Anda di halaman 1dari 10

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK KONDISI

TORTIKOLIS SINISTRA e.c BRACHIAL PALSY DENGAN


MENGGUNAKAN MODALITAS INFRA RED, MASSAGE DAN
TERAPI LATIHAN DI RSUD BENDAN KOTA PEKALONGAN

Astini Suci Wulan dari dan Nur Susanti


Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email: astinisuciwulandari@yahoo.co.id ; Susantiimoto@yahoo.co.id

ABSTRACT

Torticollis is a state of limited neck movement where the oblique head is tilted and the
chin is pointing to the opposite side, which is caused by the shortening of the sternocleidomastoid
muscle. In Torticolis Sinistra e.c Brachial Palsy there is a problematic physiotherapy that there is a
spasm in the sternocledomastoideus muscle, there is a shortening of the muscle which ultimately
leads to a limitation of the scope of joint motion, decreased cervical muscle strength and functional
activity of the child is disturbed. In this case the physiotherapy intervention is selected to address
the above problems by using Infra Red, Massage and Exercise Therapy.Method approach in this
research use descriptive analytic method to know assesment and change that can be known. The
research design used was case study design. Research Sites at RSUD Bendan Kota Pekalongan
dated 03 to 27 February 2017.Therapeutic results concluded that physiotherapy interventions with
Infra Red, Massage and exercise therapy can help problems in childhood conditions Tortikolis e.c
Brachial Palsy.

Keywords: Torticolis, Infra Red, Massage and Exercise Therapy.

PENDAHULUAN persalinan dengan menggunakan


Tortikolis Sinistra e.c forcep/tindakan mencokel bayi
Brachial Palsy pada bayi terjadi saat dengan tangan sebagai alat bantu
proses melahirkan bayi ditarik dokter persalinan. Kedua, kebiasaan posisi
karena terlalu besarnya badan bayi, bayi yang menoleh ke satu sisi.
sehingga terjadi kerusakan pada saraf Pemakaian alat forcep tersebut juga
brachialis yang menyebabkan tangan menyebabkan terjadi-nya kerobekan
tidak bisa digerakkan atau lemah. pada jaringan. Hal itu dapat
Kebiasaan tidur bayi dengan kepala mengakibatkan robeknya jaringan
miring pada satu sisi menyebabkan pada otot sternocleidomastoideus
terjadinya tortikolis, kepala bayi yang disebabkan karena cidera
menjadi cekung dan tidak simetris selama proses persalinan (Hardjono,
(Tandiyo, 2012). 2007).
Tortikolis Sinistra e.c Tanda dari tortikolis akan
Brachial Palsy pada anak bisa terlihat sesaat setelah bayi lahir tidak
disebabkan oleh dua hal. Pertama, akan tampak jelas, tetapi tanda yang
karena proses persalinan yang sulit, terlihat oleh orang tua bayi adalah
sehingga membutuhkan bantuan pada waktu orang tua tersebut

