JPALG
Journal of Public Administration and Local Governance
http://jurnal.untidar.ac.id/index.php/publicadmini
Abstrak
Kajian tentang pembangunan desa tengah populer dalam diskursus politik dan
pemerintahan. Terbitnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang melahirkan adanya
kebijakan tentang dana desa dan mengakibatkan peningkatan yang signifikan pada
pengembangan inovasi desa. Trend inovasi desa saat ini mencoba mangadopsi model
smart village yang merupakan turunan dari smart city. Sebagai sebuah konsep baru,
penerapan smart village di Indonesia masih belum maksimal. Masih banyak ditemukan gap
antara kajian teoritis dengan praktik dalam penerapan smart village. Oleh karena itu,
penelitian ini akan mencoba melihat pengembangan smart village di Kabupaten Malang
dengan titik fokus pada pengembangan ekowisata berbasis smart village di Desa
Sanankerto Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Harapannya melalui penelitian ini mampu menghasilkan
sedikitnya tiga temuan utama. Pertama, sejauh mana upaya penerapan smart village
diterapkan dalam pengembangan desa wisata berbasis ekowisata. Kedua, peluang dan
tantangan penerapan smart village. Ketiga, rekomendasi kepada para stakeholder terkait.
1 3
https://www.antaranews.com/berita/776355/jumlah-
desa-tertinggal-berkurang-6518-desa https://www.suara.com/lifestyle/2017/05/15/095022/ini-
2
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- daftar-10-desa-terbaik-di-indonesia
4
3962422/4-program-prioritas-percepat-pertumbuhan- https://tangerangonline.id/2017/01/26/tangsel-jadi-
ekonomi-desa pelopor-smart-village-di-indonesia/
18 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang
penerapan smart village pada pengembangan mobility, smart environment, smart living.
desa wisata Boon Pring Sanankerto pada (Pratama, 2014: 96)5. Namun dalam beberapa
akhirnya akan terlihat bagiamana pemataan kasus penerapan smart city mengalami
peluang dan tantangan smart village di penyempitan makna sehingga hanya dipahami
Indonesia khususnya dalam rangka sebagai sebuah pemanfaatan tegnologi
pembanguan desa wisata. Sehingga kajian informatika pada pembangunan sebuah kota.
ini mampu menghasilkan beberapa poin Di Indonesia sendiri sejauh ini belum ada
rekomendasi terhadap stakeholder terkait. kota yang benar-benar menerapkan smart city
Dari Smart City menuju Smart Village secara penuh. Penelitian pada tahun 2017 di
Smart village merupakan konsep yang Kota Malang menunjukkan bahwa pemerintah
diadopsi atau konsep turunan dari smart city. belum sepenuhnya siap menerapkan smart city.
Perbedaanya hanya terletak pada lokasi Smart city di Kota Malang hanya terbatas pada
penerapannya. Jika smart city diciptakannya beberapa aplikasi untuk
diimpelmentasikan di level kota, maka smart pelayanan publik. Itupun dalam
village diimpelemnetasikan di level desa. implementasinya tidak berjalan secara
Smart city sendiri dimaknai sebagai sebuah maksimal. Sebut saja aplikasi sambat online.
kota cerdas. Smart City adalah Pada kenyatannya tidak secara cepat
pengembangan konsep, implementasi, dan menyelesaikan keluhan masyarakat.ditambah
implementasi teknologi yang diterapkan pada dengan komponen kota cerdas yang lain yang
suatu daerah (terutama perkotaan) sebagai belum terpenuhi, misalnya smart living, smart
interaksi kompleks antara berbagai sistem mobility, dan lain sebagainya (Rahmad Gustomy
yang ada di dalamnya (Pratt, 2014: 94). Pada dan Tia Subekti, 2017).
