Anda di halaman 1dari 22

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari minggu pertama tahun

2018, di lapangan sepak bola AGS Sukomoro, jalan Palembang-Betung, KM 18,

Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Untuk memperoleh data secara objektif, penelitian ini dilaksanakan lebih awal

sebelum terbitnya surat izin penelitian dari kampus. Hal ini dilakukan atas saran

dari pembimbing dengan alasan agenda PORPROV selesai pada bulan november

2017, sementara data kebugaran jasmani atlet mesti diperoleh pasca kegiatan

PORPROV. Jika penelitian dilaksanakan dalam rentang waktu yang lama pasca

PORPROV dikhawatirkan berdampak pada hasil tes kebugaran jasmani atlet.

Sampel penelitian ini berjumlah 13 orang atlet terdiri dari 6 orang atlet

putri dan 7 orang atlet putra. Penelitian berlangsung selama 1 hari dan

pelaksanaan dimulai dari pukul 07:30 WIB s.d. selesai. Peneliti membagi menjadi

tiga tahapan, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.

Pada tahap pendahuluan, peneliti memberi salam, menyiapkan barisan, dan

berdoa. Berusaha menyapa atlet untuk menarik perhatian mereka dengan

mengajukan pertanyaan tentang kesiapan fisik dan mental pasca kegiatan

PORPROV.

Tahap inti, melakukan peregangan statis dan dilanjutkan dengan

pelaksanaan setiap item tes, ada 5 item tes yaitu lari 60 meter, pull up, sit up,

50
51

Vertikal Jump, dan lari 1.200 m. peneliti dibantu oleh bebrapa rekan untuk

memberikan aba-aba dan mencatat hasil skor. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu kelompok putra dan putri.

Tahap penutup, melakukan cooling down selanjutnya atlet dibariskan

kembali untuk memberikan pengarahan tentang kegiatan tes yang telah mereka

lakukan. Kemudian tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi

dan semangat atlet dalam mengikuti kegiatan penelitian dari awal hingga selesai.

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini sampel berjumlah 13 orang dan awalnya

dikatagorikan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok putra berjumlah 7 orang dan

kelompok putri berjumlah 6 orang. Hal ini dilakukan dengan alasan norma tes

TKJI per item antara putra dan putri berbeda, serta satuan ukur yang digunakan

untuk masing-masing butir tes berbeda, yang meliputi satuan waktu, ulangan

gerak, dan ukuran tinggi.

Untuk mendapatkan hasil akhir, maka perlu diganti dalam satuan yang

sama yaitu “Nilai”. Setelah hasil kasar setiap tes diubah menjadi satuan nilai,

maka dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir TKJI. Hasil

penjumlahan tersebut digunakan untuk dasar penentuan klasifikasi kesegaran

jasmani.

Data hasil penelitian yang telah diperoleh melalui tes kebugaran jasmani

indonesia terhadap 13 orang atlet karate Kabupaten Banyuasin dapat dipaparkan

pada tabel di bawah ini:


50
52

Tabel 4.1 Hasil TKJI Karateka Porprov Banyuasin

Jenis Tes
Identitas
No JK Umur Gantung Vertikal Jump Lari
Atlet
Lari Sit-
60 m Siku Angkat up Tinggi Hasil 1000 m 1200 m
I II III
Tekuk Tubuh raihan
1 ASN P 8,7” 18 - 15 197 223 210 236 39 cm 6,25” -
2 AJ L 10,2” - 10 39 198 243 242 242 45 cm - 5,13”
3 AP L 10,7” - 10 33 228 264 260 261 36 cm - 6,57”
4 AD L 9,8” - 9 39 220 264 260 258 44 cm - 6,02”
5 DV P 12,3” 18 - 9 227 265 262 259 35 cm 7,11” -
6 DNR P 10,5” 23 - 24 197 229 220 221 32 cm 6,15” -
7 F P 11,5” 9 - 19 197 218 236 225 39 cm 7,21” -
8 FW L 9,1” - 15 40 222 278 278 274 56 cm - 5,22”
9 M L 11,3” - 9 35 224 269 260 265 45 cm - 6,31”
10 M. I L 7,4” - 8 28 220 266 263 268 48 cm - 6,12”
11 Q P 12,3” 8 - 25 190 226 220 219 36 cm 6,35” -
12 RNR L 9,9” - 14 47 203 257 259 260 57 cm - 5,02”
13 TP P 10,5” 9 - 17 185 200 207 210 35 cm 6,44” -
53

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dideskripsikan hasil tes TKJI atlet

per item. Adapun hasilnya sebagai berikut:

4.1.2.1 Lari 60 Meter

a) Putra

Berdasarkan norma tes lari 60 meter untuk 7 orang atlet putra, yang

memiliki catatan waktu antara 7,3” – 8,3” dengan nilai ‘4’ sebanyak 1 orang

dengan persentase 14,29 % , catatan waktu antara 8,4” – 9,6” dengan nilai ‘3’

sebanyak 1 orang dengan persentase 14,29 %, catatan waktu antara 9,7” – 11,0”

dengan nilai ‘2’ sebanyak 4 orang dengan persentase 57,14 %, dan catatan waktu

antara 11,1” – dst dengan nilai ‘1’ sebanyak 1 orang dengan persentase 14,29%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Lari 60 Meter

Nilai Norma Lari 60 Meter Frekuensi %


5 s.d. – 7,2” 0 0
4 7,3” – 8,3” 1 14,29
3 8,4” – 9,6” 1 14,29
2 9,7” – 11,0” 4 57,14
1 11,1” - dst 1 14,29
Total 7 100

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:
54

Gambar 4.1 Diagram Histogram Lari 60 Meter

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 7 orang atlet

putra yang memiliki kemampuan lari 60 meter dengan kategori “Baik” hanya 1

orang, kategori “cukup” 1 orang, kategori “kurang” ada 4 orang, dan kategori

“sangat kurang” 1 orang.

b) Putri

Berdasarkan norma tes lari 60 meter untuk 6 orang atlet putri, yang

memiliki catatan waktu antara 8,5” – 9,8”dengan nilai ‘4’ sebanyak 1 orang

dengan persentase 16,67 % , catatan waktu antara 9,9” – 11,4”dengan nilai ‘3’

sebanyak 2 orang dengan persentase 33,33 %, dan catatan waktu antara 11,5” –

13,4” dengan nilai ‘2’ sebanyak 3 orang dengan persentase 50 %. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini:


55

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lari 60 Meter Putri

Nilai Norma Lari 60 Meter Frekuensi Presentase


5 s.d. – 8,4” 0 0
4 8,5” – 9,8” 1 16,67
3 9,9” – 11,4” 2 33,33
2 11,5” – 13,4” 3 50,00
1 13,5” - dst 0 0,00
Total 6 100

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4.2 Diagram Histogram Lari 60 Meter Putri

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 6 orang atlet

putri yang memiliki kemampuan lari 60 meter dengan kategori “Baik” hanya 1

orang, kategori “cukup” 2 orang, dan kategori “kurang” ada 3 orang.

4.1.2.2 Gantung
56

a) Putra (Gantung Angkat Tubuh)

Berdasarkan norma tes gantung angkat tubuh untuk 7 orang atlet putra,

yang memperoleh pengulangan angkat tubuh antara 14 – 18 dengan nilai ‘4’

sebanyak 2 orang dengan persentase 28,57 % , pengulangan angkat tubuh antara

9 – 13dengan nilai ‘3’ sebanyak 4 orang dengan persentase 57,14%, dan

pengulangan angkat tubuh antara 5 – 8 dengan nilai ‘2’ sebanyak 1 orang dengan

persentase 14,29 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi

frekuensi di bawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gantung Angkat Tubuh

Nilai Norma Gantung Angkat Tubuh Fi %


5 19 – keatas 0 0
4 14 – 18 2 28,57
3 9 – 13 4 57,14
2 5–8 1 14,29
1 0–4 0 0,00
Total 7 100

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:
57

Gambar 4.3 Diagram Histogram Gantung Angkat Tubuh

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 7 orang atlet

putra yang memiliki kemampuan gantung angkat tubuh dengan kategori “Baik”

hanya 2 orang, kategori “cukup” 4 orang, dan kategori “kurang” ada 1 orang.

b) Putri (Gantung Tekuk Siku)

Berdasarkan norma tes gantung tekuk siku untuk 6 orang atlet putri, yang

memperoleh pengulangan angkat tubuh antara 22 – 40dengan nilai ‘4’ sebanyak 1

orang dengan persentase 16,67 % , pengulangan angkat tubuh antara 10 –

21dengan nilai ‘2’ sebanyak 2 orang dengan persentase 33,33%, dan

pengulangan angkat tubuh antara 3 – 9 dengan nilai ‘2’ sebanyak 3 orang dengan

persentase 50 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi

di bawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Gantung Tekuk Siku

Nilai Norma Gantung Tekuk Siku Fi %

5 41 – keatas 0 0
58

4 22 – 40 1 16,67
3 10 – 21 2 33,33
2 3–9 3 50,00
1 0–2 0 0,00
Total   6 100

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4.4 Diagram Histogram Gantung Tekuk Siku

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 6 orang atlet

putri yang memiliki kemampuan gantung tekuk siku dengan kategori “Baik”

hanya 1 orang, kategori “cukup” 2 orang, dan kategori “kurang” ada 3 orang.

4.1.2.3 Sit-Up

a) Putra

Berdasarkan norma tes sit-up untuk 7 orang atlet putra, yang memperoleh

pengulangan antara 41 – keatas dengan nilai ‘5’ sebanyak 1 orang dengan

persentase 14,29 % , hasil pengulangan antara 30 – 40 kali dengan nilai ‘4’


59

sebanyak 5 orang dengan persentase 71,43%, dan hasil pengulangan antara 21 –

29 dengan nilai ‘3’ sebanyak 1 orang dengan persentase 14,29 %. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sit-up

Nilai Norma Sit-up Fi %


5 41 – keatas 1 14,29
4 30 – 40 5 71,43
3 21 – 29 1 14,29
2 10 – 20 0 0,00
1 0–9 0 0,00
Total   7 100

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4.5 Diagram Histogram sit-up

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 7 orang atlet

putra yang memiliki kemampuan sit-up dengan kategori “Sangat Baik” hanya 1

orang, kategori “Baik” 5 orang, dan kategori “cukup” ada 1 orang.


60

b) Putri

Berdasarkan norma tes sit-up untuk 6 orang atlet putri, yang memperoleh

hasil pengulangan antara 20 – 27 dengan nilai ‘4’ sebanyak 2 orang dengan

persentase 33,33 % , hasil pengulangan antara 10 – 19 dengan nilai ‘3’ sebanyak

3 orang dengan persentase 50%, dan hasil pengulangan antara 3 – 9 dengan nilai

‘1’ sebanyak 1 orang dengan persentase 16,67 %. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sit-up

Nilai Norma Sit-up Fi %

5 28 – keatas 0 0,00
4 20 – 27 2 33,33
3 10 – 19 3 50,00
2 3–9 1 16,67
1 0–2 0 0,00
Total 6 100

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:
61

Gambar 4.6 Diagram Histogram Sit-up Putri

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 6 orang atlet

putri yang memiliki kemampuan sit-up dengan kategori “Baik” hanya 2 orang,

kategori “cukup” 3 orang, dan kategori “kurang” ada 1 orang.

4.1.2.4 Vertical Jump

a) Putra

Berdasarkan norma tes Vertical Jump untuk 7 orang atlet putra, yang

memperoleh loncatan antara 50 – 59 dengan nilai ‘3’ sebanyak 2 orang dengan

persentase 28,57 % , hasil loncatan antara 39 – 49 cm dengan nilai ‘2’ sebanyak

4 orang dengan persentase 57,14%, dan hasil loncatan < 38dengan nilai ‘1’

sebanyak 1 orang dengan persentase 14,29 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Vertical Jump

Nilai Norma Vertical Jump Fi %


5 73 – keatas 0 0,00
4 60 – 72 0 0,00
3 50 – 59 2 28,57
2 39 – 49 4 57,14
1 38 dst 1 14,29
Total 7 100
62

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4.7 Diagram Histogram Vertical Jump

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 7 orang atlet

putra yang memiliki kemampuan vertical jump dengan kategori “cukup” hanya 2

orang, kategori “kurang” 4 orang, dan kategori “kurang sekali” ada 1 orang.

b) Putri

Berdasarkan norma tes vertical jump untuk 6 orang atlet putri, yang

memperoleh hasil loncatan antara 39 – 49dengan nilai ‘4’ sebanyak 2 orang

dengan persentase 33,33 % , dan hasil loncatan antara 31 – 38 dengan nilai ‘3’

sebanyak 4 orang dengan persentase 66,67%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Vertical Jump


63

Nilai NormaVertical Jump Fi %

5 50 – keatas 0 0,00
4 39 – 49 2 33,33
3 31 – 38 4 66,67
2 23 – 30 0 0,00
1 22 dst 0 0,00
Total 6 100

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4.8 Diagram Histogram Vertical JumpPutri

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 6 orang atlet

putri yang memiliki kemampuan vertical jump dengan kategori “baik” hanya 2

orang, dan kategori “cukup” 4 orang.

4.1.2.5 Lari 1000 Meter dan 1200 Meter

a) Putra (1200 meter)

Berdasarkan norma tes lari 1200 meter untuk 7 orang atlet putra, yang

memperoleh catatan waktu antara 4,26" – 5,12" dengan nilai ‘3’ sebanyak 1
64

orang dengan persentase 14,29 %, catatan waktu antara 5,13" – 6,33" dengan

nilai ‘2’ sebanyak 5 orang dengan persentase 71,43%, dan catatan waktu antara

6,34" dst dengan nilai ‘1’ sebanyak 1 orang dengan persentase 14,29 %. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Lari 1200 meter

Nilai Norma Lari 1200 m Fi %


5 s.d. 3,14" 0 0,00
4 3,15" – 4,25" 0 0,00
3 4,26" – 5,12" 1 14,29
2 5,13" – 6,33" 5 71,43
1 6,34" dst 1 14,29
Total 7 100

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:
65

Gambar 4.9 Diagram Histogram Lari 1200 meter

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 7 orang atlet

putra yang memiliki kemampuan lari 1200 meter dengan kategori “baik” hanya 1

orang, kategori “cukup” 5 orang, dan kategori “kurang” ada 1 orang.

b) Putri (1000 meter)

Berdasarkan norma tes lari 1000 meter untuk 6 orang atlet putri, yang

memperoleh catatan waktu antara 5,59" – 7,23" dengan nilai ‘2’ sebanyak 6 orang

dengan persentase 100 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi

frekuensi di bawah ini:

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Lari 1000 meter

Nilai Norma Lari 1000 m Fi %


5 s.d. 3,52" 0 0,00
4 3,53" – 4,56" 0 0,00
3 4,57" – 5,58" 0 0,00
2 5,59" – 7,23" 6 100,00
1 7,24" dst 0 0,00
Total   6 100
66

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 4.10 Diagram Histogram Lari 1000 meter

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa dari 6 orang atlet

putri yang memiliki kemampuan lari 1000 meter dengan kategori “kurang”

berjumlah 6 orang.

4.3 Pembahasan

TKJI merupakan satu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes harus

dilaksanakan secara berurutan, terus-menerus dan tidak terputus dengan

memperhatikan kecepatan perpindahan butir tes ke butir tes berikutnya dalam

waktu 3 menit. Butir tes dalam TKJI bersifat baku dan tidak boleh dibolak-balik.

Analisis data di atas merupakan hasil setiap butir tes yang telah dicapai

oleh atlet karate Kabupaten Banyuasin. Hasil TKJI atlet setiap butir tesnya

beragam, dan hasil setiap butir yang telah dicapai dapat disebut sebagai hasil
67

kasar. Hal ini disebut hasil kasar karena satuan ukuran yang digunakan masing-

masing butir tes berbeda, yang meliputi satuan waktu, ulangan gerak, dan ukuran

tinggi.

Untuk mendapatkan hasil akhir, maka perlu diganti dalam satuan yang

sama yaiitu NILAI. Setelah hasil kasar setiap tes diubah menjadi satuan nilai,

maka dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir TKJI. Hasil

penjumlahan tersebut digunakan untuk dasar penentuan klasifikasi kesegaran

jasmani remaja. Adapun niai TKJI atlet karate Kabupaten Banyuasin dapat

disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.12 Nilai TKJI Atlet Karate Banyuasin

Identitas Rangkaian Tes


No J.K Umur Jmlh Klasifikasi
Atlet 1 2 3 4 5
1 ASN P   4 3 3 4 2 16 Sedang
2 AJ L   2 3 4 2 2 13 Kurang
3 AP L   2 3 4 1 1 11 Kurang
4 AD L   2 3 4 2 2 13 Kurang
5 DV P   2 3 2 3 2 12 Kurang
6 DNR P   3 4 4 3 2 16 Sedang
7 F P   2 2 3 4 2 13 Kurang
8 FW L   3 4 4 3 2 16 Sedang
9 M L   1 3 4 2 2 12 Kurang
10 M. I L   4 2 3 2 2 13 Kurang
11 Q P   2 2 4 3 2 13 Kurang
12 RNR L   2 4 5 3 3 17 Sedang
13 TP P   3 2 3 3 2 13 Kurang
68

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Hasil TKJI Atlet Karate Kab. Banyuasin

Klasifikasi Kesegaran Jasmani Jumlah Nilai Fa Fi (%)


Baik Sekali (BS) 22 – 25 0 0
Baik (B) 18 – 21 0 0
Sedang (S) 14 – 17 4 31
Kurang (K) 10 – 13 9 69
Kurang Sekali (KS) 5–9 0 0
Total 13 100

Berdasarkan klasifikasi kebugaran jasmani Indonesia dari 13 orang atlet

karete Kabupaten Banyuasin, terdapat 2 kalsifikasi yang tercapai yaitu kategori

“sedang” dengan jumlah nilai 14 – 17 sebanyak 4 orang atlet, dan kategori

“kurang” dengan nilai 10 – 13 sebanyak 9 orang atlet. Apabila ditampilkan dalam

bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.12 Diagram Kesegaran Jasmani Atlet Karate Kab. Banyuasin

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa atlet karate Porprov

Kabupaten Banyuasin cukup banyak yang belum memiliki tingkat kebugaran

jasmani yang baik, terbukti dari 13 orang atlet hanya 31% yang memiliki
69

kebugaran jasmani yang baik, dan 69% lainnya kesegaran jasmani atlet dalam

kategori kurang. Permasalahan ini kontras dengan masalah yang sebelumnya

muncul dimana menurunnya perolehan medali kontingen karate Kabupaten

Banyuasin pada Porprov 2017

Kebugaran jasmani diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dilihat

dari pernyataan diatas maka hasil lebih banyak atlet belum memiliki tingkat

kebugaran jasmani yang akan berdampak pada aktivitas sehari-hari maupun pada

saat pertandingan. Begitu pentingnya kebugaran jasmani bagi atlet maka tugas

pelatih untuk memberikan latihan serta program latihan yang terbaik untuk

menjaga maupun meningkatkan kebugaran jasmani yang kurang dari atlet yang

dimiliki.

Djoko Pekik Irianto (2004:9) mengemukakan bahwa melakukan


aktivitas jasmani adalah salah satu alternatif paling efektif dan aman
untuk memperoleh kebugaran, sebab berolahraga mempunyai banyak
manfaat, antara lain manfaat fisik (meningkatkan komponen kebugaran),
manfaat psikis (lebih tahan terhadap stress, lebih mampu berkonsentrasi),
dan manfaat sosial (menambah percaya diri dan sarana berinteraksi).
Dalam latihan fisik, kondisi fisik seseorang akan sangat mempengaruhi
bahkan menentukan gerak penampilannya.
Harsono (2001:4) menjelaskan bahwa dengan kondisi fisik yang
baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem organisasi tubuh, di
antaranya: (1) peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja
jantung, (2) peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan
komponen kondisi fisik lainnya, (3) ekonomi gerak yang lebih baik pada
waktu lainnya, (4) pemulihan yang lebih cepat dalam organisme tubuh
setelah latihan, (5) respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila
sewaktu-waktu respon diperlukan.
Jika kelima keadaan di atas tidak atau kurang tercapai setelah suatu
masa latihan kondisi fisik tertentu, maka berarti perencanaan dan
sistematika, metode dan perlaksanaanya kurang tepat.
70

Pembinaan atlet karate Kabupaten Banyuasin, jika dilihat dengan kondisi

sarana dan prasarana olahragacukup baik dan mendukung, sehingga dalam proses

latihan dapat menggunakan fasilitas yang cukup lengkap, dengan hasil penelitian

yang masuk kategori kurang maka dapat diberikan penjelasan, bahwa hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut yaitu:

a. Kondisi aktifitas, waktu tidur dan istirahat yang dilakukan sebelumnya.

Sebab waktu istirahat dibutuhkan tubuh untuk pemulihan kondisi tubuh

setelah aktivitas seharian, faktor kelelahan dan kurangnya waktu istirahat

membuat pelaksanaan tes tidak maksimal sehingga dapat mempengaruhi

kondisi fisik pada saat diambil datanya.

b. Asupan makanan dan gizi sebelum pelaksanaan tes dilaksanakan karena

asupan makanan dan gizi dibutuhkan tubuh untuk proses pertumbuhan,

mengganti sel yang rusak.

c. Cidera yang dialami beberapa pemain yang membuat gerakan tes tidak

maksimal.

d. Pola latihan yang kurang terkontrol sebelumnya. Frekuensi latihan yang

kurang mengakibatkan kerja jantung paru kurang maksimal yang akan

berpengaruh terhadap tingkat daya tahan juga kurang sehingga hasil yang

diharapkan tidak sesuai dengan yang didapatkan pada saat diukur atau saat

diambil datanya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


71

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data TKJI yang diperoleh peneliti dan analisis data pada bab

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa atlet karate Porprov Kabupaten Banyuasin

cukup banyak yang belum memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik, terbukti

dari 13 orang atlet hanya 31% yang memiliki kebugaran jasmani yang baik, dan

69% lainnya kesegaran jasmani atlet dalam kategori kurang. Permasalahan ini

kontras dengan masalah yang sebelumnya muncul dimana menurunnya perolehan

medali kontingen karate Kabupaten Banyuasin pada Porprov 2017.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa saran

diantaranya:

a. Bagi pemain hendaknya agar terus termotivasi, lebih semangat berlatih dan

menjaga kedisiplinan latihan dan makanan agar semakin mendukung kondisi

fisik bagi yang kurang.

b. Bagi pelatih hendaknya selalu mengontrol kesegaran jasmani atlet dan

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani, serta

meningkatkan frekuensi dan variasi latihan dengan berbagai bentuk model

latihan, sehingga bagi yang masih kurang dapat ditingkatkan.

c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan populasi yang luas lagi,

aturan yang lebih ketat, agar hasil penelitian mengenai kesegaran jasmani atlet

karate Kabupaten Banyuasin dapat teridentifikasi lebih luas lagi.

Anda mungkin juga menyukai