Jenis-Jenis Kejang :
(Nabiel, 2014)
Kejang Demam
Kejang Drop Attack
Kejang Infantil
Kejang Tonik
Kejang Fokal
Kejang Mioklonik.
Kejang Petit Mal
Manifestasi klinis :
Kejang umum biasanya
diawali kejang tonik kemudian
kejang klonik berlangsung
10 .d 15 menit, bisa juga lebih,
Takikardi, Pulsasi arteri
melemah dan tekanan nadi
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat
1 Elektro encephalograft Gelombang normal Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang
mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga
kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari.
2 Pemeriksaan cairan Bakteri ( - ) Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
cerebrospinal kemungkinan adanya meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi
yang masih kecil seringkali gejala meningitis
tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal
pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6
bulan dan dianjurkan untuk yang berumur
kurang dari 18 bulan.
3 Darah a. Glukosa Darah (N a. Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
< 200 mq/dl)
b. BUN: 5-20ml/dl b. Peningkatan BUN mempunyai potensi
kejang dan merupakan indikasi nepro toksik
akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit: Kalium c. Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
(N 3,80 – 5,00 predisposisi kejang
meq/dl), Natrium
(N 135 – 144
meq/dl)
Pemeriksaan Penunjang
(Wilkinson, 2012)
Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau
indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya
pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam
berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan
antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5
mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif: Bebaskan jalan napas, Beri zat asam, Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
danPertahankan tekanan darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada
penyakit-penyakit yang disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata. Dapat digunakan : (Fero barbital=5-7 mg/kg/24 jam
dibagi 3 dosis), (Fenitorri=2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis), (Klonazepam=(indikasi khusus). (Wong,
2009)
Daftar Pustaka
Ridha, Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta: EGC