prinsipnya smart city sebenarnya hadir untuk Mengadopsi dari sistem smart city maka
menjawab berbagai tantangan yang terjadi smart village pada mulanya juga memiliki tujuan
pada lingkungan perkotaan. Seperti misalnya yang sama. Yakni memberikan tawaran solusi
masalah kemacetan, masalah lingkungan pada masalah pedesaan, Seperti misalnya
kumuh, sanitasi, pemanasan global, masalah kemiskinan, kesehatan, pendidikan,
pencemaran lingkungan, dan masalah khas keterlebelakangan tegnologi, kekurangan
perkotaan lainnya. Sehingga kemudian yang informasi, dan masalah lainnya khas kawasan
bisa dikatakan sebagai kota cerdas adalah
sebuah kota yang memiliki dimensi sebagai
berikut : smart economy, smart people, 5
Ni Putu Nurwita Pratami Wijaya . Analyse of Smart City
smart government, smart energy, smat Concept as Supporting the Government Information
Disclosure, Case Study: Bandung Smart City.
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28
6
Europian Network for Rural Development 7
ETR 90, Smart Village, Energy & Wetlands Research
no 26 ISSN 1831-532 Group, CES,IISc, 2015
20 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang
8 9
Essays compiled by Brian Heap,Research Associate Ibid .,
of the Centre of Development Studies, University of 10
Rujutama Somwansi, dkk.” Study and Development of
Cambridge Published in 2015 by Banson, 27 Village as a Smart Village”. International Journal of
Devonshire Road, Cambridge CB1 2BH ISBN: 978- Scientific & Engineering Research, Volume 7, Issue 6,
0-9932932-0-7 (paperback); 978-0-9932932-1-4 June-2016 395 ISSN 2229-5518 IJSER © 2016
(hardback) http://www.ijser.org
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28
mayoritas yang dimaksud dngan smart village wawancara dengan narasumber utama
di Indonesia terbatas pada pemanfatan yakni pengelola BUMDes secara langsung.
tegnologi internet dalam pembangunan desa. Kedua, studi pustaka. Pada tahap ini
Pada akhirnya, penelitian ini fokus
peneliti melakukan kajian pustaka terhadap
pada penerapan smart village pada
berbagai literature dan dokumen yang
pengembangan desa wisata. Nuryati (1992)
menunjang penelitian dan penulisan jurnal
dalam (Ade Jafar dan Risna)11 menjelaskan
ini.
yang dimaksud dengan desa wisata adalah
suatu bentuk integrasi antara
HASIL DAN PEMBAHASAN
atraksi,akomodasi, dan fasilitas pendukung
Pengelolaan Desa Wisata Boon Pring
yang disajikan dalam suatu struktur
Sanankerto
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan
Desa Wisata Boon Pring yang terletak di
tradisi yang berlaku. Penelitian ini mencoba
Desa Sanankerto adalah salah satu dari 16 desa
menjelaskan bagiamana smart village
wisata yang dicanangkan sebagai smart village
digunakan sebagai pijakan atau acuan untuk
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
mengembangkan desa wisata. Tantangannya
Kabupaten Malang. Penerapan smart village di
adalah bagiamana membawa konsep yang
desa wisata ini berupa adanya aplikasi berbasis
modern ini untuk diimpmenetasikan pada
android yang menyediakan berbagai informasi
pengembangan desa wisata yang berbasis
yang dibutuhkan oleh wisatawan. Aplikasi
pada tradisi dan potensi lokal desa. Sehingga
tersebut diantaranya menyediakan informasi
muncul banyak gap antara kajian teoritis dan
mengenai harga tiket, fasilitas, sarana dan
implementatif yang pada akhirnya
prasarana, foto atau gambar objek wisata,
memunculkan analisis pemataan peluang dan
penjualan dan pemesanan tiket, dan lain-lain12.
tantangan dari penerapat smart village pada
Pembangunan desa wisata di Kabupaten
pengembangan desa wisata.
Malang dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa
atau lebih dikenal dengan BUMDes.
METODE PENELITIAN
Pembangunan desa wisata boon pring di Desa
Penelitian ini dilakukan dengan
Sanankerto Turen Kabupaten Malang didasari
menggunakan 2 metode utama dalam
oleh adanya potensi desa berupa pohon bambu
pengumpulan data. Pertama,
atau dalam bahasa jawa dikenal dengan Pring.
wawancara. Peneliti melakukan
11 12
Ade Jafar dan Risna Resnawaty dalam Prociding https://www.cnnindonesia.com/gaya-
KS: Riset dan PKM Vol 4 Nomor 1 hal 1-140 ISSN: hidup/20171024141019-307-250625/kabupaten-malang-
2442-4480 usung-konsep-pariwisata-smart-village
22 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang
Sementara sebutan “Boon” diambil dari boonpring tersebut baru sebatas pemanfatan
bahasa sansekerta yang artinya adalah media untuk promosi wisata. Pengelola wisata
anugerah. Sehingga sebutan Boonpring memasarkan desa wisata melalui media sosial
secara keseluruan diartikan sebagai anugerah instagram dan juga melalui pembuatan website
pohon bambu. Selanjutnya, desa wisata ini Ketika orang ingin berwisata ke boonpring yang
lebih dikenal dengan desa wisata “Boon Pring dilakukan pertama adalah mengecek melalui
Andeman” yang mulai dikelola sejak tahun mesin pencari google. Dan disitulah informasi
2017.13 tentang desa wisata ini diinfokan. Seperti harga
Kawasan wisata memiliki luas tiket, rute perjalanan, wahana wisata, dan juga
keseluruhan mencapai 36,8 hektar dengan foto-foto tentang objek wsisata tersebut.
komoditas utamanya tanaman bambu Ditambah dengan promosi wisata melalui media
sebanyak 65 jenis bambu. Diantaranya sosial instagram dengan memasang foto-foto
adalah Bambu Petung, Bambu Petung Hitam, yang menarik. Pengelola sengaja menyediakan
Bambu Apus, Bambu Tutul, Bambu Ampel, spot foto yang menarik. Harapannya ketika foto
Bambu Wulung, Bambu Kuning, Bambu tersebut diunggah ke media sosial maka akan
Pagar, Bambu Budha, Bambu Amplex, Bambu menarik minat pengunjung lain. Cara ini efektif
Embong, Bambu Angus Tifolis, 14
Desa wisata digunakan untuk meningkatkan jumlah
ini juga dilengkapi dengan adanya waduk pengunjung. Saat ini jumlah pengunjung ke
kecil yang disebut sebagai waduk Andeman. wisata Boonpring perharinya mencapai 100-300
Pengunjung bisa berkeliling waduk dengan orang.15
menggunakan perahu atau sepeda air. Peluang dan Tantangan Smart Village
Fasilitas lain yang diberikan berupa wahana dalam Pengembangan Desa Wisata
wisata flying fox. Secara kesleuruhan desa Merujuk pada penerapan smart village di
wisata ini menyuguhkan wisata alam berbasis desa Sanankerto tersebut masih terlihat adanya
potensi lokal sebagai daya tarik wisatanya gap yang masih besar antara kajian teoritis dan
sehingga mereka menyebutnya sebagai eko implementasi dari smart village. Sebagai
wisata. komparasi bisa dilihat penerapan smart village
Sementara itu, berdasarkan hasil di negara lain misalnya di India atau di negara-
wawancara dengan Direktur BUMdes Bapak negara Eropa yang sudah berhasil mendesign
Samsul Arifin menejelaskan bahwa sebuah kawasan pedesaan menjadi desa pintar
implementasi smart village di desa wisata secara komprehensif dan terietgrasi dengan
baik.
13
Wawancara dengan Samsul Arifin Direktur
BUMDes Sanankerto pada 17 November 2018
14 15
https://bisniswisata.co.id/malang-kembangkan- https://www.kanalmalang.net/2017/09/boon-pring-
wisata-hutan-bambu/ andeman-rute-jalan-harga-tiket.html
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28
yang cerdas, terbuka, dan partisipatif . Smart qualitative approaches of the concept of
government identik dengan penerapan e- economic growth, focused on the quality of life
government. Yakni pengelolaan pemerintah and on the standard of living, incorporating new
berbasis elektronik dengan pemanfaatan variables of the development model: basic
tegnologi. Misalnya, pembuatan website needs, human capital, human rights, well being,
pemerintah desa dalam rangka mewujudkan participation in community life, fundamental
tranparansi desa, pelayanan desa berbasis freedoms of man: political, economic, social,
elektronik, pemanfaatan media sosial untuk cultural, dignity and respect progress
memberikan informasi dan keterbukaan (technological progress, scientific research).19
publik. Menampung aspirasi masyarakat Selanjutnya, literature lain menjelaskan bahwa
melalui jejaring media sosial, dan lain untuk mewujudkan smart economy maka akan
sebagainya. merujuk pada beberapa indikator diantaranya
Pemanfatan tegnologi dalam yaitu ekonomi yang inovatif, kreatif,kemampuan
pemerintahan bertujuan untuk meningkatkan masyarakat untuk melihat peluang ekonomi,
efektifitas dan efisiensi, meningkatkan memanfatkan peluang yang ada pada level lokal
partisipasi masyarakat, keterbukaan namun berorientasi globa, adanya pengelolaan
informasi publik dan mengurangi peluang ekonomi yang bagus mulai dari manajemen,
korupsi. Untuk kebutuhan pengembangan pemasaran, dan lain sebagainya.20
desa wisata pemerintah Desa Sanankerto Smart economy sangat berkaitan dengan
membentuk BUMDes. Sehinga pengelolaan unsur yang pertama yaitu smart people. Artinya
Desa Wisata sepenuhnya dikelola melalui butuh masyarakat yang cerdas untuk bisa
BUMDes. Harapannya melalui BUMDes dapat membangu ekonomi yang cerdas. Pada
dicapai keuntungan yang maksimal dengan pengelolaan desa wisata Boon Pring Sanankerto
pengelolalaan yang optimal. Selebihnya, dari terlihat adanya upaya untuk membangun
hasil penelitian menunjukkan belum ada kondisi ekonomi yang smart melalui sedikitnya 3
pengembangan pemerintahan berbasis aktivitas. Pertama, adanya upaya meningkatkan
tegnologi yang mampu menunjang nilai pada potensi lokal masyarakat yakni pada
terciptanya smart government secara efektif
dan efisien.
Ketiga, smart economy. Poin penting 19
Diana Apostol, dkk, Smart Economy Concept-Facts
and Perspective yang diunduh melalui laman
dalam mewujdukan smart village adalah http://www.ipe.ro/RePEc/WorkingPapers/wpconf141113
.pdf pada 29 Januari 2019
adanya upaya untuk mewujdukan ekonomi 20
T.M Vinod Kumar (ed). Smart Economy in Smart
yang ‘smart’. Beberapa literatur mencoba Cities.Springer Nature Singapore Pte.Ltd.2017. DOI
10.1007/978-981-10-1610-3_1 yang diunduh melalui
mendefinisikan smart economy sebagai laman
https://www.researchgate.net/publication/306924920_Sm
berikut: "smart economy" requires new art_Economy_in_Smart_Cities pada 29 Januari 2019
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28
kerajinan bamboo. Kerajinan bambu yang mewujudkan smart city. Surabaya dan
dibuat oleh masyarakat Desa Sanankerto Probolinggo misalnya gencar dengan
tidak hanya menghasilkan anyaman bambu pembangunan taman. Kabupaten Malang yang
namun sudah mencoba memberi nilai tambah konsen terhadap penciptaan lingkungan yang
dengan menciptakan hasil karya lain. Seperti ramah anak. Sementara di Negara lain . India
hiaasan atau souvernir. Menariknya pengrajin misalnya konsen terhadap pembangunan energi
bambu di desa ini memanfatkan semua alternative di level desa. Sementara Hongkong
bagian bambu mulai dari akar, batang hingga mewujudkan ligkungan yang smart dengan cara
daun. Sehingga nilai ekonomi yang dihasilkan menciptakan bangunan-bangunan/ gedung yang
bisa bertambah. Kedua, melihat peluang ramah lingkungan yang disebut sebagai green
ekonomi dengan menciptakan sebuah and intelegent building.21
destinasi wisata baru. Masyarakat dan Masalah lingkungan di level pedesaan
pemerintah setempat secara kreatif dan sedikit berbeda dengan masalah di kota.
