Anda di halaman 1dari 14

JPALG Vol. 3 (No.

1) (2019): hlm: 18-28

JPALG
Journal of Public Administration and Local Governance
http://jurnal.untidar.ac.id/index.php/publicadmini

Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa


Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto Turen
Kabupaten Malang

Tia Subekti1 , Ratnaningsih Damayanti2

Government Science, Universitas Brawijaya, Indonesia1,2

Received: 28 Maret 2019. ; Accepted: 10 April 2019.; Published: 30 April2019

Abstrak

Kajian tentang pembangunan desa tengah populer dalam diskursus politik dan
pemerintahan. Terbitnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang melahirkan adanya
kebijakan tentang dana desa dan mengakibatkan peningkatan yang signifikan pada
pengembangan inovasi desa. Trend inovasi desa saat ini mencoba mangadopsi model
smart village yang merupakan turunan dari smart city. Sebagai sebuah konsep baru,
penerapan smart village di Indonesia masih belum maksimal. Masih banyak ditemukan gap
antara kajian teoritis dengan praktik dalam penerapan smart village. Oleh karena itu,
penelitian ini akan mencoba melihat pengembangan smart village di Kabupaten Malang
dengan titik fokus pada pengembangan ekowisata berbasis smart village di Desa
Sanankerto Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Harapannya melalui penelitian ini mampu menghasilkan
sedikitnya tiga temuan utama. Pertama, sejauh mana upaya penerapan smart village
diterapkan dalam pengembangan desa wisata berbasis ekowisata. Kedua, peluang dan
tantangan penerapan smart village. Ketiga, rekomendasi kepada para stakeholder terkait.

Kata Kunci: Smart Village; Desa, Desa Wisata; Kabupaten Malang.

© 2019 Public Administration Programme, Universitas Tidar. All rights reserved


Corresponding author : P-ISSN: 2614-4433
Address: Jalan Veteran Kec. Lowokwaru, Kota Malang,
Prop. Jawa Timur 65145 E-ISSN: 2614-4441
E-mail: tiasubekti@ub.ac.id
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28

LATAR BELAKANG desa dengan pemanfaatan jejaring bisnis seperti


Banyaknya jumlah desa di Indonesia Desa Tamansari di Banyuwangi.3
merupakan salah satu tantangan dalam Geliat pembangunan desa melalui
upaya pembangunan desa. Data terakhir program-program desa yang inovatif tersebut
menunjukkan jumlah desa mencapai 83.981 pada akhirnya menginisiasi munculnya model
yang terdiri dari 75.436 desa, 8.444 pembangunan desa berbasis konsep smart
kelurahan, dan 51UPT/SPT (Unit Pemukiman village. Konsep ini diadopsi dari konsep smart
Transmigrasi/Satuan Pemukiman city yang lebih dulu dikenal di Indonesia. Istilah
Transmigrasi) (BPS,2018)1. Untuk mencapai smart village mulai dipakai oleh beberapa desa
pembangunan desa yang maksimal di Indonesia. Misalnya sebutan smart village
Kementrian Desa pada tahun 2017 pada Kelurahan Pondok Ranji Tangerang
mencanangkan empat program prioritas Selatan4, atau istilah smart kampung yang
untuk desa. Pertama, produk unggulan diterapkan di Banyuwangi. Istilah smart village
kawasan pedesaan. Kedua, membangun diterjemahkan segai sebutan desa “cerdas”.
embung air desa. Ketiga, mengembangkan Istilah “smart” digunakan dalam rangka
BUMDes. Keempat, membangun sarana melawan stigma desa yang telah lama melekat
olahraga desa.2 pada desa. Seperti: desa dianggap tidak
Sebaliknya, dari bawah desa secara berpendidikan, terbelakang, miskin, ketinggalan
mandiri mulai menunjukkan aktivitas jaman, dan lain sebagainya. Saat ini desa
pembangunan. Dana desa dalam beberapa dianggap mampu melakukan pembangunan
kasus telah berhasil menstimulus masyarakatnya secara cerdas.
meningkatnya upaya pembangunan desa dari Bahasan tentang smart village menjadi
bawah. Berdasarkan kajian dari berbagai sebuah kajian yang menarik karena dua hal.
media menunjukkan beberapa desa di Pertama, ini merupakan kajian yang baru yang
Indonesia telah berhasil mengelola dana desa nantinya akan memperkaya kajian-kajian lain
untuk percepatan pertumbuhan ekonomi tentang desa. Khususnya kajian tentang inovasi
mereka. Misalnya dengan mengelola dana desa. Kedua, masih banyak ditemukanya gap
desa melalui pembangunan wisata berbasis antara kajian teoritis konseptual tentang smart
BUMDes seperti Desa Umbul Ponggok di village dengan implementasi smart village di
Klaten. Atau menciptakan ekonomi kreatif Indonesia. Dengan melihat pada kasus

1 3
https://www.antaranews.com/berita/776355/jumlah-
desa-tertinggal-berkurang-6518-desa https://www.suara.com/lifestyle/2017/05/15/095022/ini-
2
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- daftar-10-desa-terbaik-di-indonesia
4
3962422/4-program-prioritas-percepat-pertumbuhan- https://tangerangonline.id/2017/01/26/tangsel-jadi-
ekonomi-desa pelopor-smart-village-di-indonesia/
18 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang

penerapan smart village pada pengembangan mobility, smart environment, smart living.
desa wisata Boon Pring Sanankerto pada (Pratama, 2014: 96)5. Namun dalam beberapa
akhirnya akan terlihat bagiamana pemataan kasus penerapan smart city mengalami
peluang dan tantangan smart village di penyempitan makna sehingga hanya dipahami
Indonesia khususnya dalam rangka sebagai sebuah pemanfaatan tegnologi
pembanguan desa wisata. Sehingga kajian informatika pada pembangunan sebuah kota.
ini mampu menghasilkan beberapa poin Di Indonesia sendiri sejauh ini belum ada
rekomendasi terhadap stakeholder terkait. kota yang benar-benar menerapkan smart city
Dari Smart City menuju Smart Village secara penuh. Penelitian pada tahun 2017 di
Smart village merupakan konsep yang Kota Malang menunjukkan bahwa pemerintah
diadopsi atau konsep turunan dari smart city. belum sepenuhnya siap menerapkan smart city.
Perbedaanya hanya terletak pada lokasi Smart city di Kota Malang hanya terbatas pada
penerapannya. Jika smart city diciptakannya beberapa aplikasi untuk
diimpelmentasikan di level kota, maka smart pelayanan publik. Itupun dalam
village diimpelemnetasikan di level desa. implementasinya tidak berjalan secara
Smart city sendiri dimaknai sebagai sebuah maksimal. Sebut saja aplikasi sambat online.
kota cerdas. Smart City adalah Pada kenyatannya tidak secara cepat
pengembangan konsep, implementasi, dan menyelesaikan keluhan masyarakat.ditambah
implementasi teknologi yang diterapkan pada dengan komponen kota cerdas yang lain yang
suatu daerah (terutama perkotaan) sebagai belum terpenuhi, misalnya smart living, smart
interaksi kompleks antara berbagai sistem mobility, dan lain sebagainya (Rahmad Gustomy
yang ada di dalamnya (Pratt, 2014: 94). Pada dan Tia Subekti, 2017).
prinsipnya smart city sebenarnya hadir untuk Mengadopsi dari sistem smart city maka
menjawab berbagai tantangan yang terjadi smart village pada mulanya juga memiliki tujuan
pada lingkungan perkotaan. Seperti misalnya yang sama. Yakni memberikan tawaran solusi
masalah kemacetan, masalah lingkungan pada masalah pedesaan, Seperti misalnya
kumuh, sanitasi, pemanasan global, masalah kemiskinan, kesehatan, pendidikan,
pencemaran lingkungan, dan masalah khas keterlebelakangan tegnologi, kekurangan
perkotaan lainnya. Sehingga kemudian yang informasi, dan masalah lainnya khas kawasan
bisa dikatakan sebagai kota cerdas adalah
sebuah kota yang memiliki dimensi sebagai
berikut : smart economy, smart people, 5
Ni Putu Nurwita Pratami Wijaya . Analyse of Smart City
smart government, smart energy, smat Concept as Supporting the Government Information
Disclosure, Case Study: Bandung Smart City.
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28

