Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS

SKENARIO 2

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Reni Tisa Paula

Rezki Mentodo Vitalia Pallunan

Rismawati Irma Wewen Taranda

Saferinus Lagu Yeni Doyawilda

Saka Agung Laksono Yohanes Leonardo

Sheilla Hattu Yuda Frantino

Sheryn Yustina Cici Faudin

Tiara Ayu Batara Yustina Randa Baludung

TUTORIAL SISTEM MUSKULOSKELETAL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

2020
KONSEP DASAR MEDIK

A. Defenisi

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi

utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Kapita Selekta

Kedokteran, 2001 : hal 536).

Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses

inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,

progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.

(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi)

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang

mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin

Tucker.1998).

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai

membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku

sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan ( Diane C. Baughman. 2000 ).

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan

degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) terjadi secara terus-menerus terutama pada

organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul

fibrosa sendi, legamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih,

pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular.

Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada sinovium, terjadi

hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut. Pembentukan panus terjadi

oleh penebalan sinovium yang dilapisi jaringan granular. Penyebaran panus ke sinovium
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut memacu kerusakan sendi dan

deformitas. Biasanya jaringan ikat yang pertama kali mengalami kerusakan adalah jaringan

ikat yang membentuk lapisan sendi, yaitu membrane synovium.

B. Etiologi

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya

merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem

reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri,

mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:

1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.

Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh

karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen

tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. Faktor pencetus mungkin adalah suatu

bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara

antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG.

Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang

mengidap AR mulai membentuk an tibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi

IgG semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor

rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan


destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit

autoimun.

C. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

1. Anatomi Fisiologi Rangka

Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka

(skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan

(kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk

mempertahankan sikap dan posisi.

Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206 tulang ) yang

membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari

tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago. Rangka digolongkan

menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.

a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.

1) Kolumna vertebra

2) Tengkorak

a) Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca

indera.

b) Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.

c) Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.

d) Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.

b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral

serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada

rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.

Fungsi Sistem Rangka :

1) Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya

ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada

tubuh.

2) Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak,

adanya persendian.

3) Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.

4) Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).

5) Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow).

Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :

1)Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas.

2)Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari

tulang karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.

3)Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang

karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.

4)Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.


2. Persendian

Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya

rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang

berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan

jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).


1. Klasifikasi struktural persendian :

a. Persendian fibrosa

b. Persendian kartilago

c. Persendian sinovial.

2. Klasifikasi fungsional persendian :

a. Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati

Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa

atau kartilago.

b. Amfiartrosis

Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit

gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .

c. Diartrosis

Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini

memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul sendi yang

menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi

kartilago artikular.

3. Klasifikasi persendian sinovial :

a. Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih

besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.

b. Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh :

persendian pada lutut dan siku.

c. Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis

sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang


radius dan ulna.

d. Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut

kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang

karpal.

e. Sendi pelana : Contoh : ibu jari.

f. Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang

dengan tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.

Otot

Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia

menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap perubahan lingkungannya.

Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat tubuh,pada umumnya tersusun dari

sel- sel kontraktil yang serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan

pergerakan dan melakukan pekerjaan.


g. Fungsi sistem Muskular

Pergerakan

Penopang tubuh dan mempertahankan postur

Produksi panas.

h. Ciri-ciri otot

Kontraktilitas

Eksitabilitas

Ekstensibilitas

Elastisitas

i. Klasifikasi Jaringan Otot

Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang

(lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunteer (sadar)

atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang

hanya ditemukan di jantung.

j. Jenis-jenis Otot

Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.

Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat

ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus,

serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,

reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Otot jantung adalah otot lurik,

involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.


D. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,

eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi

menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi

membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub

chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi

kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila

kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena

jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang

menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau

dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis

setempat.

Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya

serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan

pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor

reumatoid (seropositif gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.

Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan

memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya

membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang,

akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengalami perubahan generative

dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.


E. Manifestasi Klinis

Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis rheumatoid.

Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi

lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya

bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut

artritis reumatoid mono-artikular. (Chairuddin, 2003).

1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian dan

di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum

perbaikan maksimal.

2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian

(soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis).

Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan dalam observasi

seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi criteria, yaitu interfalang

proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan

metatarsofalang kiri dan kanan.

3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu

persendian tangan seperti tertera di atas.

4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak mutlak bersifat

simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis

simultaneously).

5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan

ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang dokter.


6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum

yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5%

kelompok control.

7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar

rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus

menunjukkkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada

sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

Tanda dan gejala setempat

a) Sakit persendian disertai kaku dan gerakan terbatas

b) Lambat laun membengkak, panas merah, lemah

c) Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang

dan bahu

Tanda dan gejala sistemik

a) Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia (Mansjoer, 2001)

Diagnosis artritis reumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7

kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu.

(Mansjoer, 2001).

F. Komplikasi

1. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik

yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid

(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying

antirheumatoid drugs, DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan

mortalitas utama pada artitis reumatoid.

2. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan

dengan mielopati akibat ketidak stabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik

akibat vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat

menyebabkan trombosis dan infark.

3. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada

paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu.

Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan

okular terbentuk pada mata.

4. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari , depresi, dan

stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. (Corwin, 2009).

5. Osteoporosis

6. Nekrosis sendi panggul.

7. Deformitaas sendi.

8. Kontraktur jaringan lunak.

9. Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011).

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pada pemeriksaan laboraturium terdapat:

1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid

terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis

paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit

kolagen, dan sarkoidosis.

2. Protein C-reaktif biasanya positif.

3. LED meningkat.

4. Leukosit normal atau meningkat sedikit.


5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.

6. Trombosit meningkat

Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering

adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka jugasering

terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi

juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi. (Mansjoer,

2001).

H. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi

inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan

mobilisasi penderita.

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk

mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,

pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan

imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk

mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan

gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas

inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap

menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.


3. Kompres Hangat

Kompres hangat digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot.

Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet

yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah

beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.Hindari

makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman beralkohol,

ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak daging,

jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena dapat menyebabkan

penimbunan asam urat dipersendian.

5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat

dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA, 2013).

6. Gizi

Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada

sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak

sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang

dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½

L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan

energi total.

7. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.

Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,


arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.

I. Pencegahan

Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri juga bisa

dilakukan tanpa obat , misalnya dengan mengonsumsi banyak jenis sayuran yang dapat di

konsumsi oleh penderita rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat

mengurangi gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan nyeri rematik,

misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau minyak juniper yang bisa

menghilangkan bengkak pada sendi.

Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat membebani sendi

di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh berlebih dapat memperbesar resiko

terkena penyakit rematik. Olahraga ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita

rematik. Ini karena Jalan kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun

tulang yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.

Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu melindungi terhadap

serangan penyakit rematik masa depan:

a. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas (sekitar 2 sampai 4

liter) air setiap hari.

b. Batasi atau menghindari alkohol.

c. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan buah-buahan,

sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu produk-lemak.

d. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah. Batasi konsumsi daging, ikan dan

unggas.

e. Menjaga berat badan yang diinginkan’


PATOFLOWDIAGRAM

Faktor pencetus : bakteri,


mikroplasma, virus

Penyakit autoimun Menginfeksi sendi secara


antigenik

Individu yang mengidap


Usia produktif- Lansia 20-40
AR membentuk antibodi Reaksi autoimun dalam
tahun keatas (wanita)
IgM jaringan sinovial (antibodi
IgG)

Pelepasan Faktor
Reumatoid (FR) Respon IgG awal
menghancurkan
mikroorganisme

RHEUMATOID
ARTHRITIS

Inflamasi kronis pada tendon, ligamen juga


terjadi deruksi jaringan

Akumulasi sel darah Fagositosis ekstensif Pembentukan jaringan


putih parut

Pemecahan kolagen
Terbentuk nodul-nodul Kekakuan sendi
rematoid

Edema, proliferasi
membran sinovial Rentang gerak
Kerusakan sendi berkurang
progresif

Membran sinovium
menebal & hipertropi
Deformitas sendi
TG : nyeri saat Panus
bergerak, sendi kaku,
gerakan tidak Hambatan aliran darah
terkoordinasi, ROM
menurun
Kartilago dirusak

MK : Gangguan Nekrosis sel


mobilitas fisik

Erosi sendi dan tulang Timbul rasa nyeri

Menghilangnya
TG : tampak meringis,
permukaan sendi
mengeluh nyeri

Penurunan elastisitas
dan kontraksi otot MK : Nyeri akut

TG : tidak mampu
mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara
mandiri

MK : Defisit perawatan MK : Defisit


diri pengetahuan
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai