PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Membuat dan menentukan standarisasi larutan asam klorida.
2. Menentukan kadar NH3 dalam pupuk ZA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Titrasi
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan
reaksi kompleks (titrasi asam basa) dan lain sebagainya. Titrasi asam basa
disebut juga titrasi adisi-alkalimetri. (Hesti, dkk., 2016)
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif
dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan
adalah analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu
sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan
hingga tercapai titik ekivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada
terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan larutan standar disebut
analisis asidi-alkalimetri. Apabila larutan yang berdifat asam maka analisis
yang dilakukan adalah analisis asidimetri. Sebaliknya jika digunakan suatu
basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis
alkalimetri. (Keenan, 1991)
Prinsip aside-alkalimetri umumnya diartikan sebagai titrasi yang
menyangkut asam dan basa (Pertiwi, 2012)
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu
reaksi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Berlangsung sempurna, tunggal dan persamaan yang jelas (dasar
teoritis)
2. Cepat dan reversible. Bila tidak cepet, titrasi akan memakan waku
terlalu banyak
3. Ada petunjuk akhir titrasi (indikator)
4. Larutan baku yang direaksikan dengan analay harus mudah didapat
dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga
konsentrasinya tidak mudah berubah saat disimpan. (Tim Konsultan
Kimia, 2004)
Kelebihan dan Kekurangan Titrasi
A. Kelebihan Titrasi
Titrasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sebagai berikut:
1. Titrasi termasuk metode yang sederhana dibandingkan metode
lain seperti gravimetri
2. Lebih mudah dan cepat dalam mengerjakannya. Karena tanpa
melakukan penyaringan, pencucian, penjernihan, dan lain-lain.
3. Larutan baku untuk titrasi dapat dibuat bermacam-macam
konsentrasinya, disesuaikan dengan jumlah analit yang dianalisa.
(Tim Konsultan Kimia, 2004)
B. Kekurangan Titrasi
Selain kelebihan Titrasi memiliki kekurangan yaitu pada saat titik
akhir, titrasi harus dihentikan. Tidak dapat menambahkan pereaksi
berlebih lagi seperti gravimetri. (Tim Konsultan Kimia, 2004)
2.2 Indikator
Indicator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Setiap indicator asam-basa mempunyai trayeknya
sendiri, demikian pula warna asam dan warna basanya. Diantara indicator ada
yang mempunyai satu macam warna, misalnya fenolftalein yang berwarna
merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna bila keadaanya asam.
Indicator satu warna menunjukkan warna yang sama, juga dalam trayeknya,
akan tetapi intensitas warna tersebut berbeda sesuai dengan pHnya. Untuk
fenolftalein, warnanya tampak semakin tua bila pH semakin tinggi
(mendekati 9,6) dan makin muda apabila semakin kecil (mendekati 8,0).
Letak trayek fenolftalein diantara 8,0 sampai 9,6 sehingga pada pH dibawah
8,0 larutan tak berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak berubah
intensitasnya. (Harjadi, 1990)
N A+ V A+ BE A + fp
Kadar A = x 100%
mg sampel
Keterangan :
- N = Normalitas
- V = volume larutan (ml)
Mr
- BE = Berat ekuivalen ( )
n
- mg = massa sampel air jeruk (mg)
- fp = factor pengenceran
2.4 Pupuk ZA
Aplikasi untuk titrasi asam basa dapat menggunakan beberapa sampel.
Salah satunya adalah pupuk ZA. Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang
dirancang untuk memberi tambahan haranitrogen dan belerang bagi tanaman.
Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda ‘zwavelzure
ammoniak’, yang berarti Ammonium Sulfat (NH4SO4). Ammonium Sulfat
bila dalam keadaan murni berwarna putih garam dengan bentuk kristal.
Wujud pupuk ini juga berbentuk butiran kristal mirip garam dapur dan terasa
asin di lidah. Pupuk ini bersifat higroskopis (mudah menyerap air). Pada
pupuk ZA, kadar zat yang biasa dicari di dalamnya yaitu NH 3. Kadar NH3
dalam pupuk ZA secara teori yaitu sebesar 20,5-21%
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Gelas ukur 1L 2 buah
2. Pengaduk 1 buah
3. Neraca Analitik 1 buah
4. Labu ukur 100 mL 2 buah
5. Buret 1 buah
6. Statif & klem 1 buah
7. Erlenmeyer 100 mL 3 buah
8. Pipet 10 buah
9. Kertas putih 3 buah
10. Botol cuci 1 buah
11. Corong kecil 1 buah
12. Kaki tiga 1 buah
13. Kawat Kasa 1 buah
14. Peembakar spiritus 1 buah
15. Kertas lakmus merah 1 buah
16. Tisu 1 buah
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain :
1. Na2CO3 0,5261 g
2. Aquades secukupnya
3. Indikator metal jingga secukupnya
4. Pupuk ZA ± 0,1000 g
5. Larutan NaOH 0,1 N 50 mL
6. HCl standar secukupnya
3.3 Prosedur
1. Penentuan Larutan Asan Klorida ±0,1 N
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menimbang Na2CO3
anhidrat murni sebesar 0,5261 gram menggunakan neraca analitik
dengan teliti. Setelah itu Na2CO3 dipindahkan kedalam labu ukur 100
mL. Kemudian dilarutkan dengan air suling dan diencerkan sampai
tanda batas, lalu dikocok hingga tercampur dengan baik. Setelah
dikocok, Na2CO3 menjadi larutan baku dan diambil 10 mL
menggunakan pipet kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer 100
mL. lalu di tambahkan beberapa tetes indicator metil jingga kedalam
Erlenmeyer. Langkah selanjutnya yaitu Erlenmeyer diletakkan di
bawah buret dengan memberi kertas putih dibawahnya untuk
mengetahui perubahan warna yang terjadi dengan jelas. Kemudian
kran buret dibuka dengan satu tangan secara perlahan-lahan sambil
tangan yang lain memegang Erlenmeyer dan diputar secara konstan.
Proses ini diteruskan hingga mengalami perubahan warna menjadi
jingga. Apabila sudah mengalami perubahan menjadi jingga, titrasi
dihentikan lalu dicatat dan dihitung volume yang digunakan. Proses
menitrasi diulang sebanyak tiga kali agar didapatkan konsentrasi rata-
ratanya. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu:
Na2CO3(aq) + 2HCl(aq) 2NaCl(aq) +CO2(g) + H2O(l)
Setelah itu dari volume HCl diatas dapat dihitung kadar NH3
dalam pupuk ZA tiap masing-masing pengulangan, yaitu sebagai
berikut:
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saat melakukan kegiatan di dalam laboratorium agar lebih focus
dan berhati-hati dalam menggunakan alat-alat laboratorium dan
mencampur bahan. Sabar dan ulet sangat dibutuhkan ketika melakukan
titrasi karena akan sangat berpengaruh pada hasil akhir titrasi
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Diketahui :
Ditanya :
a) Kadar Na2CO3 ?
b) Kadar NaOH?
Jawab :
Reaksi yang terjadi :
= 30 mL – 5 mL= 25 mL
Kadar Na2CO3
Mol Na2CO3 = M . V2
mmol
= 0,5 x 10 mL
mL
gram
Massa Na2CO3 = 0,0025 mol x 106
mol
= 0,265 gram
Kadar NaOH
Mol NaOH = M (V1 - V2)
mmol
= 0,5 (30 mL – 5 mL)
mL
mmol
= 0,5 x 25 mL
mL
gram
Massa NaOH = 0,0125 mol x 40
mol
= 0,5 gram
2.
Perc. 1 Perc. 2 Perc.3
1.
3.
Penimbangan pupuk ZA
menggunakan neraca analitik
Menambahkan air suling pada
0,5261 g Na2CO3 sampai tanda
batas labu ukur 100 mL
2.
4.
Pupuk ZA dimasukkan ke
dalam botol vial
Larutan baku Na2CO3 dipipet 10
mL dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 100 mL
5.
Pupuk ZA dipindah ke
Erlenmeyer dan ditambahkan
NaOH
4.
5.
7.
8.
Diketahui :
- m Na2CO3 = 0,5261 gram
g
- Mr Na2CO3 =105,990
mol
- V Na2CO3 = 100 mL = 0,1 L
- V1 HCl = 8,2 mL
- V2 HCl = 9 mL
- V3 HCl = 8,9 mL
Ditanya :
Normalitas HCl ?
Jawab :
g
BM 105,990
Be Na2CO3 = = mol = 52,995
n
2
- Normalitas Na2CO3
n m 0,5261 g
N Na2CO3 = = = = 0,1 N
V Be x V 52,995 X 0,1 L
Titrasi 1
Mek Na2CO3 = Mek HCl
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 N x 10 ml = N2 x 8,2 ml
o , 1 N x 10 ml
N2 =
8,2 ml
N2 = 0,121 N
Titrasi 2
Mek Na2CO3 = Mek HCl
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 N x 10 ml = N2 x 9 ml
o , 1 N x 10 ml
N2 =
9 ml
N2 = 0,11 N
Titrasi 3
Mek Na2CO3 = Mek HCl
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 N x 10 ml = N2 x 8,9 ml
o , 1 N x 10 ml
N2 =
8,9 ml
N2 = 0,112 N
0,434 N
=
3
= 0,114 N
Diketahui :
- N HCl = 0,114 N
- N NaOH = 0,1 N
- V NaOH = 50 mL
- m pupuk ZA = 0,1 g
- V1 HCl = 11,8 ml
- V2 HCl = 11,9 ml
- V3 HCl = 12,2 ml
Ditanya :
Kadar NH3 dalam pupuk ZA ?
Jawab :
1. Mmol NaOH = 50 ml x 0,1 N = 5 mmol
NaOH sisa =
Mek NaOH = Mek HCl
= V1 HCl - N HCl
= 11,8 ml – 0,114 N
= 1,3452 mmol
NaOH sisa =
Mek NaOH = Mek HCl
= V3 HCl - N HCl
= 12,2 ml – 0,114 N
= 1,3908 mmol
Rata-rata % NH3