45
meraba otot leher atau otot satu sisi akan mengakibatkan
sternocleidomastoideus, disitu akan terjadinya pemendekan atau
dijumpai adanya benjolan atau kontraktur pada otot
bengkak sepanjang muscle bally, sternocleidomastoideus, posisi
tetapi ada juga yang tidak di sertai kepala menjadi tidak simetris, serta
dengan hal tersebut. Pembengkakan dapat menyebabkan terputusnya
ini dapat dilihat atau diraba pada saraf dari pleksus brachialis sehingga
minggu kedua atau ketiga setelah menyebabkan salah satu lengan yang
bayi lahir. Pada hari pertama bayi terkena mengalami kelemahan (Putri,
akan selalu menangis, hal ini di 2010).
karenakan oleh rasa nyeri pada Tortikolis Sinistra e.c
daerah lehernya. Tanda-tanda Brachial Palsy terdapat problematik
lainnya antara lain, adanya ke tidak fisioterapi yaitu adanya spasme pada
simetrisan pada posisi wajah dan otot leher, adanya pemendekan otot
dagu dari bayi tersebut akan berputar yang akhirnya mengakibatkan
kearah yang berlawanan dari otot timbulnya suatu keterbatasan lingkup
yang mengalami tortikolis gerak sendi, penurunan kekuatan otot
(Hardjono, 2007). leher dan kekuatan otot lengan, serta
Anak dengan gangguan aktivitas fungsional anak terganggu
brachial palsy cenderung tidak dapat (Hardjono, 2007).
menggerakkan lengan nya karena Upaya untuk mencapai
adanya kelemahan otot akibat dari kualitas kehidupan anak yang
terganggunya saraf brachial plexus optimal, salah satu faktor penting
sehingga sistem sensoris dari yang yang harus diperhatikan adalah
terkena tidak memiliki rangsangan. bidang kesehatan, sesuai dengan
Tanda yang selanjutnya, dapat susunan rencana pembangunan
tergantung dari berat dan ringannya jangka panjang bidang kesehatan
dari kondisi tortikolis yang dialami menuju indonesia sehat yang lebih
oleh seorang bayi. Terkadang disertai menekankan upaya peningkatan
oleh adanya ketegangan dari otot- (promotive) dan pencegahan
otot wajah yang sepihak dengan (preventive) tanpa mengabaikan
tortikolisnya, hal ini akan tampak upaya penyembuhan (curative) dan
pada waktu bayi menangis dan akan pemulihan (rehabilitative) (Depkes
terlihat bahwa matanya menutup RI, 1999).
lebih rapat. Dijumpainya posisi dagu Intervensi fisioterapi pada
yang tidak simetris (Hardjono, kasus ini dengan pemberian infra
2007). red, massage dan terapi latihan.
Kerobekan pada jaringan Tujuan pemberian interfensi tersebut
yang mengenai otot untuk mengurangi spasme otot,
sternocleidomastoideus pada salah meningkatkan lingkup gerak sendi,

46
meningkatkan kekuatan otot serta kepala berada pada posisi yang
meningkatkan aktivitas fungsional berlawanan dengan sekitarnya
anak (Putri, 2010). sehingga kepala dapat digerakkan
Infra Red adalah salah satu secara normal
jenis terapi dalam bidang Ilmu ( Hardjono, 2007).
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
yang menggunakan gelombang
elektromagnetik infra red dengan
karakteristik gelombang adalah
panjang gelombang 770 nm-106 nm,
berada di antara spektrum
gelombang cahaya yang dapat dilihat
dengan gelombang microwave, Gambar 1. Infra Red
dengan tujuan untuk pemanasan
Massage adalah suatu
struktur muskuloskeletal yang
sentuhan yang diberikan pada
terletak superfisial dengan daya
jaringan lunak yang bermanfaat bagi
penetrasi 0,8-1mm. Terapi Infra Red
anak maupun orang tua. Massage
(IR) akan memberikan pemanasan
pada anak berfungsi membantu
superfisial pada daerah kulit yang
relaksasi baik lokal maupun general,
diterapi sehingga menimbulkan
daerah yang dimassage secara
beberapa efek fisiologis yang
refleks akan terjadi dilatasi
diperlukan untuk penyembuhan
pembuluh darah, dimana sirkulasi
(Sujatno, 2009).
darah akan meningkat (Dasuki,
Infra red pada anak dengan
2003).
kondisi Tortikolis e.c Brachial Palsy
Massage yang diberikan pada
bertujuan untuk meningkatkan proses
kasus anak dengan kondisi tortikolis
metabolisme, vasodilatasi pembuluh
dapat mengurangi adanya muscular
darah, mempengaruhi jaringan otot
restriction, tightness, stiffness dan
dan meningkatkan sisa-sisa
spasme. Hal ini karena massage
metabolism (Sujatno, 2010).
dapat memberikan efek relaksasi
Tortikolis pada anak yang
pada otot. Massage dapat
ditambahkan dengan memberikan
meningkatkan peredaran darah ketika
terapi latihan memiliki pengaruh
jumlah nutrisi dan oksigen yang
yang sangat bermakna terhadap
tersedia untuk otot terpenuhi
pencapaian posisi kepala yang
(Imelda, 2013).
simetris akibat tortikolis pada bayi
dengan kondisi tortiklis yang terbukti
dengan penghitungan secara statistik.
Hal ini disebabkan karena otot
terlatih untuk membiasakan posisi

47
menggerakkan secara pasif pada
anggota gerak pasien yang akan di
terapi (Hardjono, 2007).

Gambar 3. Rileks Passive Movement


Gambar 2. Massage

Terapi latihan adalah salah Stretching merupakan suatu


satu modalitas fisioterapi dengan gerakan pengobatan yang
menggunakan gerak tubuh secara dimaksudkan untuk memperpanjang
passive untuk pemeliharaan dan suatu otot yang secara patologi
perbaikan kekuatan, ketahanan dan pemendekan dari struktur jaringan
kemampuan kardiovaskuler, ototnya dan cara demikian dapat
mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, digunakan untuk meningkatkan
rileksasi, koordinasi, keseimbangan lingkup gerak sendi. Tujuan utama
dan kemampuan fungsional. Terapi dari stretching meregangkan otot
latihan yang di gunakan dalam yang memendek dan memperbaiki
kondisi tortikolis ini adalah struktur disekitarnya menjadi
menggunakan latihan relax passive anatomi dan fisiologis (Hardjono,
movement dan stretching (Hardjono, 2007).
2007). Stretching yang dilakukan
Relax Passive Movement pada tortikolis dapat menghasilkan
merupakan gerakan yang murni suatu perubahan yang bermakna
berasal dari luar atau terapis tanpa terhadap deformitas yang ada dengan
disertai gerakan dari anggota tubuh terjadinya peningkatan lingkup gerak
pasien. Gerakan ini bertujuan untuk sendi pada servikal (Hardjono,
melatih otot secara pasif, yang 2007).
menyebabkan efek pengurangan atau
penurunan nyeri akibat incisi serta
mencegah terjadinya keterbatasan
gerak serta menjaga elastisitas otot
(Hardjono, 2007).
Cara melakukan rileks
passive movement posisi pasien tidur Gambar 4. Stretching
terlentang kemudian terapis

48
Tujuan umum dalam situasi dan kondisi latar penelitian
penelitian ini adalah untuk (Moleong, 2010).
mengetahui pengaruh penata- Subjek penelitian ini adalah
laksanaan fisioterapi pada anak pasien pada anak kondisi tortikolis
kondisi tortikolis sinistra e.c sinistra e.c brachial palsy yang akan
brachial palsy dengan pemberian diberikan intervensi fisioterapi
infra red, massage dan terapi latihan. dengan infra red, massage danterapi
Tujuan khusus dalam latihan.
penelitian ini adalah untuk : (1) Rancangan yang digunakan
mengetahui pemberian infra red dalam penelitian ini adalah
dapat mengurangi spasme pada otot rancangan studi kasus.
servikal ; (2) mengetahui pemeberian Variabel diartikan sebagai
massage dapat menstimulasi konsep yang mempengaruhi
kelemahan: (3) mengetahui variabilitas. Sedangkan konsep
pemberian terapi latihan dapat sendiri secara sederhana dapat
meningkatkan lingkup gerak sendi diberikan pengertian sebagai
servikal; (4) mengetahui pemberian gambaran dari suatu fenomena
terapi latihan dapat meningkatkan tertentu. Ada dua macam variabel
kekuatan otot servikal dan kekuatan yaitu : (1). Variabel dependen (yang
otot lengan; (5) mengetahui di pengaruhi) dalam penelitian ini
pemberian terapi latihan dapat adalah spasme otot, lingkup gerak
meningkatan kemampuan aktivitas sendi, kekuatan otot dan kemampuan
fungsional regio servikal dan lengan aktivitas fungsional anak; (2).
(Hardjono, 2007). Variabel independen (variable yang
mempengaruhi) dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN adalah infra red, massage dan terapi
Penelitian ini menggunakan latihan (Notoatmojo, 2010).
metode deskriptif analitik yang Desain penelitian penelitian
bertujuan untuk mengetahui digambarkan sebagai berikut.
assesment dan perubahan yang dapat
diketahui dalam penelitian tersebut.
Kasus penelitian ini diambil di
Rumah Sakit Umum Daerah Bendan
Kota Pekalongan dilakukan pada
tanggal 03 sampai 27 Februari 2017.
Keterangan :
Subjek penelitian sebagai
X : keadaan pasien sebelum
informan yang artinya orang pada
diberikan program fisioterapi
latar penelitian yang dimanfaatkan
Y : keadaan pasien setelah
untuk memberikan informasi tentang
diberikan program fisioterapi
Z : program fisioterapi

49
Permasalahan yang timbul Penilaian menggunakan
sebelum menjalani program terapi Metlint cara penulisannya
adalah spasme, penurunan kekuatan menggunakan selisih gerakan yang
otot, keterbatasan LGS, penurunan menjauhi tubuh dan gerakan yang
aktivitas fungsional pasien. Orang mendekati tubuh, bisa juga dengan
tua pasien membawa pasien ke selisih antara sisi kanan dan sisi kiri.
RSUD Bendan Kota Pekalongan Jika selisish lebih dari 2 cm maka
untuk menjalani terapi. Sebelumnya terjadi keterbatasan lingkup gerak
dilakukan pemeriksaan palpasi pada sendi servikal (Trisnowiyanto, 2012).
otot-otot leher untuk mengetahui Kekuatan Otot
spasme otot. Kekuatan otot adalah
Instrumen penelitian dalam kemampuan otot atau grup otot
penelitian ini sebagai berikut : menghasilkan tegangan dan tenaga
Spasme Otot selama usaha maksimal baik secara
Spasme adalah kontraksi dinamis maupun secaca statis.
involunter otot atau sekelompok otot Penilaian menggunakan skala
secara mendadak dan keras, yang XOTR dengan kriteria penilaiannya
disertai nyeri dan gangguan fungsi, sebagai berikut:
menghasilkan gerakan involunter dan “X” adalah kekuatan otot normal
distorsi. Spasme otot adalah “O” adalah tidak ada kontraksi otot
kontraksi otot involunter, dapat “T” adalah terdapat kontraksi otot
menyebabkan nyeri dan mengganggu dan sedikit gerakan
mobilitas (Tandiyo, 2012). “R” adalah terdapat reflek
Penilaian spasme dapat (Sujatno, 2009).
diukur menggunakan palpasi dengan
menggunakan nilai 0 atau 1. 0 : Aktivitas Fungsional
tidak ada spasme, 1 : ada spasme Aktivitas Fungsional adalah
(Sujatno, 2009). kegiatan melakukan pekerjaan rutin
Keterbatasan LGS sehari-hari. Aktivitas fungsional
Lingkup Gerak Sendi (LGS) merupakan aktivitas pokok pokok
adalah lingkup gerak sendi yang bisa bagi perawatan diri (Trisnowiyanto,
dilakukan oleh suatu sendi. LGS 2012).
dapat diartikan sebagai ruang Penilaian dengan mengguna-
gerak/batas gerakan dari suatu kan TWSTRS adalah skala penilaian
kontraksi otot dalam melakukan yang digunakan untuk mengukur
gerakan, apakah otot dapat dampak dari cervical dystonia pada
memendek atau memanjang secara pasien, program ini terdiri dari 3 sub-
penuh atau tidak (Trisnowiyanto, skala: severity, cacat, dan sakit,
2012). masing-masing mempunyai nilai
maksimum sendiri, severity nilai

50
maksimum 0-35, cacat nilai dilakukan untuk mengetahui
maksimum 0-30, sakit nilai perkembangan pasien saat diterapi.
maksimum 0-20 (Sujatno, 2009).
Tabel 1. Blanko Pemeriksaan HASIL DAN PEMBAHASAN
TWSTRS Grafik 1. Evaluasi spasme

Grafik diatas didapatkan hasil


adanya penurunan spasme pada otot
Teknik Pengumpulan Data scaleni dan levator scapula dimana
Pemeriksaan fisik pada terapi 1 hasilnya 1 (ada sapsme)
Pemeriksaan fisik bertujuan sampai dengan terapi 5 didapatkan
untuk mengetahui keadaan fisik hasil 0 (tidak ada spasme).
pasien. Pemeriksaan ini terdiri atas Penurunan spasme otot pada
pemeriksaan vital sign, inspeksi, kasus Tortikolis Sinistra e.c Brachial
palpasi, perkusi, auskultasi, Palsy sesuai dengan pernyataan
pemeriksaan gerak dasar, Sujadno (2002), bahwa pemberian
pemeriksaan spesifik dan lingkungan Infra Red dapat meningkatkan proses
aktivitas. Metode ini digunakan metabolisme yang terjadi pada
untuk pengumpulan data dengan cara lapisan superfiscial kulit akan
Tanya jawab antara fisioterapi meningkat sehingga pemberian
dengan orang tua pasien oksigen dan nutrisi kepada jaringan
(Heteroanamnesis). lebih diperbaiki. Vasodilatasi
Metode interview yang pembuluh darah kapiler dan arteriole
digunakan pada penelitian ini, akan terjadi segera setelah
penulis melakukan interview dengan penyinaran, sehingga kulit akan
orang tua (ibu) pasien. Observasi segera tampak kemerah-merahan

51
tetapi tidak merata, berkelompok- movementdan stretchingdapat
kelompok atau seperti bergaris-garis. meningkatkan lingkup gerak sendi
Mempengaruhi jaringan otot dimana servikal.
kenaikan temperatur disamping Pemberian relax passive
membantu proses rileksasi juga akan movement dengan adanya stimulasi
meningkatkan kemampuan otot kinestetik berupa gerakan rileks pasif
untuk berkontraksi sehingga spasme movement yang murni berasal dari
akibat penumpukan asam laktat dan luar atau terapis tanpa disertai
sisa metabolism juga dapat gerakan dari anggota tubuh pasien
dihilangkan dengan pemanasan. akan merangsang muscle spindle dan
Grafik 2. Evaluasi Lingkup Gerak organ tendo golgi dalam pengaturan
Sendi motorik, sedangkan stretching yang
dilakukan pada serabut otot pertama
6
kali mempengaruhi sarkomer yang
5 rotasi merupakan unit kontraksi dasar pada
4 dekstra
3 serabut otot. Pada saat sarkomer
2 berkontraksi area yang tumpang
1 rotasi
0 sinistra tindih antara komponen miofilamen
tebal dan komponen miofilamen tipis
lateral akan meningkat.
fleksi Apabila terjadi penguluran
dekstra (stretch) area yang tumpang tindih
ini akan berkurang yang menyebab-
kan serabut otot memanjang. Pada
saat serabut otot berada pada posisi
Grafik di atas di dapatkan
memanjang yang maksimum maka
hasil ada keterbatasan LGS pada :
seluruh sarkomer terulur secara
(1) gerak rotasi dektra dengan selisih
penuh dan mem-berikan dorongan
3 cm diterapi ke enam; (2) rotasi
kepada jaringan penghubung yang
sinistra selisih nilai 2 cm; (3) gerak
ada di pada jaringan penghubung
lateral fleksi dekstra selisih 3 cm; (4)
berubah posisinya di sepanjang
lateral fleksi sinistra selisih masih
diterimanya dorongan tersebut. Oleh
sama 2 cm. Dari hasil tersebut dapat
sebab itu pada saat terjadi suatu
disimpulkan adanya peningkatan
penguluran maka serabut otot akan
LGS pada servikal.
terulur penuh melebihi panjang
Meningkatnya lingkup gerak
serabut otot itu pada kondisi normal
sendi pada servikal dari T1 sampai
yang dihasilkan oleh sarkomer.
dengan T6 sesuai dengan pernyataan
dari Hardjono (2007), yang
menyebutkan bahwa pemberian
terapi latihan berupa relax passive