rural. Berbagai akademisi mencoba


mendefinisikan smart village, diantaranya
definisi dari Europian Network for Rural
Development: Smart villages are rural areas
and communities which build on their
existing strengths and assets as well as new
:
opportunities to develop added value and
Gambar 1. A Digital Ecosystem
where traditional and new networks are
Sumber : EU Network For Rural Development
enhanced by means of digital
No. 26 tahun 2018
communications technologies, innovations
Selanjutnya pada literature yang
and the better use of knowledge for the
berbeda dijelaskan bahwa smart village
benefit of inhabitants.6 Kata kunci yang
didefinisikan sebagai sebuah desa pintar yang
muncul dari definisi tersebut adalah tentang
mampu memberikan pelayanan kepada
asset desa, tegnologi, dan jaringan. Dalam
masyarakat secara efektif dan efisien melalui
tulisan yang dikeluarkan oleh EU network for
pendekatan partisipatif kepada masyarakat.
Rural Development lebih jauh menjelaskan
Pelayanan kepada masyarakat yang dimaskud
tentang bagiamana membuat sebuah
meliputi layanan air bersih, pendidikan dasar,
pertanian di lingkunagn pedesaan yang
tempat tinggal, komunikasi dan transportasi,
smart, bagaimana membuat mobilitas antara
lapangan pekerjaan, dan penjualan hasil
kawasan desa dan kota yang smart, atau
pertanian.7 Berikut dijelaskan pula framework
bagaimana menciptakan sebuah energy yang
dari smart village dengan melihat implementasi
smart untuk kawasan pedesaan.
smart village di salah satu desa di India:
Lebih jauh lagi smat village
diharapkan mampu membuat sebuah
ekosistem kawasan pedesan yang smart yang
mampu memadukan dengan tegnologi.
Sehingga muncul istilah digital ekosistem
seperti yang terlihat pada gambar berikut

6
Europian Network for Rural Development 7
ETR 90, Smart Village, Energy & Wetlands Research
no 26 ISSN 1831-532 Group, CES,IISc, 2015
20 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang

mempertahankan kearifan local. Sehingga tidak


tercipta gap yang besar antara kehidupan
amsyarakat kota dan desa. Ini diharapkan juga
menjadi bagian solusi dari maraknya arus
urbanisasi dari desa ke kota.9
Rutujua Somwansi, dkk (2016)
memberikan penjelasan yang lebih
komprehensif tentang kebutuhan dari smart
Gambar 2: Smart Village Framework village yang meliputi : 1.Smart security. 2.
Sumber: ETR 90, Smart Village, Efficient public transportation system. 3.
Energy & Wetlands Research Group, Improving sanitation conditions 4. Solid and
CES,IISc, 2015 liquid waste management. 5. Rain harvesting
/Rain water drainage system. 6. Safe drinking
Literature selanjutnya memberikan water facilities. 7. Use of renewable energy
definisi smart village yang sedikit berbeda Energy conservation. 9. Grievance redresser. 10.
dengan sebelumnya. Brian Heap (2015) Strengthening CBOs. 11. Functional bank
memberikan penekanan adanya peningkatan account. 12. Facilities regarding to the
kesadaran masyarakat desa akan hak-hak agriculture. 13. Latest& affordable medical
mereka dan menuntut adanya pelibatan facilities. 14. E-governance. 15. Use of modern
masyarakat dalam proses pemerintahan serta technologies for improvement of locality. 16.
tanggungjawab pemerintah terhadap Improvement on women empowerment. 17.
masyarakat. Hak-hak yang dimaskud disini Educational facilities.10
sama dengan penjelaskan akademisi lainnya Pada penerapannya smart village
yang meliputi hak-hak dasar yang berkaitan dipahami sebagai konsep yang memiliki banyak
dengan kesehatan, pendidikan, ketahanan makna sesuai dengan kebutuhan dari
pangan, dan kebutuhan dasar lainnya. 8
pemakainya. Tidak ditemukan definisi tunggal
Smart village diharapkan mampu dari smart village. Di Indonesia misalnya smart
memberikan kehidupan yang layak bagi village di adopsi oleh pemerintah sebagai solusi
masyarakat desa seperti yang didapatkan untuk menyelesaikan masalah pedesaan di
oleh masyarakat kota namun dengan tetap Indonesia yang beranekaragam. Namun

8 9
Essays compiled by Brian Heap,Research Associate Ibid .,
of the Centre of Development Studies, University of 10
Rujutama Somwansi, dkk.” Study and Development of
Cambridge Published in 2015 by Banson, 27 Village as a Smart Village”. International Journal of
Devonshire Road, Cambridge CB1 2BH ISBN: 978- Scientific & Engineering Research, Volume 7, Issue 6,
0-9932932-0-7 (paperback); 978-0-9932932-1-4 June-2016 395 ISSN 2229-5518 IJSER © 2016
(hardback) http://www.ijser.org
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28

