Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN TUGAS MANDIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERILAKU KEKERASAN (PK)


DAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)
KEPERAWATAN JIWA II

Disusun Oleh :
Anggun Ramadhani Roslin
175070207111003
Reguler 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
1
ASKEP PADA PERILAKU KEKERASAN (PK) DAN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN (RPK)

A. Konsep Perilaku Kekerasan (PK) dan Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)


Perilaku kekerasan menurut pendapat beberapa ahli diantaranya, menurut Berkowitz (1993,
dalam Nurhalimah, 2016) mengatakan bahwa perilaku kekerasan bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Menurut Herdman (2012), risiko perilaku kekerasan
merupakan perilaku yang diperlihatkan oleh individu. Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan
bahwa perilaku kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai
respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik, emosional, atau seksual
yang ditujukan kepada orang lain. Perasaan terancam ini dapat berasal dari lingkungan luar seperti
penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain dan lingkungan dalam
seperti perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan
penyakitan fisik Menurut Purba, dkk (2008) perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang
ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak mengingikan datangnya
tingkah laku tersebut.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan bagian
dari respons marah yang paling maladaptive adalah amuk ditandai dengan perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain, atau lingkungan.
Rentang respons marah dari yang paling adaptif disebut asertif yaitu kemarahan yang
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, selanjutnya yaitu frustasi merupakan kegagalan
mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat, lalu pasif yaitu respons lanjutan yang pasien tidak
mampu mengungkapkan perasaan, lalu agresif yang termasuk respons maladaptive yaitu
periluaku destruktif tapi masih terkontrol, dan yang paling maladaptive yaitu amuk perilaku
destruktif yang tidak terkontrol.
Perilaku kekerasan disebabkan oleh faktor predisposisi dan presipitasi, yaitu :
a. Faktor predisposisi
1. Faktor biologis, faktor herediter yaitu adanya anggota keluarga yang sering
melakukan perilaku kekerasan, mengalami gangguan jiwa, riwayat penggunaan
NAPZA.
2. Faktor psikologis, pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal, maupun lingkungan
3. Faktor sosiokultural, lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.

2
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada tiap individu bersifat unik karena tiap orang
berbeda. Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan
orang yang dicintai, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar
individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, dan tindakan kekerasan.

B. Pengkajian Perilaku Kekerasan (PK) dan Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)


Pada fase pengkajian ini dilakukan wawancara dan observasi kepada pasien dan keluarga untuk
menemukan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang muncul. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan yang dapat ditemukan saat wawancara dan observasi antara lain :
1. Wajah memerah dan tegang
2. Mengepalkan tangan
3. Bicara kasar
4. Mondar mandir
5. Mengatupkan rahang dengan kuat
6. Pandangan tajam
7. Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Melempar atau memukul benda atau orang lain
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat ditemukan saat wawancara dengan beberapa
pertanyaan seperti :
1. Apa yang menyebabkan anda marah?
2. Apa yang anda rasakan ketika marah?
3. Bagaimana sikap dan perilaku yang anda lakukan sata marah?
4. Bagaimana perasaan anda ketika marah?
5. Apa akibat dari marah yang anda lakukan?
6. Apakah dengan marah yang dilakukan dapat menghilangkan penyebab anda marah?
7. Menurut anda apakah ad acara lain untuk mengungkapkan kemarahan anda?

C. Diagnosis Perilaku Kekerasan (PK) dan Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)


1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
2. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan kekerasan

D. Intervensi
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan :

3
a. Pasien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. Pasien mampu menyebutkan jenus perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
d. Pasien mampu menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
e. Pasien mampu menyebutkan cara mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya
f. Pasien mampu mencegah atau mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya harus dipastikan bahwa pasien merasa
aman dan nyaman ketika berinteraksi dengan perawat agar tercapainya hubungan
yang saling percaya. Tindakan yang dilakukan saat membina hubungan saling
percaya yaitu mengucapkan salam teraupetik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan
interaksi, dan membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Diskusikan dengan pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa lalu
c. Diskusikan dengan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
d. Diskusikan dengan pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah
e. Diskusikan dengan pasien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya
f. Diskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasannya
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik yaitu latihan napas dalam,
secara sosial.verbal, secara spiritual, dan patuh minum obat
h. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol
perilaku kekerasan
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan :
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
Tindakan :
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Diskusikan Bersama keluarga tentang peirlaku kekerasan seperti penyebab, tanda dan
gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan
kepada perawat seperti melempar atau memukul benda/orang lain
d. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
1. Anjurkan keluarga untuk memotuvasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
2. Ajarkan keliuarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat

4
3. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
e. Buat perencanaan pulang bersama keluarga

E. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi kemampuan pasien dalam mengatasi perilaku kekerasan
1. Mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
2. Mampu mengontrol perilaku kekerasan secara teratur
 Secara fisik : tarik napas dalam dan melampiaskan kemarahan dengan cara
memukul bantal/kasur
 Secara sosial/verbal : meminta, menolak, dan mengungkapkan perasaan dengan
cara baik
 Secara spiritual
 Terapi psikofarmaka
3. Mampu mengidentifikasi manfaat dari latihan yang dilakukan dalam mencegah perilaku
kekerasan
b. Evaluasi kemampuan keluarga dalam mengatasi perilaku kekerasan
1. Mampu mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien seperti pengertian,
tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan
2. Mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
3. Mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
4. Mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perasaan marah
5. Mamou menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien
mengontrol perasaan marah
6. Mampu mengidentifikasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah perilaku
kekerasan
7. Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh dan melakukan rujukan

F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga
dengan mencantumkan waktu (hari, tanggal, pukul) dilakukannya pertemuan, data pasien dan
keluarga, diagnosis keperawatan, intervensi/tindakan keperawatan yang dilakukan, dan evaluasi
pasien dan keluarga

5
G. Analisis Proses Interaksi
Analisis proses interaksi (API) adalah suatu alat kerja yang digunakan oleh perawat untuk
melakukan interaksi antara perawat dengan pasien. API digunakan untuk mengevaluasi
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Beberapa komponen yang harus ada
di API adalah komunikasi verbal, komunikasi nonverbal perawat dan pasien, analisis berpusat
pada perawat, dan analisis berpusat pada pasien. Dalam implementasi API ini perawat dapat
menemikan masalah pasien dari apa yang terjadi dengan pasien selama wawancara dan perawat
memberikan alasan melakukan tindakan berupa komunikasi verbal dan nonverbal.

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan, Kemkes.
Purba, J. (2008). Asuhan Keperawan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.
Medan: Usu Press.
Setiawan, H., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2015). Tanda Gejala Dan Kemampuan Mengontrol
Perilaku Kekerasan Dengan Terapi Musik Dan Rational Emotive Cognitif Behavior. Jurnal
Ners, Vol. 10 No. 2, Hal 233-241.
Stuart, G. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia: Elsevier.
Subu, M. A., Holmes, D., & Elliot, J. (2016). Stigmasasi dan Perilaku Kekerasan pada Orang dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19 No.3 Hal 191-
199.
Sujarwo, & Livana. (2018). Studi Fenomenologi : Strategi Pelaksanaan Yang Efektif Untuk
Mengontrol Perilaku Kekerasan Menurut Pasien Di Ruang Rawat Inap Laki-Laki. Jurnal
Keperawatan, Vol. 6 No. 1 Hal. 29-35.
Suryanti, & Ariani, D. (2018). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadao Penurunan Perilaku Kekerasan
Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, Vol. 7 No.1 Hal. 01-100.
Tarra, N. W., Herman, & Rahman, A. (2015). Faktor Presipitasi Yang Memengaruhi Terjadinya
Perilaku Kekerasan Di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis,
Vol.5 No. 3 .
Yusuf, Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.

6
7

Anda mungkin juga menyukai