52
Grafik 3. Evaluasi Kekuatan Otot Grafik 4. Evaluasi TWSTRS

4 2 Rotasi

3 1,5
Laterocolis
2 Shoulder 1
1 Elbow 0,5
Anterocolis
0 0
Wrist

Terapi 1…
Terapi 3…
Terapi 5…
Servikal Lateral
Shift

Grafik diatas didapatkan hasil


pada terapi 1 untuk semua aspek
Grafik diatas didapatkan hasil penilaian di dominasi oleh nilai 2
T1 sampai dengan T6 nilai (sedang), namun untuk gerakan
pemeriksaan kekuatan otot dengan anterocolis dan sagital shift di
skala XOTR mengalami peningkatan dapatkan nilai 0 (normal) sampai
yang dari T1 pada elbow dengan dengan terapi 4 pada aspek rotasi
nilai “O” = 0 menjadi nilai T6 “T”= dan laterocolis mengalami
3 yaitu ada kontraksi tapi setengah perubahan nilai menjadi 1(ringan)
bisa melawan gravitasi. hingga pada terapi ke 6 nilai berubah
Meningkatnya kekuatan otot menjadi 0 (normal), dari perubahan
pada kondisi anak TortikolisSinistra tersebut dapat disimpulkan adanya
e.c Brachial Palsy sesuai dengan penurunan tingkat keparahan dari
pernyataan Hardjono (2007), dimana tortikolis.
penanganan tortikolis pada anak Berkurangnya tingkat
yang ditambahkan dengan keparahan pada tortikolis sesuai
memberikan terapi latihan memiliki dengan pernyataan Hardjono (2007),
pengaruh yang sangat bermakna bahwa pemberian terapi latihan dapat
terhadap kekuatan otot pada anak mengurangi tingkat keparahan pada
dengan kondisi tortikolis. Hal ini tortikolis sehingga meningkatkan
disebabkan karena otot terlatih untuk aktivitas fungsional servikal dimana
membiasakan posisi kepala berada pemberian terapi latihan baik secara
pada posisi yang berlawanan dengan aktif maupun pasif, baik
sekitarnya sehingga kepala dapat menggunakan alat maupun tanpa
digerakkan secara normal. menggunakan alat dapat memberikan
efek naiknya adaptasi pemulihan
kekuatan tendon, ligament serta
dapat menambah kekuatan otot,

53
sehingga dapat mempertahankan Penambahan Exercise dalam
stabilitas sendi. Pencapaian Posisi Kepala
yang Simetris Akibat
Torticolis: Jurnal Fisioterapi
SIMPULAN
Indonusa Vol. 7 No.1.
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan simpulan : Imelda E. Kawatu, Engeline
1. Adanya penurunan spasme pada Angliadi. 2013. Torticolis
otot scalene dan levator scapula Muskular Kongenital. Jurnal
dimana pada T1=1 ada spasme Biomedik (JBM), Volume 5,
Nomor 3,hlm.142-148.
dan T6=0 tidak ada spasme
2. Adanya peningkatan Lingkup Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Gerak Sendi Servikal Penelitian Kesehatan (Edisi
3. Tidak ada peningkatan kekuatan Revisi) Jakarta: PT Rieka
otot Cipt
4. Adanya peningkatan akitivitas
Putri, Novia eka. 2010. Torticollis.
fungsional ///F:/torticolis/tortikolis.html.
Diakses tanggal 27 februari
2013.
DAFTAR PUSTAKA
Sujatno dkk. 2009. Sumber Fisis.
Dasuki M. Shoim, 2003. Pengaruh Politeknik Kesehatan
Pijat Bayi terhadap Kenaikan Surakarta: Surakarta.
Berat Badan Bayi Umur 4
Bulan. Tesis Program Studi Tandiyo, Desy Kurniawati. 2012.
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rehabilitasi Medik Pada
Torticollis.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1999. Indonesia Trisnowiyanto, Bambang. 2012.
Sehat 2010, Visi Baru, Misi Instrumen Pemeriksaan
Kebijaksanaan dan Strategi Fisioterai dan Penelitian
Pembangunan Kesehatan. Kesehatan. Yogyakarta:
Jakarta: Depker RI Penerbit Nuha Medika.

Hardjono, Retno Dumilah. 2007.


Perbedaan Pengaruh

54

Anda mungkin juga menyukai