Anda di halaman 1dari 7

INTISARI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT


TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Khusnul Khatimah¹, Erna Prihandiwati², Ratih Pratiwi Sari³


Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberkulosis yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.Indonesia menjadi salah satu
Negara yang menduduki peringkat kelima dengan angka kejadian TB tertinggi di
dunia.Salah satu faktor yang menyebabkan makin tingginya angka kejadian tuberkulosis
adalah kurangnya pengetahuan masyarakat.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit tuberkulosis di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan metode deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh
pada pasien tuberkulosis yang berobat di Puskesmas Pekauman Banjarmasin selama bulan
Juni-Juli 2018 yaitu dengan 31 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengisian kuesioner pengetahuan, lalu
data dianalisis sedemikian rupa agar mudah dijumlah, disusun dan disajikan dalam bentuk
tabel dan diagram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit
tuberkulosis yaitu sebanyak 14 orang (45,16%) memiliki pengetahuan dalam kategori baik,
sebanyak 15 orang (48,38%) dalam kategori cukup dan 2 orang (6,45%) dalam kategori
kurang. Kesimpulan dari penelitian ini didapat tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit
tuberkulosis masih berada dalam kategori cukup.
Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Tuberkulosis, Puskesmas
¹² ³Akademi Farmasi Isfi Banjarmasin
ABSTRACT
OUTLINE OF PATIENT KNOWLEDGE ABOUTTUBERCULOSIS DISEASES
IN HEALTH CENTER PEKAUMANBANJARMASIN

Khusnul Khatimah¹, Erna Prihandiwati², Ratih Pratiwi Sari³


Tuberculosis is an infectious disease caused by mycobacterium tuberculosis
which can attack the lungs and other organs. Indonesia is one of the countries that ranks
fifth with the highest TB incidence in the world. One of the factors that led to the higher
incidence of tuberculosis is the lack of knowledge of the community. The purpose of this
study was to determine the level of patient knowledge about tuberculosis at the Pekauman
Banjarmasin Health Center.
This research is a non-experimental research with descriptive method with cross
sectional approach. With the sampling method using saturated sampling in tuberculosis
patients who were treated at the Pekauman Banjarmasin Health Center during June-July
2018 with 31 respondents who met the inclusion criteria. Data collection was carried out by
conducting interviews and filling out knowledge questionnaires, then the data were
analyzed in such a way as to be easy to add up, compile and present in tables and diagrams.
The results showed that the level of patient knowledge about tuberculosis was 14
people (45.16%) had good knowledge, 15 people (48.38%) in the sufficient category and 2
people (6.45%) in the less category . The conclusion of this study is that the level of patient
knowledge about tuberculosis is still in the sufficient category.

Key words : Knowledge level, Tuberculosis, Health Center

¹ ² ³Academy Of Pharmaceutical Isfi Banjarmasin


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis yang dapat menyerang paru dan organ

lainnya.Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan

kesakitan, kecacatan dan kematian yang tinggi.Tuberkulosis paru sampai saat ini masih

menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu

kesehatan global di semua negara (Menkes, 2016).

Data WHO (2016) Indonesia menjadi salah satu negara yang menduduki peringkat

kelimajumlah kasus tuberkulosis (TB) terbanyak di dunia. Ironisnya masyarakat masih

banyak yang tidak sadar bahkan tidak tahu tentang TBC dan bagaimana mengakses cara

pengobatannya. Berdasarkan laporan tahunan World Health Organization (WHO)

disimpulkan bahwa ada 22 negara dengan kategori beban tinggi terhadap TB (High Burden

Of TBC Number). Sebanyak 8,9 juta penderita TB dengan proporsi 80% pada 22 negara

berkembang dengan kematian 3 juta orang per tahun dan 1 orang dapat terinfeksi TB setiap

detik(Sari, 2016).

Hasil survei di Indonesia oleh Ditjen Pemberantas Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan (2011), tingginya angka kejadian TB paru salah satunya

disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan. Pengetahuan masyarakat Indonesia

tentang TB paru masih rendah, hanya 8% responden yang menjawab dengan benar cara

penularan TB paru, 66% yang mengetahui tanda dan gejala. Laporan profil Kesehatan

1
Provinsi Kalimantan Selatan (2006) menunjukan pada tahun 2001 sampai tahun 2006

terjadi peningkatan kasus BTA positif dari 4,05 per 100.000 penduduk 2001 menjadi 9,68

per 100.000 penduduk pada tahun 2006.

Anna dan Sri (2016) menyatakan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis

bosan mengkonsumsi obat karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mengobatinya. Serta

pengetahuan yang kurang tentang penyakit sehingga mempengaruhi kepatuhan untuk

berobat secara tuntas. Sukana (2003) menyatakan bahwa ada beberapa strategi yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan antara lain dilakukannya penyuluhan atau

pemberian informasi oleh petugas kesehatan secara intensif kepada pasien Tuberkulosis

Paru.

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang paling

berpengaruh adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan adalah status yang dimiliki

oleh penderita berdasarkan riwayat pendidikan yang telah ditempuh sebelumnya

berdasarkan surat tanda tamat belajar yang dimiliki baik formal maupun non formal

(Suswati, 2016).

Penelitian Sri Rahayu Pujiastuti dkk (2016) dengan judul Gambaran pengetahuan

pasien tentang penyakit Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas Andong Boyolali

menyatakan tingkat pengetahuan pasien berada di tingkat cukup yaitu sebanyak 24

responden (63,2%).

Dan berdasarkan penelitian Enny Suswati (2006) dengan judul hubungan tingkat

pendidikan dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis paru di Puskesmas
3

wilayah Jember menyimpulkan bahwa penderita tuberkulosis paling banyak berpendidikan

terakhir SD, hal tersebut sesuai dengan penelitian WHO (2006) yang menyatakan bahwa

penyakit TB paru mudah menyerang kelompok masyarakat dengan status sosial ekonomi

rendah.

Kota Banjarmasin memiliki 2 kecamatan dengan angka kejadian TBC tertinggi

yaitu Kecamatan Banjarmasin Selatan dan Kecamatan Banjarmasin Barat, wilayah kerja

Puskesmas Pekauman merupakan salah satu dari tiga wilayah kerja Puskesmas dengan

angka kejadian TBC tertinggi di kota Banjarmasin selain Puskesmas Kelayan Timur dan

Puskesmas Teluk Tiram berdasarkan tes BTA. Data tahunan Puskesmas Pekauman

Banjarmasin tahun 2017 yang tercatat ada 110 kasus dengan penderita tuberkulosis dan

diperkirakan melebihi jumlah tersebut namun tidak tercatat dan terdata oleh Puskesmas

Pekauman Banjarmasin. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

menelitiGambaran pengetahuan pasien tentang penyakit tuberkulosis di Puskesmas

Pekauman Banjarmasin.
REFERENSI

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Rineka Cipta.
Budiman, A.R. 2013. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta,
Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta, Gerdunas TB. Edisi 2 hal. 4-6.
Departermen Kesehatan RI. 2009. Buku Saku Program Penanggulangan TB. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia: Ditjen P2PL.
Departemen Kesehatan Provinsi Kalsel. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
Banjarmasin.
Departermen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Djannah, S.N, Suryani D, Purwanti DA. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Dengan Perilaku Pencegahan Penularan TBC Pada Mahasiswa di Asrama Manokwari
Sleman Yogyakarta, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 3. Hal 214-221.
Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine), Jakarta, EGC.
Francis, C. 2011 Perawatan Respirasi, Jakarta, Erlangga.
Jaji. 2010. Upaya Keluarga dalam Pencegahan Penularan Tuberculosis (TB) Paru ke
Anggota Keluarga Lainnya di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Pagaralam.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol.3 Hal. 177-187. ISSN20866380.
Kementerian Kesehatan. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia, Jakarta,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. 2013. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana
Tuberkulosis. Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. 2014. Pedoman Pengendalian Tuberkulosis, Jakarta, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan KedokteranTatalaksana
Tuberkulosis, Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
67 , tentang Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta, Kementerian Kesehatan Repubik
Indonesia.
Naga, S.S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogyakarta, DIVA Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007 Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta, Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta, RinekaCipta.
Prihantana, S.A & Wahyuningsih, S.S. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat
Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Di RSUD dr.Sehadi Prijonegoro
Sragen. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis. Vol. 2 No.1.
Sari, R. M. 2013. Hubungan Antara Karakteristik Kontak dengan Adanya Gejala TB pada
Kontak Penderita TB Paru BTA+. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol. 2 No 2 : 280-
283.
Sari, D.I. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Berobat Pada Pasien
TB Paru Yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun 2014. Jurnal Kesehatan. Vol. 26 : 243-
248.
Smeltzer, S.C. & Brenda, G.B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner&
Suddarth. Jakarta, EGC.
Sukana, B. 2003. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Penderita TB Paru di
Kabupaten Tangerang, Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 2(3) : 282-289.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta.
Suryo. J. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan, Yogyakarta, B First.
Suswati, E. 2006. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada
Penderita Tuberkulosis Paru, Jurnal Pengembangan Pendidikan, Vol 3. Hal 67-73.
Werdhani, R.A. 2007. Buku Ajar Patofisiologi. Vol 2. Jakarta, EGC.
World Health Organization (WHO). 2012. Global Tuberculosis Report. Switzerland.
World Health Organization (WHO). 2014. Global Tuberculosis Report. Switzerland.
World Health Organization (WHO). 2015. Global Tuberculosis Report. Switzerland.
World Health Organization (WHO). 2016. Global Tuberculosis Report. Switzerland.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya, Jakarta, Erlangga. %

Anda mungkin juga menyukai