Anda di halaman 1dari 19

A.

KONSEP DASAR OKSIGENASI

PENGERTIAN

Oksigenasi adalah penambahan oksigen kedalam sistem pernafasan yang diperlukan


dalam prosese metabolisme dan menghasilkan karbondioksida, energi dan air.

FUNGSI PERNAFASAN

Pernafasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan.
Fungsi utama pernafasan adalah untuk memperoleh oksigen agar dapatv digunakan oleh
sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh sel. Saat bernafas,
tubuh mengambil oksigen dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh
terutama ke sel-sel melalui darah guna dilakukan pembakaran selanjutnya sisa
pembakaran akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untukdibuang ke lingkungan
karena tidak berguna lagi untuk tubuh.

KEBUTUHAN OKSIGEN

Kapisitas udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-5 L) tetapi yang diproses
dalam paru-paru adalah sekitar ± 500 mlyakni, yang dihirup (inspirasi) dan yang
dikeluarkan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Sistem pernafasan atas

a) Hidung
Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan
penghangata sesuai dengan suhu tubuh.
b) Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi 2 untuk udara dan untuk makanan. Faring
terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogen yang masuk bersama
udara.
c) Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasanya disebut jakun.
Selain berperan, dalam menghasilkan suara, laring juga berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan nafas dan melindungi jalan nafas bwah dari air
dan makanan yang masuk.

Sistem pernafasan bawah

a) Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkanlaring dengan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru
bronkus utama terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di
bronkiolus terminal. Keseluruhan. Keseluruhan jalan nafas tersebut membentuk
pohon bronkus.
b) Paru
Paru-paru ada 2 buah terletak sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri
atas beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus) dan dipasok
oleh satu bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan nafas yang
bercabang-cabang, yaitu alveolus , pembuluh darah, paru dan jaringan ikat elastis.
Permukaan luar paru dilapisi oleh kantung tertutup berdinding ganda yang disebut
pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan
pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan itu
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah friksi
selama gerakan nafas.

FISIOLOGI PERNAFASAN
Pernafasan eksternal

1. Ventilasi pulmoner
Saat bernafas, udara bergantian masuk keluar parumelalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses
ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan nafas yang bersih,
sistem saraf pusat dan sistem pernafasanyang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
2. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernafasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adlah pergerakan
molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler,
dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
3. Transpor oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga dari pernafsan adalah transpor gas-gas pernafasan. Pada proses ini,
oksigen diangkut dari paru-paru menuju jaringan dan karbondioksida diangkut
dari jaringan menuju ke paru.
a. Transpor Oksigen
Proses iniu berlangsung pada sistem jantung dan paru. Normalnya,
sebagian besar oksigen yaitu sebesar 97% berikatan lemah dengan
hemoglobin dan diangkut ke selurujh jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin dan sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi
oleh ventilasi atau jumlah oksigen yang masuk ke paru adan perfusi atau
aliran darah ke paru dan jaringan. Kapasitas darah yang membawa oksigen
dipengaruhi oleh jumlah oksigen dalam plasma, jumlah hemoglobin dan
ikatan oksigen dengan hemoglobin.
b. Transpor karbondioksida
Karbon duioksida sebagai hasil dari metabolisme sel terus menerus
diproduksi dan diangkut menuju paru dengan 3 cara yaitu sebagian besar
karbondioksida yaitu sekitar 70% diangkut dalam sel darah merah dalam
bentuk bikarbonat, sebanyak 23% karbondioksida berikatan dengan
hemoglobin memmentuk karbamiohemoglobin dan sebanyak 7% diangkut
dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam bentuk asam karbonat.

Pernafasan internal

Pernafasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam
mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida selama
proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak
mengandung oksigen di bawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
Selanjutnya, pertukaran oksigen dan karbondioksida antara kapiler sitemik dan jaringan.
Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti
penurunan gradien tekanan parsial.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI PERNAFASAN

1) Faktor fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen.
Secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk membawa oksigen ke
jaringan adlah 97%. Akan tetapi, nilaitersebut dapat berubah sewaktu-
waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita
anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan penurunan kapasitas peningkatan oksigen.
b. Penurunan konsentrasi oksigen
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi pernafasan dan
penurunan kadar oksigen lingkungan.
c. Hipofolemia
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah akibat kehilangan
cairan ekstraseluler misal pada penderita syok dan dehidrasi berat.
d. Peningkatan laju metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus
menerus dan mengakibatkan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai
memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi lain
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti obesitas,
abnormalitas muskuluskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan
syaraf gangguan syaraf pusat dan penyakit kronis.
2) Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernafasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi dalam kondisi sakit
tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga menggangu pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan pada sistem
pernafasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernafasan atas
dan lain-lain.
3) Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan paru yang masih sedikit karena kemampuan paru
dalam minyintesis surfaktan paru baru berkembang pada trimester
terakhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran nafas atas seperti
faringitis, influenza, tonsilitis dan aspirasi benda asing.
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisikomengalami infeksi saluran nafas akut akibat
kebiasaan buruk seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko penyakit
paru dan jantung.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada
fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang yang dapat
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar
oksigen.
4) Faktor perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru
sedangkan manultrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
opernafasan yang akan mengurangi kerja pernafasan.
b. Olahraga
Latihan fisikakan mengakibatkan aktivitas metabolik, denyut jantung, dan
kedalaman sera frekuensi pernafasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Pengunaan alkohol dan zat-zat adiktif yang berlebihan dapat menggangu
proses oksigenasi. Hal ini disebabkan:
i. Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernafasan
dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernafasan
ii. Penggunaan narkotik dan analgesik terutama morfin dan
meperidin dapat mendepresi pusat pernafasan sehingga
mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktifitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernafasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer
dan penyakit jantung. Selain itu nikotin juga dapat menyebabkan
vaskontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
5) Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu panas atau dingin dapat mempengaruhi afinitas atau kekuatan
ikatan hemoglobin dengan oksigen. Dengan kata lain suhu lingkungan
juga mempengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan oksigen
juga akan turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan denyut
jantung. Sebaliknya pada dataran rendah akan terjadi peningkatan tekanan
oksigen.
c. Polusi
Polusi udara seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak dan berbagai gangguan pernafasan lain pada orang
yang menghisapnya.

GANGGUAN PADA FUNGSI PERNAFASAN

1. Perubahan pola nafas


Pola nafas mengacu pada frekuensi, irama, volume, dan usaha pernafasan.pola
nafas yang normal ditandai dengan pernafasan yang tenang. Beberapa
perubahan pola nafas yang sering terjadi.
a) Takipnea
Frekuensi pernafasan yng cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis, metabolik, nyeri dan pada kasus hiperkarpnia atau
hipoksemia.
b) Bradipnea
Frekuensi pernafasan yang lambat dan abnormal. Biasanya ini terlihat
pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin, pada
kasus alkalosis metabolik.
c) Apnea
Henti nafas.
d) Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru. Kondisi ini terjadi
saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolik untuk
pembuangan karbondioksida. Biasanya disebabkan oleh asidosis,
infeksi dan kecemasan. Dapat menyebabkan alkalosis akibat
pengeluaran karbondioksida yang berlebihan.
e) Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru- paru. Kondisi ini terjadi
saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolik untuk penyaluran oksigen dan pembungan karbondioksida.
Biasanya disebabkan oleh penyakit otot pernafasan, obat dan anastesi
f) Pernafasan kussmaul
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolik.
Pernafasan ini merupakan upaya tubuh untuk mengompensasi asidosis
dengan mengeluarkan karbon dioksida melalui pernafasan yang cepat
dan dalam.
g) Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernafas kecuali dalam posisis tegak atau
berdiri.
h) Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernafas.
2. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi dimana kadar oksigen dalam tubuh tidak adekuat
akibat kurangnya penggunaan atau peningkatan oksigen pada tingkat sel.
Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, kecemasan, pusing, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan konsentrasi, kelemahan, peningkatan tanda-tanda vital
disritmia, pucat, sianosis,clubbing dan dispnea. Penyebabnya antara lain,
penurunan hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen dalam darah, penurunan,
konsentrasi oksigen inspirasi, ketidakmampuan sel mengikat oksigen,
penurunan difusi oksigen, dari alveoli ke dalam darah dan penurunan perfusi
jaringan.
3. Obstruksi jalan nafas
Obstruksi pada jalan nafas bagian atas dapat disebabkan oleh benda asing
seperti makanan, akumulasi sekret, atau oleh lidah yang menyumbat orofaring
pada orang yang tidak sadar. Sedangkan obstruksi jalan nafas bawah meliputi
total atau sebagian pada jalan nafas bronkus atau paru.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH OKSIGENASI

1. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan untuk statusoksigenasi meliputi riwayat keperawatan,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik.
a. Riwayat keperawatan
I. Masalah keperawatan dulu dan sekarang
II. Riwayat penyakit
i. Nyeri
ii. Paparan lingkungan atau geografi
iii. Batuk
iv. Bunyi nafas mengi
v. Faktor resiko penyakit paru misal perokok aktif atau pasif
vi. Frekuensi infeksi pernafasan
vii. Masalah penyakit paru masa lalu
viii. Penggunaan obat
ix. Nyeri
x. Paparan lingkungan atau geografi
xi. Batuk
xii. Bunyi nafas mengi
xiii. Faktor resiko penyakit paru misal perokok aktif atau pasif
xiv. Frekuensi infeksi pernafasan
xv. Masalah penyakit paru masa lalu
xvi. Penggunaan obat
III. Adanya batuk dan penanganan
IV. Kebiasaan merokok
V. Masalah pada fungsi sistem kardiovaskuler.
VI. Faktor resiko yang meperberat masalah pernafasan
i. Resiko hipertensi dan penyakit jantung
ii. Merokok
iii. Usia paruh baya dan lanjut
iv. Obesitas
v. Diet rendah lemak
vi. Peningkatan kolesterol
VII. Riwayat penggunaan medikasi
VIII. Stressor yamh dialami
IX. Status dan kondisi kesehatan
b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat mengamati tindakan kesadaran klien,
penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa,
dada (kontur dada intrakosta; diameter anteroposterior; struktur
toraks;pergerakan dada), pola nafas (frekuensi dan kedalaman pola
nafas; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum,
adanya sianosis, adanya deformitas, dan jaringan parut pada dada.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil
pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebut tujuh-
tujuh secara berulang. Jika pasien mengikuti instruksi tersebut secara
tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya.
Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu sehat dan akan
meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu, palpasi juga dilakukan
untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri
tekan,thrill, titik impuls maksimum, abnormalitas masssadan kelenjar,
sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler.
3. Perkusi
Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan atau
udara dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekankan jari
tengah (tangan non dominan) pemeriksa mendatar di atas dada
pasien.kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung
jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya, dada
menghasilkan bunyi resonan atau gulungan gaung perkusi. Pada
penyakit tertentu ( misalnya pneumonia, emfisema), adanya udara pada
dada, atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan dan bunyi drum.
Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi apabila
perkusi dilakukan di ata area yang mengalami atelektasis.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilakan di dalam
tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan
stetoskop bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, durasi,
intensitas, dan kualitasnya. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi
dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas vesikular, bronkial,
bronkovesikular, rales, ronkhi; untuk mengetahui adanya perubahan
bunyi nafas serta lokasi dan waktu terjadinya.
c. Pemeriksaan diagnostik.
Beberapa pemeriksaan diagnostik:
Penilaian ventilasi dan oksigenasi:uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah,
arteri, oksimetri dan pemeriksaan darah lengkap.
Tes struktur sistem pernafasan: sinar x dada, bronoskopi dan scan paru.
Deteksi abdonormalitas sel dan infeksi saluran pernafasan :kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis.

