Laporan Praktikum Ipa 3 Zat Aditif Pada
Laporan Praktikum Ipa 3 Zat Aditif Pada
Disusun Oleh:
Syahril Hidayat
JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PANDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan
lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein).
Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur
proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air. Sehat tidaknya suatu makanan tidak
bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi
bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan
sehat apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap
hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat yang
diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan
mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu
menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop
yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini,
garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan.
Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan
untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan
gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian dari zat aditif ?
2. Bagaimanakah macam-macam dari zat aditif ?
3. Bagaimananakah kelebihan dan kekurangan dari zat aditif ?
C. TUJUAN
Mahasiswa mampu membedakan dan menggolongkan zat aditif pada makanan
BAB II
KAJIAN TEORI
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti
lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai
sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat
metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan
sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun
demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga
mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen
yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.
Zat aditif makanan atau lebih dikenal dengan bahan tambahan makanan (BTM)
mungkin tidak begitu familiar di telingan masyarakat, tapi jenis-jenis dari bahan
tambahan pangan pasti sudah banyak digunakakn oleh masyarakat sehari-hari. Zat aditif
atau BTM merupakan semua jenis zat yang ditambahkan dalam makanan maupun
minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Zat aditif yang ada di pasarana memiliki
banyak macam, beberapa jenis dari zat aditif diantaranya pewarna, pengawet, pemanis,
penyedap, pengental, pengemulsi, serta masuh banyak yang lain. Penambahan zat aditif
ini bertujuan untuk memperbaiki warna, citarasa, penampakan, tekstur, flavor, serta
memperpanjang daya simpan dari suatu makanan.
Zat aditif sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu zat aditif alami dan sintetis. Zat aditif
alami merupakan zat aditif yang berasal dari tanaman, hewan, dan produk turunannya
yang tidak mengalami proses pengolahan industri dan tidak ditambahkan bahan-bahan
kimia. Sedangkan zat aditif sintetis merupakan zat aditif yang diproduksi oleh industri
modern dengan menggunakan berbagai campuran bahan-bahan kimia. Kedua jenis zat
aditif ini memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing dan memiliki peminat
sendiri-sendiri.
Peningkatan permintaan zat aditif di masyarakat menjadi peluang para produsen
untuk memproduksi zat aditif dengan berbagai macam dan jenisnya yang sangat banyak.
Dan penggunaan zat aditif sintetis ini semakin hari semakin meningkat penggunaannya
oleh industri makanan dan minuman serta rumah tangga. Banyak masyarakat yang lebih
memilih menggunakan zat aditif sintetis ini karena alasan kepraktisan dan hasil yang
didapatkan bisa maksimal. Namun, penggunaan zat aditif sintetis dalam makanan dan
minuman dibatasi oleh aturan pemerintah dalam UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan.
Pembatasan ini bertujuan untuk membatasi penggunaan zat aditif sintetis yang berlebihan
dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, karena bagaimanapun zat aditif sintetis
terbuat dari bahan-bahan kimia yang asing bagi tubuh. Akumulasi bahan-bahan kimia ini
dalam waktu lama pasti akan memberikan efek negatif bagi tubuh, hal inilah yang
menjadi alasan terkait pembatasan penggunaan zat aditif sintetis.
Sedangkan untuk zat aditif alami merupakan semua jenis zat tambahan makanan
yang berasal dari alam tanpa menggunakan pengolahan dan bahan tambahan kimiawi.
Pada awal penggunaan zat aditif, jenis alami inilah yang banyak digunakan, tetapi seiring
berjalannya waktu dan meningkatnya kebutuhan akan zat aditif, banyak orang beralih
dari zat aditif alami ke zat aditif sintetis. Alasan kepraktisan dan hasil yang lebih baik
menjadi alasan utama masyarakat meniggalkan zat aditif alami ini. Namun, meskipun
demikian ada beberapa masyarakat yang masih setia menggunakan zat aditif alami ini,
dengan alasan keamanan dan tanpa efek samping, membuat masyarakat tetap setia. Zat
aditif alami memiliki kelebihan tidak menimbulkan efek samping berbahaya bagi tubuh,
karena berasal dari bahan alami dan tidak ditambahkan bahan-bahan kimia. Namun,
kelemahan dari zat aditif alami ini adalah kepraktisan dan hasil yang dihasilkan tidak
sebaik zat aditif sintetis.
Pemilihan penggunaan zat aditif sintetis maupun alami memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Dan yang perlu diperhatikan ketika anda memilih
penggunaan zat aditif sintetis adalah batasi penggunaannya, jangan terlalu banyak
mengkonsumsinya dan jangan terlalu sering. Karena sekali lagi zat aditif sintetis terbuat
dari bahan-bahan yang asing bagi tubuh, sehingga akumulasinya dalam tubuh dapat
menimbulkan reaksi tertentu pada tubuh. Lebih bijak dan selektif dalam memilih
makanan yang akan kita konsumsi adalah cara cerdas untuk menjaga tubuh kita.
BAB III
METODELOGI
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a. Pensil dan
b. Kertas
2. BAHAN
Makanan kemasan
B. CARA KERJA
1. Setiap mahasiswa memnawa lima makanan kemasanyang beredar di pasaran
2. Mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan makanan
3. Membuat daftar dan mengelompokkan zat aditif yang digunakan dalam makanan
kemasan tersebut
BAB IV
HASIL IBSEVASI
BAB V
PEMBAHASAN
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti
lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai
sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat
metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan
sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun
demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga
mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen
yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.
Zat aditif makanan atau lebih dikenal dengan bahan tambahan makanan (BTM)
mungkin tidak begitu familiar di telingan masyarakat, tapi jenis-jenis dari bahan
tambahan pangan pasti sudah banyak digunakakn oleh masyarakat sehari-hari. Zat aditif
atau BTM merupakan semua jenis zat yang ditambahkan dalam makanan maupun
minuman yang kita konsumsi sehari-hari. Zat aditif yang ada di pasarana memiliki
banyak macam, beberapa jenis dari zat aditif diantaranya pewarna, pengawet, pemanis,
penyedap, pengental, pengemulsi, serta masuh banyak yang lain. Penambahan zat aditif
ini bertujuan untuk memperbaiki warna, citarasa, penampakan, tekstur, flavor, serta
memperpanjang daya simpan dari suatu makanan.
Zat aditif sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu zat aditif alami dan sintetis. Zat aditif
alami merupakan zat aditif yang berasal dari tanaman, hewan, dan produk turunannya
yang tidak mengalami proses pengolahan industri dan tidak ditambahkan bahan-bahan
kimia. Sedangkan zat aditif sintetis merupakan zat aditif yang diproduksi oleh industri
modern dengan menggunakan berbagai campuran bahan-bahan kimia. Kedua jenis zat
aditif ini memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing dan memiliki peminat
sendiri-sendiri.
Peningkatan permintaan zat aditif di masyarakat menjadi peluang para produsen
untuk memproduksi zat aditif dengan berbagai macam dan jenisnya yang sangat banyak.
Dan penggunaan zat aditif sintetis ini semakin hari semakin meningkat penggunaannya
oleh industri makanan dan minuman serta rumah tangga. Banyak masyarakat yang lebih
memilih menggunakan zat aditif sintetis ini karena alasan kepraktisan dan hasil yang
didapatkan bisa maksimal. Namun, penggunaan zat aditif sintetis dalam makanan dan
minuman dibatasi oleh aturan pemerintah dalam UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan.
Pembatasan ini bertujuan untuk membatasi penggunaan zat aditif sintetis yang berlebihan
dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, karena bagaimanapun zat aditif sintetis
terbuat dari bahan-bahan kimia yang asing bagi tubuh. Akumulasi bahan-bahan kimia ini
dalam waktu lama pasti akan memberikan efek negatif bagi tubuh, hal inilah yang
menjadi alasan terkait pembatasan penggunaan zat aditif sintetis.
Sedangkan untuk zat aditif alami merupakan semua jenis zat tambahan makanan
yang berasal dari alam tanpa menggunakan pengolahan dan bahan tambahan kimiawi.
Pada awal penggunaan zat aditif, jenis alami inilah yang banyak digunakan, tetapi seiring
berjalannya waktu dan meningkatnya kebutuhan akan zat aditif, banyak orang beralih
dari zat aditif alami ke zat aditif sintetis. Alasan kepraktisan dan hasil yang lebih baik
menjadi alasan utama masyarakat meniggalkan zat aditif alami ini. Namun, meskipun
demikian ada beberapa masyarakat yang masih setia menggunakan zat aditif alami ini,
dengan alasan keamanan dan tanpa efek samping, membuat masyarakat tetap setia. Zat
aditif alami memiliki kelebihan tidak menimbulkan efek samping berbahaya bagi tubuh,
karena berasal dari bahan alami dan tidak ditambahkan bahan-bahan kimia. Namun,
kelemahan dari zat aditif alami ini adalah kepraktisan dan hasil yang dihasilkan tidak
sebaik zat aditif sintetis.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPILAN
Zat aditif makanan merupakan zat yang biasanya ditambahkan ke dalam makanan
selama pengolahan untuk menyimpannya untuk waktu yang lama, Pada pembahasan
sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang pengelompokan zat aditif berdasarkan
fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja
memiliki lebih dari satu fungsi.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu
fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging
dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga
berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi
sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada
makanan.
B. SARAN
.
DAFTAR PUSTAKA
– http–www_republika_co_id.mht)
Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan perubahannya No.
1168/Menkes/Per/X/1999
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/PER/X/1999
UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan,
UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
Badan POM RI
http://amanahmuliaame.blogspot.com/2011/04/makalah-zat-aditif.html
www.google.com
bungkus mie instan, University of Utah
www.yahoo.com
http://life.viva.co.id/news/read/436274-waspadai-dampak-negatif-dari-gula