inovatif mampu menyulap sebuah kawasan Misalnya desa tidak begitu banyak menghadapi
perkebunan bambu menjadi sebuah destinasi masalah sampah dan polusi udara, namun
wisata alternatif yang menghasilkan. Ketiga, masalah lingkungan di pedesaan biasanya
pemanfaatan tegnologi. Salah satu unit identik dengan masalah penataan lingkungan
usaha yang popular dan menghasikan di desa dan pemanfatan sumber day alam. Seperti Desa
ini adalah pengrajin tusuk sate dan tusuk Wisata Boonpring yang menghadapi tantangan
sempol (makanan ringan). Masyarakat mulai dalam penataan dan pengelolaan lingkungan
berganti ke penggunaan mesin dalam untuk bisa menarik wisatawan. Belum banyak
memproduksi tusuk sate dan sempol. yang dilakukan oleh pemerintah setempat dalam
Sehingga bisa memproduksi dalam jumlah mewudjukan smart enviromental. Yang
yang besar. dilakukan sejauh ini sebatas pada penataan
Keempat, Smart environmental. Smart kawasan perkebunan dan waduk menjadi desa
enviromental bertujuan untuk mengatasi wisata.
berbagai problem lingkungan. Problem Desa memiliki peran yang besar dalam
lingkungan yang dimaksud adalah masalah menjaga ekosistem yang ada dibumi. Desa
sanitasi, kebersihan udara, sampah, global berperan besar dalam mengimbangi aktivitas
warming, msalah emisi karbon, ketersedian yang menimbulkan pencemaran di daerah
ruang public yang ramah anak, ketersediaan
taman, dan lain sebagainya. Beberapa
21
daerah menjadikan lingkungan sebagai salah Hongkong Smart City Blueprint yang diunduh melalui
laman
satu poin utama yang digarap untuk bisa https://www.smartcity.gov.hk/doc/HongKongSmartCity
Blueprint(EN).pdf
26 Tia Subekti dan Ratnaningsih Damayanti,
Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto
Turen Kabupaten Malang
perkotaan. Ada beberapa aktivitas yang bisa tujuan termasuk melihat perbedaan sebuah
dilakukan di level desa untuk menopang tempat.22
kesimbangan lingkungan. Pertama, menjaga
lingkungan dengan mempertahankan KESIMPULAN
kearifan lokal. Kedua, membuat energi Berdasarkan hasil analisis dari studi
terbarukan dengan memanfaatkan limbah kasus yang dipilih dapat disimpulkan bahwa
ternak. Keempat, menjaga kelestarian upaya penerapan model smart village pada
sumber daya alam missal air, hutan, sawah, pengembangan desa wisata tersebut masih
perkebunan, dan lain sebagainya. belum dilakukan secara maksimal. Baik
Kelima, Smart promotion. Dalam masyarakat maupun pemerintah belum
upaya pengambangan desa wisata yang sepenuhnya siap membangun smart village. Ini
penting dilakukan adalah upaya pemasaran. terlihat dalam minimnya pemanfaatan tegnologi
Smart promotion dapat dilakaukan melalui oleh masyrakat dan pemerintah. Serta minimnya
sebuah branding terhadap kawasan wisata penggunaan tegnologi dalam pengelolaan
yang dipromosikan melalui media sosial. ekonomi dan lingkungan. Sehingga secara
Sejauh ini pengelola desa wisata Boonpring keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terjadi
