Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM PADA ANAK

DIANGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


Toksik ,trauma Penyakit infeksi(NANDA NIC NOC,
ekstracranial dll 2018)
Dx 1: Hipertermi Dx 2: Ketidak efektifan Pola napas Dx 3: Risiko cedera
NOC: NOC: NOC:
TTV dalam batas normal, frekuensi dalam rentang normal
Merangsang hipotalamus untuk meningkatkan Kontrol suhurisiko, dengan
tidak ada perubahan warna saturasi O2 dalam rentang tubuh normal kriteria hasil: tidak ada
kulit dan tidak ada pusing dan kepatenan jalan napas terjaga. melaporkan terjadinya
NIC: cedera
NIC: - Monitor pernapasan
HIPERTERMI(monitor
- Vital sign monitoring irama, kedalaman dan ada nya NIC:
(monitor ttv dan untuk otot bantu napas serta monitor - Environment
suhu setiap minimal 2 Pengeluaran
saturasi O2) mediator kimia epinefrin Manajemen
dan
jam) - Manajemen prostaglandin
jalan napas (Manajemen
- Temperature regulation (pemasangan OPA, miringkan lingkungan)
(tingkatkan intake tubuh pasien)
cairan, pakaian yang
Merangsang peningkatan potensi aksi pada
neuron
tipis)
- Fever treatment
(kompres dingin dan
kolaborasi pemberian Merangsang perpindah ion K+ dan ion N+
antipiretik) secara cepat dari luar sel menuju ke dalam
sel
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang Etiologi: Kejang terjadi akibat lepas
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh muatan paroksimal yang berlebihan
(suhu mencapai >380C). kejang demam
Meningkatkan fase depolarisasi neuron dari suatu populasi neuron yang sangat
dapat terjadi karena proses intracranial dengan cepat mudah terpicu sehingga menggangu
maupun ekstrakranial. Kejang demam fungsi normal otak dan juga dapat
terjadi pada 2-4% populasi anak terjadi karena keseimbangan asam
berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun basa atau elektrolit yang terganggu.
(Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC,
KEJANG (Nanda NIC NOC, 2015)
2013)
Spasme otot Spasme
ekstermitas Bronkus
Klasifikasi : (Nanda NIC NOC, 2015) Penurunan Komplikasi: (Nabiel, 2014)
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kejang
kesadaran
Ada 2 bentuk kejang demam demam antara lain:
(menurut Lwingstone), yaitu: Kekakuanterjadi
1.   Dapat otot perlukaan misalnya lidah
1. Kejang demam sederhana (Simple
Resiko cidera pernafas
tergigit atau akibat gesekan dengan gigi.
Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala 2.   Dapat terjadi perlukaan akibat terkena benda
klinis sebagai berikut : tajam atau keras yang ada di sekitar anak.
a. Kejang berlangsung singkat, 3.   Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
Ketidak efektifan
< 15 menit
b. Kejang umum tonik dan
pola nafas
Selain bahaya akibat kejang,
atau klonik risiko komplikasi dapat terjadi akibat pemberian
c. Umumnya berhenti sendiri obat antikonvulsan yang dapat terjadi di rumah
d. Tanpa gerakan fokal atau sakit. Misalnya:
berulang dalam 24 jam 1.   Karena kejang tidak segera berhenti padahal
2. Kejang demam komplikata (Complex telah mendapat fenobarbital kemudian di
Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala berikan diazepam maka dapat berakibat
klinis sebagai berikut : apnea.
a. Kejang lama > 15 menit 2.   Jika memberikan diazepam secara intravena
b. Kejang fokal atau parsial terlalu cepat juga dapat menyebabkan depresi
satu sisi, atau kejang umum didahului pusat pernapasan.
kejang parsial

Jenis-Jenis Kejang :
(Nabiel, 2014)
 Kejang Demam
 Kejang Drop Attack
 Kejang Infantil
 Kejang Tonik
 Kejang Fokal
 Kejang Mioklonik.
 Kejang Petit Mal

Manifestasi klinis :
Kejang umum biasanya
diawali kejang tonik kemudian
kejang klonik berlangsung
10 .d 15 menit, bisa juga lebih,
Takikardi, Pulsasi arteri
melemah dan tekanan nadi
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat
1 Elektro encephalograft Gelombang normal Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang
mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga
kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari.
2 Pemeriksaan cairan Bakteri ( - ) Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
cerebrospinal kemungkinan adanya meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi
yang masih kecil seringkali gejala meningitis
tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal
pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6
bulan dan dianjurkan untuk yang berumur
kurang dari 18 bulan.
3 Darah a. Glukosa Darah (N a. Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
< 200 mq/dl)
b. BUN: 5-20ml/dl b. Peningkatan BUN mempunyai potensi
kejang dan merupakan indikasi nepro toksik
akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit: Kalium c. Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
(N 3,80 – 5,00 predisposisi kejang
meq/dl), Natrium
(N 135 – 144
meq/dl)
Pemeriksaan Penunjang

(Wilkinson, 2012)

Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau
indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya
pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam
berlangsung lama. 
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan
antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5
mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif: Bebaskan jalan napas, Beri zat asam, Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
danPertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada
penyakit-penyakit yang disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata. Dapat digunakan : (Fero barbital=5-7 mg/kg/24 jam
dibagi 3 dosis), (Fenitorri=2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis), (Klonazepam=(indikasi khusus). (Wong,
2009)
Daftar Pustaka

Nanda (2018-2020). Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Primamedika.

Ridha, Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta: EGC

Banjarmasin, Juli 2020

Perseptor Akademik, Perseptor Klinik,

(Esme Anggeriyane, Ns.,M.Kep) (Ressa Fatmawati, S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai