Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH UNWANTED PREGNANCY TERHADAP

DEPRESI POSTPARTUM

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH


PSIKOLOGI KEHAMILAN, PERSALIAN DAN NIFAS

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Psikologi Kehamilan Persalinan dan Nifas
pada Semester VII Mahasiswa Program Reguler Sore
Program Studi Sarjana Kebidanan

Disusun Oleh :
1. Luluk Dwi Wulan Kusnul K
2. Siti Intan Mia Kornalia
3. Sriwati
4. Tsuwaibatul Aslamiyyah

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI UTAMA PATI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah dengan Judul “Pengaruh Unwanted Pregnancy terhadap Depresi


Postpartum” telah disahkan oleh dosen pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :

Dosen Pembimbing

Uswatun Kasanah, S.Si.T.,M.Kes


NPP :12005007

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah Kebidanan “Pengaruh Unwanted Pregnancy terhadap
Depresi Postpartum”
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan bimbingan dan
dorongan dari semua pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Suparjo, S.Kp.,M.Kes., selaku Ketua Yayasan Pratini Soedarsono Pati.
2. Irfana Tri Wijayanti, S.Si.T.,M.Kes.,M.Keb selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati.
3. Uswatun Kasanah, S.Si.T.,M.Kes. selaku Dosen Pembimbing makalah
Kebidanan.
4. Serta teman-teman tercinta mahasiswa Stikes Bakti Utama Pati yang telah
memberikan dorongan kepada kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan bimbingan
dari berbagai pihak dalam perbaikan selanjutnya. Semoga dengan disusunnya
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Pati, September 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................
D. Artikel Terkait...........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD/ unintended pregnancy) didefinisikan sebagai
kehamilan yang terjadi pada saat tidak menginginkan anak pada saat itu (mistimed pregnancy)
dan kehamilan yang tidak diharapkan sama sekali (unwanted pregnancy). Gilda Sedgn
melaporkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 213,4 juta kehamilan di seluruh dunia dengan
angka kehamilan usia 15-44 tahun 133 per 1000 wanita pada kelompok usia yang sama dan 40
persen diantaranya adalah angka kehamilan yang tidak diinginkan. Sedangkan di kawasan Asia
Tenggara terdapat 18,8 juta total kehamilan dan 44 persen diantaranya adalah KTD (Lisa,
Pandu, Ning, 2012).
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada remaja akan memberikan dampak negatif baik
dari segi fisik, psikologi, sosial, dan spiritual. Dampak dari segi fisik akan membahayakan ibu
maupun janin yang dikandungnya atau ibu akan mencoba melakukan aborsi yang bisa berujung
pada kematian. Dari sisi psikologi, ibu akan berusaha melarikan diri dari tanggungjawab, atau
tetap melanjutkan kehamilannya dengan keterpaksaan. Sedangkan dilihat dari dampak sosial,
masyarakat akan mencemooh dan juga mengucilkan (Ismawati, Istri U, 2017).
World Health Organization (WHO) memperkirakan dari 200 juta kehamilan pertahun,
sekitar 38 persen (75 juta) merupakan kehamilan tidak diinginkan. Dari data Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012 (SDKI 2012) didapatkan bahwa 7 persen kelahiran
diharapkan kemudian dan 7 persen kelahiran tidak diinginkan sama sekali.
Dampak kehamilan tidak diinginkan akan menimbulkan berbagai permasalahan baik pada
bayi maupun bagi keluarganya diantaranya: Anak yang lahir dari masalah diatas dapat
mengalami masalah perkembangan mentalnya, terutama jika hingga lahir orang tuanya masih
belum dapat menerima (Nawati, Farial : 2018).
Kehamilan dan melahiran merupakan suatu peristiwa kompleks yang berpengaruh bagi
seorang ibu, yang mana semuanya termasuk aspek fisik dan psikologikal. Perubahan ini dapat
menyebabkan gangguan psikologis ibu, yang mana dapat menjadi suatu depresi setelah
melahirkan yang dinamakan depresi pasca melahirkan atau yang disebut depresi postpartum.
Depresi postpartum merupakan masalah psikologis yang dialami oleh ibu setelah 4
minggu melahirkan yang ditandai dengan perasaan sedih, menurunnya suasana hati, kehilangan
minat dalam kegiatan sehari – hari, peningkatan atau penurunan berat badan secara signifikan,
merasa tidak berguna atau bersalah, kelelahan, penurunan konsentrasi bahkan ide bunuh diri
(Zulpatin, Arif, Endang, 2017).
Di Indonesia semula diperkirakan bahwa angka kejadiannya rendah atau setidaknya lebih
rendah dari negara lain atau masyarakat ditempat lain. Ternyata di Indonesia pada tahun 1998-
5
2001, seperti di DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Surabaya ditemukan angkat kejadiannya 11-
30%. Namun, saat ini angka kejadian depresi postpartum di Indonesia belum diketahui secara
pasti mengingat belum ada lembaga terkait yang melakukan penelitian tersebut (Zulpatin, Arif,
Endang, 2017).
Penelitian dibeberapa Rumah Sakit di Indonesia seperti di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
tahun 2006, menunjukkan kejadian depresi potpartum sebesar 22,35%. Penelitian di RSUD
Haji Adam Malik Medan tahun 2009 dari 50 ibu postpartum spontan di rawat inap sebanyak
16% mengalami depresi postpartum (Zulpatin, Arif, Endang, 2017).
Depresi yang tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan post partum psikosis
yang mengakibatkan perubahan mood secara drastis dan sering memicu terjadinya tindakan
ekstrim seperti bunuh diri dan membunuh bayi yang baru dilahirkannnya. Depresi postpartum
blues bukan saja berdampak besar kepada keadaan ibu tetapi juga terhadap anaknya,sulitnya
interaksi antara ibu yang sempat mengalami depresi dengan anaknya meningkatkan resiko
gangguan tingkah laku dan gangguan kognitif bahkan dapat membahayakan anak oleh sebab
efek tersebut alat skrining untuk mendiagnosis awal sangatlah penting (Dewi, 2014).
Menurut Gausia et al, salah satu penyebab terjadinya depresi postpartum adalah
kemiskinan, hubungan yang tidak baik dengan ibu mertua, melahirkan bayi dengan jenis
kelamin perempuan, kehamilan yang tidak terencana, kerentanan terhadap gejala psikiatri, bayi
yang dirawat dirumah sakit, suami yang tidak bekerja serta perselisihan yang serius dengan
salah satu anggota keluarga.
Dari penelitian yang dilakuakn I Komang Prayogo D, Anak Ayu Sri W, Denpasar pada
tahun 2016 tentang Prevalance dan Faktor Resiko Depresi Postpartum di kota Denpasar
Menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale didapatkan hasil sebanyak 100% ibu
dengan kehamilan tidak diinginkan mengalami depresi postpartum. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk membuat Makalah tentang Pengaruh Unwanted Pregnancy terhadap Depresi
Postpartum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada Makalah ini adalah Apakah
Ada Pengaruh Unwanted Pregnancy terhadap Depresi Postpartum?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis Pengaruh Unwanted Pregnancy terhadap Depresi Postpartum.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Pengertian Unwanted Pregnancy.
b. Untuk Mengetahui Akibat Unwanted Pregnancy.
6
c. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Unwanted Pregnancy.
d. Untuk Mengetahui Pengertian Depresi Postpartum.
e. Untuk Mengetahui Etiologi dan Faktor Resiko Depresi Postpartum
f. Untuk Mengetahui Pengaruh Unwanted Pregnancy terhadap Depresi Postpartum.