telah cukup berhasil melakukan hal tersebut. penyempitan makna dalam implementasi smart
Promosi melalui media sosial instagram, village. Smart village hanya identik dengan
facebook, website, dan blogspot telah pemanfaatan media sosial untuk ajang promosi
dilakukan. Namun, upaya branding terhadap desa. Namun smart village tidak hadir secara
kawasan wisata ini belum dilakukan dengan nyata untuk mengatasi problem yang ada di
maksimal. Branding dilakukan dengan cara desa. Belum ada upaya yang terstuktur dan
menampilkan sisi kekhasan dari sebuah massif yang dilakukan oleh stakeholder terkait
tempat wisata yang membedakannnya dalam mewujudkan smart village di desa
dengan desa wisata lain. Ini penting tersebut. Sehingga pada bagian ini penulis
dilakukan mengingat desa wisata serupa menyampikan beberapa poin rekomendasi
telah banyak bermunculan bahkan di terhadap stakeholder terkait sebagai berikut:
lingkungan Kabupaten Malang sendiri. a. Rekomendasi untuk pemerintah desa :
Destination branding diyakini memiliki dalam rangka mewujudkan smart government
kekuatan untuk merubah cara pandang pemerintah desa perlu mengembangkan dan
seseorang terhadap suatu tempat atau memanfatan kemajuan tegnologi untuk
22
Abdullah, Fianto, Hidayat, Penciptaan Destination
Branding Kawasan Wisata B-29 Kabupaten Lumajang
Sebagai Upaya Memperkenalkan Obyek Wisata Baru
Vol.4, No.2, Art Nouveau, 2015
JPALG, Vol.3 (1), (2019): hlm 18-28
n/306924920_Smart_Economy_in_Sm https://www.kanalmalang.net/2017/09/boon-
art_Cities pada 29 Januari 2019 pring-andeman-rute-jalan-harga-
tiket.html
Somwansi, Rujutama, dkk. (2016).” Study
and Development of Village as a https://www.cendananews.com/2018/08/geliat
Smart Village”. International Journal -kerajinan-bambu-di-desa-
of Scientific & Engineering Research, sanankerto.html
Volume 7, Issue 6, June-2016 395
ISSN 2229-5518 IJSER © from https://www.cnnindonesia.com/gaya-
http://www.ijser.org hidup/20171024141019-307-
250625/kabupaten-malang-usung-
T.V, Ramachandra, dkk. (2015). Smart konsep-pariwisata-smart-village
Ragihalli: Efforts towards Self-Reliant
& Self Sufficient system epowering Wawancara dengan Samsul Arifin Direktur
Man Power (rural youth) with BUMDes Sanankerto pada 17 November
Apropriate rural technologies. ETR 90. 2018
Smart Village, Energy & Wetlands
Research Group, CES,IISc. From
https://www.researchgate.net/publica
tion/318034841_SMART_VILLAGE_FR
AMEWORK
https://www.antaranews.com/berita/776355
/jumlah-desa-tertinggal-berkurang-
6518-desa
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-3962422/4-program-
prioritas-percepat-pertumbuhan-
ekonomi-desa
https://www.suara.com/lifestyle/2017/05/15
/095022/ini-daftar-10-desa-terbaik-di-
indonesia
https://tangerangonline.id/2017/01/26/tangs
el-jadi-pelopor-smart-village-di-
indonesia/
https://bisniswisata.co.id/malang-
kembangkan-wisata-hutan-bambu/