
Tidak hanya dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ibu
hamil mengalami gangguan elektrolit dan berat badan turun. Hiperemesis
gravidarum perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil lebih berisiko mengalami
hiperemesis gravidarum, yaitu:
 Baru pertama kali mengandung
 Mengandung anak kembar
 Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami hiperemesis
gravidarum
 Mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya
 Mengalami obesitas
 Mengalami hamil anggur
 Gejala Hiperemesis Gravidarum
 Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat
hamil, yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa
sampai mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat
badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil
merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis
gravidarum juga dapat mengalami gejala tambahan berupa:
 Sakit kepala
 Konstipasi
 Sangat sensitif terhadap bau
 Produksi air liur berlebihan
 Inkontinensia urine
 Jantung berdebar

Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu


dan mulai mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu.

3. Hipertensi pada kehamilan


Hipertensi merupakan kondisi di mana aliran darah dari jantung yang
mendorong dinding pembuluh darah (arteri) terjadi sangat kuat. Seseorang
didiagnosa memiliki hipertensi bila tekanan darahnya terukur tinggi, yang
mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Sementara tekanan darah normal berada
di bawah 120/80 mmHg.
Jenis hipertensi pada kehamilan,berikut ini adalah penjelasannya:
1. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang terjadi saat hamil.
Hipertensi gestasional biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu
dan hipertensi ini bisa hilang setelah melahirkan. Pada kondisi ini, tidak ada
kelebihan protein di dalam urin atau tanda-tanda lain dari kerusakan organ
penderitanya.
University of Rochester Medical Center menyebut, kondisi ini tidak diketahui
penyebab pastinya. Pasalnya, hipertensi gestasional bisa dialami oleh ibu
yang tidak pernah menderita tekanan darah tinggi sebelum masa
kehamilannya.
Meski demikian, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi gestasional pada masa kehamilan.
Bila Anda pernah mengalami tekanan darah tinggi sebelum hamil atau saat
kehamilan sebelumnya.
Anda memiliki penyakit ginjal atau diabetes
Usia Anda kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun saat hamil
Kehamilan kembar
Hamil anak pertama
2. Hipertensi kronis
Hipertensi kronis adalah kondisi tekanan darah tinggi yang terjadi sejak
sebelum kehamilan dan berlanjut dalam masa kehamilan. Terkadang, seorang
wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi kronis karena
tekanan darah tinggi memang tidak menunjukkan gejala.
Oleh karena itu, dokter menganggap ibu hamil yang mengalami tekanan
darah tinggi sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu disebut dengan
hipertensi kronis. Berbeda dengan hipertensi gestasional, biasanya hipertensi
kronis tidak akan hilang walaupun ibu sudah melahirkan bayinya.
3. Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia
Kondisi ini terjadi pada wanita dengan hipertensi kronis yang mengalami
tekanan darah tinggi saat hamil dan disertai dengan tingginya kadar protein di
dalam urin atau komplikasi terkait tekanan darah lainnya. Bila Anda
menunjukkan tanda-tanda tersebut pada usia kehamilan di bawah 20 minggu,
Anda mungkin memiliki hipertensi kronis dengan superimposed
preeklampsia.
4. Preeklampsia
Hipertensi gestasional dan hipertensi kronis yang tidak segera mendapat
penanganan dapat berkembang menjadi preeklampsia. Preeklampsia atau
keracunan kehamilan adalah gangguan tekanan darah serius yang dapat
mengganggu kerja organ. Biasanya hal ini terjadi pada usia kehamilan ke-20
minggu dan akan menghilang setelah Anda melahirkan bayi Anda.
Preeklampsia ditandai dengan tekanan darah tinggi dan proteinuria (adanya
protein dalam urin). Selain itu, preeklampsia juga dapat ditandai dengan:
 Pembengkakan pada wajah atau tangan
 Sakit kepala yang sulit hilang
 Nyeri pada perut bagian atas atau bahu
 Mual dan muntah
 Kesulitan bernapas
 Kenaikan berat badan tiba-tiba
 Terganggunya penglihatan
Anda berisiko tinggi mengalami preeklampsia jika ibu dan mertua (ibu dari
suami) Anda mengalami hal yang sama pada masa kehamilannya. Anda pun
berisiko tinggi mengalami hipertensi jenis ini bila pernah mengalami
preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.
 Penyebab preeklampsia belum diketahui secara pasti. Namun, preeklampsia
tampaknya disebabkan oleh gangguan pada pertumbuhan plasenta sehingga
aliran darah pada plasenta tidak berjalan dengan baik.
Preeklampsia dapat membahayakan kondisi Anda dan janin dalam
kandungan. Aliran darah dari ibu dan janin dapat terganggu, sehingga bayi
kesulitan untuk mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk
perkembangannya. Selain itu, preeklampsia juga dapat memengaruhi
kesehatan organ, seperti hati, ginjal, paru-paru, mata dan otak ibu.
Preeklampsia kemudian dapat berkembang menjadi eklampsia.
5. Eklampsia
Preeklampsia yang tidak cepat terdeteksi dapat berkembang menjadi
eklampsia. Kondisi ini memang jarang terjadi, diperkirakan hanya 1 dari 200
kasus preeklampsia yang berkembang menjadi eklampsia.
Meski demikian, eklampsia merupakan kondisi kesehatan yang serius. Pada
kondisi ini, hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi dapat
memengaruhi otak dan menyebabkan kejang atau koma dalam kehamilan. Ini
merupakan tanda bahwa preeklampsia yang dialami sudah berkembang
menjadi eklampsia.
Eklampsia dapat berdampak serius dan berakibat fatal bagi ibu dan janin
dalam kandungan. Preeklampsia dan eklampsia dapat menyebabkan
terganggunya fungsi plasenta, yang kemudian dapat mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah, masalah kesehatan pada bayi, bahkan bayi
lahir mati (dalam kasus yang jarang).
4. Gangguan kardiovaskuler pada kehamilan
Penyakit kardiovaskuler pada kehamilan penting diperhatikan karena seiring
dengan perubahan pola demografi dari penduduk, semakin bertambah usia
wanita dengan yang mengalami kehamilan pertama. Dari data demografi,
terdapat 10 negara dengan usia rerata kehamilan pertama dalam rentang 28-
31 tahun. Sebenarnya peningkatan tersebut masih tergolong usia muda dan
jumlah kasus penyakit kardiovaskular pada kehamilan dalam rentang usia
tersebut tidak meningkat secara signifikan. Akan tetapi, kehamilan pada usia
40-50 tahun disertai dengan peningkatan prevalensi signifikan penyakit
kardiovaskular yang menyertai.
Penyakit kardiovaskular yang menyertai kehamilan pada usia lanjut tersebut
adalah faktor risiko kardiovaskuler seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Selain faktor risiko tersebut, sekarang ini juga bertambah jumlah penderita
paenyakit jantung bawaan yang masuk masa usia subur.
Penyakit kardiovaskular yang menyertai kehamilan pada usia lanjut tersebut
adalah faktor risiko kardiovaskuler seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Selain faktor risiko tersebut, sekarang ini juga bertambah jumlah penderita
paenyakit jantung bawaan yang masuk masa usia subur.

Berikut ini adalah perubahan dan efek perubahan selama kehamilan pada
sistem kardiovaskuler:

Peningkatan volume plasma darah dan cardiac output


Mencapai maksimum yaitu 40-50% saat minggu ke-32 gestasi
75% kenaikan ini dicapai saat akhir trimester pertama
Setengah periode kehamilan pertama peningaktan cardiac output diperoleh
dengan peningkatan stroke volume atau isi sekuncup. Sisanya, diperoleh
dengan kenaikan laju jantung secara gradual
Terjadi peningkatan diameter dari atrium dan ventrikel sedangkan fungsi
ventrikel tidak berubah
Pada jantung yang sudah memiliki penyakit, adaptasi ventrikel kanan dan kiri
menjadi suboptimal
Gangguan jantung pada ibu akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke
uteroplasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi suboptimal
Reistensi vaskular perifer dan paru berkurang saat kehamilan
Saat kehamilan terjadi kondisi hypercoagulable state sehingga meningkatkan
risiko tromboembolisme
Beberapa kerja obat secara farmakokinetik berubah saat kehamilan.
Perubahan tersebut disebabkan oleh peningkatan aktivitas enzim hati,
peningkatan GFR, peningkatan volume plasma darah, dan penurunan
konsenterasi albumin.
Saat dan sesudah melahirkan terjadi perubahan hemodinamik yang cepat
sebagai akibat dari kontraksi uterus, posisi ibu (lateral kiri atau terlentang),
nyeri, kecemasan, mengedan, perdarahan, dan involusi dari uterus.
Penggunaan anestesi, perdarahan, dan infeksi dapat menambah stress
kardiovaskuler lebih lanjut.
Tekanan darah dan cardiac output akan bertambah saat melahirkan

5.Anemia
 Pengertian
Anemia adalah salah satu komplikasi yang paling sering pada kehamilan.
Mengalami anemia ringan merupakan hal yang normal selama kehamilan
karena peningkatan volume darah.
Sedangkan anemia yang lebih parah, bagaimana pun, dapat menempatkan
bayi pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia di masa bayi.
Selain itu, jika Moms mengalami anemia secara signifikan selama dua
trimester pertama, mungkin berisiko lebih tinggi mengalami persalinan
prematur atau bayi dengan berat lahir rendah.
Anemia pada ibu hamil juga membebani ibu dengan meningkatnya risiko
kehilangan darah selama persalinan dan membuatnya lebih sulit untuk
melawan infeksi.
Jenis-jenis anemia pada ibu hamil yang umum terjadi seperti berikut ini.
1. Anemia Kekurangan Zat Besi
Jenis anemia pada ibu hamil ini merupakan penyebab utama anemia di
Amerika Serikat, dan merupakan jenis anemia yang paling umum selama
kehamilan.
Sekitar 15 hingga 25 persen dari semua kehamilan mengalami kekurangan zat
besi. Zat besi adalah mineral yang ditemukan dalam sel darah merah dan
digunakan untuk membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, serta
membantu otot menyimpan dan menggunakan oksigen.
Ketika terlalu sedikit zat besi yang diproduksi, tubuh akan menjadi lelah dan
memiliki resistensi yang lebih rendah terhadap infeksi.
2. Anemia Kekurangan Folat
Folat mengacu pada asam folat, yang merupakan vitamin yang larut dalam air
yang dapat membantu mencegah cacat tabung saraf selama kehamilan.
Asam folat adalah suplemen yang umum dikonsumsi oleh ibu hamil, tetapi
juga dapat ditemukan dalam makanan yang mengandung nutrisi ini seperti
sereal, sayuran berdaun, pisang, melon, dan kacang-kacangan.
Pola makan ibu hamil yang kekurangan asam folat dapat menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah dalam tubuh, sehingga menyebabkan
anemia.
3. Anemia Kekurangan Vitamin B-12
Vitamin B-12 juga merupakan vitamin yang diperlukan tubuh untuk
membantu produksi sel darah merah.
Meskipun beberapa wanita mungkin mengkonsumsi vitamin B-12 yang
cukup dalam makanan mereka, ada kemungkinan tubuh mereka tidak dapat
memproses vitamin, dan hal ini menyebabkan mereka kekurangan vitamin
yang dibutuhkan.
 Penyebab
Penyebab anemia benar-benar berasal dari berapa banyak sel darah merah
yang diproduksi dalam tubuh dan seberapa sehat sel darah merah tersebut.
Penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan disebabkan oleh ekspansi
volume plasma yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan volume
sel darah merah.
Proporsi antara tingkat kenaikan untuk plasma dan eritrosit ini memiliki
perbedaan paling besar selama trimester kedua.
Berikut ini adalah cara sel darah merah dapat dipengaruhi dan menyebabkan
anemia:
 Kekurangan zat besi dalam diet sebagai akibat dari tidak makan cukup
makanan yang kaya zat besi atau ketidakmampuan tubuh untuk
menyerap zat besi yang dikonsumsi.
 Kehamilan itu sendiri karena zat besi yang diproduksi diperlukan
untuk tubuh wanita untuk meningkatkan volume darahnya sendiri.
Tanpa suplemen zat besi, tidak ada zat besi yang cukup untuk
memberi makan suplai darah janin yang sedang tumbuh.
 Pendarahan hebat karena menstruasi, ulkus atau polip, atau donor
darah menyebabkan sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari diisi
ulangnya.
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi
menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh. Kasus anemia yang paling sering
terjadi adalah anemia defisiensi besi. Dalam Konvensi Anemia Sedunia tahun
2017 lalu, dinyatakan bahwa sekitar 41,8% ibu hamil di dunia mengalami
kondisi anemia. Dan 60% kasus anemia pada ibu hamil ini dikarenakan
kekurangan zat besi.
Anemia pada ibu hamil memang umum terjadi. Kondisi ini disebabkan
meningkatnya volume darah selama kehamilan. Namun, kasus anemia yang
parah bisa menempatkan ibu dan bayi dalam bahaya.
Risiko anemia pada ibu hamil tidak main-main, ibu hamil yang mengalami
anemia menghadapi risiko kematian dalam masa kehamilan. Setiap tahunnya,
terjadi 500 ribu kematian ibu pasca melahirkan di seluruh dunia, sebanyak
20-40% penyebab utama kematian tersebut adalah anemia.
 Tanda dan gejala
Gejala anemia selama kehamilan bisa terlihat amat ringan pada awalnya dan
sering tidak disadari. Namun, seiring dengan perkembangannya, gejala ini
akan memburuk.
Penting untuk dicatat bahwa beberapa gejala dapat disebabkan oleh penyebab
lain selain anemia, jadi berkonsultasi dengan dokter adalah hal yang penting.
Beberapa gejala anemia umum saat hamil yang mungkin akan dirasakan,
antara lain:
 Lesu atau kelelahan
 Pusing
 Sesak napas
 Detak jantung cepat atau tidak teratur
 Sakit dada
 Kulit, bibir, dan kuku pucat
 Tangan dan kaki dingin
 Kesulitan untuk berkonsentrasi

Patofisiologi

 Penatalaksanaan
Pengobatan akan tergantung pada gejala, usia, dan kesehatan tubuh ibu hamil
itu sendiri. Namun hal ini juga akan tergantung pada seberapa parah
kondisinya.
Anemia selama kehamilan dapat dengan mudah diobati dengan
menambahkan suplemen zat besi atau vitamin ke dalam asupan rutinitas
harian Moms.
Perawatan untuk anemia kekurangan zat besi, biasa dilakukan dengan
mengambil suplemen zat besi. Beberapa bentuk dirilis waktu. Yang lain harus
diminum beberapa kali secara rutin setiap hari.
Mengonsumsi zat besi dengan jus jeruk, dapat membantu tubuh Moms
menyerapnya dengan lebih baik. Mengkonsumsi antasida dapat mempersulit
tubuh kita menyerap zat besi.
Suplemen zat besi ini dapat menyebabkan mual dan menyebabkan feses
menjadi berwarna hijau kehitaman atau hitam. Selain itu juga dapat
menyebabkan sembelit.
Makanan yang Baik Dikonsumsi
bayam bisa menjadi makanan yang baik untuk mengatasi anemia
Tidak hanya suplemen, Moms juga bisa mengonsumsi makanan-makanan
yang sumber zat besi berikut ini:
 Daging, daging sapi, babi, domba, hati, dan daging organ lainnya.
Unggas, termasuk ayam, bebek, kalkun, dan hati, terutama daging gelap.
Ikan, seperti kerang dan tiram juga baik. Begitu juga ikan sarden dan ikan
teri. Food and Drug Administration merekomendasikan agar wanita hamil
mengonsumsi 8 hingga 12 ons ikan per minggu yang mengandung merkuri
rendah.
 Dalam kategori ini termasuk salmon, udang, cod, nila, tuna dan lele.
Sayuran hijau seperti bayam, brokoli, kangkung, lobak, dan collard.
Legum, kacang lima dan kacang hijau; kacang kering dan kacang polong,
seperti kacang pinto, kacang hitam, dan kacang panggang kalengan.
 Roti dan roti gandum dengan ragi
Bila Bunda mengalami gejala anemia seperti yang telah disebutkan di atas,
segeralah memeriksakan diri ke dokter. Dia akan melakukan pemeriksaan
untuk bisa memberikan resep suplemen zat besi sesuai kondisi yang Bunda
alami.
Perlu mengonsumsi makanan kaya kandungan zat besi, seperti sayuran
berdaun hijau, daging merah, kacang-kacangan, buah kering, dan lain-lain.
Jangan lupa perbanyak konsumsi buah yang mengandung vitamin C untuk
membantu penyerapan zat besi lebih maksimal.
D. Persalinan Beresiko
1. Distosia Bahu
Saat proses persalinan terutama via jalur normal sedang berlangsung,
mungkin saja ada masalah kelahiran yang terjadi. Salah satunya adalah
distosia bahu, yaitu komplikasi ketika salah satu atau kedua bahu bayi
tersangkut di belakang tulang pinggul ibu saat bayi masuk ke dalam jalan
lahir. Alhasil, proses persalinan macet di tengah jalan.
Mengutip What To Expect, ukuran bayi dapat menentukan risiko
terjadinya kondisi ini. Sehingga, bayi yang berukuran besar lebih berisiko
mengalami. Kurang dari 1 persen bayi dengan berat badan 2,8 kilogram
mengalaminya. Tetapi persentase itu menjadi semakin besar pada bayi
dengan berat badan lebih dari 4 kilogram.
Oleh karena itu, ibu penderita diabetes tipe apapun dengan kadar
gula darah yang tak terkendali, berkemungkinan lebih besar untuk
mengalami komplikasi ini saat bersalin. Ini karena mereka biasanya akan
mengandung bayi yang besar pula, Moms. Kemungkinan ini juga akan
bertambah, jika kehamilan Anda lebih bulan.
Tak cuma itu, jika Anda sudah pernah melahirkan bayi dengan komplikasi
distosia bahu, juga rentan mengalaminya lagi. Meski begitu, banyak juga
kasus ini muncul tanpa faktor-faktor risiko tersebut.
Tanda dan gejala mengalami distosia bahu adalah ketika proses persalinan
berhenti di tengah jalan atau macet, setelah kepala bayi muncul dan
sebelum bahunya keluar. Lalu, berbagai cara akan dilakukan dokter jika
hal ini terjadi, seperti mengubah posisi ibu dengan menekuk kakinya
secara ke arah perut atau menekan perut ibu tepat di atas tulang kemaluan.
Tak cuma itu, jika Anda sudah pernah melahirkan bayi dengan komplikasi
distosia bahu, juga rentan mengalaminya lagi. Meski begitu, banyak juga
kasus ini muncul tanpa faktor-faktor risiko tersebut.
Tanda dan gejala mengalami distosia bahu adalah ketika proses
persalinan berhenti di tengah jalan atau macet, setelah kepala bayi muncul
dan sebelum bahunya keluar.
Lalu, berbagai cara akan dilakukan dokter jika hal ini terjadi,
seperti mengubah posisi ibu dengan menekuk kakinya secara ke arah
perut atau menekan perut ibu tepat di atas tulang kemaluan.
Cara untuk meminimalisir risiko distosia bahu adalah dengan menjaga
berat badan Anda saat hamil, dalam kisaran yang disarankan. Hal ini pula
dapat membantu memastikan bayi Anda, tidak terlalu besar saat proses
persalinan
Begitu juga dengan pengendalian diabetes atau diabetes kehamilan
(gestasional). Memilih posisi bersalin yang membuat pinggul Anda
terbuka selebar juga dapat membantu Anda menghindari distosia bahu.

2. Premature
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37
atau lebih awal dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini terjadi ketika
kontraksi rahim mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks),
sehingga membuat janin memasuki jalan lahir.
Minggu terakhir masa kehamilan merupakan masa yang penting dalam
pembentukan tahap akhir berbagai organ vital, termasuk otak dan paru-
paru, serta proses peningkatan berat badan janin. Oleh karena itu, bayi
yang lahir prematur berisiko mengalami gangguan kesehatan karena
kondisi organ tubuh yang belum sempurna, sehingga membutuhkan
perawatan intensif.
 Penyebab Kelahiran Prematur
Penyebab kelahiran prematur terkadang tidak diketahui, namun pecahnya
ketuban lebih awal merupakan salah satu penyebab utama kelahiran
prematur. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kelahiran
prematur, yaitu:
 Faktor kesehatan ibu, di antaranya:
Preeklamsia.
Penyakit yang bersifat kronis, seperti penyakit ginjal atau jantung.
Penyakit infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi cairan ketuban, dan
infeksi vagina.
Kelainan bentuk rahim.
Ketidakmampuan serviks menutup selama masa kehamilan.
Stres.
Kebiasaan merokok sebelum dan selama masa kehamilan.
Penyalahgunaan NAPZA.
Pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya.
Faktor kehamilan, seperti:
Kelainan atau menurunnya fungsi ari-ari.
Kelainan posisi ari-ari.
Ari-ari yang lepas sebelum waktunya.
Terlalu banyak cairan ketuban.
Ketuban pecah lebih awal.
Faktor yang melibatkan janin, yaitu:
Kehamilan kembar.
Kelainan darah pada janin.
 Gejala Kelahiran Prematur
Gejala kelahiran prematur hampir serupa dengan gejala atau tanda mau
melahirkan. Untuk memastikan gejala tersebut tidak membahayakan ibu
hamil dan janin, maka ibu hamil dianjurkan untuk segera berkonsultasi
dengan dokter atau berkunjung ke rumah sakit terdekat. Gejalanya
sebagai berikut:
Nyeri punggung bagian bawah.
Kontraksi setiap 10 menit.
Kram di perut bagian bawah.
Keluar cairan dan lendir dari vagina yang semakin banyak.
Perdarahan vagina.
Tekanan di bagian panggul dan vagina.
Mual, muntah, hingga diare.

3.Postmatur
Kehamilan postmatur adalah kondisi ketika persalinan terjadi di atas 42
minggu, atau biasa disebut bayi terlambat lahir.
Postmatur atau bayi terlambat lahir biasanya terjadi pada kehamilan
pertama. Hal ini disebabkan karena tubuh Bunda belum pernah mengalami
persalinan sebelumnya.
Secara medis, belum diketahui sebab pasti apa yang mengakibatkan
kondisi kehamilan postpartum atau bayi terlambat lahir ini. Namun, sangat
disarankan agar tetap tenang dan tidak terlalu khawatir, karena level stres
yang tinggi justru akan semakin memperlambat kelahiran bayi
 Beberapa risiko kehamilan postmatur
Pada minggu ke-40, dokter kandungan akan lebih sering memeriksa
kehamilan Bunda. Biasanya pemeriksaan dilakukan dua kali dalam satu
minggu, untuk memonitor level air ketuban di dalam rahim.
Jika bayi tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan lahir pada minggu ke-
42, dokter akan segera menyarankan untuk dilakukan induksi, atau operasi
caesar jika denyut jantung bayi terlalu lemah.
 Risiko bila bayi terlambat lahir
Insufisiensi plasenta: Ketika bayi sudah lebih besar , plasenta menyusut dan
bisa menyebabkan bayi kekurangan gizi. Namun hal ini hanya terjadi pada
10% bayi terlambat lahir.
Lahir terlalu besar: Kondisi ini lebih umum terjadi pada kehamilan
postmatur, mengakibatkan proses melahirkan menjadi lebih sulit.
Cairan ketuban berkurang drastis, sehingga melahirkan normal lebih tidak
memungkinkan karena berisiko akan terjadi berbagai macam komplikasi.
Bayi yang terlambat lahir kemungkinan besar akan menelan mekonium
(kotoran pertama bayi) yang dikeluarkan di dalam rahim, yang
mengakibatkan masalah pernapasan temporer ketika lahir.
Risiko ketidakstabilan gula darah pada bayi terlambat lahir lebih tinggi
daripada bayi lahir normal.
 Gejala dan Penyebab Postmatur
Usia kehamilan normal adalah 37-41 minggu. Postmatur mengacu pada bayi
yang lahir setelah usia kehamilan 42 minggu atau 294 hari setelah hari
pertama periode menstruasi terakhir ibu.
Kurang dari 6 persen dari semua bayi dilahirkan pada usia 42 minggu atau
lebih. Istilah-istilah lain yang sering digunakan untuk menggambarkan
kelahiran terlambat ini termasuk post-term, postmaturity, kehamilan yang
berkepanjangan, dan kehamilan post-Date.
Tidak diketahui mengapa beberapa kehamilan bisa bertahan lebih lama dari
yang lainnya. Postmatur lebih mungkin terjadi ketika seorang ibu memiliki
satu atau lebih kehamilan pasca-menstruasi sebelumnya.
Bayi postmatur lahir setelah usia kehamilan normal. Plasenta, yang
memasok bayi dengan nutrisi dan oksigen dari sirkulasi ibu, mulai menua
menjelang akhir kehamilan, dan mungkin tidak berfungsi seefisien
sebelumnya. Kekhawatiran lain dari postmatur termasuk berikut ini:
Volume cairan ketuban dapat menurun dan janin dapat berhenti bertambah
berat badan atau bahka berat badan dapat menurun.
Risiko dapat meningkat selama persalinan dan kelahiran untuk janin dengan
pasokan oksigen yang buruk.
Masalah dapat terjadi selama kelahiran jika bayi besar.
Bayi postmatur berisiko mengalami aspirasi mekonium, ketika bayi
menghirup cairan yang mengandung feses pertama.
Hipoglikemia (gula darah rendah) juga dapat terjadi karena bayi telah
menggunakan simpanan penghasil glukosanya.
Berikut ini adalah gejala postmatur yang paling umum. Namun, setiap bayi
dapat menunjukkan gejala yang berbeda dari kondisi tersebut. Gejala
mungkin termasuk:
 Kulit kering, kendur, terkelupas.
 Kuku yang tumbuh terlalu panjang.
 Kulit kepala dan rambut yang tebal
 Terlihat kerutan pada telapak tangan dan telapak kaki.
 Berkurangnya cadangan lemak.
 Warna kulit hijau, coklat, atau kuning dari pewarnaan meconium
(feses pertama selama kehamilan yang masuk ke dalam cairan
ketuban).
 Tampak lebih waspada dengan “mata terbelalak”.
E. Trauma Melahirkan
1. Inkontinensia urine
inkontinensia urin terjadi pada ibu yang melahirkan dengan cara normal
daripada yang melahirkan dengan operasi caesar.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan dengan cara
normal yang dibantu, terutama menggunakan forcep, sering mengalami
masalah buang air kecil setelah melahirkan. Penelitian lain juga menyebutkan
bahwa ibu yang memiliki tahap dorongan yang berkepanjangan saat
melahirkan normal atau memiliki bayi dengan ukuran besar juga lebih
cenderung mengalami inkontinensia urin setelah melahirkan.
Selain itu, beberapa hal yang lebih memungkinkan terjadinya inkontinensia
urin setelah melahirkan adalah:
 Ibu hamil yang obesitas
 Ibu hamil yang merokok
 Ibu yang memiliki banyak anak, terutama jika melahirkan dengan cara
normal
Penyebab inkontinensia urin
Inkontinensia urin dapat terjadi karena otot di sekitar kandung kemih dan
panggul melemah saat kehamilan dan melahirkan. Akibatnya, buang air kecil
sulit dikendalikan saat dikeluarkan atau dihentikan. Setelah melahirkan,
ukuran rahim yang menyusut di minggu-minggu awal setelah melahirkan
membuat otot dasar panggul kesulitan dalam membendung air di kandung
kemih dan menjaga uretra agar tetap tertutup. Akibatnya, urin bisa bocor dan
Anda tidak dapat mengendalikannya.
Cara mengatasi inkontinensia urin
Inkontinensia urin mungkin akan berlangsung dalam waktu yang bervariasi
antar ibu setelah melahirkan. Ada ibu yang mengalami inkontinensia urin
dalam waktu singkat dan ada juga yang lebih lama. Hal ini tentu
menimbulkan ketidaknyamanan bagi Anda.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi inkontinensia urin ini
adalah:
 Melakukan latihan kegel secara teratur agar otot-otot dasar panggul
Anda cepat pulih dan kuat kembali
 Gunakan bantalan atau popok untuk membantu menyerap urin yang
bocor dan melindungi celana Anda dari kebocoran urin
 Cobalah untuk menyilangkan kaki Anda dan mengencangkan otot
panggul Anda saat ingin bersin, batuk, atau tertawa
 Kurangi konsumsi minuman berkafein, seperti kopi, teh, dan
minuman bersoda, untuk membantu Anda mengurangi frekuensi
buang air kecil
 Kurangi juga konsumsi jeruk, tomat, dan makanan yang mengandung
asam tinggi lainnya karena bisa mengiritasi kandung kemih Anda dan
membuat urin sulit untuk dikontrol
 Hindari sembelit setelah melahirkan agar tidak menambah tekanan
pada kandung kemih Anda
2. Fistula genitalia
Fistula genital perempuan (FGF) masih menjadi perhatian dunia, terutama di
negara berkembang. Persalinan obstruktif (tersumbat) adalah penyebab
utamanya, kadang dengan pembedahan panggul (urogenital atau kebidanan,
rektal) lebih jarang karena malformasi urogenital kongenital, eksisi,
neoplasma pelvis, radioterapi panggul. Kami tertarik pada FGF iatrogenik
yang dirawat di pusat fistula rujukan khusus.

F. Keluarga Berencana
 Pengertian KB
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk
keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna
adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan
dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Gerakan keluarga berencana
diartikan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui upaya pendewasaan usia perkawinan, pengendalian kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga
dalam rangka melembagakan dan membudidayakan norma keluarga kecil
bahagia dan sejahteraan
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia(1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk
keluargayang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran." Keluarga
Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang di
inginkan.9 Jul 2015
Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha
untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.
WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri
untuk: Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