D. Artikel Terkait
Makalah dengan judul “Pengaruh Unwanted Pregnancy terhadap Depresi Postpartum”
sepengetahuan penyusun makalah berkaitan dengan beberapa artikel / peneliti sejenis antara
lain :
Table 1.
Penelitian Terdahulu

Judul Peneliti
Sasara
No. (Nama Peneliti, Variabel Metode Hasil penelitian
n
Tahun)
1 Prevalence and Seluru Variabel Analisa 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Determinants of h ibu bebas data yang ada hubungan negatif langsung dan
Depression in nifas dalam digunaka tidak langsung usia ibu dengan
Sukoharjo District yang penelitian n dalam depresi postpartum melalui
Central Java ada di ini adalah penelitia komplikasi, status kehamilan dan
(Ryanawati p, Uki Wilaya strategi n ini strategi koping dan secara statistik
Retno B, Bhisma h kerja koping,ko adalah signifikan.
M, Sukoharjo, Puskes mplikasi analisis 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa
2018) masn persalinan, jalur, tingkat pendidikan ibu
di Kehamilan menggun berhubungan negatif secara tidak
Identitas jurnal: Kabup Tidak akan langsung dengan depresi
Nama jurnal: aten diinginkan program postpartum melalui strategi koping
Journal of Sukoha , Efikasi SPSS dan secara statistik signifikan.
Maternal and rjo diri AMOS 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Child Health variabel 22 pendapatan keluarga berhubungan
(2018), 3(1): 395- terikat langsung dan tidak langsung
408 adalah dengan depresi postpartum melalui
https://doi.org/10. Depresi status kehamilan, komplikasi
26911/thejmch.201 postpartu persalinan dan efikasi diri dan
7.03.01.02 m, status secara statistik signifikan.
Alamat url : kehamilan, 4. Hasil analisis menunjukkan bahwa
http://thejmch.com . paritas berhubungan tidak
/index.php? langsung dengan depresi
journal=thejmch& postpartum melalui status
page=article&op=v kehamilan dan komplikasi
iew&path[]=765 persalinan dan secara statistik
signifikan.
Beda kuning & 5. Hasil analisis menunjukkan bahwa
merah itu apa? url kehamilan tidak diinginkan
semua berhubungan langsung dengan
depresi postpartum dan secara
statistik signifikan.
6. Hasil analisis menunjukkan bahwa
komplikasi persalinan
berhubungan langsung dengan
depresi postpartum dan secara
statistik signifikan.
7. Hasil analisis menunjukkan bahwa
dukungan keluarga berhubungan
7
tidak langsung dengan depresi
postpartum melalui status
kehamilan dan efikasi diri dan
secara statistik signifikan.
8. Hasil analisis menunjukkan bahwa
efikasi diri berhubungan langsung
dengan depresi postpartum dan
secara statistik signifikan.
9. Hasil analisis menunjukkan bahwa
strategi koping berhubungan
langsung dengan depresi
postpartum dan secara statistik
mendekati signifikan.

2 Prevalance dan Ibu Variabel Survei Dari hasilpenelitian ini didapatkan


Faktor Resiko yang bebas analitik dari analisis bivariat dengan
Depresi melahir yang dengan menggunakan cross tabibu
Postpartum di kota kan di diteliti pendekat yangterdapatriwayat anak meninggal,
Denpasar Rumah yaitu an Cross sebanyak 40% menderita depresi
Menggunakan Sakit Umur, sectional postpartum. Pendidikanibu yang
Edinburgh Umum Primipara, Rumus : tamatSekolah Dasar sebanyak 50%
Postnatal Sangla Riwayat Chi menderita depresi
Depression Scale Denpas anak square postpartum.Kehamilan yang
(I Komang ar, meninggal tidakdirencanakanolehibu,
Prayogo D, Anak UPT , diperoleh100% menderita depresi
Ayu Sri W, Puskes Kehamilan postpartum, dansebagian (50%)ibu
Denpasar, 2016) mas tidak yang berumurlebih dari40 tahun
Denpas diinginkan menderitadepresi postpartum. Faktor
Identitas jurnal: ar , resiko ini semua sesuai dengan faktor
Nama jurnal: E- Selatan Pendidika resiko yang diperolehpenelitian yang
Jurnal Medika, /BKIA n terakhir telahdilakukanGausia, et al.2Hasil dari
VOL. 5 NO.7, Pekam sedangkan analisis bivariat ini mendapatkan
JULI, 2016: (1-5) bingan variabel perbedaan dengan penelitianKatherine,
http://ojs.unud.ac dan terikat et al. Dalam penelitian
.id/index.php/eu Bidan yang merekadikatakan bahwa depresi
m Praktek diteliti postpartumtidak berhubungan dengan
Alamat url Swasta yaitu tingkat pendidikan, jenis kelamin
https://ojs.unud.ac. di Kota Depresi anak yang dilahirkan, status menyusui
id/index.php/eum/a Deanpa postpartu atau tidak, cara melahirkan dan
rticle/view/21560 sar m direncanakan atau tidaknya kehamilan.
dengan Depresi postpartum dipengaruhi oleh
jumlah kehamilan yang tidak diinginkan
sampel
44
orang
3. Risk Factors of Ibu Variabel Penelitia 1. Hasil analisis jalur dalam
Postpartum nifas terikat n ini penelitian inimenunjukkan
Depression atDr. hari 1- yaitu usia menggun hubungan antara ibuusia dan
Moewardi 10 di ibu, stres akan depresi pasca
Hospital Surakarta RSUD psikologis, metode melahirkankeseimbangan. Efeknya
(Matilda Bupu R, Dr. paritas, observasi positif dan secara statistic penting.
Uki Retno B, Aris Moewa kehamilan onal 2. Penelitian ini menunjukkan adanya
S, Surakarta, 2017) rdi tidak analitik , postpartumdepresi secara langsung
Suraka diinginkan pendekat dan negatifdipengaruhi oleh
Identitas jurnal: rta , jenis an Cross pendapatan keluarga. Ibu
Nama jurnal: berjum persalinan, sectional denganpendapatan keluarga yang
Journal of lah 150 pendapata lebih tinggi cenderung tidak
Maternal and orang n keluarga, dimilikidepresi pascapersalinan.
Child Health kekerasan Pendapatan keluarga adalah ahal

8
(2018), 3(1): 81- dalam penting yang dapatmempengaruhi
90 rumah seseorangkesehatan. Semakin
https://doi.org/10. tangga, tinggi pendapatan keluarga,
26911/thejmch.201 dan semakin baikKondisi kesehatan.
8.03.01.08 dukungan 3. Penelitian ini menunjukkan
Alamat keluarga postpartum itudepresi dipengaruhi
ur sedangkan oleh dukungan keluarga.Ibu yang
:http://thejmch.co variabel menerima keluarga yang
m/index.php? bebas kuatdukungan lebih kecil
journal=thejmch& yaitu kemungkinannya untuk mengalami
page=article&op=v Depresi depresi pascapartum dibandingkan
iew&path%5B pospartum wanita yangmenerima dukungan
%5D=82 . keluarga yang lemah.
4. Penelitian ini menunjukkan adanya
postpartumdepresi secara tidak
langsung dipengaruhi
olehkekerasan dalam rumah tangga
melalui psikologis
menekankan. Ibu rumah tangga
yang berpengalaman
kekerasan lebih mungkin dialami
depresi pascapersalinan
dibandingkan mereka yang
melakukannya
tidak mengalami kekerasan dalam
rumah tangga.
5. Penelitian ini menunjukkan
postpartum itudepresi secara
langsung dan positifdipengaruhi
oleh jenis pengiriman. Ibu
dengankomplikasi persalinan lebih
mungkin terjadimengembangkan
depresi pascapartum daripada
itudengan persalinan normal.
6. Penelitian ini menunjukkan
postpartum itudepresi dipengaruhi
oleh kehamilan yang tidak
diinginkan. Ibu yang menjalani
masa yang tidak
diinginkankehamilan lebih
mungkin dialamidepresi
pascapersalinan. Ibu akanmenjadi
lebih acuh tak acuh terhadap
kehamilannyajika tidak
diharapkan, yang dapat
meningkatkanrisiko depresi
postpartum (Alligood,2013).
7. Depresi pascapartum ternyata
positifdipengaruhi oleh stres
psikologis selama
kehamilan. Ibu hamil dengan stres
psikologis lebih mungkin
mengalaminya
depresi pascapersalinan. Psikologis
stress menyebabkan ibu menjadi
tidak mampu
menyesuaikan peran barunya
sebagai seorang ibu,
yang jika tidak ditangani dapat

9
menyebabkan depresi
pascapersalinan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Unwanted Pregnancy
1. Pengertian Unwanted Pregnancy
Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan adalah
kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan atau
tidak menginginkan kehamilan (BKKBN, 2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak
diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses
kelahiran akibat dari kehamilan(PKBI, 1998).
Istilah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang yang tidak
menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tapi tidak pada saat itu
mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat dari yang direncanakan). Definisi
kehamilan tidak diinginkan adalah gabungan dari kehamilan yang tidak diinginkan sama
sekali (unwanted pregnancy), dan kehamila yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu
(mistimed pregnancy)(Jain, 1999).
2. Faktor Unwanted Pregnancy :
a. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat
menyebabkan kehamilan.
b. Tidak mengutamakan alat kontrasepsi, terutama untk perempuan yang telah menikah.
c. Kegagalan alat kontrasepsi
d. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan
e. Kondisi kesehatan tubuh yang tidak mengizinkan kehamilan
f. Persoalan ekonomi (biaya melahirkan dan membesarkan anak)
g. Alasan karir atau masih sekolah
h. Kehamilan karena incest
i. Kondisi janin yang dianggap cacat berat atau berjenis kelamin yang yidak diinginkan
(DepKes RI, 2003).
3. Sebab KTD
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) banyak terjadi karena pola hubungan suami- istri
tidak seimbang, yang mengakibatkan hubungan seksual sebagai awal terjadinya kehamilan
seringkali dipahami sebagai kewajiban (agama) istri saja. Istri diposisikan untuk melayani
suami kapan saja sementara akibat dari hubungan ini (antara lain KTD) hanya istri seorang
yang menanggung. Selain terjadi pada remaja, KTD justru banyak dialami oleh ibu – ibu
10
dengan keluarga harmonis.
Alasan – alasan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal :
a. Pemahaman / pengetahuan tentang proses terjadinya kehamilan sangat minim.
Kebanyakan orang hanya tahu bahwa hubungan seks akan membuat perempuan hamil,
tanpa mengetahui dengan rinci proses terjadinya menstruasi dan kehamilan yang benar
dan lengkap.
b. Pemahaman / pengetahuan tentang kontrasepsi yang masih rendah, kebanyakan masih
banyak yang belum paham tentang cara memakainya dengan benar, efek samping yang
dapat ditimbulkan, dan bagaimana jika terjadi efek samping.

B. Depresi Postpartum
1. Definisi Depresi Postpartum
Depresi postpartum merupakan istilah yang digunakan pada pasien yang mengalami
berbagai gangguan emosional yang timbul setelah melahirkan, khususnya pada gangguan
depresi spesifik yang terjadi pada 10%-15% wanita pada tahun pertama setelah melahirkan.
Pasien akan mengalami gejala affektive selama periode postpartum, 4 sampai 6 minggu
setelah melahirkan. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi
keempat (DSM-IV), sebuah depresi dipertimbangkan sebagai postpartum jika dimulai
selama empat minggu setelah kelahiran.
Menurut Hawari (2002) depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa. Lebih terperinci dijelaskan oleh
Maramis (2005) yang mengatakan depresi sebagai satu kesatuan diagnosis gangguan jiwa
adalah suatu keadaan jiwa dengan ciri sedih, merasakan sendirian, putus asa, rendah diri dari
hubungan sosial, tidak ada harapan penyesalan yang patologis dan terdapat gangguan
somatik seperti anoreksia, serta insomnia.
Menurut Bobak (2004) depresi postpartum adalah gangguan suasana hati pada ibu
postpatum yang tejadi dalam enam bulan setelah melahirkan. Depresi post partum ini
pertama kali di temukan oleh Pitt pada tahun 1988, depresi post partum merupakan suatu
keadaan emosional yang ditunjukkan dengan mengekspresikan rasa lelah, mudah marah,
gangguan nafsu makan, dan kehilangan (Yulianti, 2010).
2. Faktor Predisposisi
Faktor resiko terjadinya depresi postpartum diantaranya adalah adanya anggota
keluarga yang menderita penyakit mental; kurangnya dukungan sosial dan dukungan
keluarga serta teman; kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat; kesulitan selama
persalinan dan melahirkan; merasa terasing dan tidak mampu; masalah/perselisihan
perkawinan atau keuangan; kehamilan yang tidak diinginkan (Yulianti, 2010).
11
3. Epidemiologi
Depresi postpartum merupakan sebuah permasalahan kesehatan serius di dunia.
Sebuah review yang luas pada 59 studi didapat bahwa 13% dari primipara mengalami
depresi postpartum selama 12 minggu pasca melahirkan. Laporan yang terbaru didapatkan
sama tingginya pada 15% sampel komunitas. Prevalensi keinginan bunuh diri pada periode
postpartum antara 0.2%-15.4% diantara populasi berbeda. Beberapa populasi seperti pada
etnis dengan status sosial minoritas didapatkan 40% sampai 50% kasus ini.
4. Etiologi
Penyebab kesedihan atau depresi setelah melahirkan tidak jelas. Penurunan tingkat
hormon yang tiba-tiba, dalam hal ini estrogen dan progesteron ikut berperan. Depresi juga
merupakan sebuah penyakit yang berlangsung di dalam keluarga. Kadangkala tidak jelas
penyebabnya (Yulianti, 2010).
Terdapat empat faktor penyebab terjadinya depresi postpartum, yaitu faktor
konstitusional, fisik, psikologis dan sosial.
a. Faktor Konstitusional Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah
riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada 12
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada
wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita depresi postpartum karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, jika sebelumnya
hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat (Yulianti, 2010).
b. Faktor Fisik Perubahan fisik setelah kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama dua minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah
melahirkn dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala.
Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan, kadang progesteron naik dan
estrogen menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang
sudah pasti (Yulianti, 2010).
c. Faktor Psikologis Peralihan yang cepat dari keadaan hamil sampai melahirkan dan
melewati masa postpartum, ibu akan mengalami penyesuaian psikologis yang berbeda-
beda. Klaus dan Kennel (1972) dalam Yulianti (2010) mengindikasikan pentingnya cinta
dalam menanggulangi masa peralihan untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d. Faktor Sosial Pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada
ibu selain kurangnya dukungan dalam perkawinan. Banyaknya kerabat khususnya suami
yang selalu membantu pada saat kehamilan, persalinan dan masa postpartum, akan
membuat beban seorang ibu karena kehamilannya akan sedikit berkurang (Yulianti,
2010).
12
5. Diagnosis
Kriteria yang digunakan dalam menegakkan diagnosis berdasarkan pada riwayat dan
gejala-gejala mengikuti Diagnostic And Statisctical Manual of Mental Disorders, edisi
keempat (DSM-IV). Sebagai penunjang untuk menegakkan diagnosis, secara luas
menggunakan uji Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).
Gejala Depresi Mayor dengan Onset Postpartum.Depresi mayor adalah didefinisikan
dengan adanya lima dari gejala berikut, yang mana salah satu harus adanya mood yang
tertekan atau penurunan ketertarikan atau kesenangan.
a. Mood yang tertekan sering berhubungan dengan kebingungan yang berat.
b. Adanya penurunan ketertarikan atau kesenangan dalam beraktivitas
c. Gangguan nafsu makan, biasanya diikuti dengan kehilangan berat badan
d. Gangguan tidur, paling sering insomnia atau tidur yang tidak nyaman bahkan ketika
bayinya tertidur.
e. Agitasi fisik, atau pelambatan psikomotor
f. Lemah, penurunan energi
g. Merasa kurang berguna
h. Penurunan konsentrasi
i. Adanya keinginan bunuh diri
Dari Diagnostic and Statistical Manual Mental Disorders, edisi keempat (DSM
IV).Depresi postpartum diartikan dalam DSM-IV dimulai empat minggu setelah
melahirkan.Gejala yang harus ada sepanjang hari hampir setiap hari selama dua minggu.
6. Diagnosis Banding
Depresi postpartum dibedakan dari baby blues yang timbul pada mayoritas perempuan.
Pada gejala ini terdapat gangguan perubahan gejala yang tidak konsisten mempengaruhi
kemampuan dalam menjalankan fungsinya. Psikosis postpartum muncul sebagai emergensi
psikiatrik yang memerlukan intervensi segera karena resiko dapat membunuh bayi dan
melakukan bunuh diri. Biasanya timbul pada dua minggu pertama setelah melahirkan.
7. Gejala Depresi Postpartum
Menurut Mansur (2009), terdapat gejala-gejala pada depresi postpartum, yaitu:
a. Dipenuhi rasa sedih dan depresi yang disertai dengan menangis tanpa sebab.
b. Tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja.
c. Tidak dapat berkonsentrasi.
d. Ada perasaan bersalah dan tidak berharga.
e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau terlalu memperhtikan dan mengkhawatirkan
bayinya.
f. Gangguan nafsu makan.
g. Adanya perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.
13
h. Gangguan tidur.
8. Karakteristik Depresi Postpartum
Depresi postpartum hampir sama dengan postpartum blues, yang membedakan hanya
karakteristik wanita yang mengalami depresi post partum (Mansur, 2009).
Berikut ini merupakan karakteristik wanita yang mengalami depresi postpartum
menurut Mansur (2009) :
a. Mempunyai riwayat depresi.
b. Berasal dari keluarga yang kurang harmonis.
c. Kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang-orang terdekatnya selama hamil
dan setelah melahirkan.
d. Jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya, misalnya kurang
komunikasi dan informasi.
e. Mengalami komplikasi selama kehamilan.
9. Klasifikasi Depresi Postpartum
Menurut Yulianti (2010), depresi postpartum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu depresi
ringan, sedang dan berat.
a. Depresi Ringan Depresi ini biasanya singkat dan tidak terlalu mengganggu kegiatan-
kegiatan normal. Peristiwa-peristiwa signifikan seperti hari liburan, ulang tahun
pernikahan, pekerjaan baru, demikian juga kebosanan dan frustasi bisa menghasilkan
suatu keadaan hati yang murung. Pada depresi tipe ini tidak dibutuhkan penanganan
khusus, perubahan situasi dan suasana hati yang membaik biasanya segera bisa mengubah
kemurungan itu kembali ke fase normal kembali.
b. Depresi Sedang Gejalanya hampir sama dengan depresi ringan, tetapi lebih kuat dan lama
berakhirnya. Suatu peristiwa yang tidak membahagiakan seperti meninggalnya 15
seorang kekasih, hilangnya karier, kemunduran dan lain-lain biasanya merupakan
penyebab dari depresi tipe ini. Orang memang sadar akan perasaan tidak bahagia itu,
namun tidak dapat mencegahnya. Pada tipe ini bunuh diri merupakan hal yang paling
berbahaya, karena bunuh diri merupakan hal satu-satunya pemecah masalah ketika
kepedihan itu menjadi lebih buruk. Dalam hal ini pertolongan yang profesional
dibutuhkan.
c. Depresi Berat Kehilangan interes dengan dunia luar dan perubahan tingkat laku yang
serius dan berkepanjangan merupakan karakteristik dari depresi tipe ini. Kadang
gangguan yang lain seperti schizophrenia, alkoholisme atau kecanduan obat sering
berkaitan dengan depresi ini. Demikian juga gejala fisik akan menjadi nyata dirasakan.
Dalam keadaan ini, penanganan secara profesional sangat diperlukan.
10. Strategi Coping
Menurut Aldwin dan Revenson, strategi coping merupakan suatu cara atau metode
14
yang dilakukan tiap individu untuk mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah yang
dialami dan dipandang sebagai hambatan, tantangan yang bersifat menyakitkan, serta
ancaman yang bersifat merugikan.
Sedangkan Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana seseorang yang
mengalami stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-
hari yang memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat
mengurangi stres yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah proses yang dilalui
oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresful. Coping tersebut adalah merupakan
respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupunpsikologik.
Neil R. Carlson mengungkapkan bahwa strategi coping adalah rencana yang mudah
dari suatu perbuatan yang dapat kita ikuti, semua rencana itu dapat digunakan sebagai
antisipasi ketika menjumpai situasi yangmenimbulkan stresatau sebagai respon terhadap
stres yang sedang terjadi, dan efektif dalam mengurangi level stres yang kita alami.
Menurut Lazarus dan Folkman, coping merupakan suatu proses dimana individu
mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang
berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber
daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stresful (situasi penuh tekanan).
Weiten dan Lloyd mengemukakan bahwa coping merupakan upaya- upaya untuk
mengatasi, mengurangi, dan mentoleransi beban perasaan yang tercipta karena stres.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka strategi coping adalah upaya- upaya yang
dilakukan individu dalam menghadapi situasi penuh tekanan atau yang mengancam dirinya
dengan menggunakan sumber daya yang ada untuk mengurangi tingkat stres atau tekanan
yang dialami.
Lazarus dan Folkman menjelaskan terdapat 2 strategi dalam melakukancoping, yaitu:

a. Emosional focused coping. Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap


stres.Pengaturaninimelaluiperilakuindividu,seperti penggunaan alkohol, bagaimana
meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu
tidak mampu mengubah kondisi yang penuh dengan stres, maka individu akan cenderung
untuk mengaturemosinya.
b. Problem focused coping. Digunakan untuk mengurangi stressor atau mengatasi stres
dengan cara mempelajari cara-cara atau ketrampilan- ketrampilan yang baru. Individu
akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin dapat merubah situasi yang
mendatangkan stres. Metode ini lebih sering digunakan oleh orangdewasa.
Mengatasi stres yang diarahkan pada masalah yang mendatangkan stres (problem
focused coping) bertujuan untuk mengurangi tuntutan hal, peristiwa, orang, keadaan yang
mendatangkan stres atau memperbesar sumber daya untuk menghadapinya. Metode yang

15
dipergunakan adalah metode tindakan langsung. Sedangkan pengatasan stres yang diarahkan
pada pengendalian emosi (emotional focused coping) bertujuan untukmenguasai, mengatur,
dan mengarahkan tanggapan emosional terhadap situasi stres. Pengendalian emosi ini dapat
dilakukan lewat perilaku negatif seperti menenggak minuman keras atau obat penenang, atau
dengan perilaku positif seperti olah raga, berpaling pada orang lain untuk meminta bantuan
pertolongan. Cara lain yang dipergunakan dalam penanganan stres lewat pengendalian emosi
adalah dengan mengubah pemahaman terhadap masalah stres yangdihadapi.