mayoritas yang dimaksud dngan smart village wawancara dengan narasumber utama
di Indonesia terbatas pada pemanfatan yakni pengelola BUMDes secara langsung.
tegnologi internet dalam pembangunan desa. Kedua, studi pustaka. Pada tahap ini
Pada akhirnya, penelitian ini fokus
peneliti melakukan kajian pustaka terhadap
pada penerapan smart village pada
berbagai literature dan dokumen yang
pengembangan desa wisata. Nuryati (1992)
menunjang penelitian dan penulisan jurnal
dalam (Ade Jafar dan Risna)11 menjelaskan
ini.
yang dimaksud dengan desa wisata adalah
suatu bentuk integrasi antara
HASIL DAN PEMBAHASAN
atraksi,akomodasi, dan fasilitas pendukung
Pengelolaan Desa Wisata Boon Pring
yang disajikan dalam suatu struktur
Sanankerto
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan
Desa Wisata Boon Pring yang terletak di
tradisi yang berlaku. Penelitian ini mencoba
Desa Sanankerto adalah salah satu dari 16 desa
menjelaskan bagiamana smart village
wisata yang dicanangkan sebagai smart village
digunakan sebagai pijakan atau acuan untuk
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
mengembangkan desa wisata. Tantangannya
Kabupaten Malang. Penerapan smart village di
adalah bagiamana membawa konsep yang
desa wisata ini berupa adanya aplikasi berbasis
modern ini untuk diimpmenetasikan pada
android yang menyediakan berbagai informasi
pengembangan desa wisata yang berbasis
yang dibutuhkan oleh wisatawan. Aplikasi
pada tradisi dan potensi lokal desa. Sehingga
tersebut diantaranya menyediakan informasi
muncul banyak gap antara kajian teoritis dan
mengenai harga tiket, fasilitas, sarana dan
implementatif yang pada akhirnya
prasarana, foto atau gambar objek wisata,
memunculkan analisis pemataan peluang dan
penjualan dan pemesanan tiket, dan lain-lain12.
tantangan dari penerapat smart village pada
Pembangunan desa wisata di Kabupaten
pengembangan desa wisata.
Malang dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa
atau lebih dikenal dengan BUMDes.
METODE PENELITIAN
Pembangunan desa wisata boon pring di Desa
Penelitian ini dilakukan dengan
Sanankerto Turen Kabupaten Malang didasari
menggunakan 2 metode utama dalam
oleh adanya potensi desa berupa pohon bambu
pengumpulan data. Pertama,
atau dalam bahasa jawa dikenal dengan Pring.
wawancara. Peneliti melakukan

11 12
Ade Jafar dan Risna Resnawaty dalam Prociding https://www.cnnindonesia.com/gaya-
KS: Riset dan PKM Vol 4 Nomor 1 hal 1-140 ISSN: hidup/20171024141019-307-250625/kabupaten-malang-
2442-4480 usung-konsep-pariwisata-smart-village
22 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang

Sementara sebutan “Boon” diambil dari boonpring tersebut baru sebatas pemanfatan
bahasa sansekerta yang artinya adalah media untuk promosi wisata. Pengelola wisata
anugerah. Sehingga sebutan Boonpring memasarkan desa wisata melalui media sosial
secara keseluruan diartikan sebagai anugerah instagram dan juga melalui pembuatan website
pohon bambu. Selanjutnya, desa wisata ini Ketika orang ingin berwisata ke boonpring yang
lebih dikenal dengan desa wisata “Boon Pring dilakukan pertama adalah mengecek melalui
Andeman” yang mulai dikelola sejak tahun mesin pencari google. Dan disitulah informasi
2017.13 tentang desa wisata ini diinfokan. Seperti harga
Kawasan wisata memiliki luas tiket, rute perjalanan, wahana wisata, dan juga
keseluruhan mencapai 36,8 hektar dengan foto-foto tentang objek wsisata tersebut.
komoditas utamanya tanaman bambu Ditambah dengan promosi wisata melalui media
sebanyak 65 jenis bambu. Diantaranya sosial instagram dengan memasang foto-foto
adalah Bambu Petung, Bambu Petung Hitam, yang menarik. Pengelola sengaja menyediakan
Bambu Apus, Bambu Tutul, Bambu Ampel, spot foto yang menarik. Harapannya ketika foto
Bambu Wulung, Bambu Kuning, Bambu tersebut diunggah ke media sosial maka akan
Pagar, Bambu Budha, Bambu Amplex, Bambu menarik minat pengunjung lain. Cara ini efektif
Embong, Bambu Angus Tifolis, 14
Desa wisata digunakan untuk meningkatkan jumlah
ini juga dilengkapi dengan adanya waduk pengunjung. Saat ini jumlah pengunjung ke
kecil yang disebut sebagai waduk Andeman. wisata Boonpring perharinya mencapai 100-300
Pengunjung bisa berkeliling waduk dengan orang.15
menggunakan perahu atau sepeda air. Peluang dan Tantangan Smart Village
Fasilitas lain yang diberikan berupa wahana dalam Pengembangan Desa Wisata
wisata flying fox. Secara kesleuruhan desa Merujuk pada penerapan smart village di
wisata ini menyuguhkan wisata alam berbasis desa Sanankerto tersebut masih terlihat adanya
potensi lokal sebagai daya tarik wisatanya gap yang masih besar antara kajian teoritis dan
sehingga mereka menyebutnya sebagai eko implementasi dari smart village. Sebagai
wisata. komparasi bisa dilihat penerapan smart village
Sementara itu, berdasarkan hasil di negara lain misalnya di India atau di negara-
wawancara dengan Direktur BUMdes Bapak negara Eropa yang sudah berhasil mendesign
Samsul Arifin menejelaskan bahwa sebuah kawasan pedesaan menjadi desa pintar
implementasi smart village di desa wisata secara komprehensif dan terietgrasi dengan
baik.

13
Wawancara dengan Samsul Arifin Direktur
BUMDes Sanankerto pada 17 November 2018
14 15
https://bisniswisata.co.id/malang-kembangkan- https://www.kanalmalang.net/2017/09/boon-pring-
wisata-hutan-bambu/ andeman-rute-jalan-harga-tiket.html
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28

Untuk memetakan peluang dan Pertama, smart people. Yang dimaksud


tantangan smart village dalam pengelolaan dengan smart people disini adalah masyarakat
desa wisata penulis meminjam penjelasan yang cerdas. Dalam pengembangan pariwisata
smart village dari Europian Network for Rural yang terpenting adalah unsur masyarakat yang
Development yang pada intinya menjelaskan mampu mendukung jalannya desa wisata.
bahwa yang dimaksud smart village adalah Masyarakat desa wisata boonpring sudah
desa yang memiliki kemampuan mengelola memiliki modal SDM masyarakat yang cukup.
asset mereka untuk bisa memberikan nilai Dikatakan cukup karena masyarakat memiliki
tambah dengan memanfaatkan jaringan dan basis ketrampilan yang khas yakni ketrampilan
tegnologi untuk kepentingan penduduk.16 mengolah kerajinan bambu. Kelebihan dari
Sehingga berangkat dari definisi tersebut pengrajin bambu di desa ini, mereka bisa
dapat dilakukan pemetaan terhadap peluang mengolah semua bagian dari bambu mulai dari
dan tantangan pengelolaan desa wisata akar, batang, hingga daun. Jika umumnya
berbasis smart village dengan melihat pada kerajinan bambu hanya dibuat sebagai
Desa Wisata Boon pring sebagai berikut: anyaman. Maka masyarakat desa ini mampu
mengolahnya menjadi berbagai kerajinan yang
lebih menarik. Masyarakat mampu memberikan
nilai tambah pada bambu sehingga menjadi nilai
tambah dan daya tarik tersendiri.17 Selain
memiliki ketrampilan, masyarakat desa
sanankerto juga memiiki tingkat partisipasi yang
tinggi dalam mendukung pengembangan desa
wisata. Mereka aktif membentuk kelompok
sadar wisata atau Pokdarwis untuk mengelela
desa wisata.
Kedua, smart government. Merujuk pada
Gambar 3: Analisis Peluang dan
pendapat Scholl (2014)18 yang dimaksud
Tantangan Smart Village pada
dengan smart government adalah pemerintah
Pengembangan Desa Wisata
Sumber: Penulis, 2019
17
https://www.cendananews.com/2018/08/geliat-
kerajinan-bambu-di-desa-sanankerto.html
18
Gabriela Viale Pereira,dkk.2018. Smart Government
in the Context of Smart Cities: A literature Review.
Yang diunduh melalui laman
https://www.researchgate.net/publication/325304603_Sm
16
Ibid., ETR 90, Smart Village, Energy & Wetlands art_governance_in_the_context_of_smart_cities_A_litera
Research Group, CES,IISc, 2015 ture_review
24 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang

yang cerdas, terbuka, dan partisipatif . Smart qualitative approaches of the concept of
government identik dengan penerapan e- economic growth, focused on the quality of life
government. Yakni pengelolaan pemerintah and on the standard of living, incorporating new
berbasis elektronik dengan pemanfaatan variables of the development model: basic
tegnologi. Misalnya, pembuatan website needs, human capital, human rights, well being,
pemerintah desa dalam rangka mewujudkan participation in community life, fundamental
tranparansi desa, pelayanan desa berbasis freedoms of man: political, economic, social,
elektronik, pemanfaatan media sosial untuk cultural, dignity and respect progress
memberikan informasi dan keterbukaan (technological progress, scientific research).19
publik. Menampung aspirasi masyarakat Selanjutnya, literature lain menjelaskan bahwa
melalui jejaring media sosial, dan lain untuk mewujudkan smart economy maka akan
sebagainya. merujuk pada beberapa indikator diantaranya
Pemanfatan tegnologi dalam yaitu ekonomi yang inovatif, kreatif,kemampuan
pemerintahan bertujuan untuk meningkatkan masyarakat untuk melihat peluang ekonomi,
efektifitas dan efisiensi, meningkatkan memanfatkan peluang yang ada pada level lokal
partisipasi masyarakat, keterbukaan namun berorientasi globa, adanya pengelolaan
informasi publik dan mengurangi peluang ekonomi yang bagus mulai dari manajemen,
korupsi. Untuk kebutuhan pengembangan pemasaran, dan lain sebagainya.20
desa wisata pemerintah Desa Sanankerto Smart economy sangat berkaitan dengan
membentuk BUMDes. Sehinga pengelolaan unsur yang pertama yaitu smart people. Artinya
Desa Wisata sepenuhnya dikelola melalui butuh masyarakat yang cerdas untuk bisa
BUMDes. Harapannya melalui BUMDes dapat membangu ekonomi yang cerdas. Pada
dicapai keuntungan yang maksimal dengan pengelolaan desa wisata Boon Pring Sanankerto
pengelolalaan yang optimal. Selebihnya, dari terlihat adanya upaya untuk membangun
hasil penelitian menunjukkan belum ada kondisi ekonomi yang smart melalui sedikitnya 3
pengembangan pemerintahan berbasis aktivitas. Pertama, adanya upaya meningkatkan
tegnologi yang mampu menunjang nilai pada potensi lokal masyarakat yakni pada
terciptanya smart government secara efektif
dan efisien.
Ketiga, smart economy. Poin penting 19
Diana Apostol, dkk, Smart Economy Concept-Facts
and Perspective yang diunduh melalui laman
dalam mewujdukan smart village adalah http://www.ipe.ro/RePEc/WorkingPapers/wpconf141113
.pdf pada 29 Januari 2019
adanya upaya untuk mewujdukan ekonomi 20
T.M Vinod Kumar (ed). Smart Economy in Smart
yang ‘smart’. Beberapa literatur mencoba Cities.Springer Nature Singapore Pte.Ltd.2017. DOI
10.1007/978-981-10-1610-3_1 yang diunduh melalui
mendefinisikan smart economy sebagai laman
https://www.researchgate.net/publication/306924920_Sm
berikut: "smart economy" requires new art_Economy_in_Smart_Cities pada 29 Januari 2019
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28

kerajinan bamboo. Kerajinan bambu yang mewujudkan smart city. Surabaya dan
dibuat oleh masyarakat Desa Sanankerto Probolinggo misalnya gencar dengan
tidak hanya menghasilkan anyaman bambu pembangunan taman. Kabupaten Malang yang
namun sudah mencoba memberi nilai tambah konsen terhadap penciptaan lingkungan yang
dengan menciptakan hasil karya lain. Seperti ramah anak. Sementara di Negara lain . India
hiaasan atau souvernir. Menariknya pengrajin misalnya konsen terhadap pembangunan energi
bambu di desa ini memanfatkan semua alternative di level desa. Sementara Hongkong
bagian bambu mulai dari akar, batang hingga mewujudkan ligkungan yang smart dengan cara
daun. Sehingga nilai ekonomi yang dihasilkan menciptakan bangunan-bangunan/ gedung yang
bisa bertambah. Kedua, melihat peluang ramah lingkungan yang disebut sebagai green
ekonomi dengan menciptakan sebuah and intelegent building.21
destinasi wisata baru. Masyarakat dan Masalah lingkungan di level pedesaan
pemerintah setempat secara kreatif dan sedikit berbeda dengan masalah di kota.
inovatif mampu menyulap sebuah kawasan Misalnya desa tidak begitu banyak menghadapi
perkebunan bambu menjadi sebuah destinasi masalah sampah dan polusi udara, namun
wisata alternatif yang menghasilkan. Ketiga, masalah lingkungan di pedesaan biasanya
pemanfaatan tegnologi. Salah satu unit identik dengan masalah penataan lingkungan
usaha yang popular dan menghasikan di desa dan pemanfatan sumber day alam. Seperti Desa
ini adalah pengrajin tusuk sate dan tusuk Wisata Boonpring yang menghadapi tantangan
sempol (makanan ringan). Masyarakat mulai dalam penataan dan pengelolaan lingkungan
berganti ke penggunaan mesin dalam untuk bisa menarik wisatawan. Belum banyak
memproduksi tusuk sate dan sempol. yang dilakukan oleh pemerintah setempat dalam
Sehingga bisa memproduksi dalam jumlah mewudjukan smart enviromental. Yang
yang besar. dilakukan sejauh ini sebatas pada penataan
Keempat, Smart environmental. Smart kawasan perkebunan dan waduk menjadi desa
enviromental bertujuan untuk mengatasi wisata.
berbagai problem lingkungan. Problem Desa memiliki peran yang besar dalam
lingkungan yang dimaksud adalah masalah menjaga ekosistem yang ada dibumi. Desa
sanitasi, kebersihan udara, sampah, global berperan besar dalam mengimbangi aktivitas
warming, msalah emisi karbon, ketersedian yang menimbulkan pencemaran di daerah
ruang public yang ramah anak, ketersediaan
taman, dan lain sebagainya. Beberapa
21
daerah menjadikan lingkungan sebagai salah Hongkong Smart City Blueprint yang diunduh melalui
laman
satu poin utama yang digarap untuk bisa https://www.smartcity.gov.hk/doc/HongKongSmartCity
Blueprint(EN).pdf
26 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang

perkotaan. Ada beberapa aktivitas yang bisa tujuan termasuk melihat perbedaan sebuah
dilakukan di level desa untuk menopang tempat.22
kesimbangan lingkungan. Pertama, menjaga
lingkungan dengan mempertahankan KESIMPULAN
kearifan lokal. Kedua, membuat energi Berdasarkan hasil analisis dari studi
terbarukan dengan memanfaatkan limbah kasus yang dipilih dapat disimpulkan bahwa
ternak. Keempat, menjaga kelestarian upaya penerapan model smart village pada
sumber daya alam missal air, hutan, sawah, pengembangan desa wisata tersebut masih
perkebunan, dan lain sebagainya. belum dilakukan secara maksimal. Baik
Kelima, Smart promotion. Dalam masyarakat maupun pemerintah belum
upaya pengambangan desa wisata yang sepenuhnya siap membangun smart village. Ini
penting dilakukan adalah upaya pemasaran. terlihat dalam minimnya pemanfaatan tegnologi
Smart promotion dapat dilakaukan melalui oleh masyrakat dan pemerintah. Serta minimnya
sebuah branding terhadap kawasan wisata penggunaan tegnologi dalam pengelolaan
yang dipromosikan melalui media sosial. ekonomi dan lingkungan. Sehingga secara
Sejauh ini pengelola desa wisata Boonpring keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terjadi
telah cukup berhasil melakukan hal tersebut. penyempitan makna dalam implementasi smart
Promosi melalui media sosial instagram, village. Smart village hanya identik dengan
facebook, website, dan blogspot telah pemanfaatan media sosial untuk ajang promosi
dilakukan. Namun, upaya branding terhadap desa. Namun smart village tidak hadir secara
kawasan wisata ini belum dilakukan dengan nyata untuk mengatasi problem yang ada di
maksimal. Branding dilakukan dengan cara desa. Belum ada upaya yang terstuktur dan
menampilkan sisi kekhasan dari sebuah massif yang dilakukan oleh stakeholder terkait
tempat wisata yang membedakannnya dalam mewujudkan smart village di desa
dengan desa wisata lain. Ini penting tersebut. Sehingga pada bagian ini penulis
dilakukan mengingat desa wisata serupa menyampikan beberapa poin rekomendasi
telah banyak bermunculan bahkan di terhadap stakeholder terkait sebagai berikut:
lingkungan Kabupaten Malang sendiri. a. Rekomendasi untuk pemerintah desa :
Destination branding diyakini memiliki dalam rangka mewujudkan smart government
kekuatan untuk merubah cara pandang pemerintah desa perlu mengembangkan dan
seseorang terhadap suatu tempat atau memanfatan kemajuan tegnologi untuk

22
Abdullah, Fianto, Hidayat, Penciptaan Destination
Branding Kawasan Wisata B-29 Kabupaten Lumajang
Sebagai Upaya Memperkenalkan Obyek Wisata Baru
Vol.4, No.2, Art Nouveau, 2015
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28

meningkatkan pelayanan terhadap e.Rekomendasi untuk pemerintah


masyarakat sehingga mampu mendorong pusat/Kementrian Desa: perlu adanya upaya
dan meningkatkan transparansi yang serius untuk membangun sebuah pilot
pemerintahan. Kemudian, inisiasi dari pihak project smart village di Indonesia yang
pemerintah penting dilakukan untuk komprehensif dan terintegrasi sehingga
mendorong upaya yang serius dalam mampu menyelesaikan problem yang ada di
pembangunan smart village. Selain itu wilayah pedesaan.
pemerintah juga perlu membuka kerjasama
dengan pihak luar untuk mendorong DAFTAR PUSTAKA
pembangunan smart village.Misalnya
Apostol, Diana dkk. (2019) Smart Economy
mendorong kerjasama dengan perusahan Concept-Facts and Perspective from
telekomunikasi. http://www.ipe.ro/RePEc/WorkingPapers
/wpconf141113.pdf
b. Rekomendasi untuk masyarakat:
masyarakat harus lebih inofatif, kreatif dan Brian Heap. 2015. Smart Village: New
Thingking for off-grid communities
partisipatif sehingga mendorong munculnya
worldwide. Research Associate of the
inisiasi untuk pengembangan ekonomi yang Centre of Development Studies
University of Cambridge from
smart. Misalnya dengan terus mengedukasi https://www.researchgate.net/publication/28
diri supaya mampu mengelola potensi lokal 0737024_Smart_Villages_pdf_link_e4svorgn
ew-thinking
yang bernilai global.
c. Rekomendasi untuk pihak swasta: Europian Network for Rural Development no 26
ISSN 1831-532
sebagai wujud dari tanggungjawab sosial
perusahaan maka pihak swasta Fianto,, Abdullah, Hidayat. “Penciptaan
Destination Branding Kawasan Wisata B-
berkewajiban untuk menjalin kerjasama 29 Kabupaten Lumajang Sebagai Upaya
dengan pemerintah untuk membangun Memperkenalkan Obyek Wisata Baru”.
Art Nouveau Vol.4, No.2 2015
lingkungan masyarakat. Ini dapat dilakukan
dengan memaksimalkan komunikasi dengan Hongkong Smart City Blueprint.(2017). from
https://www.smartcity.gov.hk/doc/Hong
pemerintah untuk turut membantu KongSmartCityBlueprint(EN).pdf
membangun smart village.
Jafar, Ade dan Risna Resnawaty dalam
d. Rekomendasi untuk akademisi: akademisi Prociding KS: Riset dan PKM Vol 4 Nomor
perlu mengembangkan penelitian terkait 1 hal 1-140 ISSN: 2442-4480
dengan smart village di Indonesia. Sehingga
Kumar ,T.M Vinod (ed).(2017). Smart Economy
akan muncul grand design smart village in Smart Cities.Springer Nature
Singapore Pte.Ltd. DOI 10.1007/978-
yang sesuai dengan kondisi sosial budaya
981-10-1610-3_1 from
desa-desa di Indonesia. https://www.researchgate.net/publicatio
28 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang

n/306924920_Smart_Economy_in_Sm https://www.kanalmalang.net/2017/09/boon-
art_Cities pada 29 Januari 2019 pring-andeman-rute-jalan-harga-
tiket.html
Somwansi, Rujutama, dkk. (2016).” Study
and Development of Village as a https://www.cendananews.com/2018/08/geliat
Smart Village”. International Journal -kerajinan-bambu-di-desa-
of Scientific & Engineering Research, sanankerto.html
Volume 7, Issue 6, June-2016 395
ISSN 2229-5518 IJSER © from https://www.cnnindonesia.com/gaya-
http://www.ijser.org hidup/20171024141019-307-
250625/kabupaten-malang-usung-
T.V, Ramachandra, dkk. (2015). Smart konsep-pariwisata-smart-village
Ragihalli: Efforts towards Self-Reliant
& Self Sufficient system epowering Wawancara dengan Samsul Arifin Direktur
Man Power (rural youth) with BUMDes Sanankerto pada 17 November
Apropriate rural technologies. ETR 90. 2018
Smart Village, Energy & Wetlands
Research Group, CES,IISc. From
https://www.researchgate.net/publica
tion/318034841_SMART_VILLAGE_FR
AMEWORK

Viale Pereira,Gabriela dkk. (2018). Smart


Government in the Context of Smart Cities: A
literature Review.

Wijaya , Ni Putu Nurwita Pratami Analyse of


Smart City Concept as Supporting the
Government Information Disclosure,
Case Study: Bandung Smart City.

https://www.antaranews.com/berita/776355
/jumlah-desa-tertinggal-berkurang-
6518-desa

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-3962422/4-program-
prioritas-percepat-pertumbuhan-
ekonomi-desa

https://www.suara.com/lifestyle/2017/05/15
/095022/ini-daftar-10-desa-terbaik-di-
indonesia

https://tangerangonline.id/2017/01/26/tangs
el-jadi-pelopor-smart-village-di-
indonesia/

https://bisniswisata.co.id/malang-
kembangkan-wisata-hutan-bambu/

Anda mungkin juga menyukai