2. PENETAPAN DIAGNOSA

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


2. Ketidakefektifan pola nafas

3. PERENCANAN DAN IMPLEMENTASI

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Yang berhubungan dengan:
a. Sekret yang berlabihan, dan kental, sekunder akibat (infeksi, inflamasi,
alergi, merokok, penyakit jantung atau paru)
b. Imobilitas atas, statis sekret dan batuk tak efektif, sekunder akibat
( penyakit pada SSP; depresi SSP/ trauma kepala; cedera
serebrovaskular)
c. Supresi refleks batuk
d. Efek trakeostomi (perubahan sekret)
e. Imobilitas, sekunder akibat (pembedahan atau trauma ; nyeri ;ansietas ;
kelemahan ; gangguan persepsi / kognitif)
f. Kelembapan yang sangat tinggi atau sangat rendah.
g. Terpajan udara dingin, tertawa, menangis, alergen, merokok.

Kriteria hasil
Individu tidak akan mengalami aspirasi
Indikator
Memperlihatkan upaya batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran gas.
Menjelaskan rasional intervensi untuk meningkatkan batuk.

Intervensi umum
Mandiri
1. Kaji faktor penyebab (misal batuk tidak efektif, nyeri, sekret yang
kental, kelemahan)
2. Kurangi atau hilangkan faktor penyebab.
3. Ajarkan klien tentang metode batuk efektif yang benar.
Bernapas dalam dan pelan sambil meninggikan badan setinggi
mungkin
Gunakan pernafasan diafragma.
Tahan nafas selama 3-5 detik dan kemudian dengan perlahan
keluarkan melalui mulut semaksimal mungkin (tulang rusukbawah
dan abdomen harus cekung ke dalam)
Ambil napas kedua kali, tahan, keluarkan, perlahan, dan batukkan
dengan kekuatan penuh dari dada ( bukan dari belakang mulut atau
tenggorokan ), lakukan batuk pendek yang kuat sebanyak 2 kali.
4. Lakukan fisioterapi dada dan drainase postural sesuai kebutuhan.
5. Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai dengan kebutuhan .
6. Sesuaikan pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk
(misalnya berikan dosis ½-1 jam sebelum latihan batuk )
7. Tentukan waktu ketika klien terlihat paling bebas dari rasa nyeri,
yakni saat tingkat kesadaran dan penampilan fisisk optimal. Saat itu
merupakan waktu yang tepat untuk melakukan latihan nafas dan
batuk aktif.
8. Pastikan bahwa latihan batuk dilakukan pada puncak periode
kenyamanan setelah pemberian analgesik, bukan pada puncak rasa
kantuk.
9. Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau otot.
10. Jika sekret kental pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkat asupan
cairan 2-3 x sehari jika tidak ada kontera indikasi)
11. Pertahankan kelembapan udara inspirasi yang adekuat.
12. Jika batuk kronis minimalkan iritan pada udara inspirasi misalnya
debu dan alergen.
13. Izinkan klien beristirahat setelah berlatih batuk dan sebelum makan.
14. Berikan periode istirahat yang tidak terganggu.
15. Berikan obat yang diresepkan-depresan batuk, ekspektoran –sesuai
intruksi dokter (tunda pemberian makan dan minum sesaat setelah
pemberian obat untuk mendapatkan hasil yang terbaik.)
16. Redakan iritasi membran mukosa dengan memberikan kelembapan
(hirup uap dari shower, atau duduk di atas baskom yang berisi air
yang beruap dengan meletakkan handuk di atas kepala guna
mengencerkan sekret dan melegakan membran.
Kolaborasi
1. Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan sunction guna
mempertahankan kepatenan jalan napas.
2. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian oksigen melalui
masker, kanula hidung, dan transkea guna mempertahankan dan
meningkatkan oksigen.
Rasional
a. Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelelahan dan
tidak efektif, dan bisa menyebabkan bronkitis.
b. Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas, menstimulasi
produksi surfaktan, dan mengembangkan permukaan jaringan paru
sehingga meningkatkan pertukaran gas. Batuk dapat mengencerkan
sekret dan mendorongnya ke bronkus untuk dikeluarkan atau
diisap. Pada beberapa klien, pernapasan huffing mungkin efektif
dan tidak terlalu menyakitakan.
c. Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen
terdorong menjauhi paru, akibatnya pengembangan paru menjadi
lebih besar.
d. Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan
meningkatkan ventilator alveolar.
e. Sekret yang kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
henti mukus; kondisi ini dapat menimbulkan atelektasis.
f. Sekret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.
g. Nyeri atau rasa takut akan nyeri dapat melelahkan dan
menyakitkan. Dukungan emosional menjadi semangat bagi klien;
air hangat dapat membantu relaksasi.
2. Ketidakefektifan pola nafas
Yang berhubungan dengan:
a. Sekret yang berlebihan dan kental, sekunder akibat (infeksi, inflamasi,
alergi, merokok, penyakit jantung atau paru)
b. Imobilitas, stasis sekret dan batuk tak efektif, sekunder akibat
(penyakit pada SSP; depresi SSP/ trauma kepala;cedera
serebrovaskular)
c. Supresi refleks batuk.
d. Efek trakeostomi (perubahan sekret)
e. Imobilitas, sekunder akibat (pembedahan atau trauma ; nyeri ;ansietas ;
kelemahan ; gangguan persepsi / kognitif)
f. Kelembapan yang sangat tinggi atau sangat rendah.
g. Terpajan udara dingin, tertawa, menangis, alergen, merokok.

Indikator
Memiliki frekuensi pernapasan dalam batas normal dibandingkan nilai
dasar (8-24/menit)
Mengekspresikan redanya ( atau membaiknya) perasaan sesak napas.
Menyebutkan faktor penyebab berikut cara untuk mencegah atau
mengatasinya.
Intervensi umum
1. Kaji riwayat gejala: episode (kapan, dimana, bagaimana,
situasinya)
2. Kaji faktor penyebab (organik, psikologik, emosional, kebiasaan
bernapas yang salah)
3. Jelaskan penyebab ketidakefektifan pola napas pada klien.
4. Jika rasa takut atau panik merupakan pencetus, singkirkan
penyebab ketakutan jika memungkinkan.
5. Alihkan perhatian klien agar tidak memikirkan
kecemasannyadengan meminta klien mempertahankan kontak
mata.
6. Pertimbangkan penggunaan kantong kertas sebagai alat untuk
menghirup kembali udara ekspirasi (karbondioksida yang
dikeluarkan akan dihirup kembali sehingga akan memperlambat
laju pernapasan)
7. Yakinkan klien bahwa dia bisa mengontrol pernapasannya, dan
bahwa anda akan membantunya.
8. Ajarklan teknik pengontrolan napas misalnya pernapasan bibir)
atau konsultasikan dengan ahli terapi pernapasan untuk
memperoleh latihan guna memperbaiki pola yang salah

Rasional
Intervensi berfokus pada upaya memperlambat pola pernapasan dan
mengajarkan klien untuk mengontrol responnya.
Menenangkan klien klien yang mengalami sesak napas dengan
mengatakan bahwa berbagai tindakan tengah diambil situasi tersebut
adalah intervensi yang paling penting untuk mengurangi kepanikan dan
menurunkan gejala yang ada.

3. EVALUASI
1. Tidak ada sumbatan pada jalan napas
2. Pola nafas teratur

REFERENSI:
Iqbal mubarak SKM , wahit. Buku Kebutuhan Dasar Manusia. 2005. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN PASIEN

OLEH:

NAMA : GUSTI AYU PUTU NIA RESTIKA DEWI


NIM : 08.321.0176
PROGRAM STUDI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI 2008

Anda mungkin juga menyukai