Dari bentuk-bentuk tingkah laku dalam menghadapi stres tersebut, Taylor


mengembangkan teori coping dari Folkman dan Lazarus menjadi 8 macam indikator strategi
coping, yaitu :
a. Problem focused coping, yang terdiri dari 3 macam yaitu:
1) Konfrontasi; individu berpegang teguh pada pendiriannya dan mempertahankan apa
yang diinginkannya, mengubah situasi secara agresif dan adanya keberanian
mengambilresiko.
2) Mencari dukungan sosial; individu berusaha untuk mendapatkan bantuan dari
oranglain.
3) Merencanakan pemecahan permasalahan; individu memikirkan, membuat dan
menyusun rencana pemecahan masalah agar dapat terselesaikan.
b. Emosional focused coping, yang terdiri dari 5 macam yaitu:
1) Kontrol diri; menjaga keseimbangan dan menahan emosi dalam dirinya.
2) Membuat jarak; menjauhkan diri dari teman-teman dan lingkungan sekitar.
3) Penilaian kembali secara positif; dapat menerima masalah yang sedang terjadi dengan
berfikir secara positif dalam mengatasimasalah.
4) Menerima tanggung jawab; menerima tugas dalam keadaan apapun saat menghadapi
masalah dan bisa menanggung segalasesuatunya.
5) Lari atau penghindaran; menjauh dan menghindar dari permasalahan yangdialaminya.

Sedangkan menurut Dahlan dan Pergament (dalam Primaldhi, 2008) terdapat strategi
coping lainnya yaitu Strategi Coping Berfokus Religi, yang merupakan usaha mengatasi
masalah dengan cara melakukan tindakan ritual keagamaan, misalnya sembahyang, berdoa,
atau pergi ke rumah ibadah. Strategi coping ini didasari oleh adanya keyakinan bahwa Tuhan
akan membantu seseorang yang mempunyai masalah. Penelitian menunjukkan bahwa ketika
menghadapi situasi yang stresful seperti kematian, penyakit, perceraian atau perpisahan
dengan pasangan karena masalah hukum, atau situasi apa pun yang dinilai negatif,
kebanyakan partisipan penelitian melibatkan agama untuk mengatasi berbagai masalahnya
(Mattlin, Wethington, & Kessle, McRae, dan Pargament dalam Primaldhi, 2008). Dalam
penelitiannya, Dahlan menemukan bahwa strategi coping berfokus religi selalu dilakukan

16
oleh subyek orang Indonesia, ketika mereka menghadapi stressor tertentu.
Beberapa studi lain menunjukkan bahwa religi memainkan peran yang penting dalam
mengatasi stres. Menurut Belavich, dua sumber coping yang biasanya dilakukan adalah
prayer dan faith in God (berdoa dan berserah diri pada Tuhan). Spika, Shaver, dan
Kirkpatrick (dalam Pitaloka, 2005) mencatat
tigaperanreligidalamcopingprocessyaitu(a)menawarkanmaknakehidupan,(b) memberikan
sense of control terbesar dalam mengatasi situasi, dan (c) membangun self esteem.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara garis besar terdapat dua bentuk strategi
coping yaitu problem focused coping yang berfokus pada upaya mengurangi tekanan dari
suatu situasi atau mengatasi stressor dengan melakukan tindakan langsung, emotion
focused coping berfokus pada upaya mengarahkan serta mengatur respon emosional
terhadap situasi penuh stres, dan coping berfokus religi yaitu dengan cara melakukan
tindakan ritual keagamaan yang didasari keyakinan bahwa Tuhan akanmembantu.
11. Penatalaksanaan Depresi Postpartum
Menurut Mansur (2009) penatalaksanaan untuk depresi postpartum antara lain:
a. Screening Test, di luar negeri seperti di Belanda digunakan Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) yang merupakan kuesioner dengan validitas teruji yang mampu
mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan -
pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah,
serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada postpartum blues. EPDS juga telah teruji
validitasnya di 16 beberapa negara seperti: Belanda, Swadia, Australia, Italia dan
Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin.
b. Dukungan Psikologis dari suami dan keluarga.
c. Istirahat yang cukup untuk mencegah dan mengurangi perubahan perasaan
d. Dukungan dari tenaga kesehatan, seperti dokter obstetri dan bidan atau perawat sangat
diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai atau adekuat
tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin
timbul pada masa-masa tersebut beserta penanganannya.Diperlukan dukungan psikolog
atau konselor jika keadaan ibu tampak sangat mengganggu. Dukungan bisa diberikan
melalui keprihatinan dan perhatian pada ibu. Selain itu ibu dapat mencari psikiater,
psikolog atau ahli kesehatan mental lainnya untuk melakukan konseling agar dapat
menemukan cara dalam menanggulangi dan memecahkan masalah serta menetapkan
tujuan realistis.

17
BAB III
PEMBAHASAN

Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan adalah
kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan atau
tidak menginginkan kehamilan. Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan
merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat
dari kehamilan(PKBI, 1998).
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) pada remaja akan memberikan dampak negatif baik
dari segi fisik, psikologi, sosial, dan spiritual. Dampak dari segi fisik akan membahayakan ibu
maupun janin yang dikandungnya atau ibu akan mencoba melakukan aborsi yang bisa berujung
pada kematian. Dari sisi psikologi, ibu akan berusaha melarikan diri dari tanggungjawab, atau
tetap melanjutkan kehamilannya dengan keterpaksaan. Sedangkan dilihat dari dampak sosial,
masyarakat akan mencemooh dan juga mengucilkan (Husaeni, 2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi KTD pada Remaja adalah:
1. Rendahnya Pengetahuan pengetahuan kesehatan reproduksi mendorong terjadinya KTD,
2. Sikap permisif dalam pergaulan sehingga mendorong terjadinya KTD,
3. Mudahnya akses media pornografi mendorong remaja untuk mencoba dan meniru yang pada
akhirnya terjadi KTD,
4. Pengaruh teman dekat dalam pergaulan mendukung terjadinya seks bebas dan
5. Pola asuh orang tua Permissive-indifferent cenderung membiarkan remaja dalam pergaulan
sehingga remaja mudah terpengaruh dalam pergaulan bebas.
A. Depresi Postpartum
Menurut Bobak (2004) depresi postpartum adalah gangguan suasana hati pada ibu
postpatum yang tejadi dalam enam bulan setelah melahirkan. Depresi post partum ini pertama
kali di temukan oleh Pitt pada tahun 1988, depresi post partum merupakan suatu keadaan
emosional yang ditunjukkan dengan mengekspresikan rasa lelah, mudah marah, gangguan
nafsu makan, dan kehilangan (Yulianti, 2010).
Menurut Hawari (2002) depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam
perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan
gairah hidup, perasaan tidak berguna, putusasa.
Menurut penelitian (Ria, 2018) depresi postpartum dipengaruhi oleh usia ibu, paritas,
tekanan psikologis, jenis persalinan, kehamilan tidak diinginkan, keluarga pendapatan,
kekerasan dalam rumah tangga, dan keluarga dukung.
B. Pengaruh Unwanted Pregnancy Terhadap Depresi Postpartum
Faktor penyebab maternal depressive symptoms terdiri dari faktor biologis,
karakteristik dan latar belakang ibu. Kadar hormon estrogen (estradiol dan estriol),
18
progesteron, prolaktin, kortisol yang meningkat dan menurun terlalu cepat atau terlalu
lambat merupakan faktor biologis yang menyebabkan timbulnya depresi postpartum.
Semakin besarpenurunan kadar estrogen dan progesteron setelah persalinan makin besar
kecenderungan seorang wanita mengalami depresi dalam waktu 10 hari pertama setelah
melahirkan.
Hormon estrogen dan progesteron memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine
oxidase yaitu suatu enzim yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotonin
yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi. Estradiol dan estriol merupakan bentuk
aktif dari estrogen yang dibentuk oleh plasenta. Estradiol berfungsi menguatkan fungsi
neurotransmitter melalui peningkatan sintesis dan mengurangi pemecahan serotonin sehingga
secara teoritis penurunan kadar estradiol akibat persalinan berperan dalam menyebabkan
depresi pasca persalinan. Faktor penyebab biologis sulit dan jarang diukur dalam kaitannya
dengan maternal depressive symptoms (Thompson &Fox, 2010).
Noradrenalin

↑ Enzim Serotonin
↓ Progesteron Monoamine (suasana hati dan
Oxidase kejadian depresi )

Melahirkan Estradiol
memecah
↓ Estrogen

Estriol DEPRESI
POSTPARTUM

Sumber :(Thompson &Fox, 2010)


Menurut (ria, 2018) faktor lain yang mempengaruhi depresi pascapersalinan antara lain
usia ibu, paritas, tekanan psikologis, jenis persalinan, kehamilan tidak diinginkan, keluarga
pendapatan, kekerasan dalam rumah tangga, dan keluarga dukung.
(Ria, 2018) Kehamilan yang tidak diinginkan mempengaruhi terjadinya depresi
postpartum. Ibu yang menjalani masa yang tidak diinginkan kehamilan lebih mungkin dialami
depresi pascapersalinan. Ibu akan menjadi lebih acuh tak acuh terhadap kehamilannya jika tidak
diharapkan, yang dapat meningkatkan risiko depresi pascapersalinan.

19
Tabel 1. Analisis jalur tentang pengaruh faktor risiko selama kehamilan pada depresi postpartum

 
  95% CI
  Variabel tak bebas Variabel bebas b Lowe Atas p
membatas
  membatasi i
 Efek langsung            
 Depresi pascapartum SEBUAH Stres psikologis 2.15 1.17 3.13 <0,001
 Depresi pascapartum SEBUAH Pendapatan keluarga -1,52 -2,51 -0,54 0,002
 Depresi pascapartum SEBUAH Keseimbangan -1.24 -2.21 -0.28 0,011
 Depresi pascapartum SEBUAH Jenis pengiriman 1.27 0.32 2.21 0,008
 Depresi pascapartum SEBUAH Dukungan keluarga -1.31 -2.38 -0.24 0,016
Kehamilan yang tidak
 Depresi pascapartum SEBUAH diinginkan 1.57 0,57 2.58 0,002
 Efek tidak langsung            
 Stres psikologis SEBUAH Usia ibu -0,91 -1.68 -0.13 0,022
Kekerasan dalam rumah
 Stres psikologis SEBUAH tangga 2.68 0.64 4.73 0,010
 Keseimbangan SEBUAH Usia ibu 1.66 0.79 2.53 <0,001
Kekerasan dalam rumah
 tangga SEBUAH Usia ibu -1.34 -2,85 0.16 0,081
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa depresi postpartum menurun seiring dengan
bertambahnya usia ibu, pendapatan keluarga, keluarga dukungan, dan paritas. Depresi pascapartum
meningkat dengan kekerasan dalam rumah tangga, persalinan jenis, kehamilan yang tidak
diinginkan, dan stres psiko-logis.
Depresi postpartum meningkat seiring dengan stres psikologis (b = 2.15; CI 95% = 1.17
hingga 3.13; p <0.001), kehamilan tidak diinginkan (b = 1.57; CI 95% = 0.57 hingga 2.58; p =
0.002), dan jenis pengiriman (b = 1,27; 95% CI = 0,32 hingga 2,21; p = 0,008).
Depresi postpartum menurun seiring dengan usia ibu (b = -0,91; CI 95% = -1,68 hingga
-0,13; p = 0,022), paritas (b = -1,24; 95% CI = -2,21 hingga -0,28; p = 0,011), pendapatan keluarga
yang lebih tinggi (b = -1,52; CI 95% = -2,51 hingga -0,54; p = 0,002), dan dukungan keluarga yang
lebih kuat (b = -1,31; CI 95% = -3,28 hingga -0,24; p = 0,016).
Stres psikologis meningkat dengan adanya KDRT (b = 2.68; CI 95% = 0.64 hingga 4.73; p =
0.010). Paritas meningkat dengan usia ibu (b = 1.66; CI 95% = 0.79 hingga 2.53; p
<0.001).Kekerasan dalam rumah tangga menurun seiring dengan usia ibu (b = -1,34; CI 95% =
-2,85 menjadi 0,16; p = 0,081).

