Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

KEPERAWATAN MATERNITAS II

( INKONTINENSIA URINE DAN FISTULA GENITALIA)

DIBUAT OLEH

KELOMPOK 4

NAMA NPM
YANSYE NOYA 12114201180005

KELAS : C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITASKRISTEN INDONESIA MALUKU

2020

Inkontinensia Urine

1. Defenisi
Inkontinensia urin adalah gangguan fungsi kandung kemih yang membuat
Anda tidak dapat mengontrol keluarnya urin (air kencing). Akibatnya, urin
keluar tiba-tiba tanpa dikehendaki sehingga mengganggu kegiatan sehari-
hari.
Inkontinensia urin merupakan penyakit kandung kemih yang umum dan
semua orang dapat mengalaminya. Hanya saja, kondisi ini lebih banyak
dialami wanita dan orang lanjut usia. Meskipun tidak membahayakan,
bukan berarti kondisi ini boleh diabaikan.
Gangguan kontrol kandung kemih yang tidak ditangani dapat
mengakibatkan sejumlah komplikasi. Masalah kesehatan ini bisa
meningkatkan risiko infeksi saluran kemih dan penyakit kandung kemih,
serta mengurangi kualitas hidup penderitanya.
inkontinensia urin terjadi pada ibu yang melahirkan dengan cara normal
daripada yang melahirkan dengan operasi caesar. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan dengan cara normal yang
dibantu, terutama menggunakan forcep, sering mengalami masalah buang
air kecil setelah melahirkan. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa ibu
yang memiliki tahap dorongan yang berkepanjangan saat melahirkan
normal atau memiliki bayi dengan ukuran besar juga lebih cenderung
mengalami inkontinensia urin setelah melahirkan

2. Tanda dan Gejala Inkontinensia Urine


Gejala utama inkontinensia urin adalah keluarnya air kencing tanpa
dikehendaki. Setiap orang mungkin mengeluarkan urine dalam jumlah
yang berbeda, tergantung penyebab dan seberapa parah masalah
inkontinensia.
1. Mengompol ketika ada tekanan (stress incontinence)
Penderita inkontinensia jenis ini akan mengompol ketika kandung
kemih tertekan, seperti saat batuk, bersin, tertawa keras, atau
mengangkat beban. Kondisi ini disebabkan oleh otot saluran kemih
yang terlalu lemah untuk menahan urine ketika ada tekanan.
Otot kandung kemih dapat melemah karena berbagai faktor, misalnya
karena proses persalinan, berat badan berlebih, atau komplikasi
pascaoperasi, seperti rusaknya saluran kemih.

2. Tidak dapat menunda buang air kecil (urge incontinence)


Penderita inkontinensia jenis ini tidak dapat menahan buang air kecil
ketika dorongan untuk itu muncul. Sering kali perubahan posisi tubuh
atau mendengar suara aliran air membuat penderita mengompol.
Kondisi ini disebabkan oleh otot kandung kemih yang berkontraksi
secara berlebihan. Kontraksi dipicu oleh konsumsi kafein, soda,
alkohol, dan pemanis buatan secara berlebihan, infeksi saluran kemih,
sembelit, serta gangguan saraf, seperti stroke atau cedera saraf tulang
belakang.
3. Mengompol secara tiba-tiba (overflow incontinence)
Penderita inkontinensia jenis ini dapat ngompol sedikit-sedikit. Kondisi
ini terjadi akibat kandung kemih tidak dapat dikosongkan sampai benar-
benar kosong (retensi urine kronis), sehingga sisa urine di dalam
kandung kemih akan keluar sedikit-sedikit.
Retensi urine kronis dapat terjadi ketika kandung kemih atau saluran
kemih mengalami penyumbatan, sehingga mengganggu keluarnya
urine. Penyumbatan ini umumnya disebabkan oleh pembesaran kelenjar
prostat, tumor atau batu pada kandung kemih, atau karena sembelit.
4. Sama sekali tidak bisa menahan urine (inkontinensia total)
Inkontinensia total terjadi ketika kandung kemih sama sekali tidak
mampu menampung urine, sehingga penderitanya akan terus
mengompol.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelainan struktur kandung kemih atau
panggul sejak lahir, cedera saraf tulang belakang, atau munculnya
lubang di antara kandung kemih dan organ sekitarnya, misalnya vagina.
3. Penyebab
Inkontinensia urin dapat terjadi karena otot di sekitar kandung kemih dan
panggul melemah saat kehamilan dan melahirkan. Akibatnya, buang air
kecil sulit dikendalikan saat dikeluarkan atau dihentikan. Setelah
melahirkan, ukuran rahim yang menyusut di minggu-minggu awal setelah
melahirkan membuat otot dasar panggul kesulitan dalam membendung air
di kandung kemih dan menjaga uretra agar tetap tertutup. Akibatnya, urin
bisa bocor dan Anda tidak dapat mengendalikannya.
Secara umum, berikut berbagai hal yang dapat menyebabkan
inkontinensia.
1. Inkontinensia sementara
Inkontinensia sementara sering kali disebabkan karena makanan,
minuman, obat, atau suplemen yang bersifat diuretik. Apa pun yang
bersifat diuretik akan menambah kadar air dan garam pada urin sehingga
air kencing yang dihasilkan lebih banyak.
Diuretik yang ada di sekitar Anda antara lain:
 kafein, seperti kopi dan teh,
 minuman beralkohol,
 minuman bersoda,
 cokelat,
 pemanis buatan,
 makanan pedas, manis, dan asam,
 obat darah tinggi dan penyakit jantung, serta
 suplemen vitamin C dosis besar.
Tidak hanya diuretik, inkontinensia urin sementara juga bisa disebabkan
oleh gangguan kesehatan umum seperti:
 Infeksi saluran kemih. Infeksi menyebabkan iritasi pada kandung
kemih. Iritasi memicu rasa ingin buang air kecil dan terkadang
inkontinensia.
 Sembelit. Feses yang menumpuk pada rektum dapat menekan
kandung kemih (cystitis) sehingga menimbulkan rasa ingin buang
air kecil.
2. Inkontinensia jangka panjang
Inkontinensia jangka panjang biasanya disebabkan oleh penyakit atau
perubahan pada kondisi fisik, seperti:
 Pertambahan usia. Fungsi penyimpanan kandung kemih menurun
seiring usia. Selain itu, kandung kemih juga lebih sering
berkontraksi saat Anda lebih tua.
 Kehamilan. Perubahan hormon dan perkembangan janin dapat
menimbulkan tekanan pada kandung kemih sehingga terjadi
inkontinensia urin.
 Persalinan. Persalinan melalui vagina bisa melemahkan otot
kandung kemih. Akibatnya, kandung kemih turun (sistokel) dan
menyebabkan kebocoran urin.
 Menopause. Penurunan hormon estrogen menyebabkan dinding
kandung kemih menipis. Penipisan ini membuat urin lebih mudah
keluar dari kandung kemih.
 Pembesaran prostat. Prostat yang membesar (disebut juga penyakit
BPH) akan menekan kandung kemih sehingga timbul rasa ingin
buang air kecil.
 Kanker prostat. Kanker prostat maupun efek samping
pengobatannya dapat memberikan tekanan pada kandung kemih
dan menyebabkan inkontinensia.
 Operasi pengangkatan rahim. Prosedur operasi meningkatkan
risiko kerusakan otot panggul sehingga berdampak pada
inkontinensia.
 Gangguan saraf. Penyakit Parkinson, multiple sclerosis, stroke, dan
cedera tulang belakang dapat menyebabkan gangguan saraf
kandung kemih.

4. Penatalaksanaan
Inkontinensia urin mungkin akan berlangsung dalam waktu yang
bervariasi antar ibu setelah melahirkan. Ada ibu yang mengalami
inkontinensia urin dalam waktu singkat dan ada juga yang lebih lama. Hal
ini tentu menimbulkan ketidaknyamanan bagi Anda.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi inkontinensia urin
ini adalah:
• Melakukan latihan kegel secara teratur agar otot-otot dasar panggul Anda
cepat pulih dan kuat kembali
• Gunakan bantalan atau popok untuk membantu menyerap urin yang
bocor dan melindungi celana Anda dari kebocoran urin
• Cobalah untuk menyilangkan kaki Anda dan mengencangkan otot
panggul Anda saat ingin bersin, batuk, atau tertawa
• Kurangi konsumsi minuman berkafein, seperti kopi, teh, dan minuman
bersoda, untuk membantu Anda mengurangi frekuensi buang air kecil
• Kurangi juga konsumsi jeruk, tomat, dan makanan yang mengandung
asam tinggi lainnya karena bisa mengiritasi kandung kemih Anda dan
membuat urin sulit untuk dikontrol
• Hindari sembelit setelah melahirkan agar tidak menambah tekanan pada
kandung kemih Anda

Fistula Genetalia
1. Defenisi
Fistula adalah hubungan abnormal yang berkembang antara dua bagian
tubuh yang terpisah dari satu sama lain. Fistula adalah kata Latin yang bila
menjadi "pipa" atau "tabung." Secara umum, keberadaan fistula
menandakan penyakit, tetapi kadang seorang ahli bedah sengaja membuat
fistula antara dua permukaan epitel untuk tujuan pengobatan.
Fistula genitourinaria adalah terbentuknya hubungan antara traktus
genitalis dan traktus urinarius. Bentuk yang tersering adalah fistula
vesikovaginal dan fistula ureterovaginal. Fistula vesikovaginal yaitu
terbentuknya fistel atau lubang pada dinding vagina yang
menghubungkan kandung kemih dengan vagina, akibatnya urine keluar
melalui saluran vagina tanpa disadari. (Sarwono, 2010) Fistula adalah
suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal
atau antara organ berongga internal dan dengan tubuh bagian luar. Nama
dari fistula menandakan kedua area yang berhubungan secara abnormal :
fistula visikovagina adalah ostium antara kandung kemih dan vagina,
dan fistula rektovaginal adalah suatu ostium antara rektum dan vagina.

2. Tanda dan gejala


Gejala-gejala tergantung pada kekhususan defek. Sebagai contoh, pada
pasien dengan fistula vesikovagina, urin terus merembes kedalam vagina.
Pada fistula rektovaginal, terdapat inkontinens fekal, dan flatus
dikeluarkan melalui vagina. Kombinasi rebas demikian dengan leukorea
mengakibatkan kondisi yang sangat berbau yang sulit untuk dikontrol
Pewarnaan biru mentilen membantu menunjukkan perjalanan fistula.
Pada fistula vasikovaginal, zat warna dimasukkan kedalam kandung kemih
dan timbul dalam vagina. Setelah hasil pemeriksaan dengan biru
metilen negatif, indigokarmin disuntikkan secara intravena, penampilan
zat warna dalam vaginal menunjukkan fistula uretrovaginal. Sistokopi
kemudian dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat. Secara
klinis gejala Fistula Vesiko Vagina mengalami inkontinen urine dan tidak
ada rasa nyeri. Komplikasi yang sering terjadi yaitu adanya iritasi
pada daerah perineum dan paha atas, dermatitis kronis, infeksi
saluran kemih serta penumpukkan kristal (Calculi pada buli-buli),
amenorrhoe sekunder sebagai akibat sentral oleh karena depresi berat
dan endometritis. Juga dapat terjadi striktura / stenosis vagina yang
merupakan gejala yang sering bersamaan dengan fistula.
Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera setelah
persalinan atau beberapa lama setelah persalinan, sedangkan fistula akibat
tindakan operasi ginekologi 5 - 14 hari pasca bedah. Pada fistula yang
kecil urine dapat merembes sedikit. Gejala paling sering dari Fistula
Vesiko Vagina adalah inkontinensia total involunter yaitu adanya iritasi
daerah vulva dan seringnya terjadi ISK. Trias gejala yang timbul setelah
tindakan pembedahan : sekret air kencing, nyeri perut dan kenaikan suhu
badan dapat dipastikan adanya Fistula Vesiko Vagina.
3. Penyebab
Fistula terjadi secara kongenital, pada orang dewasa, kerusakan biasanya
terjadi karena kerusakan jaringan akibat cedera yang didapatkan
selama pembedahan, melahirkan, terapi radiasi, atau proses penyakit
seperti karsinoma. (KMB vol.8) Banyak faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya Fistula Vesiko Vagina antara lain :
1. Komplikasi Obstetrik, yaitu terjadi karena persalinan.
a. Karena robekan oleh forceps, alat-alat yang meleset atau karena
sectio sesare
b. Karena nekrosis tekanan, dimana jaringan tertekan lama antara
kepala anak dan sympisis seperti pada persalinan dengan
panggul sempit, hydrocepalus atau kelainan letak. Kalau
pembukaan belum lengkap dapat terjadi fistula cervicalis atau
fistel ureter, sedangkan pada pembukaan lengkap biasanya
terjadi fistula vesico vaginalis. Pengawasan kehamilan yang
baik disertai pimpinan dan penanganan persalinan yang baik
pula akan mengurangi jumlah fistel akibat persalinan. Fistel
karena perlukaan atau robekan terjadi segera setelah partus,
sedangkan fistel karena nekrosis (partus lama) terjadi 4-7 hari
post partum.
2. Operasi Ginekologi, terjadi pada :
 Karsinoma, terutama karsinoma servisis uteri
 Karena penyinaran : baru timbul 2-5 tahun setelah penyinaran
 Karena operasi ginekologis : pada histerektomi abdominal
dan vaginal atau operasi untuk prolaps dapat terjadi
perlukaan vesika urinaria. Pada histerektomi totalis dapat
terjadi lesi dari ureter atau kandung kemih.
3. Fistula Traumatik, terjadi pada:
 Pada abortus kriminalis
 Perlukaan oleh benda-benda runcing, misalnya karena terjatuh
pada benda yang runcing.
 Karena alat-alat : kateter, sonde, kuret
4. Penyebab lain yang jarang ditemukan seperti kondisi peradangan
saluran pencernaan, penyakit chronis, trauma yang berasal dari benda
asing dan kelainan kongenital

4.Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk menghilangkan fistula, infeksi, dan ekskoriasi.
Biasanya, fistula akan menghilang tanpa intervensi bedah. Sebaliknya, akan
diperlukan pembedahan. Biasanya, pembedahan pada vagina digunakan
untuk fistula vesikovaginal dan uretrovaginal, dan pembedahan pada
badomen untuk fistula yang lebih tinggi dalam abdomen. Fistula yang sulit
untuk diperbaiki atau fistula yang sangat besar membutuhkan perbaikan
melalui tindakan bedah dengan diversiurinarius atau fekal. Karena fistula
biasanya berhubungan dengan trauma obstretrik, kekambuhan pada pasien
nuligravida atau pada pasien tanpa riwayat pembedahan harus
dievaluasi dengan cermat. Penyakit crohn atau limfogranoloma venerum
(LGV) dapat menjadi penyebab.
Penatalaksanaan pre-operasi
a. Konseling pasien dan keluarga tentang keberhasilan operasi dan
kompliksainya
b. Persiapan fisik , dan laboratorium
c. Sebelum menentukan perencanaan penanganan, maka harus dapat
diidentifikasi dengan baik dan benar mengenai : Keadaan organ urogenital
Lokasi, ukuran dan jumlah fistula Jaringan sekitar fistula dapat atau layak
untuk penutupan fistula Fungsi uretra dan leher buli-buli Jika ada infeksi
saluran kemih harus diobati dahulu dengan pemeriksaan kultur urine dan
tes sensitivitas. Sehingga dapat diberikan antibiotika yang tepat karena
adanya fistula penderita sering mengalami bakteriuri

Anda mungkin juga menyukai