Anda di halaman 1dari 10

RESUME

KRISTAL & KRISTALOGRAFI

A. Kristal
Kristal ialah bahan/benda padat yang bersifat homogen, biasanya anisotrop
dan tembus dari cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu yang pasti sehingga
susunan di bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri: Jumlah dan
kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut
dibatasi oleh beberapa bidang datar yang kedudukan dan jumlahnya tertentu.
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang
datar dan rata mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang tersebut dinamakan
sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang
saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu
baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongan dengan sumbu-sumbu
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus
dan menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai
satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
 Tidak termasuk didalamnya cair dan gas.
 Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses
fisika.
 Terbentuknya oleh proses alam.
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri :
 Jumlah bidang suatu kristal selalu tetap.
 Macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap.
 Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

B. Sifat Dasar Kristal & Bidang Muka Kristal


Kristal mempunyai sifat dasar menurut Steno yaitu ada dua bidang muka
kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu
kristal. Hukum ini kemudian dikenal dengan Hukum Ketetapan Sudut bidang dua
atau Hukum Steno.
Bidang muka kristal ialah bidang-bidang datar yang membentuk permukaan
kristal. Masing-masing kristal akan mempunyai letak dan arah bidang muka
kristal tertentu dan berbeda-beda.
Contoh: Kristal tawas [(NH4)2Al2(SO4)4.24H20].

C. Proses Keterbentukan Kristal


Terdapat beberapa tahap untuk menjadi sebuah batuan kristal, dan setiap
tahap yang terjadi pada batuan kristal akan mempengaruhi pada sifat – sifat dari
kristal. Tahapan itu juga sangat bergantung pada bahan dasar dan kondisi
lingkungan kristal itu berasal. Fase – fase atau tahapan pembentukan kristal
secara umum yaitu:
1. Fase cair ke padat
Pada fase ini cairan yang merupakan bahan dasar pembentukan kristal
mengalami proses pembekukan atau pemadatan sehingga membentuk
batuan kristal. Proses ini sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu
lingkungan. Kristal yang berasal dari bahan cair, biasanya terjadi dalam
skala luas, bisa jadi kerena faktor alam maupun faktor industri.
2. Fase gas ke padat (sublimasi)
Pembentukan kristal bisa terjadi dari perubahan gas dalam hal ini uap
menjadi padatan, tanpa harus melalui tahap cair terlebih dahulu. Bentuk
kristal yang dihasilkan biasanya berukuran lebih kecil dan juga berbentu
rangka. Kristal yang dihasilkan merupakan hasil dari proses sublimasi
gas – gas yang memadat akibat dari perubahan lingkungan. Gas – gas
ini berasal dari aktivitas gunung api, kemudian gas – gas tersebut
membeku karena adanya perubahan suhu.
3. Fase padat ke padat
Proses pembentukan kristal ini biasanya terjadi pada agregat kristal di
bawah pengaruh dari tekanan dan juga temperatur. Hanya strukturnya
saja yang berubah namun unsur – unsur kimia di dalamnya tetap. Pada
proses ini batuan kristal sudah terbentuk sebelumnya akibat dari suhu
dan tekanan, sehingga kristal tersebut berubah bentuk dari segi unsur –
unsur fisik saja.
D. Kristalografi
Kristalografi merupakan ilmu yang mempelajari kristal. Dalam
perkembangannya, tentu saja Kristalografi tidak dapat berdiri sendiri tanpa
dukungan ilmu lain. Selain didukung ilmu lain, Kristalografi juga mendukung ilmu
lain.
Secara ringkas Kristalografi mendukung mineralogi deskriptif, Kimia kristal,
dan Taksonomi mineralogi. Dimana ketiganya itu merupakan pendukung
mineralogi. Mineralogi selanjutnya menjadi pendukung utama petrologi.
Mineralogi sendiri didukung oleh Kimia anorganik, Termokimia, dan Geokimia.

E. Sistem Kristalografi
Terdapat 32 kelas macam sistem kristal yang telah digolongkan menjadi 7.
Dasar penggolongan sistem kristal tersebut ada tiga hal, yaitu:
 Jumlah sumbu kristal.
 Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain.
 Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal.
Adapun ke 32 kelas sistem kristal tersebut adalah :

Sumber: Koerunnas, 2012


Tabel 1
Tabel Kelas Sistem Kristal

1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga merupakan sistem reguler, bahkan sering dikenal sebagai
sistem kubus/kubik (Gambar 1). Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu sama panjangnya.
Kristalografi Mineralogi: Sistem Kristal, Bidang Simetri, Sumbu Simetri, Pusat
Simetri, Polimorf, dan Isomorf.

Sumber: Koerunnas, 2012


Gambar 1
Sistem Isometrik

2. Sistem Tetragonal
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus (Gambar 2). Sumbu a dan b mempunyai
satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kristalografi Mineralogi: Sistem
Kristal, Bidang Simetri, Sumbu Simetri, Pusat Simetri, Polimorf, dan Isomorf.

Sumber: Koerunnas, 2012


Gambar 2
Sistem Tetragonal

3. Sistem Rombis/Orthorombik
Sistem ini disebut juga orthorombis (Gambar 3) dan mempunyai 3 sumbu
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal
tersebut mempunyai panjang yang berbeda.Kristalografi Mineralogi: Sistem
Kristal, Bidang Simetri, Sumbu Simetri, Pusat Simetri, Polimorf, dan Isomorf.

Sumber: Koerunnas, 2012


Gambar 3
Sistem Orthorombik

4. Sistem Heksagonal
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-masing saling
membentuk sudut 120◦ satu terhadap yang lain (Gambar 4). Sumbu a, b, dan d
mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kristalografi Mineralogi:
Sistem Kristal, Bidang Simetri, Sumbu Simetri, Pusat Simetri, Polimorf, dan
Isomorf.

Sumber: Koerunnas, 2012


Gambar 4
Sistem Keksagonal
Sistem heksagonal: (a) asli, (b) modifikasi, (c) vanadinit, dan (d) kuarsa

5. Sistem Trigonal
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal
(Gambar 5). Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya
bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam
kemudian dibuat segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati
satu titik sudutnya. Kristalografi Mineralogi: Sistem Kristal, Bidang Simetri,
Sumbu Simetri, Pusat Simetri, Polimorf, dan Isomorf.

Sumber: Koerunnas, 2012


Gambar 5
Sistem Trigonal

6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya yang hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari
tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak
lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Kristalografi Mineralogi: Sistem
Kristal, Bidang Simetri, Sumbu Simetri, Pusat Simetri, Polimorf, dan Isomorf.

Sumber: Koerunnas, 2012


Gambar 6
Sistem Monoklin
Sistem monoklin: (a) asli, (b) modifikasi, dan (c) mineral krokoit

7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling
tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Kristalografi Mineralogi: Sistem Kristal, Bidang Simetri, Sumbu Simetri, Pusat
Simetri, Polimorf, dan Isomorf.

Sumber: Koerunnas, 2012


Gambar 7
Sistem Triklin

F. Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri


Sumbu simetri ialah garis bayangan yang dibuat untuk menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran
penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri
dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu inversi putar.
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah
kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu
utama pada kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu
sendiri.
Bidang simetri ialah bidang bayangan yang dapat membelah kristal
menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan
pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi
menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang
simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama
(sumbu kristal).

G. Proyeksi Orthogonal
Proyeksi orthogonal merupakan salah satu metode proyeksi yang
digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat
diaplikasikan hamper pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-
hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan
juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan
menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar
sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau
perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi
dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal.

H. Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dalam kristal tersebut
dapat dibuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus
pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain
dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut
Semua Kristal memiliki pusat Kristal, namun belum tentu memiliki sumbu simetri.
KESIMPULAN

Dalam resume dapat disimpulkan bahwa :


1. Kristal ialah bahan/benda padat yang bersifat homogen, biasanya anisotrop
dan tembus dari cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu yang pasti
sehingga susunan di bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri
2. Kristal mempunyai sifat dasar menurut Steno yaitu ada dua bidang muka
kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya tetap pada
suatu kristal.
3. Proses keterbentukan kristal mempunyai beberapa tahap untuk menjadi
sebuah batuan kristal, dan setiap tahap yang terjadi pada batuan kristal
akan mempengaruhi pada sifat – sifat dari kristal.
4. Kristalografi merupakan ilmu yang mempelajari kristal. Dalam
perkembangannya, tentu saja Kristalografi tidak dapat berdiri sendiri tanpa
dukungan ilmu lain. Selain didukung ilmu lain, Kristalografi juga mendukung
ilmu lain.
5. Sumbu simetri ialah garis bayangan yang dibuat untuk menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu
putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.
Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu
inversi putar.
6. Proyeksi orthogonal merupakan salah satu metode proyeksi yang
digunakan untuk mempermudah penggambaran.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ari. 2019. “Pengertian Kristalografi Beserta Sistemnya”.


https://ilmugeografi.com/geologi/kristalografi. Diakses pada tanggal 24
September 2019 pukul 19.14 WIB.

2. Anonimous. 2018. “Kristalografi Mineralogi: Sistem Kristal, Bidang


Simetri, Sumbu Simetri, Pusat Simetri, Polimorf, dan Isomorf.”.
https://www.geomacorner.com. Diakses pada tanggal 24 September
2019 pukul 19.14 WIB.

3. Khoerunnas. 2012. “Kristalografi (sistem kristal)”.


http://geoenviron.blogspot.com. Diakses pada tanggal 24 September
2019 pukul 19.14 WIB.

4. Sudrajat, ajat. 2014. “Petrologi dan Pedoman Praktikum”, jurusan


teknik geologi Universitas pakuan Bogor.

Anda mungkin juga menyukai