 Tujuan Program KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran
untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-
upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi.
 Manfaat KB
1. Menurunkan risiko terjangkitnya kanker rahim dan kanker servik
Kanker ovarium merupakan tumor ganas yang terdapat dalam endometium,
yaitu lapisan dalam rahim tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi.
Sedangkan kanker servik merupakan sejenis kanker yang menyerang bagian
reproduksi perempuan terutama leher rahim.
2. Menurunkan angka kematian maternal serta peningkatan IPM
Kematian yang terjadi pada ibu hamil dan anak, masih sering kita jumpai,
baik pada saat proses persalinan, pasca persalinan, maupun hari-hari pertama
kehidupan bayi.
3. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
Kasus kehamilan yang tidak diinginkan sering kali kita temukan disekitar
kita. Hal tersebut bisa disebabkan oleh kecerobohan, maupun faktor-faktor
lainnya.
Hal tersebut akan berdampak baik bagi kesehatan, maupun bidang ekonomi,
seperti tindakan aborsi yang dapat membahayakan jiwa, maupun keadaan
ekonomi yang semakin sulit.
Dengan mengikuti program KB, masalah tersebut dapat diminimalisir.
4. Dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil dan anak
Perencanaan kelahmilan yang menjadi salah satu tujuan KB dapat
menurunkan resiko kehamilan yang tidak diinginkan.
Hal tersebut dapat membantu meningkatkan tingkat kesehatan serta
kelangsungan hidup pada ibu hamil, bayi, dan anak.
5. Mencegah penularan penyakit berbahaya
Manfaat KB dengan penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom sebelum
melakukan hubungan intim dapat mencegah peyebaran atau penularan virus-
virus berbahaya seperti HIV AIDS.
Selain itu, manfaat daun sirih bagi perempuan juga mampu mengatasi
penularan penyakit berbahaya.
6. Lebih menjamin tumbuh kembang bayi dan anak
Perencanaan kehamilan yang tepat dapat membantu tumbuh kembang bayi
dan anak-anak lebih terjamin, karena mereka mendapatkan lebih banyak
perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya.
7. Dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga
8. Pendidikan anak lebih terjamin
Sekarang ini, banyak sekali kita jumpai anak-anak dibawah umur yang harus
ikut banting tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
9. Dapat menentukan kualitas sebuah keluarga
Dengan manfaat KB berarti keluarga dapat menyelamatkan kehidupan serta
meningkatkan status kesehatan ibu hamil dan anak.

4.Macam – macam metode kontrasepsi dan Kelebihan dan kekurangan


metode kontrasepsi
1. Pil KB
Pil KB kombinasi yang memiliki kandungan progestin dan estrogen dapat
membantu wanita menahan ovarium agar tidak memproduksi sel telur.
Pil KB bahkan akan mengentalkan lendir leher rahim sehingga sperma akan
sulit masuk dan mencapai sel telur.
Lapisan dinding rahim juga akan diubah sehingga tidak siap menerima dan
menghidupi sel telur yang telah dibuahi.
Mengonsumsi pil KB kombinasi adalah salah satu jenis kontrasepsi yang
mudah dilakukan
Penggunaan pil KB yang tidak teratur pasalnya bisa berujung pada terjadinya
kehamilan.
Kelebihan
Pil KB tidak memengaruhi kesuburan, jadi meskipun Anda meminumnya
dalam jangka waktu yang lama, masih bisa hamil setelah berhenti
mengonsumsi pil kontrasepsi tersebut
Pil KB juga dapat mengatasi berbagai gangguan kesehatan seperti mengatasi
nyeri haid, mencegah kurang darah dan mencegah penyakit kanker
Kekurangan
Penggunaan pil KB pada bulan pertama mungkin akan menimbulkan efek
samping, misalnya mual, perdarahan atau flek di masa haid, kenaikan berat
badan, hingga sakit kepala. Namun, efek ini tidaklah berbahaya
Jika Anda masih menyusui, sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter sebelum
memakai pil KB. Pasalnya, tidak semua pil KB bisa digunakan oleh ibu
menyusui. Sebagian pil KB, terutama pil KB dengan hormon kombinasi
progresteron dan estrogen dapat menghentikan produksi air susu ibu (ASI)
2.Suntik KB
Suntik KB termasuk kontrasepsi yang cukup diminati banyak wanita.
Alat kontrasepsi ini bisa digunakan setiap 1-3 bulan sekali.
Kelebihan
Suntik KB aman digunakan bagi wanita menyusui setelah 6 minggu
pascapersalinan
Kekurangan
Keluar flek-flek
Perdarahan ringan di antara dua masa haid
Sakit kepala
Kenaikan berat badan
Jika Anda menghentikan penggunaannya, Anda bisa hamil lagi dengan segera
3.Susuk KB atau implan
Implan digunakan dengan cara memasukan susuk pada lengan bagian atas.
Ada beberapa jenis susuk yang memiliki masa penggunaan berbeda.
Susuk 1 dan 2 batang bisa digunakan selama 3 tahun, sedangkan susuk 6
batang digunakan 5 tahun.
Kelebihan
Susuk KB aman digunakan bagi wanita menyusui dan dapat dipasang setelah
6 minggu pascapersalinan
Kekurangan
Perubahan pola haid dalam batas normal adalah efek samping yang biasanya
terjadi dari penggunaan implant
Perdasaran ringan di antara masa hid
Keluar flek-flek
Tidak haid
Sakit kepala
4. Intra uterine system (IUS)
Cara kerja IUS pada dasarnya adalah menggabungan kontrasepsi jenis intra
uterine device ( IUD) dan kontrasepsi hormonal dengan cara menambahkan
hormon (levonorgestrel) ke dalam IUD.
Bentuk IUS hampir serupa dengan IUD. Setiap harinya, IUS akan
melepaskan sejumlah hormon levonorgestrel di dalam rahim untuk mencegah
terjadinya pembuahan.
Selain itu, IUS akan mengentalkan lendir rahim sehingga pergerakan sperma
di dalam rahim dan tuba falopi dapat dicegah.
Kelebihan:
IUS sangat praktis digunakan karena dapat dipasang dan dilepas dengan
mudah setiap saat dengan bantuan tenaga kesehatan atau dokter.
Kontrasepsi ini adalah kontrasepsi jangka panjang karena dapat digunakan
selama 5 tahun
Kekurangan
Menjadikan menstruasi lebih pendek, ringan dan mengurangi rasa sakit ketika
haid

G. Infeksi Radang Panggul


1. Pengertian
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada
organ reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah satu
penyebab paling sering dari radang panggul adalah infeksi bakteri akibat
infeksi menular seksual.
Radang panggul umumnya dialami oleh wanita usia 15–25 tahun yang aktif
berhubungan seksual. Radang panggul bisa ditandai dengan nyeri di panggul
atau perut bagian bawah. Kondisi ini perlu mendapat penanganan untuk
mencegah terjadinya komplikasi, seperti kehamilan di luar kandungan
(ektopik) atau kemandulan (infertilitas).
2. Penyebab
Radang panggul paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar
dari vagina atau serviks (leher rahim) ke organ reproduksi yang lebih dalam,
seperti rahim, tuba falopi (saluran indung telur), dan ovarium (indung telur).
Jenis bakteri yang sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri
penyebab infeksi menular seksual, seperti Chlamydia trachomatis dan
Neisseria gonorrhoeae. Selain bakteri, radang panggul juga bisa disebabkan
oleh infeksi patogen lain, seperti Mycoplasma genitalium, Trichomonas
vaginalis, Garnella vaginalis, atau Herpes simplex virus 2 (HSV-2).
Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita
mengalami radang panggul, yaitu:
Berusia 15–25 tahun dan aktif secara seksual
Pernah mengalami radang panggul atau infeksi menular seksual
Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan
Berhubungan seksual tanpa kondom
Kerusakan pada serviks
Baru menjalani prosedur medis yang melibatkan proses pembukaan serviks,
seperti memasukkan alat kontrasepsi ke dalam rahim atau spiral
Patofisiologi
4.Tanda dan gejala
Gejala Radang Panggul
Pada tahap awal, umumnya radang panggul tidak menimbulkan gejala,
sehingga sebagian penderita tidak langsung menyadarinya. Seiring dengan
perkembangan penyakit, akan muncul gejala-gejala berikut:
Nyeri panggul atau perut bagian bawah
Nyeri ketika buang air kecil
Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
Keluar perdarahan di luar menstruasi atau setelah berhubungan seksual
Menstruasi menjadi lebih deras dan lebih lama (menorrhagia)
Mual dan muntah
Demam
Mudah merasa lelah atau tidak enak badan
Keputihan menjadi lebih banyak, berbau tak sedap, serta berubah warna
menjadi kekuningan atau kehijauan

5. Penatalaksanaan
melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat adanya pembengkakan atau nyeri
sentuh pada area vagina dan serviks. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk
melihat apakah ada keputihan yang tidak biasa.
Pengambilan sampel cairan melalui tes usap (swab) pada vagina atau serviks
dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri dan jenis bakteri
dari sampel yang diambil. Meski demikian, hasil positif dari tes ini tidak
selalu menandakan seseorang menderita radang panggul.
Oleh karena itu, dokter perlu melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang
lain agar dapat memastikan diagnosis. Pemeriksaan tersebut meliputi:
Tes darah, untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi di dalam tubuh
Tes urine, untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi di saluran kemih, termasuk
infeksi menular seksual
Ultrasonografi (USG), untuk menilai ada tidaknya kelainan pada organ
reproduksi
Laparoskopi, untuk melihat kondisi organ reproduksi bagian dalam dengan
memasukkan kamera mikro lewat pembedahan kecil pada perut
Biopsi rahim, untuk mendeteksi ketidaknormalan pada sampel jaringan
dinding rahim
Pengobatan Radang Panggul
Pengobatan radang panggul bertujuan untuk mengatasi infeksi, meringankan
gejala, serta mencegah penyebaran infeksi, dan mencegah komplikasi.
Berikut adalah langkah-langkah pengobatan yang dapat dilakukan:
Obat-obatan
Untuk mengatasi radang panggul, pemberian obat akan disesuaikan dengan
kondisi pasien. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan memberikan
antibiotik. Obat antibiotik perlu dikonsumsi sesuai aturan yang disarankan
oleh dokter. Umumnya antibiotik perlu dikonsumsi oleh pasien selama 2
minggu.
Pada kondisi radang panggul yang berat, kehamilan, atau adanya abses
(penumpukan nanah), perawatan rumah sakit dan pemberian antibiotik lewat
suntikan dan cairan infus akan diberikan oleh dokter.
Selain antibiotik, dokter akan memberikan obat untuk mengurangi keluhan,
seperti nyeri dan demam, Beberapa obat yang bisa diberikan adalah ibuprofen
dan paracetamol.
Operasi
Prosedur operasi dilakukan jika terjadi abses pada radang panggul. Selain itu,
operasi juga dilakukan jika abses pecah atau berpotensi untuk pecah. Operasi
bisa dilakukan dengan menyedot, mengeluarkan, dan membersihkan cairan
abses.
Tidak berhubungan seksual
Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama masa
pengobatan untuk mencegah penularan penyakit ke pasangan.
Selain itu, pasangan seksual pasien juga disarankan untuk melakukan
pemeriksaan meski tidak mengalami gejala penyakit. Tujuannya sama, yaitu
untuk mencegah potensi penularan yang berulang.

H. Gangguan Menstruasi
1. Amenorea
Amenorrhea adalah kondisi yang merujuk kepada wanita yang tidak dapat
haid. Keadaan ini bisa terjadi ketika seorang wanita berusia 16 tahun
namun belum mengalami menstruasi, atau yang biasa disebut amenorrhea
primer. Selain itu terdapat amenorrhea sekunder, yaitu bila seorang wanita
usia subur yang tidak sedang hamil, tidak mendapat haid kembali setelah
6 bulan dari haid terakhir.
Namun definisi ini masih menjadi perdebatan di kalangan medis. Secara
klinis, seorang wanita berusia 13 tahun yang belum mengalami tanda-
tanda pubertas seperti pertumbuhan payudara dan belum haid, dianjurkan
untuk memeriksakan diri ke dokter. Begitu pula dengan wanita yang
sudah mengalami menstruasi, namun tidak mendapat haid dalam jangka
waktu 90 hari sejak haid terakhir.
 Gejala Amenorrhea
Selain tidak dapat haid, gejala lain yang menyertai sangat bergantung
pada penyebab amenorrhea itu sendiri. Gejala tersebut umumnya berupa:
Sakit kepala.
Payudara tidak membesar.
Gangguan penglihatan.
Tumbuhnya rambut-rambut di wajah secara berlebihan.
Rambut rontok.
Suara berat seperti laki-laki.
Jerawat.
Keluarnya air susu walau tidak sedang menyusui, akibat meningkatnya
kadar prolaktin.
Nyeri panggul.
 Penyebab Amenorrhea
Sebelum membahas penyebab amenorrhea, perlu diketahui bahwa
terdapat penyebab alami tidak terjadinya haid, yaitu:
Kehamilan.
Menyusui.
Menopause.
Sebagian besar penyebab amenorrhea primer adalah ketika ovarium tidak
memproduksi atau hanya sedikit sekali memproduksi hormon seks
wanita, yaitu estrogen dan progesteron (hipogonadisme). Hal ini terjadi
pada kondisi, antara lain:
 Kekurangan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH).
 Gangguan makan.
 Gagal tumbuh kembang.
 Hipopituitarisme.
 Kelebihan hormon prolaktin.
 Tumor pada otak.
 Hiperplasia adrenal kongenital.
 Sindrom Cushing.
Selain hipogonadisme, amenorrhea primer dapat disebabkan oleh:
 Tidak terbentuknya uterus dan vagina, atau cervix.
 Sindrom insensitivitas androgen.
 Untuk amenorrhea sekunder, berikut merupakan beberapa kondisi
yang dapat menjadi penyebabnya
 Penggunaan kontrasepsi, terutama KB suntik.
 Gaya hidup, misalnya berat badan yang terlalu rendah, penurunan
berat badan, olahraga berlebihan, dan stres.
 Ketidakseimbangan hormon, seperti pada PCOS, hipotiroidisme,
tumor pada kelenjar hipofisis di otak.
 Anoreksia.
 Kelebihan hormon prolaktin.
 Kelainan struktur organ reproduksi, seperti pada sindrom Asherman.
 Insufisiensi ovarium primer.
 Tumor ovarium.
 Pengobatan Amenorrhea
Pengobatan yang dilaksanakan tergantung kepada penyebab dari amenorrhea.
Beberapa metode pengobatan yang disarankan oleh dokter sesuai dengan
penyebab amenorrhea, misalnya:
Pengobatan pada wanita yang memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS),
penanganan akan berfokus untuk mengurangi kadar hormon androgen.
Pemakaian pil kontrasepsi atau obat-obatan hormon yang memicu terjadinya
siklus haid.
Terapi sulih hormon estrogen (estrogen replacement therapy/ERT) yang
membantu menstabilkan hormon untuk memicu siklus haid, pada kondisi
insufisiensi ovarium primer. ERT akan menggantikan estrogen yang tidak
dihasilkan oleh ovarium untuk mengatur siklus menstruasi secara normal.
Dokter juga akan memberikan progestin atau progesteron untuk mengurangi
risiko kanker rahim.
Amenorrhea yang disebabkan oleh faktor gaya hidup bisa ditangani dengan
menjaga berat badan tetap ideal, mengontrol stres, dan menetapkan jadwal
olahraga yang tepat dan teratur.
 Komplikasi Amenorrhea
Kemandulan adalah komplikasi amenorrhea yang paling ditakuti. Komplikasi
lainnya adalah akibat rendahnya kadar estrogen yang menyebabkan
berkurangnya kepadatan tulang atau osteoporosis.

2. Dismenore
 Pengertian Dismenore
Dismenore adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keluhan
kram yang menyakitkan dan umumnya muncul saat sedang haid atau
menstruasi. Dismenore merupakan salah satu masalah terkait haid yang
paling umum dikeluhkan.
 Gejala Dismenore
Sebenarnya, gejala dismenore dapat bervariasi pada setiap wanita. Namun
secara umum, tanda dan gejala paling khas dari dismenore, yaitu:
 Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke
punggung bawah, dan paha bagian dalam
 Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal
menstruasi
 Rasa sakit terasa intens atau konstan
 Bagi beberapa wanita, mereka juga mengalami beberapa gejala lain
yang muncul bersamaan sebelum atau saat siklus menstruasi datang.
Berikut gejala penyerta lainnya yang sering dikeluhkan wanita ketika
menstruasi:
 Perut kembung
 Diare
 Mual dan muntah
 Sakit kepala
 Pusing
 Lemah, lesu, dan tidak bertenaga
 Penyebab Dismenore
Terdapat dua jenis dismenore, meliputi :
Dismenore primer tidak disebabkan oleh masalah pada organ reproduksi.
Keadaan ini umumnya disebabkan peningkatan dari prostaglandin, yang
diproduksi pada lapisan dari rahim. Peningkatan prostaglandin memicu
kontraksi dari uterus atau rahim. Secara alami, rahim cenderung memiliki
kontraksi lebih kuat semasa haid. Kontraksi rahim ini dapat menimbulkan
keluhan nyeri.
Selain itu, kontraksi rahim yang terlalu kuat dapat menekan pembuluh darah
sekitar dan menyebabkan kurangnya aliran darah ke jaringan otot dari rahim.
Jika jaringan otot ini mengalami kekurangan oksigen akibat kekurangan
suplai darah, keluhan nyeri dapat timbul.
 Faktor Risiko Dismenore
Ada banyak hal yang bisa meningkatkan risiko mengalami nyeri haid. Antara
lain:
 Berusia di bawah 30 tahun
 Belum pernah melahirkan
 Memiliki riwayat nyeri haid dalam keluarga
 Seorang perokok
 Masa puber Anda mulai sejak usia 11 atau ke bawah (pubertas dini)
 Mengalami perdarahan berat atau yang tidak normal selama
menstruasi
 Mengalami perdarahan menstruasi yang tidak teratur
 Diagnosis Dismenore
Untuk menentukan diagnosis dismenore, diperlukan wawancara medis
mendetail. Umumnya, dokter akan menanyakan pertanyaan yang berkaitan
dengan usia haid pertama kali, riwayat haid, keluhan lainnya, riwayat nyeri
haid, faktor pemicu nyeri haid, progresi dari keluhan nyeri haid, riwayat
seksual dan persalinan, efek dari keluhan nyeri haid terhadap kehidupan
sehari-hari, dan lain-lain.
Selain itu, biasanya juga akan dilakukan pemeriksaan fisik terutama
pemeriksaan pelvik. Dapat pula dipertimbangkan pemeriksaan penunjang,
misalnya pemeriksaan USG, laparoskopi, dan sebagainya.
 Pencegahan Dismenore
Wanita juga perlu berolahraga teratur untuk mengurangi nyeri menstruasi.
Untuk membantu mencegah keram, lakukan dengan rutin setiap minggu. Jika
langkah-langkah di atas tidak meredakan nyeri
 Pengobatan Dismenore
Pada dismenore primer, seringkali keluhan nyeri membaik dengan pemberian
obat anti-nyeri golongan OAINS (obat anti inflamasi non-steroid).
Contohnya, diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, asam mefenamat, dan lain-
lain. Selain itu, dapat pula diberikan terapi hormonal, misalnya dengan
kontrasepsi hormonal (contoh, pil KB).
Untuk meredakan keram menstruasi, seseorang juga perlu:
 Beristirahat secukupnya
 Menghindari makanan yang mengandung kafein dan garam
 Menghindari merokok dan minum alkohol
 Pijat punggung bawah dan perut
 Penanganan dismenore sekunder disesuaikan dengan penyakit yang
menyebabkan keluhan ini. Karena itu, penting agar penyebab
dismenore sekunder dievaluasi.
3. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam
dinding rahim tumbuh di luar rahim. Jaringan yang disebut endometrium ini
dapat tumbuh di indung telur, usus, tuba falopi (saluran telur), vagina, atau di
rektum (bagian akhir usus yang terhubung ke anus).
Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal sebagai tempat untuk
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Bila tidak dalam kondisi hamil,
endometrium tersebut akan luruh, lalu keluar dari tubuh sebagai darah
menstruasi.
Pada kasus endometriosis, jaringan endometrium di luar rahim tersebut juga
ikut menebal, tetapi tidak dapat luruh dan keluar dari tubuh. Kondisi tersebut
dapat menimbulkan keluhan nyeri, bahkan dapat menyebabkan kemandulan.

 Stadium Endometriosis
Endometriosis terbagi menjadi empat tingkatan, yang tergantung kepada
lokasi, jumlah, ukuran, dan kedalaman lapisan endometrium. Berikut ini
adalah empat tingkatan endometriosis dan ciri-cirinya:
Endometriosis minimal. Muncul jaringan endometrium yang kecil dan
dangkal di indung telur. Peradangan juga dapat terjadi di sekitar rongga
panggul.
Endometriosis ringan. Terdapat jaringan endometrium yang kecil dan dangkal
di indung telur dan dinding panggul.
Endometriosis menengah. Terdapat beberapa jaringan endometrium yang
cukup dalam di indung telur.
Endometriosis berat. Terdapat jaringan endometrium yang dalam di indung
telur, dinding panggul, saluran indung telur, dan usus.
Penyebab dan Gejala Endometriosis
Endometriosis diduga terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, atau
aliran darah menstruasi yang berbalik arah.Kondisi ini umumnya ditandai
dengan beberapa gejala, seperti:
 Nyeri di perut bagian bawah dan panggul.
 Volume darah yang berlebihan saat menstruasi.
 Sakit saat buang air besar atau buang air kecil.
 Pengobatan Endometriosis
Pemilihan metode pengobatan tergantung tingkat keparahan dan apakah
penderita masih ingin memiliki anak. Pengobatan endometriosis meliputi:
 Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
 Terapi hormon untuk menghentikan produksi hormon estrogen.
 Prosedur operasi, seperti laparoskopi, laparotomi, histerektomi.
I. Invertilitas

Infertilitas adalah suatu kondisi ketika pasangan suami istri tidak kunjung
diberikan keturunan meski sudah melakukan hubungan seks tanpa kondom secara
teratur, demikian menurut National Health Services UK. Faktanya, kehamilan
terjadi ketika sel telur yang dilepaskan wanita dari indung telur dibuahi oleh
sperma. Sel telur yang telah dibuahi tersebut kemudian akan bergerak dan tumbuh
di dalam rahim.

Ketika kondisi normal ini tak kunjung terjadi, ada kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor. Bisa dari pihak suami maupun istri.

Ada baiknya kondisi ini diperiksakan ke dokter apabila usia pernikahan Kamu
sudah melewati satu tahun. Terutama jika frekuensi hubungan seks sudah
dilakukan secara teratur.

Secara garis besar, terdapat dua jenis infertilitas yakni infertilitas primer dan
infertilitas sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika seorang wanita tidak pernah
hamil sama sekali. Sementara infertilitas sekunder adalah ketika seorang wanita
sebelumnya sudah pernah hamil, namun sulit untuk bisa hamil kembali.

2. Penyebab infertilitas

Ada banyak kemungkinan penyebab infertilitas, baik pada pria atau wanita. Pada
wanita, penyebab dari infertilitas yang paling umum terjadi di antaranya ovulasi
yang tidak teratur, sumbatan atau gangguan pada tuba falopii, serta endometriosis.

Usia yang sudah di atas 35 tahun juga bisa menjadi salah satu penyebab infertilitas
pada wanita. Hal ini karena kemampuan indung telur untuk melepaskan sel telur
kian menurun seiring bertambahnya usia.

Sementara itu, pada pria infertilitas bisa disebabkan oleh beberapa hal juga.
Penyebab infertilitas pria yang paling umum adalah azoospermia alias tidak ada
sel sperma yang diproduksi. Bisa juga karena oligospermia, yakni ketika hanya
sedikit sel sperma yang diproduksi.
Kadang-kadang sel sperma juga cacat atau mati sehingga sulit untuk bisa
mencapai sel telur. Dalam kasus yang jarang terjadi, infertilitas pada pria pun bisa
disebabkan oleh penyakit genetik seperti fibrosis kistik atau kelainan kromosom.

Untuk mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab infertilitas pada
pasangan suami istri, diperlukan pemeriksaan menyeluruh oleh dokter.

3. Faktor risiko infertilitas

Terkait gaya hidup dan kondisi kesehatan lainnya, ada juga sejumlah faktor risiko
yang dapat memengaruhi tingkat kesuburan pada pria dan wanita. Beberapa di
antaranya yakni:

Usia : Infertilitas sangat erat kaitannya dengan usia. Sebab tingkat kesuburan pria
maupun wanita pada umumnya akan mengalami penurunan saat usianya
bertambah. Biasanya kondisi ini mulai terjadi saat usia sudah mencapai di atas 35
tahun

Berat badan : Proses ovulasi juga bisa terhambat ketika berat badan berlebihan
atau justru kekurangan. Terutama jika indeks massa tubuh (IMT) mencapai 30
atau lebih. Ya, kelebihan maupun kekurangan berat badan dapat memengaruhi
siklus ovulasi pada wanita dan mengurangi tingkat kesuburan.

Merokok dan minum minuman beralkohol

Merokok adalah kebiasaan buruk yang dapat merusak serviks dan saluran indung
telur. Risiko keguguran dan kehamilan ektopik pun meningkat, bahkan jika Mama
menjadi perokok pasif. Sementara itu, bagi pria merokok juga dapat menyebabkan
penurunan kualitas sperma. Hal yang sama berlaku juga pada kebiasaan minum
minuman beralkohol.

Stres dan faktor lingkungan

Paparan pestisida, bahan kimia dan logam tertentu juga terbukti dapat
memengaruhi kesehatan kesuburan, terutama pada pria. Pada wanita, stres
berlebih juga dapat menyebabkan hilangnya gairah seks serta mengganggu siklus
ovulasi.
4. Pemeriksaan dan diagnosis infertilitas

Untuk mendiagnosis infertilitas, awalnya dokter akan melakukan wawancara


untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatan umum suami dan istri.
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tahu adanya kelainan fisik
yang mungkin berkontribusi pada infertilitas.

Jika tidak ada penyebab yang dapat ditentukan pada titik ini, tes yang lebih
spesifik mungkin akan direkomendasikan. Untuk wanita, pemeriksaan ini
termasuk tes hormon, analisis suhu tubuh dan ovulasi, rontgen tuba fallopi dan
uterus, atau laparoskopi. Untuk pria, tes awal fokus pada analisis sperma

5. Pengobatan infertilitas

Setelah diketahui apa faktor yang menjadi penyebab terjadinya infertilitas pada
pasangan suami istri, dokter akan segera memberikan rekomendasi perawatan dan
pengobatan yang sesuai.

Beberapa pengobatan infertilitas bisa berupa pemberian obat atau terapi hormon
(terutama jika infertilitas disebabkan oleh ovulasi yang tidak teratur). Bisa juga
dilakukan prosedur bedah seperti perawatan untuk endometriosis, perbaikan tuba
falopi, atau pengobatan di dalam rahim.

Tindakan perbantuan seperti program bayi tabung atau in vitro fertilisation (IVF)
juga bisa dilakukan sebagai salah satu rekomendasi.

Pada dasarnya, tindakan yang dilakukan akan disesuaikan dengan apa yang
menjadi penyebab infertilitas. Segera cek ke dokter untuk memastikan hal tersebut
ya.
J. Klimaterium

1. Gejala klinaterium

Gejala-gejala dari menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan


progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih
sedikit estrogen/progesteron dan tubuh memberikan reaksi.

Estrogen bertanggung jawab terhadap pembentukan lapisan epitel pada rongga


rahim. Selama masa reproduktif, pembentukan lapisan rahim diikuti dengan
pelepasan dinding rahim pada setiap siklus menstruasi.

Berkurangnya kadar estrogen pada menopause menyebabkan tidak terjadinya


pembentukan lapisan epitel pada rongga rahim.

Gejala menopause biasanya berbeda pada tiap wanita. Beberapa orang mungkin
mengalami perubahan pada fisik dan psikisnya, tetapi berat ringannya gejala
sangat bervariasi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan
wanita yang lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat.
Hal ini adalah normal.

Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan


menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita
penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-
gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh
pengangkatan ovarium.

Beberapa gejala menopause yang dapat terjadi adalah :

• Menstruasi yang tidak teratur.

Biasanya terjadi pada masa pra menopause, yang ditandai dengan makin
jarangnya mengalami menstruasi, atau bahkan sering menstruasi ( siklus haid
memendek). Pada masa ini, beberapa wanita masih ada kemungkinan hamil,
sampai mereka betul-betul memasuki masa menopause.
• Hot Flashes

Gejala ini hampir selalu dirasakan tiap wanita yang mengalami menopause. Rasa
panas menyebar di seluruh tubuh, tetapi yang tersering ialah daerah wajah dan
dada. Biasanya rasa panas ini disertai dengan warna kulit kemerahan dan keringat
yang berlebihan.

Hot flashes dialami oleh sekitar 75% wanita menopause. Kebanyakan hot flashes
dialami selama lebih dari 1 tahun dan 25-50% wanita mengalaminya sampai lebih
dari 5 tahun.

• Keringat malam

Terkadang rasa panas disertai dengan keringat pada malam hari. Ini
menyebabkan wanita yang mengalaminya sering terbangun dan sulit untuk
tidur lagi.

• Vagina menjadi kering dan gatal karena penipisan jaringan pada dinding
vagina sehingga dapat timbul nyeri atau iritasi pada saat berhubungan badan
(dyspareunia). Perubahan pada vagina juga memudahkan terjadinya infeksi.

• Saluran kemih (urethra) menjadi kering dan kurang elastis, sehingga mudah
terjadi infeksi saluran kemih dan rasa tidak puas saat berkemih.

• Mudah lelah ( fatique), perubahan mood, dan mudah tersinggung.

• Pusing, kesemutan dan palpitasi (jantung berdebar).

• Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (beser).

• Perubahan pada tekstur kulit. Kulit tidak elastis lagi dan mulai muncul keriput.
Ini diakibatkan jaringan kolagen yang makin berkurang akibat menurunnya kadar
estrogen.

2. Gejala pasca klimakterium

Masa Klimakterium ini berlangsung secara bertahap menurut

Kasdu(2002) sebagai berikut


a. Premenopause : Masa sebelum berlangsungnya peri menopause, yaitu sejak
fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda
menopause. mulai pada usia 40 tahun. Perdarahan terjadi karena menurunnya
kadar hormon esterogen,insufisiensi corpus lutheum,kegagalan proses ovulasi,
sehingga bentuk kelainan haid dapat bermanifestasi seperti amenorrhae,
polimenorrhae serta hipermenorrhae.

b. Perimenopause :

periode dengan keluhan memuncak ,rentang 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun
sesudah menopause. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai
berhenti sama sekali. Pada masa ini menopause masih berlangsung. Keluhan
sistimatik berkaitan dengan vasomotor, keluhan yang sering dijumpai adalah
berupa gejolak panas ( hot flushes ), berkeringat banyak, depresi , serta perasaan
mudah tersinggung.

c. Post menopause : masa setelah menopause sampai senilis.

Masa berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause. Keluhan lokal
pada sistim urogenital bagian bawah, atrofi vulva dan vagina menimbulkan
berkurangnnya produksi lendir atau timbulnya nyeri senggama.

Anda mungkin juga menyukai