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan
tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan.
Depresipostpartum adalah gangguan suasana hati pada ibu postpatum
yang tejadi dalam enam bulan setelah melahirkan. Depresi post partum ini
pertama kali di temukan oleh pitt pada tahun 1988, depresi post partum
merupakan suatu keadaan emosional yang ditunjukkan dengan
mengekspresikan rasa lelah, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan.

Kehamilan yang tidak diinginkan mempengaruhi terjadinya depresi


postpartum. Ibu yang menjalani masa yang tidak diinginkan kehamilan lebih
mungkin dialami depresi pascapersalinan. Ibu akan menjadi lebih acuh tak
acuh terhadap kehamilannya jika tidak diharapkan, yang dapat meningkatkan
risiko depresi pascapersalinan.
Dari beberapa sumber penelitian didapatkan kesimpulan bahwa ada
hubungan yang secara signifikan dari pengaruh Unwanted Pregnancy
terhadap Depresi Postpartum diantaranya :
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kejadian depresi yang
dialami oleh ibu hamil di Kecamatan Bangkinang dan Tapung I cukup tinggi.
Kendal dan Kantor (dalam Beck, 2003) menekankan bahwa depresi dalam
kehamilan harus ditekan menjadi 1% bahkan dihilangkan. Kejadian depresi
pada penelitian ini diduga disebabkan oleh faktor usia ibu, dimana sebagian
besar ibu berada pada risiko tinggi. Berpendidikan dasar menengah (SD,
SMP, SMA/sederajat, primigarvida, jumlah anak hidup dan faktor kehamilan
yang tidak diinginkan karena beberapa ibu tidak menginginkan
kehamilannya.

1
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyampaikan beberapa saran
diantaranya :
1. Bagi Subjek/ Ibu dengan Postpartum Depression
Para ibu disarankan untuk mengurangi dampak depresi postpartum dengan
rutin melakukan relaksasi seperti latihan pernafasan, teknik peregangan,
spa dan terapi pijat, berjalan dipantai atau pegunungan, meditasi dan yoga,
serta mandi air hangat.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar meningkatkan upaya Promosi kesehatan kepada remaja dan
meningkatkan kerjasama dengan BKKBN dan dinas kesehatan untuk
membentuk PIK KRR. Selain itu tenaga kesehatan khususnya bidan dapat
terus memberikan dukungan sehingga ibu hamil senang karena mendapat
perhatian.
3. Bagi Keluarga
Perlu dilakukan wawancara mendalam kepada para suami dari ibu-ibu yang
mengalami postpartum depression, agar diperoleh persepsi suami mengenai
kondisi yang dialami istri mereka. Sehingga dapat memperkuat faktor yang
menjadi penyebab munculnya postpartum depression berdasarkan persepsi para
suami dan dapat dilakukan penanganan postpartum depression dengan segera.
Kondisi ada atau tiada orang tua dalam pengasuhan bayi selama melahirkan serta
kondisi tempat tinggal ibu yang baru melahirkan juga perlu dilakukan kajian lebih
dalam dengan melibatkan wawancara dengan anggota keluarga lain yang
merupakan keluarga inti. Sehingga diperoleh gambaran yang lebih lengkap
mengenai kondisi ibu yang mengalami postpartum depression.
4. Bagi Instansi Pendidikan
agar memberikan pendidikan pada mahasiswa mengenai depresi postpartumde
gan cara pencegahanya sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkannya
di lahan praktek.

2
DAFTAR PUSTA

Fatmawati, Diah Ayu. 2015. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap


Kejadian Postpartum Blues. Jurnal Edu Health, Vol. 5, No. 2, (82-92).
diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/244985-faktor-
risiko-yang-berpengaruh-terhadap-552517d0.pdf pada 28/8/ 2020 pukul
17.00 WIB
Hawari D. 2002. Stress, Depresi, dan Cemas. Jakarta: EGC
Intan & Hendawati. 2019. Faktor Risiko Kejadian Pospartum Blues Di Kota
Palemban. Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang, Vol. 14, No. 2, (91-96)
diakses dari
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/view/408
pada 29/8/2020 pukul 14.00 WIB
Ismarwati. 2018. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kehamilan Tidak
Diinginkan Pada Remaja. Journal of Health Studies, Vol. 1, No. 2, (168-
177) diakses dari
https://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal/index.php/JHeS/article/downloa
d/336/179 pada 16/9/2020 pukul 13.00 WIB
Komang dkk. 2016. Prevalensi Dan Faktor Risiko Depresi Postpartumdi Kota
Denpasar. Menggunakan Edinburgh Postnatal Depression ScaleE. Jurnal
Medika, VOL. 5, No. 7, (1-5). diakses dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/21560 pada 22/8/2020
pukul 17.00 WIB
PKBI. 1998. (KTD) Kehamilan yang Tidak Diinginkan Seri Kesehatan
Reproduksi Perempuan. Jakarta
Putriarsih dkk. 2018. Prevalence and Determinants of Postpartum Depression in
Sukoharjo District. Central Java Journal of Maternal and Child Health, Vol.
3, No. 1, (395-408) diakses dari
https://doi.org/10.26911/thejmch.2017.03.01.02diakses dari
http://thejmch.com/index.php?
journal=thejmch&page=article&op=view&path[]=76 pada 22/8/ 2020
pukul 17.00 WIB
Ria, Matilda Bupu. 2018. Risk Factors of Postpartum Depression at Dr.
Moewardi Hospital, Surakarta. Universitas Sebelas Maret Journal of
Maternal and Child Health, Vol. 3, No. 1, (81-90) diakses dari
https://doi.org/10.26911/thejmch.2018.03.01.08 pada 16/9/2020 pukul
13.00 WIB
Thompson, K.S. & Fox, J.E. 2010. Postpartum depression: a comprehensive
approach to evaluation and treatment. Mental Health in Family Medicine,
Vol. 7, (249–57) diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3083254/ pada 16/9/2020
pukul 13.00 WIB
Yulianti, Lia.2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.
Zulpatin, dkk. 2017.Faktor Determinan Postpartum di Kabupaten Lombok Timur
Jurnal, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 20 No. 3, (89–95)
diakses dari
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/view/6137 pada
29/8/2020 pukul 13.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai