Briket Serbuk Gergaji PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 54
€ TH Jay ol! PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU PINUS (Pinus merkusii Sungh. et de Vr.) DENGAN PENAMBAHAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : RUSTINI 02498075 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004 Sof 54 RINGKASAN Rustini, £02498075. Pembuatan Briket Arang Dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus (Pinus merkusit Jungh. et de Vr.) Dengan Penambehan Tempurung Kelapa. Di baweh bimbingan urnia Sofyan. ———————— SS Pemanfaatan kayu yang dilakukan terus-menerus dengan tidak memperhatikan asas kelestarian akan menyebabkan menurunnya potensi kayu sehingga mengharuskan kita mencari alternatif sumber bahan baker. Hal tersebut sesuai dengan program pemerintah dalam penghematan bahan bakar minyak dan gas bumi (migas), karena ada kekuatiran semakin langkanya sumber energi yang sifatnya tidak dapat dipulihkan (non renewable), selain itu mengingat pentingnya bahan bakar miges sebagai devisa negara. Oleh karena itu pemerintah telah menentukan lengkal-langkah penggunaan energi salah satunya adalah endorong ke arah pemakaian dan pengembangan bahan bakar yang dipulibkan’ renewable (Suryani, 1986). Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatken limbah serbuk gergajian kayu pinus untuk dijadikan briket arang, menurut peneliti hasil hutan data nilai kalor arang kayu pinus 4547 kalig dan literatur nilai kelor kay pinus 4660 kal/g yang jauh dari standar briket arang Indonesia yaitu 6814,11 kal/g. Untuk meningkatkan kualitas briket arang serbuk gergajian aya pinus maka dilakukan penambehan arang tempurung Kelapa yang telah diteliti ‘mempunyainilai kalor yang cukup tinggi yaitu 7151 eal’ Sasaran yang ingin dicapai adalah rmendapatken bahan bakar alteratif kualitas terbaik pada sift fisis dan kimia briket arang dari beberapa komposisi campuran arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa. Bohan baku yang digunakan pada penclitian ini adalah serbuk gergajian kayu pinus, tempurung kelapa dan bahan perekat yang dignnakan adalah tapioka (pati). Metode penelitian meliputi pengeringan bahan boku, persiapan Kiln drum, pengarangan, pendinginan, penyortiran, penggilingan, penyaringan, persiapan perekat, pencampuran perekat, pencetakan, pengempaan, den pengeringan. Arang hasil penyaringan kemudian dibuat briket pada beberapa komposist behan baku setelah terlebih dahulu dicampur dengan perekat kanji sebanyak 2,5% dari berat serbuk arang (Hendra dan Dermawan, 2000). Proses pembuaten briket arang yang dilakukan dalam penelitian ini terdri dari $ perbandingan penambahan berat (dalam bentuk serbuk arang) yaitu 100% arang serbuk gergajian kayu pinus, 90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa, 85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa, 80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa, dan 75% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa. Pada pembuatan briket arang dari $ komposisi tersebut masing-masing dilakukan pengulangan dua kali (Hendra dan Darmawan, 2000). Setelah itu briket arang divji sifat fisik dan kimianya. Sifat fisis yang divji meliputi kerapatan dan kekuatan tekan sedangkan uj sifat kimia terdiri dari kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, kadar karbon terikat dan nilai kalor. Data hesil penelitian ini selanjutnya dibandingkan dengan standar kuslitas briket arang Jepang, Inggris, Amerika dan Indonesia yang ada dipasaran untuk masing-masing sifet fisis dan kimia yang diuji, Selain itu juga dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumaya pembuatan briket arang dari serbuk gergajian kayu dengan penambahan tempurung kelapa yang dilakukan Hendra dan Darmawan (2000). Nilai rata-rata kadar air briket arang hasil penelitian 2,1318 - 2,6992%, kadar abu 0,78635 - 0,92125%, kadar zat menguap 33,4760 - 36,9521%, kadar karbon terikat 62,26245 = 65,6740%, kerapatan 0,5417 - 0,5996 g/om?, keteguhan tekan 12,4842 - 32,6656 ke/em, dan nilai kalor 6112,0 - 6588,5 kal/g. Penambahan arang tempurung kelapa pada pembuatan briket arang serbuk gergajian kayu pinus mampu meningkatkan nilai kalor, kadar karbon terikat, kerapatan dan mampu menurunkan nilai kadar ait dan kadar abu. Perbedaan komposisi balan baku briket arang memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata untuk kadar air, kadar abu, kacar zat menguap, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan rilai kelor. Briket arang dengan komposisi 85% arang serbuk kayu gergajian kayu pinus yang terbaik untuk kadar zat menguap dan 15% arang tempurung kelapa memberikan hasi (33,4760%), kadar karbon terikat (65,6740%), kerapatan (0,596 g/em®), dan nilai kalor (6588,5 kal/g). PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU PINUS (Pinus merkusii Sangh. et de Vr.) DENGAN PENAMBAHAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : RUSTINI £02498075 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEHUTANAN Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR, 2004 Judul : Pembuatan Briket Arang Dati Serbuk Gergajian Kayu Pinus (Pinus merkusil Jungh. et de Vr.) Dengan Penambahan ‘Tempurung Kelapa Nama Mahasiswa + Rustin Nomor Pokok : 02498075 Menyetujui, Dosen Pembimbing —— Sr Prof. Dr. Ir. H. Kurnia Sofyan Tanggal : '5/¢ /O4 Mengetahui uusan Teknologi Hasil Hutan gee ‘Dr.Ir._Naresworo Nugroho, MS : 16/6/04 Tanggal Lulus : 10 Juni 2004 RIWAYAT HIDUP. Penulis dilahirkan di Jakarta peda tanggal 31 Juli 1979, anak keempat dari delapan bersaudara keluarga Payaman Sitorus (Bapak) dan R, Pangaribuau (ibu). Penulis tamat darj Taman Kanak-kanak Pelita Hidup Jakarta Utara pada tahun 1986, Kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri 01 Jakarta Utara dan fulus pada tahun 1992. Selanjutnya pada tahun yang sama, melanjutkan ke SMP Negeri 95 Jakerta Utara dan lulus pada tahun 1995, Pada tahun 1995 melanjutkan ke SMU Negeri 13 Jakarta Utara dan lulus pada tahun 1998, Penulis ‘Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 1998 di Fakultas Kehutanan Jurusan Teknologi Hasil Hutan, dan pada tahun 2000 mengambil program studi Pengolahan Hasil literima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Hetan, Sebagai salah satu syarat memperoleh geler sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian berjudul : “PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU PINUS (Pinus merkusii Jungh. et de Vr.) DENGAN PENAMBAHAN TEMPURUNG KELAPA, di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. Kumnia Sofyan. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah ‘memberikan rahmat dan berket-Nya schingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU PINUS (Pinus merkusi! Jungh, et de Vr.,) DENGAN PENAMBAHAN TEMPURUNG KELAPA. Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Kurnia Sofyan selaku dosen pembimbing, Bapak Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr dan Ir, Endes N Dahlan, MS selaku dosen penguji dari Jurusan Manajemen Hutan dan Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Penulis juga berterimakasih kepada Bapak dan Mama, Bapak dan Mama Debora, Bapak dan Mama Tasha+Picre, Reny, Lelly, Kristin, Shinta dan Amelia yang telah memberikan doa, semangat, pengarahan, bimbingan dan bantuan hingga tersusunnya karya ilimiah Penulis sangat menyadari bahwa Kary ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga dapat menyempurnakannya, Semoge Karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya, DAFTAR ISI No halaman KATA PENGANTAR .... aeeaeeneveuseeonens eeneenes i SE Re Nee ate te ee te te dead a ii DAFTAR TABEL See tete eterno? DAFTAR GAMBAR............. Se ae eee oo v DAFTAR LAMPIRAN. yeassensonsees . vi L PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 0... 1 B. Tyjuan cccsesssessees eedeetttee 2 U. TINJAUAN PUSTAKA A. Briket Arang .. B. Bahan Baku ... C. Proses Pengarangan (Karbonisasi).. D. Pembuatan Briket Atang E, Kegunaan Briket Arang F. Mutu Briket Arang ....... Il, BAHAN DAN METODE ‘A, Tempat dan Waktu Penelitian .. B. Bahan dan Alat C. Metode Penelitian ..... 1. Proses Pembuatan Briket Arang, 2. Pengujian Kualitas ....... a. Kadar Air... b. Kadar Abu . Kadar Zat Menguap |. Kadar Karbon Teriket ce. Kerapatan .. £. Keteguhan Rekat .. a9 g Nilai Kalor....... D. Rancangan Percobaan .. ii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ...... 19 B. Pembahasan 19 1. Kadar Air ssaensneseonnenen ess: i 19 2. Kader Abu 2 3. Kadar Zat Menguap .......0 2 23 4, Kadar Karbon Teriket... 5. Kerapatan .sseesscssonee 6. Keteguhan tekan . 7. Nilai Kalor V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...cccssscessosesee B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ..... 32 34 iii i. DAFTAR TABEL halaman Produksi Kayu Gergajian per Propinsi $ Tahun Terakhir 4 Komposisi Kimia Kayu Pinus ...s.ssssseeeeee 5 Rendemen Arang dan Destilat Kayu Tusam . 5 Produksi Tanaman Kelapa dari Tahun 1998-1999 ...... oe 5 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa ......-.--- 6 Sifat Arang Tempurung Kelepa Dengen Kiln Drumm .... 6 Sifat Arang Briket Dari Tempurung Kelapa.. 6 Komposisi Kimia Pati ites 1 Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang Komersial Buatan Jepang, Ingaris, dan Amerika ......-ssceeccesseessseesttnssennerseeeeseessennsssneesinnsee 10 Perbandingan Penambahan Arang Serbuk Tempurung Kelapa Dalam Pembuatan Briket Arang dari Arang Serbuk Gergajian Kayu eee 4 Sifat Fisik dan Sifet Kimia Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus Dengan Penambahan Tempurung Kelapa «sss. 19 iv No DAFTAR GAMBAR halaman Diagram Skema Kiln Drum ........+++ 12 Grafik Nilai Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Zat Menguap, dan Kadar Karbon Terikat dari Berbagai Perlakuan edie a Grafik Nilai Kerapatan dari Berbagai Perlakuan .... 25 Grafik Nilai Keteguhan Tekan dari Berbagai Perlakuan .... rid Grafik Nilai Kalor dari Berbagai Perlakwan 30 9. DAFTAR LAMPIRAN halaman Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kadar Air Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan ‘Tempurung Kelapa ... ececceaee Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kadar Abu Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan Tempurung Kelapa Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kadar Zat Menguap Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan Tempurung Kelapa .. Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kadar Karbon Terikat Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambehan Tempurung Kelapa Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kerapatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan ‘Tempurung Kelapa ... Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Keteguhan ‘Yekan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan Tempurung Kelapa Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Nilai Kalor Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan ‘Tempurung Kelapa «. Proses Pembuatan Briket Arang Balitbang Kehutanan 1994 Aliran Proses Pembuatan Briket Arang ... 34 36 37 38 39 40 41 42 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal perkembangannya, kayu dan produk turunannya (arang) adalah sumber bahan bakar yang paling banyak dipakai kerena mudah didapat den sederhana penggunaannya. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, peranan kayu sebagai bahan bakar mulai menurun terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk di perkotaan menggunakan minyak dan gas bumi sebagai sumber energinya tetapi lain halnya dengan penduduk pedesaan yang masih menggunakan kayu sebagai bahan baker. Bila ditinjau dari keberadaannya, kayu dan srang memiliki keunggulan yang sangat menonjol dibandingkan dengan bahan bakar minyak don gas bumi yaitu sifatinya yang dapat diperbaharui dalam waktu cepat (Hendra dan Darmawan, 2000). Pemanfaatan kayu yang dilakukan terus-menerus dengan tidak memperhatikan asas kelestarian akan menyebabkan menurunnya potensi kayu sehingga mengharuskan kita mencari alternatif sumber bahan bakar. Hal tersebut sesuai dengan program pemerintah dalam penghematan bahan bakar minyak dan gas bumi (migas), Karena ada kekhawatiran semakin langkanya sumber energi yang sifatnya tidak dapat dipclihkan (non renewable), selain itu mengingat pentingnya bahan bakar migas sebagai devisa negara. Oleh karena itu pemerintah telah menentukan langkah-langkah penggunaan energi salah satunya adalah mendorong ke arah pemakaian dan pengembangan balan bakar yang dipulihkan/ renewable Suryani, 1986). Salah satu sumber bahan bakar baku potensial yang diharapkan dapat mengurangi keterganiungan pada kayu utuh adalah dengan memanfaatkan limbah serbuk gergajian kayw Jan limbah pertanian lainnya untuk dijadikan briket arang. Monurut Altas Kayu Indonesia, kayu pinus mempunyai nilai kalor sebesar 4660 kal/g dan menurut penelitian arang kayu pinus yang dilakukan peneliti hasil hutan menghasilkan nilai kalor arang kayu pinus 4547 tandar briket arang Indonesia yaitu 6814,11 kal/g dengan rendemen 25,63% yeng jeuh kal/g, Selanjutnya guna lebih meningkatkon kualitas briket arang serbuk gergajian kayu maka dilakukan penambahan arang tempurung kelapa, Karena selama ini fempurung kelapa sudeh dikenal baik untuk bahan bakar dalam bentuk tempurung, arang maupun sebagai briket arang, nilai kalor erang tempurung kelapa cukup tinggi yaitu 7151 cal/g dengan rendemen 36,1%. Beberapa teknologi alternatif untuk memanfaatkan limbah biomasa ini melalui teknologi yang aplikatif menjadi produk yang lebih bermanfeat sehingga mudah untuk disosialisasikan ke masyarakat pengguna. Teknologi tersebut diantaranya adalah teknologi pembuatan arang dari serbuk gergajian kayu dengan sistem koniinyu yang dirancang dapat bongkar pasang dan dapat dipindah-pindah dengan biaya yang relatif murah. Arang serbuk pilai yang dihasilkan dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang lebih mempuny: riket arang, arang aktif, serat karbon, dan arang kompos (Pari, 2002). B, Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbeh serbuk gergajian kayu pinus untuk dijadikan briket arang, sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan bahan baker alternatif kualitas terbaik pada sifat fisis dan kimia briket arang dari beberapa komposisi campuran arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa, il. TINJAUAN PUSTAKA A. Briket Arang Briket arang adalah arang yang mempunyai bentuk tertentu, kerapatan 1-1,2 g/em?, semakin berkurang sedang gas CO, CH,, dan Hp semakin bertambah. 4d. Pada suhu 500-1000°C diperoleh gas kayu yang tidak dapat diembunkan terutama terdiri dari gas hidrogen. Tahap ini merupakan proses pemurnian erang, D. Pembuatan Briket Arang ‘Ada beberapa tahap penting yang perlu dilalui didalam pembuatan arang briket yaitu pembuatan serbuk arang, pencampuran serbuk arang dengan perekat, pengempaan dan pengeringan (Suryani, 1986). 1. Pembuatan Serbuk Arang Arang barus cukup halus untuk dapat membentuk briket yang, baik. Ukuran partikel arang yang terlalu besar akan sukar pada waktu dilakukan perekatan, sehingga mengurangi keteguhan tekan briket arang yang dihasilkan, Sebaiknya partikel erang mempunyai ukuran 40-60 mesh. Dalam penggunaan ukuran serbuk arang diperoleh kecenderungan bahwa makin tinggi ukuran serbuk makin tinggi pula kerapatan dan keteguhan tekan briket arang (Nurhayati,1983 dalam Suryani, 1986). 2, Peneampuran Serbuk Arang dengan Perekat ‘Tujuan pencampuran serbuk arang dengan perekat adalah untuk memberikan lapisan is dari perekat pada permukaan partikel arang. Tahap ini merupakan tahap penting dan ‘menentukan mutu arang briket yang dihasilkan. Campuran yang dibuat tergantung pada ukuran serbuk arang, macam perekat, jumlah perekat, dan tekanan pengempaan yang dilakukan (Karch dan Boutette, 1983 dalam Suryani, 1986). Proses perekatan yang. baik ditentukan oleh hasil pencampuran bahan perekat yang dipengaruhi oleh bekerjanya alat pengaduk (mixer), Komposisi bahan perekat yang tepat dan ukuran pencampurannya (Suryani, 1986). 3. Pengempaan Pengempaan pembuatan briket arang dapat dilakukan dengan alat pengepros type compression atau extrusion. Tekanan yang diberikan untuk pembentukan briket arang dibedakan menjadi dua cara yaitu melampaui batas elast ‘tas bahan baku sehingga struktur sel akan runtuh dan belum melampaui batas elastisitas bahan baku (Suryani, 1986). Pada umumnya, semakin tinggi tekanan yang diberikan akan niemberi kecenderungan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan ketoguhan tekan yang semakin tinggi pula. Pari ef al, (1990) menggunakan tekanan sebesar 20 ton untuk menghasilkan 16 briket arang dengan luas permukaan briket arang 9 em. 4. Pengeringan Briket yang dihasilkan setetah pengempaan masih mengandung air yang cukup tinggi (Sekitar 50%) oleh sebab itu perlu dilakukan pengeringan yang dapat dilakukan dengan berbagai macam alat pengering seperti Kiln, oven, atau penjemuran dengan menggunakan sinar matahari. Suhu pengeringan yang umum dilakukan adalah sebesar 60°C selama 24 jam dengan menggunakan oven. Tujuan pengeringan adalah agar arang menjadi kering dan kadar airya dapat disesuaikan dengan ketentuan kadar air briket arang yang berlaku (Suryani, 1986). E. Kegunaan Briket Arang ‘Sampai saat ini arang masih digunakan sebagai bahan bakar dan bahan reduktor pada pengolahan biji logam dan tanur. Berdasarkan kegunaannya arang dikelompokkan menjadi (Suryani, 1986): (1). Keperluan rumah tangga dan bahan bakar Khusus ‘Araug disini banyak digunakan dalam peagawetan daging, ikan, dan tembakau. Selain itu juge digunakan dalam peleburan timah, timbal, incenerasion dan binatv. (2). Keperluan metalurgi Digunakan dalam industri alumunium, pelat baja, case hardening, coblat, nikel, besi, baja ‘campuran logam khusus, foundry mold dan pertambengan. @). Keperluan industri kimia Digunakan dalam industri arang aktif, karbon monoksida, elektroda, gelas, campuran resin, obat-obatan, makanan ternak, Karet serbuk hitam, karbon disulfida, Katalisator, pupuk, perekat, magnesium, plastik dan lain-lain, F, Mutu Briket Arang Kualitas briket arang umumnya ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya antara lain ditentukan oleh kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguep, kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan, dan nilai kalor. Wardi (1969) dalam Djatmiko er al., 1976 menyatakan bahwa arang yang bermutu baik harus mempunyai persyaratan sebagai berikut 1. Wama hitam dengan nyata kebiruan 2. Mengkilat pada pecahannya 3. Tidak mengotori tangan 4, Terbakar tanpa asap, tidak memercikan dan tidak berbau 5. Dapat menyala terus dengan tidak dikipasi 6. Tidak terlalu cepat terbakar 7. Berdenting seperti logam Persyaratan briket arang juga tidak berbeda jauh dengan persyaratan arang. Millstein dan Morkved (1960) dalam Suryani (1986) menyatakan briket arang yang baik adalah sebagai berikut : 1, Bersih, tidak berdebu dan berbau 2. Mempunyai kekerasan yang merata 3. Kadar abu serendah mungkin 4, Nilai kalor sepandan dengan bahan bakar lain 5. Menyala dengan baik dan memberikan panas secara merata 6. Harganya dapat bersaing dengan bahan bakar lain Tabel 9. Sifat Briket Arang Buatan Jepang, Amerika, Inggris dan Indonesia ‘Sifat arang briket, Jepang | _Inggris [Amerika | Indonesia Kadar air (moisture content) % 68 36 62 Kadar zat mudah terbang 15-30 16,4 19-28 (volatile matter content) % Kadar abu 3-6 39 a (ash content) % Kadar karbon tertambat 60-80 BS 0 (fixed carbor: content) % Kerapatan (density) glem® | 1,0-1,2 048 1 Keteguhan tekan gr/om? | __60-65 12,7 8 - Nila kalor (calorifftc value) cali | 6000-7000 | 7289 6230__| 681411 ‘Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994 HI. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksenakan di Laboratorium Hasil Hutan Non Kaya (HHNK) Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada 1 Februari 2004 sampai 30 April 2004, B. Bahan dan Alat Bahan baka yang digunakan pada penelitian ini adalah serbuk gergajian kayu pinus dan tempurung kelapa, Serbuk gergajian kayu diperoleh dari limbah pada uni: penggergajian kayu dan tempurung kelapa ¢iperoleh dari pasar tradisional di Bogor. Sedang bahan pereket yang digunakan adalah tapioka (pati). Alat yang digunakan dalam pembuatan briket arang antara lain drum pengarangan, resin giling, saringan ukuran 50 mesh dan 70 mesh, oven, wadah plastik, cetakan pembuat briket, kempa hidrolis manual, timbangan, tanur, cawan porselin, eksikator. Untuk alat universal testing gebruder amsler dilakukan di Laboratorium Keteknikan Kayu, sedangkan untuk alat calorimeter combustion bomb dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, C. Metode Penelitian L. Proses Pembuatan Briket Arang a, Pengeringan Bahan Baku Serbuk gergajian dan tempurung kelapa terlebih dahulu dijemur dibawah rmatahari sampai kering udara (kadar air sekitar 15 - 20%) dengan iujuan agar bahan baku mudah dibakar dan tidak banyak menghasilkan asap. Khusus untuk tempurung kelapa terlebih dahulu dibersihkan dari serabut-serabut dan dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih Kecil, sebaiknya ukuran tempurung kelapa 2,5 om Keates schingga pada waktu pengarangan mudah ditata dan menghasilkan volume pengarangan yang lebih banyak. b, Persiapan kiln drum Metode drum disebut juga kiln drum. Kiln drum terdiri dari 4 bagian, yaitu badan drum yang salah satu ujungnya dibuke, penutup, cerobong, dan lubang udara pada badan 12 drum, Bagian tengah penutup dilubangi sebagai tempat melekatnya cerobong asap yang berdiameter 10 cm dan tinggi 30 cm. Pada bagian badan drum dibuat lubang udara sebanyak tiga baris yang dibuat melingkar pada badan drum. ! a g a peganga ——pe —b ——7 4 ace oar hihang "m 6 wdae 13 run # & 8 g = 4 Sumber: Hartoyo dan Nuamala Hudaya 1999 Gambar 1. Diagram Skema Kiln Drum ‘Sumber: Hudaya dan Hartoyo, 1990 ¢. Pengarangan Masing-masing bahan baku diarangkan secara terpisah dengan menggunakan kiln drum, Pada waktu pengisian bahan baku ditengah-tengah kiln drum diletakkan balok kayu yang bertujuan sebagai lubang udara pada waktu karbonisasi. Selanjutnya bahan baku diatur hingga memenuhi drum. Setelah penuh, kaya atau bambu tersebut dicabut secara perlahan- Jahan schingga bagian tengah bekas bambu tersebut terbentuk iubang. Lubang tersebut nantinya akan digunakan untuk pembakaran dan memberikan umpan bakar berupa ranting, kertas atau dengan ditetesin minyak tanah Sebelum pembakaran, lubang udara baris kedua dan ketiga pada badan drum ditutup dengan asbes atau tanah iat, sehingge yang tetap terbuka adalah empat lubang pada baris 13 bagian bawal,, Untuk memudahkan pembakaran, gunakan bahan-bahan yang mudah terbakar sebagai umpan bakar, seperti Kertas, daun-daun kering, ranting kayu, atau percikkan minyak tanah pada dasar drum melalui lubang bekas bambu tadi. Umpan bakar tadi dibakar dan masukkan ke dalam drum melalui lubang bekas bambu. Jika api telah menyala dengan baik, maka kiln drum dituup dan diberi cerobong asap yang terbuat seng. Penutup ini sewaktu- ‘waktu dapat dibuka untuk penambahan bahan boku, Karena saat bahan baku telah terbaker maka volume bahan baku akan berkurang. Arang akan terbakar mulai dari bawah dan lambat laun menjatar ke bahan baku agian atas. Pada saat pembakaran melewati barisen lubang pertama yang ditandai dengan bara merah yang nampak dari lubang, maka lubang baris pertama ditutup cedangkan lvbang udara bagian atas dibuka, demikian selanjutnya sampai lubang udara terakhir. Proses ini dianggap selesai bila asap yang keluar dari cerobong asap telah berkurang dan berwama kebiru-biruan, Pada saat itu, semua lubang udara yang masih terbuka ditutup, termasuk cerobong asap. Penutupan ini berfungsi untuk mencegah bahan baku yang telah menjadi arang terus terbakar sehingga menjadi abu. e. Pendinginan dan Penyortiran Setelah semua lubang tertutup, biarkan kiln drum menjadi dingin. Pendinginan berlangsung selama 6 jam. Setelah pendinginan, tutup kiln drum dapat dibuka dan arang dikeluarkan untuk dipisahkan dari abu, Arang yang sudah dingin selanjutnya dikemas dalam karung plastik. Penggilingan dan Penyaringan ‘Has dihasilkan disaring pada ukusan lolos 50 mesh sedangkan arang tempurung kelapa disaring arang digiling kemudian serbuk arang disaring, arang serbuk gergajian yang pada ukuran lolos 70 mesh. g. Persiapan perekat Tapioka ditimbang sebenyak 25 gram, lalu dicampur dengan air (250 ml) sambit dipanaskan diatas kompor (heater) hingga perekatnya merata sempurna, Cairan perekat tersebut disiapkan untuk dicampur dengan arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa. Perbandingan konsentrasi perekat dan air adalah 1 : 10. 14 i, Pencampuran perekat Arang hasil penyaringan kemudian dibuat briket pada beberapa komposisi bahan baku setelah terlebih dahulu dicampur dengan perekat kanji sebanyak 2,5% dari berat serbuk ‘rag (Hendra dan Darmawan, 2000). Proses nembuatan briket arang yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari $ perbandingan penambahan berat (dalam bentuk serbuk arang). Perbandingan campuran serbuk arang dapat dilihat pada Tabel 10. ‘Tabel 10. Perbandingan Penambahan Arang Tempurung Kelapa Dalam Pembuatan Briket Arang dari Arang Serbuk Gergajian Kayu Pinus Perlakuan ‘Arang serbuk gergajian kayu pinus | Arang tempurung kelapa L 100% oO a 90% 10% BY 85% 15% 4 80% 20% FE 75% 25% ;masing dilakukan Pada pembuatan briket arang dari 5 komposisi tersebut m: pengulangan dua kali (Hendra dan Darmawan, 2000) j- Peneetakan dan Pengempaan Hasil adonan tersebut selanjutnya disiapkan dalam cetakan dan dilakukan pengempaan sistem hidrolik dengan besar tekanan 3,125 ton (Hendra dan Darmawan, 2000). k. Pengeringan Briket arang yang dihasilkan kemadian dikeringken dalam oven pada suhu 60° selama 24 jam, Setelah itu dilakukan pengemasan dalam kantong plastik dan ditutup rapat- rapat untuk menjaga agar briket arang tetap dalam keadaan kering. Kemudian briket diuji sifat fisik dan kimianya. Sifat fisis yang divji meliputi kerapatan dan Kekuatan tekan sedangkan uji sifat kimia terdiri dari kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon terikat dan nilai kalor. 2. Pengujian Kualitas a. Kadar Air Satu gram contoh ditimbang dalam cawan porselin yang telah diketahui bobot tetapnya. Dikeringkan dalam oven pada suhu (10342)°C sampai beratnya konstan, Kemudian dimasukan ke dalam eksikator sclama 1 jam dan ditimbang, Kadar air briket arang dihitung dengan menggunakan persamaan : 15 +X) Kadar Air = ————— x 100% X Keterangan: X; = berat contoh sebelum dikeringkan (gram) X2= berat contoh setelah dikeringkan (gram) b. Kadar Abu Cawan berisi contoh yang sudah ditetapkan Kader aimya, digunakan untuk menetapkan kadar abu. Caranya cawan tersebut diletakan dalam tanur, perlahan-lahan ipanaskan mulai dari suhu kamar sampai sub 750°C selama 6 jam, Selanjutkan didinginkan dalam eksikator sampai beratnya Konstan, Kemudian ditimbang bobotnya. Kadar abu briket arang dihitung dengan menggunakan persamaan : Ys K, = ——— x 100% Ye Keterangan: Ky = kadarabu (%) Y, = bobot abu (gram) Yq. = bobot contol: (gram) c. Kadar Zat Menguap Cawan porselin yang berisi contoh penentuan-kadar air dimasukan kedalam tanur listrik pada suhu 950°C selama 6 menit, Setelah penguapan selesai, cawan didinginkan di dalam eksikator selama satu jam dan selanjutnya ditimbang. Kadar zat mudah menguap dihitung menggunskan persamaan : (- Z) Kadar Zat Mudah Menguap = ———__ x 100% h Keterangan : Z; = bobot awal (gram) Zq = bobot akhir (gram) 4. Kadar Karbon Terikat Prinsip penentwan kadar karbon terikat adalah menghitung fraksi karbon dalam briket farang, tidak termasuk zat menguap dan abu. Kadar karbon terikat briket arang dihitung ” dengan menggunakan persamaan : Kadar Karbon Terikat = 100- (kadar abu + kadar zat menguap)% 16 Kerapatan Kerapatan dinyatakan dalam perbandingan berat dan volume, yaitu dengan cara menimbang briket arang dan mengukur volumenya dalam keadaan kering udara, Kerapatan briket arang dihitung dengan menggunakan persamaan + G K-= Vv Keterangan; K = kerapatan (g/em*) G = bobot briket arang (gram) V_ = volume (om*) f. Keteguhan Tekan Prinsip pengukuran keteguhan tekan adalah mengukur kekuatan tekan briket dengan ‘memberikan penekanan sampai briket pecah. Pengukuran keteguhan tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Gebruder Amsler dimana beban diberikan adalah maksimum 10 fon. Penekanan yang diberikan dilakukan secara perlahan-lahan sampai briket tersebut pecah. Angka pada skala dikonversikan dalam satuan kg/cm merupakan besar keteguhan tekan briket persatuan luas. Penentuan keteguhan tekan dihitung dengan menggunakan persamaan : P Kt =—— L Keterangen: Kt = Besar keteguhan tekan (ke/em*) P = Beban penekanan (kg) L = _Luas permukaan briket (em”) g Nilai Kalor Prinsip penentuan nilar Kalor adalah mengukur energi yang ditimbulkan pada pembekaran satu gram arang. Ditimbang satu gram contoh uji, alu ditempatkan pada cawan silika dimasukan ke daiam Calorimeter combustion bomb. Pembekaran dimulai pada saat suhu air sudah tetap. Pengukuran dilakukan sampai suhu mencapai maksimum, Pengukuran nilai kalor bakar dihitung berdasarkan banyaknya kalor yang dilepaskan sama banyaknya dengan kalor yang diserap. M7 W x (b- t) Nk = ————— -B A Keterangan: Nk = Nilai kalor (kaligram) W = Nilai kalor dari alat kalorimerer (kal) ty = Suhu mula-mula (°C) ‘y = Suu setelah pembakaran (°C) A = Berat contoh yang terbakar B = Koreksi panas pada kawat besi (kal/gram) D. Rancangan Percobaan Perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaan komposisi jumlah presentase arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa dalam briket arang dengan lima taraf perlakuan, yaitu : 1, 100% arang serbuk gergajian kayu pinus 90% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 10% arang tempurung kelapa 85% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 15% arang tempurung kelapa 80% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 20% arang tempurung kelapa yep 75% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 25% arang tempurung kelapa Model rancengan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan ‘dua kali ulangan, Model matematikanya adalah sebagai berikut: Yij = wt ai + ij i = 12,345 j= banyaknya wiangan (1, 2) Keterangan: y p= Reta-rata pengamatan ai = Bfek perlakuan ke-i (i= 1, 2, 3,4, 5) €ij = Efek kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i (i= 1, 2, 3, 4, 5) ‘Angka pengamatan percobaan dan Ulangan ke-j (1, 2) Data dioleh dengan sidik ragam yang bertujuan untuk melihat pengaruh perlakuan ‘yang diberikan. Untuk mengetahui hubungan antara masing-masing perlakuan penambahan 18 arang tempurung Kelapa dalam pembuatan briket arang dari arang serbuk gergajian kayu pinus yang diberi an maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Hasil pengujian sifat fisik dan kimia briket arang dari serbuk gergajian kayu pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vr} dengan penambahan tempurung kelapa disajikan pada abel |. Data ini merupakan hasil rata-rata dua kali ulangan. Data hasil ponelitian ini selanjutnya dibandingkan dengan stander kualitas briket arang Jepang, Inggris, Amerika dan Indonesia yang ada i pasaran untuk masing-masing sifat fisis dan kimia yang diuji. Selain itu juga dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya pembuatan briket arang dari serbuk gergajian kayu dengen penambahan tempurung kelapa yang dilakukan Hendra dan Darmawan (2000). Tabel 11. Sifat Fistk dan Sifat Kimia Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus Dengan Penambehan Tempurung Kelapa No. | Sifat fisik dan ‘Komposisi bahan baku arang kimi A B Cc D E 1_| Kadar air (%)_|~ 26992 | 2.1318 | 2.3407 | 2.4244 | 2,5638 2 | Kadarabu (%) | 0,7863_|0,8062 | 0,8495_ | 0,8732_|_0,9212 3 Kadar zat 36,9521 | 34,0735 | 33,4760 | 35,5518 | 36,1072 menguap (%) 4 | Kadat Karbon | 62,2624 | 65,1202 | 65,6740 | 65,5750 | 62,9715 terikat (%) 3 Kerapatan 05417 | 05993 | 0,5996 | 0,014 [0.5943 (grlem?) © | Keteguhan tekan | 32,6656 | 31,7328 | 30,3830 | 27,3856 | 12,4842 (kg/em?) : a T | Nitai kelor 6112,0 | 6428S | 6588S | 6524.5 | SAID S (kal/g) Keterangan : ‘A. 100% arang serbuk gergajian kayu pinus B. 90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa C. 85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa D. 80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa E, 75% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa B. PEMBAHASAN 1. Kadar Air Kadar mempengaruhi kualitas dari briket arang, semakin rendah kadar air semakin ti kalor dan daya pembakarannya, Kadar air briket arang diharapkan 20 serendah mungkin Karena semakin tinggi kadar air akan menyebabkan. nilai_ kalornya menurun dan briket arang akan lebih sulit dinyalakan, Penetapan kadar ait ini bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis briket arang dari komposisi arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa. Arang mempunyai kemampuan menyerap air yang besar dari udara disekelilingnya. Kemampuan menyerap air selain dipengaruhi oleh luas permukaan dan pori-pori arang, juga dapat dipengaruhi oleh kadar karbon terikat yang terdapat pada briket arang itu sendiri. Dengan demikian semakin besar kadar Karbon terikat pada briket arang, kemampuan briket, arang menyerap air dari udara sekelilingnya aka semakin besar pula (Earl, 1974 dalam Suryani, 1986). Pada penelitian ini nilai kadar air yang dihasilkan hanya mengalami penurunan pada perlakuan 90% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 10% arang tempurung kelapa setelah itu dengan meningkatnya persentase arang tempurung kelapa maka makin meningkatkan nilai kadar air. Hal karenakan pemberian tempurung kelapa yang ‘mempunyai berat jenis yang rendah dan memiliki pori-pori yang besar schingga kemampuan dalam menyerap air dari udara sekelilingnya relatif besar. Sudrajat (1984) menyatakan bahwa briket arang yang berasal dari bahan baku yang berkerapatan rendah memiliki kadar air yang, lebih tinggi daripada briket arang dengan bahan baku yang berkerapatan tinggi. Penambahan arang tempurung kelapa dari 0% menjadi 10% ternyata berhasil menurunkan kadar air rata-rata dari 2,6992% menjadi 2,1318% atau sebesar 21,021%. Tingginya kadar air diduga terjadi karena briket yang seluruh bahan bakunya berupa arang serbuk gergajian mempunyai ruang kosong atau pori-pori yang lebih kecil sebab ukuran partikelaya halus, Hal ini menyebabkan air yang terikat didalam pori-pori lebih banyak dan lebih sulit dikeluarkan. Dengan adanya ponambahan 10% arang tempurung kelapa dapat menurunken kadar air briket arang, karena ruang-ruang kosong atau pori-pori yang dim oleh briket arang lebih sedikit sehingga air yang terikat didalam pori-pori arang lebih sedikit. Kemudian semakin meningkatnya persentase komposisi arang tempurung kelapa maka semakin meningkat pula nilai kadar air penelitian. Penambahan persentase arang tempurung kelapa pada briket arang menyebabkan ukuran partikel serbuk arang semakin bervariasi dan jumlah pori-pori yang lebih banyak sehingga mampu menyimpan air iebih banyak (Hendra dan Darmawan, 2000). Kedar air rata-rata terendah sebesar 2,1318% diperoleh pada briket dengan komposisi 90% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 10% arang tempurung kelapa, sedangkan kadar air rete-rata tertinggi sebesar 2,6992% diperoleh dengan komposisi 100% arang serbuk 21 gergajian kayu pinus, Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kadar air (Lampiran 1b) memperlihatken bahwa perlakuan komposisi arang serbuk gergajian kayu pinus dengan penambahan persentase arang tempurung Kelapa meningkatkan nilai kadar air secara sangat nyata briket arang. Kadar air yang dihasilkan berkisar antara 2,1318% ~ 2,6992%. Nilai ini lebih baik dibendingkan’ dengan kadar air briket arang buaian Jepang (6-8%), Amerika (6,2%), Indonesia (7,57%) dan Inggris (3,6%). Kadar air penelitian ini juga lebih baik jika Gibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (3,51% - 4.75%). 70 & Co Kadar air (%) 50. 45. C1 Kadar abu ( %) 40 35. 30 WKadar zat 50 rmenguap (4) 10 iKadat karbon Sie GF — terikat (%) 0 100% — 90%10% 85%+15% 80%+20% 75+25% Gambar 2. Grafik nilai kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, dan kadar karbon terikat pada berbagai perlakuan Keterangan : 100% (100% arang serbuk gergaii 90+10% (0% arang serbuk ger kayu pinus) kkayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) 854+15% (85% arang serbuk gergajisn kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) 80420% (80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) 75425% (75% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) moOwp 2. Kadar Abu ‘Abu merupakan bagian yang tersisa dari proses pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon lagi. Unsur utama abu adalah silika dan pengeruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas briket karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang. 2 Kadar abu rata-rata terendah sebesar 0,7863% diperoleh pada briket dengan komposisi 100% arang serbuk gergajian kayu pinus, sedangkan kadar abu rata-rata tertinggi sebesar 0,9212% diperoleh dengan komposisi 75% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 28% arang tempurung kelapa. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam techadap kadar abu (Lampiran 2b) mempertihatkan bahwa perlakuan komposisi arang serbuk gergajian kayu pinus dengan penambahan persentase arang tempurung kelapa meningkatkan nilai kadar abu secara sangat nyata briket arang, Nilai kadar abu meningkat seiring dengan penambahan komposisi tempurung kelapa. Hal ini sama dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (2060) baitwa penambahan persentase arang tempurung kelepa menyebabkan nilai kadar abu briket arang meningkat. Hal in terjadi karena kandungan silika tempurung kelapa lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan silika kayu, kandungan silika untuk kayu pinus 0,2%, dan pengaruhnya sanget nyata Kadar abu yang dihasilkan berkisar antara 0,7863% - 0,9212%. Nilai ini lebih baik dibandingkan dengan kadar abu briket arang buatan Jepang (3-4%), Amerika (8,3%), Indonesia (5,51%) dan Inggris (5,9%). Kadar air penelitian ini juga lebih baik jike dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Dannawan (3,56 - 4,23%). 3. Kadar Zat Menguap ‘Zat menguap adalah zat yang dapat menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa- senyawa didalam arang selain air. Kandungan kadar zat menguap yang tinggi didalam briket arang akan menimbulkan asap yang lebih banysk pada seat briket dinyalakan, hal ini disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon monoksida (CO) dengan turunan alkohol (Hendra dan Pari, 2000). Kadar zat menguap rata-rata terendah sebesar 33,4760% diperoleh pada briket dengen komposisi 85% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 15% arang tempurung kelapa, sedangkan kadar zat menguap rata-rata tertinggi sebesar 36,9521% diperoleh dengan komposisi 100% arang serbuk gergajian kayu pinus. Berdasarken hasil analisis sidik ragam tethadap kadar zat menguap (Lampiran 3b) memperlihatkan bahwa perlakuan komposisi arang serbuk gergajian kayu pinus dengan penambahan persentase arang tempurung kelapa ‘meningkatkan nilai kadar zat menguap secara sangat nyata briket arang. Penambahan arang tempurung kelapa dari 0% menjadi 15% ternyata berhasil menurunkan kadar zat menguap rata-rata dari 36,9521 % menjadi 33,4760% atau sebesar 9,41%, tetap? kemudian terjadi peningkatan lagi dengan bertambahnya persentase Komposisi 23 arang tempurung kelapa dan pengeruhnya sangat nyata. Kadar zat menguap ditentukan oleh kesempumaan proses karbonisasi. Kadar zat menguap yang tinggi disebabkan karena tidak sempurnanya proses karbonisasi. Kadar zat menguap dipengaruhi oleh suhu dan waktu pengarangan, semskin Lesar suhu dan wektu pengarangan make semakin banyak zat menguap yang terbuang selama proses pengarangan selvingga kandungan zat menguap akan semakin kecil. Pada briket arang mungkin. (Ga far ef al., 1999 dalam Tampuboion, 2001). Kadar zat menguap yang dihasilkan berkisar antara 33,4760% - 36,9521%. Nilai ini lebih tinggi dil Amerika (19-28%), Indonesia (16,14%) dan Inggris (16,4%). Kadar zat menguap penelitian rapkan memiliki kadar zat menguap yang serendah nndingkan dengan kadar zat menguap briket arang buaian Jepang (15-30%), ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (22,18 % -25,77%). 4, Kadar Karbon Terikat Kadar karbon di dalam briket arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan kadar zat mudah menguap. Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu dan kadar kadar zat mudah menguap briket arang rendah. Briket arang yang baik diharapkan memi karbon terikat yang tinggi. Hasil penelitian menunjukan nilai kadar abu semakin meningkat dengan bertambahnya persentase arang tempurung kelapa, sedangkan hasil penelitian untuk nilai kadar zat _menguap hanya mengalami penurunan pada perlakuan 90%+10% dan 85%+15% arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa yaitu scbesar 34,0735% dan 32,4760%, scteluh itu mengalami peningkatan dengan bertambahnya persentase arang tempurung Kelapa. Nilai kadar Karbon teriket mengalami kenaikan pada perlakuan 90%+10% dan 85%+15% arang serbvk gergnjian kayu pinus dan arang tempurung kelapa yaitu sebesar 65,1202% dan 65,6740%6, setelah itu mengalami. penurunan dengon bertambahnya persentase arang tempurung kelapa, Penambahan komposisi tempurung kelapa dari 0% menjadi 15% mampu meningkatkan kadar karbon terikat dari 62,2624% menjadi 65,6740% atau sebesar 5,195%. Hasil ini membuktikan jika kadar zat menguap rendah maka ‘akan dihasilkan kadar karbon terikat yang tinggi atau sebaliknya. Namun apabila dibandingkan dengan nilai kadar abu yang cenderung meningkat dengan bertambahnya persentase arang tempurung kelapa tidak dapat membuktikan pernyataan diatas, walaupun bertambehnya pada akhirnya nilai karbon terikat mengalami penurunan dengan m: 24 persentase arang tempurung. Nilai kadar abu dalam penelitian ini sebenarnya cukup rendah apabila dibandingkan dengan standar kualitas briket arang, Kadar karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar briket arang. Nilai kalor briket akan tinggi apabila nilei kadar karbon terikatnya tinggi. Tal ini sesuai dengan hasil peneiitian karena nilai kadar Karbon terikat tertinggi sebesar 65,6740% menghasilkan nilai kalor briket arang yang tertinggi pula sebesar 6588,5 kal/g. Sedangkan nilai kadar karbon terikat terendah sebesar 62,2624% menghasilkan nilai kalor briket arang yang terendah pula sebesar 6112 kal/g. Semakin tinggi kadar karbon ter arang tersebut adalah arang yang baik, Hel ini disebabkan di dalam proses pembakaran t pada arang kayu maka menandakan ‘membutubkan ka:bon yang bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan kalor (Abidin, 1973 dalam Masturin, 2002). Kadar Karbon terikat rata-rata terendah sebesar 62,2624% diperolch pada briket pada perlakuan 100% arang serbuk gergajian kayu pinus, sedangkan kadar karbon terikat rata-rata tertinggi sebesar 65,6740% diperoleh pada perlakuan 85% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 15% arang tempurung kelapa, Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kadar karbon terikat (Lampiran 4b) memperlihatkan bahwa perlakuan komposisi arang serbuk ‘gergajian kayu pinus dengan penambahan persentase arang temperung kelapa meningkatkan nilai kadar Karbon terikat secara sangat nyata briket arang. Kadar Karbon terikat yang dihesilkan berkisar antara 62,2624% - 65,6740%, Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan kadar briket arang buatan Inggris (75,3%) dan Indonesia (78,35%). Kadar karbon teriket penelitian ini juga lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (70,28 - 73,82%). Tetapi nilai ini cukup memenuhi syarat untuk briket arang buatan Jepang (60-80%) dan Amerika (60%), 5. Kerapatan Kerapatan berpengaruh terhadap kualitas briket arang, briket arang dengan kerapatan yang tinggi dapat meningkatkan nifai kalor bakar briket arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan arang penyusun briket arang tersebut, Semakin tinggi keseragaman ukuran serbuk arang maka akan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan keteguhan yang semakin tinggi pula (Nurhayati, 1983). Kerapatan rata-rata terendah sebesar 0,5417 g/em® diperoleh pada briket dengan komposisi 100% arang serbuk gergajian kay pittus sedangkan kerapatan rata-rata tertinggi 5% arang serbuk gergajian kay pinus sebesar 0,5996 g/cm? diperoleh dengan komposi 25 dan 15% arang tempurung kelapa. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kerapatan (Lampiran 5b) memperlihatkan bahwa perlakuan kom arang serbuk gergajian kayu pinus dengan penambahan persentase arang tempurung kelapa meningkatkan nilai kerapatan secara sangat nyata briket arang. Hal ini dapat terjadi karena berat jenis tempurung kelapa nilainya lebih tinggi dari berat jenis kayu pinus ( berat jenis 0,55), schingga berat briket per sentimeter kubiknya meningkat dengan meningkatnya persentase arang tempurung kelapa. Namun setelah dilakukan uji lanjut duncan perbedean setiap Komposisi bahan bak tidak menberiken pengaruh yang berbeda nyata terhadap kerapatan briket arang. Besarnya perubahan kerapatan dapat dianggap sama. Xerapatan akan berpengaruh terhadap pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan briket. Semakin besar kerapaten maka volume atau ruang yang diperlukan akan lebih kecil untuk berat briket yang sama (Hendra dan Darmawan, 2000). kerapatan © 97 OSs? 0.5993 05996 05914 0.5943 308 208 5 03 oF ef 100% 90% 410% © 85% +15% 80% —75%425 periakuan ‘Gambar 3. Grafik nilai kerapatan pada berbagai perlakuan Keterangan : ‘A. 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B, 90410% (90% arang serbuk gergojian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) CC. 85+15% (85% arang serbuk gergajian kayt pinus + 15% arang tempurung kelapa) 1D. 80+20% (80% arang serbuk gergajicn kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) E, 75+25% (75% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) Kerapatan yang dihasilkan berkisar antara 0,5417 g/em® - 0,596 g/em*, Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan kerapatan briket arang buatan Jepang (1,0-1,2 g/em?) dan Amerika (1,0 g/em*), Tetapi nilai ini cukup memenuhi syarat untuk briket arang buatan Inggris (0,48 g/cm?) dan Indonesia (0,4407 glcm*). Kerapatan penelitian ini juga hampir sama {jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (0,45 - 0,59 g/cm’. 26 6. Keteguhan Tekan Keteguhan tekan menunjukan daya tahan atau kekompakan briket terhadap tekenan war sehingga mengakibatkan briket ite pecah atau hancur. Semakin besar nilai Kekuatan tekan berarti daya tahan atau kekompakan briket semakin baik. Kondisi tersebut akan sangat menguntungkan didalam pengemasan maupun distribusi atau pengangkutan (Hendra dan Darmawan, 2000). Keteguhan tekan rata-rata terendah sebesar 12,4842 kg/cm? diperoleh pada briket dengan komposisi 75% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 25% arang tempurung kelapa sedangkan keteguhan tekan rata-rata tertinggi sebesar 32,6656 kg/em* diperoleh dengan komposisi 100% arang serbuk gergajian kayu pinus. Pada grafik menunjukan bahwa penambahan persentase arang tempurung kelapa dalam pembuatan briket arang menurunkan kekuatan tekan walaupun nilai pada setiap komposisi tidak berbeda nyata setelah dilakukan ‘ji lanjut duncan kecuali pada komposisi perlakuan 75% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 25% arang tempurung kelapa yang mengalami penurunan kekuatan tekan yang sangat besar, Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap Keteguhan tekan (Lampiran 6b) memperlibatkan bahwa perlakuan Komposisi arang serbuk gergajian kayu pinus dengan penambahan persentase arang tempurung kelapa meningkatkan nilai keteguhan tekan secara sangat nyata briket arang, ‘Menurut Nushayati (1983), ukuran serbuk arang yang semakin tinggi (seragam) akan mempengaruhi keteguhan tekan dan kerapatan briket arang yang semakin tinggi. Tingginya nilai ketoguhan tekan briket arang yang dihasilkan disebabkan ukuran serbuk arang yang cenderung lebih seragam. Permukaan yang seragam akan memudahkan arang untuk menempel dan berikatan satu sama lainnya. Ditambah dengan tekanan tertentu membantu proses pengikatan dan pengisian ruang-ruang yang kosong. Ukuran partikel yang tidak seregam mengakibatkan penempelan dan pengikatan partikel kurang sempurna Keteguhan tekan dipengaruhi oleh kadar abu, semakin tinggi kadar abu maka menghasilkan keteguhan tekan yang semakin rendah. Nilai kadar abu penelitian meningkat tempurung kelapa sedangkan nilai seiring dengan penambahan persentase_komposi keteguhan tekan penelitian menurun seiring dengan penambahan tempurung kelapa. Keteguhan tekan yang rendah disebabkan oleh kandungan abu yang ssentase_komposisi tinggi, penyerapan perekat oleh abu tidak terlalu baik, schingga perekatan atau ikatan antar partike! arang tidak berikatan dengan kuat, 27 Rendahnya keteguhan tekan brixet hasil arang penelitian ini disebabkan karena bahan baku yang digunakan dalam pembuatan briket arang adalah kayu pinus yang memiliki berat Jenis rendah antara 0,40 ~ 0,75 (rata-rata 0,55). Menurut Sucrajat (1984) briket arang dari bahan baku kayu yang berkerapaten rendah memberikan nilai yang rendah pula dalam Keteguhan tckannya, sedangkan briket arang dari bahan beku kayu yang berkerapatan tinggi memberikan nilai yang tinggi pula dalam keteguhan tekannya, Pengunaannya perekat pati pada penelitian ini dapat juga menyebabkan rendahnya Keteguhan tekan briket arang. Perekat pati memiliki sifat tidak tahan lembab dan danat menyerap air dari udara sehingga mengurangi daya rekatnya. Perekat pati menghasilkan briket arang dengan keteguhan tekan dan nilai kalor baker yang rendah (Sudrajat, 1984), Selain itu rendahnya perlakuan kadar perekat (2,5%) dalam penelitian: ini mempengaruhi keteguhan tekan arang briket, menurut Pari et al, 1990 penambahan kadar perekat 2kan menambah kuat ikatan antara perekat arang pada briket, semakin tinggi konsentrasi perekat ada kecendrungan semakin tinggi Kekuatan pecahnya. Hal ini disebabkan dengan bertambahnya kadar perekat maka ikatan antara partikel arang akan semakin kuat, keteguhan tekan 32.6656 31,7328 30.383 27.3856 12,4842 a5 3 100% 90%410% 85%+15% 80%+20% 75%+25% perlakuan Gambar 4, Grafik nilai keteguhan tekan pada berbagai perlakuan Keterangan ‘A. 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B, 90+10% (90% arang serbuk gergaiian keyu pinus + 10% arang tempurung kelapa) C. 85+i5% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) D. 80+20% (80% arang serbuk gergalian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) E, 75425% (75% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) Keteguhan tekan yang dihasilkan berkisar antara 12,4842 kg/om* - 32,6656 kg/om. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan kerapatan briket arang buatan Jepang (60 - 65 kgfom?) dan Amerika (62 kg/om?), Tetapi nilai buatan Inggris (12,7 kg/cm?). Keteguhan tekan penelitian ini juga lebih tinggi jike ini cukup memenuhi syarat untuk brikst arang dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (4,67 - 6,72 kg/em?). 28 7. Nilai Kalor ‘Tujuan penetapan nilai kalor untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat dihasitkan briket arang. Nilai kalor menjadi parameter mutu paling penting bagi briket arang sebagai bahan bskar sehingga nilai kalor sangat menentukan kualitas briket arang. Semakin tinggi nilei Kalor bakar briket arang, semakin tinggi pula kualitas briket areng yang dihasitkean, Nilai kalor rata-rata terendah sebesar 6112 kal/g diperoleh pada briket dengan komposisi 100% arang serbuk gergajian kayu pinus, sedangkan nilai kelor rate-rata tertinggi sebesar 6588,5 kal/g diperoleh dengan komposisi 85% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 15% arang tempurung kelapa. Penambahan arang tempurung Kelapa teryata mampu meningkatkan nilai kalor dibandingkan dengan briket arang yang seluruh bahan bakunya berupa arang serbuk gergajian dan pengaruhnya sangat nyata, Penelitian ini juga menghasilkan nilai kalor yang cukup tinggi pada briket arang dengan perlakuan 100% arang serbuk gergajian kayu pinus sebesar 6112 kal/g dibandingkan hasil literatur nilai kalor kayu pinus 4660 kal/g (Atlas Kayu Indonesia, 1989) dan hasil penelitian ini juga lebih tinggi apabila dibandingkan hasil penelitian Nurhayati (2000) dengan metode tungku (Klin) yang menghasilkan nilai kalor kay pinus sebesar 4547 kal/g. Nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu briket arang. Semakin rendah kadar air dan kadar abu briket arang maka akan meningkatkar nilai kalor bakar briket arang yang dihasilkan, Nilai kadar air dan kadar abu dalam penelitian ini sangat rendah apabila dibandingkan dengan standar kualitas briket arang. Kadar air briket arang penelitian berkisar antara 2,1318% - 2,6992% dan kadar abu briket arang penelitian berkisar antara 0,78635% ~ 0,92125%. Hasil penelitian lebih baik dibandingkan dengan standar kualitas kadar air briket arang buatan Jepang (6-8%), Amerika (6,2%), Indonesia (7,57%) dan Inggris (3,6%) dan standar kualitas kadar abu briket arang buatan Jepang (3-4%), Amerika (8,3%), Indonesia (5,51%) dan Inggris (6,9%). Setain itu nilai kalor erat hubungannya dengan kadar karbon terikat yang terkandung didalam briket. Semakin tinggi kadar karbon terikat dalam briket arang maka semakin tinggi pula nilai kalor briket arang. Hal ini disebabkan di dalam proses pembakaran membutuhkan karbon yang bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan kelor. Kadar karbon penelitian tertinggi dihasilkan pada perlakuan 85% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 15% arang tempurung Kelapa sebesar 65,6740% dan perlakuan ini juga menghasilken nilai kalor 29 tertinggi pula sebesar 6588,5 kal/g, Penelitian ini menunjukkan semakin tinggi kadar karbon terikat dalam briket arang maka semakin tinggi pula nilai kalor briket arang. Pada perlakuan 100% arang serbuk gergajian kayu pinus, nilai kadar karbon terikat yang dihasilkan paling rendah sebesar 62,26245%, maka niiai kalor yang dihasilkan juga paling rendah sebesar 6112 kal/g. Nilai kadar karbon terikat mengalami peningkatkan pada perlakuan 90%+10% dan 85%115% arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa yang cukup tinggi yaitu 65,12025% dan 65,6740% maka nilai kalor yang dihesilkan pun cukup tinggi yaitu 6428,5 kal/g dan 6588,5 kal/g, Nemun setelah itu nilai kadar Karbon terikat mengalami penurunan pada perlakuan 89%+20% dan 75%425% arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang fempurung kelapa yaitu sebesar 63,5750% dan 62,97155% sehingga nilai kalor yang Gihasilkan juga mengalami penurunan yaitu sebesar 6524,5 kal/g dan 6412,5 kal/g. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap nilai kalor (Lampiran 7b) memperlihatkan bahwa perlakuan Komposisi arang serbuk gergajian kayu pinus dengan penambahan Persentase arang tempurung kelapa meningkatkan nilai kalor secara sangat nyata briket arang. Kerapatan briket arang juga berpengaruh terhadap nilai kalor. Semakin tinggi kerapatan maka cenderung akan meningkatken nilai kalor karena ikatan antar partikel arang yang lebih kuat sehingga akan menghasilkan panas yang lebih baik (Sudrajat, 1984). Kerapatan penelitian tertinggi dihasilkan pada perlakuan 85% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 15% arang tempurung kelapa sebesar 0,5999 gr/em* dan perlakuan ini juga ‘menghasilkan nilai kalor tertinggi pula sebesar 6588,5 kal/g. Sedangkan pada perlakuan 100% arang serbuk geigajian kayu pinus kerapatan yang dihasilkan paling rendah sebesar 0,5417 griem? maka nilai kalor yang Kerapatan_mengalami peningkatkan pada perlakuan 90%+10% dan 85%+15% arang serbuk kan juga paling rendah sebesar 6112 kal/g. gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,593 gr/cm? dan 0,5996 gr/em? maka nilai kalor yang dihasilkan pun cukup tinggi yaitu sebesar 6428,5 kal/g dan 6588,5 kal/g, Namun setelah itu kerapatan sedikit mengalami penurunan pada perlakuan 80%+20% dan 75%+25% arang serbuk gergajian kayu pinus dan arang tempurung kelapa sebesar 0,5914 gr/cm’ dan 0,5943 gr/em® sehingga nilai kalor yang dihasilkan juga mengalami penurunan sebesar 6524,5 kal/g dan 6412,5 kal/g. 30 100% — 90%+10% 85%+15% 80%420% 75%+25% perlakuan | Gamber 5. Grafik nilai kalor pada berbagai perlakuan Keterangan : ‘A, 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B. $0-10% (90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) C. 85-15% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) D. 80-20% (80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung Kelapa) E. 75-25% (75% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) waar ia | B roo wp Si12 6428.5 65885 65245 gains | | 33 88 S| ee [ ee | | & 3a | | 3 ie pene tes |S iy : be jee | Nilai kalor yang dihasilkan berkisar antara 61 12 - 6588,5 kal/g. Nilai ini lebih rendah ibandingkan dengan nilai kalor briket arang buatan Inggris (7289 kal/g) dan Indonesia (6814,11 kal/g). Tetapi nilai ini cukup memenuhi syarat untuk briket arang bustan Jepang (6000 - 7000 keg), Amerika (6230 kal/g), dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (198,99 - 6522,84 kal/g). V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dati hasil analisis sifat fisis dan kis ia briket arang dari arang serbuk kayu gergajian kayu pinus dengan penambahan arang tempurung kelapa dapat disimpulkan bahwa L Penambahan arang tempurung kelapa pada pembuatan briket arang serbuk gergajian kayu pinus mampu meningkatkan nilai kalor, kadar karbon terikat, kerapatan dan mmampu menurunkan nilai kadar air dan kedar abu. Nilai rata-raia kadar air briket arang hasil penelitian 2,1318 - 2,6992%, Kadar abu 0,7863 - 0,9212%, Kadar zat menguap 33,4760 ~ 36,9521%, Kadar karbon terikat 62,2624 - 65,6740%, Kerapatan 0,5417 - 0,5996 glom®, Keteguhan tekan 12,4842 - 32,6656 kg/em?, dan Nilai kalor 6112,0 - 6588,5 kal/g, Briket arang dengan Komposisi 85% arang serbuk kayu gergajian kayu pinus dan 15% arang tempurung kelapa memberikan hasil yang terbaik untuk kadar zat menguap (33,4760%), kadar karbon terikat (65,6740%), kerapatan (0,5996 g/em?), dan nilai kalor (6588,5 kag). Perbedaan komposisi bahan baku sangat nyata untuk kadar air, kadar abu, kadar zat menguap, kadar karbon ter t arang memberikan pengaruh yang berbeda kerapatan, keteguhan tekan, dan nilai kalor. B. Saran Untuk mendapatkan briket arang yang berkualitas lebih baik, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kadar perekat apakalt dapat menghasifkan sifat fisik dan kimia yang lebih baik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai studi analisis kelayakan usaha pada pembuatan briket arang dari arang serbuk kayu gergajian kayu pinus dengan penambahan arang tempurung kelapa, DAFTAR PUSTAKA. Badan Peneiitian dan Pengembangan Kehutanan, 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilib IL Departemen Fehutanan, Bogor. Djatmiko, B., S. Ketaren, dan Setyahartini, 1985. Arang Pengolahan dan Kegunaannya. Departemen Teknologi Hesil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gustan, P. 2002, Teknologi Altematif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu. Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hartoyo, J dan H. Roliadi. 1978. Pembuatan Briket Arang dari Lima Jenis Kayu Indonesia. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Report No 103. Bogor: Hendra, D, 1999, Teknologi Pembuatan Arang dan Tungku yang Digunakan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Hendra, D dan G. Pari. 2000. Penyempumean Teknologi Pengolahan Arang. Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Badan Penefitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Hendra, D dan S, Darmawan, 2000, Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Gengan Penambahan Tempurung Kelapa. Buletin Pendlitian Has! Hutan Vol. 18 No. 1 pp. 1-9. Bogor. Hudaya, N dan Hartoyo. 1990. Pembuatan Arang Rendemen Tinggi dari Tempurung Kelapa dengan Kiln Drum, Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 7 No, 4 (1990) pp. 134-138. Bogor. ‘Nushayati, T, 1983. Sifat Arang, Briket Arang dan Alkohol yang Dibuet dari Limbai Industri Kayu. Laporan PPPHHY/ FPRDC Report No. 165 pp. 27-33, Bogor. .2000. Produksi Arang dan Destilat Kayu Mangium dan Tusam dari Tungku Kubah, Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 18 No.3 (2000) pp. 137-151, Bogor. Masturin, A. 2002. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang Limba Gergajian Kayu, Skripsi, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakuttas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tidak diterbitkan Muhammad, W. 2002. Penggunaan Arang Tempurung Kelapa Sebagai Adsorben Penurunan Cemaran Kimiawi Limbah Cair Sapi Perah. Skripsi Program Studi Teknologi Hasil Terak, Jurusan Iinu Produksi Temak. Fakultas Petenakan, Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan, 33 Saktiawan, I. 2000. Identifikasi Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Sabut Kelapa (Cocos mufifera L). Skcipsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan, Sudrajat, R. 1984. Pengarsh Kerapatan kayu, Tekanan Pengempaan, dan Jenis Perekat ‘Terhadap Sitat Briket Kayu. Jumal Penelitian Hasil Hutan vol (1) No. 1 hal 11 = 15. Bogor. Siidrajat, R. dan S. Soleh, 1994, Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Badan Penelitian Dan Pengembangar: Kehutanan. Bogor. Suryani, A. 1986, Pengaruh Pengempaan dan Jenis Perekat delam Pembuatan Arang Briket dari Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq). Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gomez, K and A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan Endang Sjamsuddin dan Justica S. Baharsjah, Penerbit Universitas Indonesia (UI ~ Press)., Jakarta. Tampubolon, D. 2001. Pembuatan Briket Arang dari Kotoran Sapi Perah dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Skripsi Jurusan Imu Produksi Temak. Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. ‘Yulistina, N. D. 2001. Analisis Energi dan Biomassa Dalam Proses Pembuatan Briket Arang. Skripsi Fakultes Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan, LAMPIRAN Lampiran 1. Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kadar Air Briket Arang dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus dengan Penambahan Tempurung Lampiran 1a. Data Hasil Pengujian Nilai Kadar Air (‘%4) Ulangan Periakuan x B c D E T 2,6882 2,0710 23471 24024 25017 2 2.7102 72,1926 238 265 2,5160 a od 21318 T3407 Aaa 7,5638 Keterangan © A. 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B. 90+10% (90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) CC. 854+15% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) D. 80+20% (80% arang serbul: gergejian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) E, 75425% (85% arang serbuk gergaiian kay pinus + 25% arang tempurung kelapa) Xr=Rata-rata Lampiran 1b. Analisis Sidik Ragam terhadap Kader Air ‘Sumber | db | Jumlah Kuadrat F Fitung, F tabel keragaman Kuadrat Tengah 3% | 1% Perlakuan [4 03745 10,0936 33,2092" | S19 | 1139 Galat 3 COMI 0.0028 Umum 9 03886 Keterangan : * raraf berbeda sangat nyata a = 0,01 Koefisien keragaman = 2,1835 Lampiran 1c. Analisis Uji Dunean terhadap Kadar Air Perlakuan (7%) Rata-rata (7%) Duncan Groufing 100 2,6992 a 90410 21318 @ 85415 23407 b B0H2G 2.4244 b T5425 2.5638 a Keterangan > Huraf yang sama menunjukan nllei yang tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%, 35 Lampiran 2, Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kadar Abu Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan Tempurung Kelapa, Lampitan 2a. Data Hasil Pengujian Nilai Kadar Abu (%) Ulangan Perlakuan| : A B c D E 1 O74 0,8044 08593 0,8795 5044 2 07853 0,8081 0,8406 0,8669 09381 Xr 0.7863 10,8062 0,8499 0.8732 0.9212 Keterangan ‘A. 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B, 90+10% (90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) CC. 85415% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) D. 80+20% (80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) E, 75+25% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) X= Rata-rata Lampiran 2b. Analisis Sidik Ragam terhadap Kadar Abu Sumber [db | Jumiah Kuadrat F Hitung F tabel keragaman Kuadrat Tengah 3% | 1% Perlakuan [4 10,0230 0,0058 3477e* | 3,19 | 1139 Galat 3 0,008 0,002 Umum | 9 0,0239 Keterangan : ** taraf berbeda sangat nyata a = 0,01 Koefisien keragaman = 1,5215 Lampiran 2c. Analisis Uji Duncan terhadap Kadar Abu Perlakuan (’4) Rate-rata (%) Duncan Groufing 100 0,7863 © ‘90+10 08062 © 85415 0,8499 b 80420 08732 b 75#25 09212 @ Keterangan : Huruf yang sama menunjukan nilat yang tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%. Lampiran 3. Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kadar Zat Menguap Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan ‘Tempurung Kelapa Lampiran 3a. Data Hasil Pengujian Kadar Nilai Zat Menguap (2%) Ulangan Perlakuan a B c D E T 37,3987 | 340827 | 33,9994 | 35,4829 | 36,1203 2 36,5037 34,0643 32,9527 | 35,6207 | 36,0947 Xr 369521 34,0735 33,4760 [35,5518 | 36,1072 Keterangan: ‘A. 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B, 90+10% (90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) CC. 854+15% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) D. 80+20% (80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) E, 75+25% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) Xr= Rata-rata Lampiran 3b. Analisis Sidik Ragam terhadap Kadar Zat Menguap Sumber] db] Jumiah | Kuadrat F Hitung, Fabel keragaman Kuadrat | Tengah 3% | 1% Perlakuan 4 16,5008 4,1252 21,5213** 5,19 11,39 Galat 3 | 09584 1916 Umum 9 17,4592 Keterangan : ** taraf berbeda sangat nyata 0 = 0,01 Koefisien keragaman = 1,2426 Lampiran 3c. Analisis Uji Duncan terhadap Kadar Zat Menguay Perlakuan (%) Rata-rata (%) Duncan Groufing 100 36,9521 @ 90+10 34,0735 c 85415 33,4769 c 80+20 35,5518 b 75425 36,1072 “ab Kelerangan : Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%, Lampiran 4. Data Hasil Pengujian, Anali is Keragaman dan Uji Duncan Kadar Karbon Terikat Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan Tempurung Kelapa, Lampiran 4a, Data Hasil Pengujian Nilai Kadar Karbon Terikat (%) ‘Ulangan Perlakuan A B Cc D E 1 61,8139 65,1129 65,1413 63,6376 62,9753 2 62,7110 65,1276 66,2067 63,5124 62,9678 | Xr 62,2624 65,1202. 65,6740 63,5750 62,9715 Keterangan: A. 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B. 90+10% (90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) C. 85+15% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) D, 80+20% (80% arang serbuk gergajian kaya pinus + 20% arang tempurung kelapa) E, 75+25% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) Xr= Rata-rata Lampiran 4b. Analisis Sidik Ragam terhadap Kadar Karbon Terikat Sumber db] Jumlah Kuadrat F Hitung F tabel keragaman Kuadrat | Tengah 3% | 1% Perlakuan | 4 16,5663 ‘41415 21,1759%* 519 [11,39 Galat 3 0,979 0,1955 Umum 9 17,5442 Keterangan : ** taraf berbeda sangat nyata a= 0,01 Koefisien keragaman = 0,69186 Lampiran 4c. Analisis Uji Duncan terhadap Kadar Karbon Terikat Perlakuan (%) Rata-rata (%) Dunean Groufing 100 62,2624 e ‘90410 65,1202 a 85415 65,6740 @ 8020 63,5750 b 7525 29715 | be a Keterangan : Huraf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%, 38 Lampiran 5. Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Kerapatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan Tempurung Kelapa. ‘Lampiran Sa. Data Hi Penguijian Nilai Kerapatan (g/cm?) Ulangan Perlakuan A B c D E H 0.5405 0,6001 0,6007 05977 0.5978 2 05429 10,5986 05585 0.5852 05909 Xr OST 05593 05996 05018 0.5943 Keterangan = ‘A. 100% (100% arang serbuk gergaji B. 90+10% (90% arang serbuk gerga is + 10% arang tempurung kelapa) C. 85415% (85% arang serbuk gerga is + 15% arang tempurung kelapa) D, 80+20% (80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) E, 75+25% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) Xr= Rata-rata kayu pinus) Lampiran Sb. Analisis Sidik Ragam terhadap Kerapatan Sumber db Jumlah Kuadrat F Hitung F tabel ‘keragaman Kuadrat Tengah 5% | 1% Perlakuan 4 0,048, 0,0012, ‘56,0764** 5,19 | 11,39 Galat 5 0,0001 0,00002, Umum 9 0,049 Keterangan : ** taraf berbeda sangat nyata a = 0,01 Koefisien keragaman = 0,7941 Lampiran Se. Analisis Uji Duncan terhadap Kerapatan Perlakuan (%) Rata-rata (g/cm?) Duncan Groufing 100 0,5417 b 90410 0,5993 a 85415 0,5996 a 80420 0,5914 a T5425, 0,5943 a Keterangan ; Huraf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%, 39 Lampiran 6. Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan Keteguhan Tekan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan ‘Tempurung Kelapa. Lampiran 6a. Data Hasi! Pengujian Nilai Keteguhan Tekan (kg/om*) Ulangan Perlakuan A B c D E T 30,2733 32,1525 27,1333 28,2853 17,8218 2 35,0579 313131 33,6327 26,4859 13,1467 Xr 32,6656 738 30,3830 27,3856 12,4842 Keterangan : ‘A. 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B, 90+10% (90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) C. 85+15% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) D. 80+20% (80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) E, 754#25% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% arang tempurung kelapa) Xr= Rata-rata Lampiran 6b. Analisis Sidik Ragam terhadap Keteguhan Tekan Sumber | db Jumlah Kuadrat F Hitung, F tabel keragaman Kuadrat Tengah o% | % Perlakuan | 4 553,5489 138,5872 19,5374"* 3,19 [11,39 Galat 5 35,4161 7,0832 Umum | 9 588,9651 Keterangan : ** tarat berbeda sangat nyataa = 0,01 Koefisien keragaman = 9,8827 Lampiran 6c. Analisis Uji Duncan terhadap Keteguhan Tekan Perlakwan (%) Rata-rata (kg/em?) Dunean Groufing 100 32,6656 @ 90710 31,7328 @ 85415 30,3830 @ 80420 27,3856 a 75425 12,4842 6 Keterangan : Huruf yang sama menunjukan nilai yang tidak berbeda pada tngkat kepercayaan 95%, 40 Lampiran 7. Data Hasil Pengujian, Analisis Keragaman dan Uji Duncan lai Kalor Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus dengan Penambahan Tempurang Kelapa. Lampiran 7a. Data Hasil Pengujian Nilai Kalor (kal/gr) Ulangan erlakuan a B c D E T 6082 6454 6604 6498 6 2 61a, 6403, a 6554 6386 Xr 6112,0 6428,5 6588,5 65245 64125 Keterangan = ‘A. 100% (100% arang serbuk gergajian kayu pinus) B. 90+10% (90% arang serbuk gergajian kayu pinus + 10% arang tempurung kelapa) CC. 85415% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 15% arang tempurung kelapa) D. 80#20% (80% arang serbuk gergajian kayu pinus + 20% arang tempurung kelapa) E. 75+25% (85% arang serbuk gergajian kayu pinus + 25% aranig tempurung kelapa) Xr= Rata-rata Lampiran 7b. Analisis Sidik Ragam terhadap Nilai Kalor ‘Sumber | db | Jumlah Kuadret F Hitung F tabel keragaman Kuadrat Tengah % | 1% Perlakuan | 4 | 268147,60 | 67036,50 43a [3,19 [1139 Galat 3 | 6726,00 1345,20 Umum | 9 | 274873,60 Keterangan : ** taraf berbeda sangat nyata a= 0,01 Koefisien keragaman = 0,5719 Lampiran Je. Analisis Uji Duncan terhadap Nilai Kalor Perlakuan (%) Rata-rata (kal/r) Duncan Groufing 100 6112,0 © 90-10 4285 6 a515 6588.5 a 30-20 6524.5, a 75-25 64125 b Keterangan > Huruf yang sama menunjukan nilat yang tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%. 4a Lampiran 8. Proses Pembuatan Briket Arang Balitbang Kehutanan, 1994 Serbuk gergajian kayu pinus ‘Tempurung kelapa Dijemur/kering matahari Karbonisasi (5 — 7 jam ; 500 - 600°C) 1 Penggilingan ~ 50 mesh serbuk sgergajian kayu pinus + 70 mesh tempurung. Penyaringan kelapa v Pencampuran dengan perekat J Pencetakan dan Pengempaan (20 ton; 16 cetakan) Y Pengeringan (60°C ; 24 jam) Pengujian — ’ Pengemasan 42 Lampiran 9. Aliran proses pembuatan briket erang Serbuk Gergajian Kayu Pinus ‘Tompurung Kelapa + Pengeringan Bahan Baku t Persiapan Kiln Drum L Pengisian Kiln Drum J Pengarangan 4 Pendinginan 4 Penyortiran 4 Penggilingan dan Penyaringan 4 Persiapan Perekat 4 Pencampuran Perckat Perbandingan Campuran Serbuk Arang 1, 100% arang serbuk gergajian kayu pinus 3. 85% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 15% arang tempurung kelapa 4, 80% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 20% arang tempurung kelapa 5. 75% arang serbuk gergajian kayu pinus dan 25% arang tempurung kelapa Pencetakan dan Pengempaan 4 Pengeringan 4 Briket Arang —> Pengujian Kualiatas + 1. Kadar Air 2. Kedar Abu 3. Kadar Zat Menguap 4. Kadar Karbon Terikat 5. Kerapatan 6. Keteguhan Tekan 7. Nilai Kaior

Anda mungkin juga menyukai