Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN TUGAS MANDIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA RESIKO BUNUH DIRI (RBD)


KEPERAWATAN JIWA II

Disusun Oleh :
Anggun Ramadhani Roslin
175070207111003
Reguler 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA RESIKO BUNUH DIRI
(RBD)

A. Konsep Resiko Bunuh Diri (RBD)


Resiko bunuh diri adalah perilaku yang beresiko untuk melukai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan (Wilson dan Kneisl, 1988 dalam Yusuf, 2015). Beberapa individu
mengambil keputusan untuk mengakhiri kehidupannya karena beberapa alasan seperti kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak bisa menghadapi stress, perasaan terisolasi, kehilangan
hubungan interpersonal, perasaan marah atau bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).
Tanda dan gejala resiko bunuh diri antara lain :
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Impulsive
4. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
5. Menunjukkan perilkau yang mencurigakan
6. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, obat dosis mematikan)
status emosional (harapan, penolakan, kecemasan meningkat, panik, marah, dan
mengasingkan diri)

B. Pengkajian Resiko Bunuh Diri (RBD)


1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa media, pendidikan dan pekerjaan.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan pasien dan keluarga datang ke rumah sakit, pada umumnya karena
perilaku percobaan bunuh diri, komunikasi dengan keluarga yang kurang, merasa tidak
berguna dan tidak yakin melangsungkan hidup.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah klien dan keluarga pernah mengalami gangguaan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah ada riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Faktor-faktor predisposisi ialah
a. Kegagalan atau adaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress
b. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
melakukan hubungan yang berarti
c. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri

2
d. Cara untuk mengakhiri keputusan
e. Tangisan minta tolong
4. Faktor presipitasi
a. Psikososial dan klinik
1. Keputusasaan
2. Ras kulit putih
3. Jenis kelamin laki-laki
4. Usia lebih tua
5. Hidup sendiri
b. Riwayat
1. Pernah mencoba bunuh diri
2. Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri
3. Riwayat keliarga tentang penyalahgunaan zat
c. Diagnosis
1. Penyakit medis umum
2. Psikosis
3. Penyalahgunaan zat
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan TTV, tinggi badan, berat badan, dan keluhan fisik lainnya yang dirasakan.
Apakah ada tanda bekas percobaan bunuh diri pada leher, pergelangan tangan ataupun bagian
tubuh lainnya.
6. Psikososial
a. Genogram
Menggambarkan hubungan pasien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pola asuh.
b. Konsep diri
1. Gambaran diri
Pasien merasa tidak ada yang dia sukai dari dirinya, terdapat bagian tubuh yang
mengalami penurunan fungsi sehingga pasien tidak bisa menerima keadaan tubuhnya.
2. Identitas diri
Pasien berstatus sudah menikah atau belum, merasa puas atau tidak dengan statusnya
ataupun pekerjaan yang memperngaruhi hubungan sosial dengan orang lain.
3. Peran diri
Pasien dengan RBD merasa tidak mampu melaksanakan tugas atau perannya dengan
baik
4. Ideal diri
Pasien merasakan keputusasaan dan kesedihan yang mendalam.

3
5. Harga diri
Pasien mengatakan hal negative tentang dirinyaa, harga diri rendah, berpikiran
negative kepada orang lain bahwa dirinya tidak lagi dihargai dan dianggap.
c. Hubungan social
Pasien RBD cenderung memiliki gangguan dalam hubungan dengan orang lain
d. Spiritual
Pasien meyakini tidak ada gunanya untuk hidup, menganggap bahwa tidak ada jalan lain
untuk menyelesaikan masalahnya selain dengan mengakhiri hidupnya.

C. Diagnosis Keperawatan
1. Risiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah

D. Intervensi
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan : Klien tetap aman dan selamat
Tindakan :
a. Selalu menemani pasien hingga dia dapat dipindahkan ke tempat yang aman
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya seperti pisau, silet, gunting, tali, dll.
c. Memastikan pasien mengonsumsi obat secara teratur
d. Menjelaskan kepada pasien bahwa perawat akan selalu menemani pasien hingga
keinginannya untuk bunuh diri hilang
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan : keluarga berperan melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba
bunuh diri
Tindakan :
a. Keluarga ikut serta dalam mengawasi pasien dan jangan pernah meninggalkan pasien
sendirian
b. Keluarga membantu untuk menjauhkan barang-barang berbahaya disekitar pasien
c. Keluarga mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur
d. Keluarga mengingarkan pasien untuk tidak sering melamun sendirian
3. Terapi modalitas
a. Cognitive Behavioura; Therapy (CBT)
Terapi ini merupakan terapi modifikasi perilaku yang menggunakan kognitif sebagai
kuncu dari perubahan perilaku. Terapis membantu pasien membuang pikiran dan
keyakinan buruk yang kemudian diganti dengan konstruktif pola piker yang lebih baik.
Diharapkan dengan terapi ini dapat menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki dan
meningkatkan harga diri pasien.

4
b. Terapi individual
Terapi yang dilakukan untuk membina hubungan saling percaya antara pasien dan
perawat. Perawat berperan untuk melakukan pendekatan teraupetik guna menumbuhkan
rasa kepercayaan antara pasien dan perawat, mendorong pasien untuk mengeksplorasi
semua masalahnya, dan kemampuan pasien dalam mengatasi masalahnya.
c. Terapi keluarga
Dukungan keluarga yang baik dapat menjadi koping yang adaptif bagi pasien. Keluarga
diharapkan ikut berperan dalam memberikan dukungan kepada pasien, mencegah perilaku
resiko bunuh diri, dan membantu pasien agar dapat mempertahankan derajat kesehatan
mentalnya.
d. Terapi spiritual
Diharapkan pasien dapat mendekatkan diri kepada Tuhan untuk dapat memaknai arti dan
tujuan hidup. Misalnya jika pasien beragama islam bisa disarankan untuk melakukan
sholat atau bisa menyarankan untuk meditasi agar selalu berpikir positif.

E. Evaluasi Keperawatan
1. Bagi klien yang berperilaku beresiko bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai
dengan keadaan klien yang tetap selamat dan aman
2. Bagi keluarga dengan anggota keluarga yang beresiko bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga untuk melindungi anggota keluarganya
3. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai
dengan klien mampu mengungkapkan perasaannya, meningkatkan harga dirinya, dan
menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
4. Bagi keluarga dengan anggota keluarga yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
risiko bunuh diri sehingga keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala bunuh diri,
memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota keluarga yang beresiko bunuh diri, dan
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat anggota keluarga yang
beresiko bunuh diri

F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga
dengan mencantumkan waktu (hari, tanggal, pukul) dilakukannya pertemuan, data pasien dan
keluarga, diagnosis keperawatan, intervensi/tindakan keperawatan yang dilakukan, dan evaluasi
pasien dan keluarga

5
G. Analisis Proses Interaksi
Analisis proses interaksi (API) adalah suatu alat kerja yang digunakan oleh perawat untuk
melakukan interaksi antara perawat dengan pasien. API digunakan untuk mengevaluasi
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Beberapa komponen yang harus ada
di API adalah komunikasi verbal, komunikasi nonverbal perawat dan pasien, analisis berpusat
pada perawat, dan analisis berpusat pada pasien. Dalam implementasi API ini perawat dapat
menemikan masalah pasien dari apa yang terjadi dengan pasien selama wawancara dan perawat
memberikan alasan melakukan tindakan berupa komunikasi verbal dan nonverbal.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
Litaqia, W., & Permana, I. (2019). Peran Spiritualitas Dalam Memepengaruhi Resiko Perilaku Bunuh
Diri : A Literature Review. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, Vol. 6 No 2 Hal. 615-
624.
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan, Kemkes.
Purba, J. (2008). Asuhan Keperawan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.
Medan: Usu Press.
Purbaningsih, E. S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Depresi Dan Resiko Bunuh Diri.
Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 4 No.8 Hal 60-68.
Stuart, G. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia: Elsevier.
Sukamto, E., Masnina, R., & Agustina. (2014). Hubungan Peran Perawat Sebagai Pelaksana Dalam
Mencegah Ide Bunuh Diri Pada Penderita Gangguan Jiwa. Jurnal Husada Mahakam, Vol. 3
No. 7 Hal. 319-387.
Yusuf, Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta
Selatan: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai