Anda di halaman 1dari 5

PENYAKIT PANCAINDRA SELAMA PANDEMI COVID 19

1. Mata
Virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 merupakan virus yang menyerang saluran
pernapasan. Meski demikian, perubahan warna mata bisa menjadi pertanda adanya infeksi virus
tersebut dalam tubuh kita. Para ahli kesehatan telah memperingatkan bahwa mata, mulut dan
hidung bisa menjadi titik masuk bagi virus corona untuk menginfeksi manusia. Itulah sebabnya,
kita diperingatkan agar tidak menyentuh wajah tanpa mencuci tangan dengan benar. Beberapa
dokter mata juga menyarankan agar pemakai lensa kontak beralih ke kacamata untuk sementara
waktu. Hal itu dilakukan guna mencegah sentuhan ke area mata yang bisa memperbesar risiko
infeksi. Menurut American Academy of Ophthalmology, dua laporan baru-baru ini menunjukkan
bahwa virus dapat menyebabkan konjungtivitis. Konjungtivitis merupakan mata merah yang
terjadi akibat infeksi membran transparan (juga dikenal sebagai konjungtiva) yang melapisi
kelopak mata dan menutupi bagian putih dari bola mata. Konjungtivis menunjukkan mata merah
yang disertai rasa gatal pada mata dan mata berair. Meskipun belum diketahui secara pasti,
apakah ada kemungkinan Covid-19 ditularkan melalui kontak aerosol dengan konjungtiva, atau
menyentuh mata setelah bersentuhan dengan virus. Eye Medical Center of Fresno menyarankan
apabila kita menunjukkan gejala Covid-19, seperti demam, sesak napas, dan batuk, pastikan
untuk menghubungi dokter[ CITATION Lev20 \l 1033 ]. selain itu, intensitas menatap layar saat
pandemi corona (covid-19) yang semakin meningkat membuat banyak orang mengeluhkan
gejala computer vision syndrome. Gejala computer vision syndrome ini gejala seperti mata lelah,
mata terasa panas, iritasi mata, mata merah bahkan hingga menimbulkan nyeri kepala [ CITATION
Ari20 \l 1033 ].

2. Telinga
Gejala covid-19 umumnya meliputi batuk persisten, demam tinggi dan sesak napas.
Tapi, para ahli masih mencari tahu gejala lain virus corona yang berbeda-beda pada setiap
orang. Para ilmuwan yang mempelajari virus corona Covid-19 pun menemukan gejala
baru penyakit mematikan itu, salah satunya infeksi telinga dan tulang mastoid tengkorak.
Dalam sebuah penelitian kecil terhadap 3 pasien di Fakultas Kedokteran Johns Hopkins,
menemukan 2 pasien memiliki viral load Covid-19 yang tinggi di tengah telinga dan
belakang telinganya. Temuan ini menunjukkan bahwa dokter juga perlu memeriksa
telinga orang yang menunjukkan gejala virus corona Covid-19. Sementara, ahli bedah
perlu melihat telinga pasien sebelum melakukan prosedur otologi. Penelitian yang
dipublikasi di JAMA Otolaryngology - Head & Neck Surgery, mengambil spesimen
menggunakan penyeka dan menyimpannya dalam larutan yang disebut media transportasi
viral. Dua dari tiga pasien yang menjalani tes medis pun mendapatkan hasil positif
terinfeksi virus corona Covid-19. Mereka juga memiliki gejala yang terlihat di mastoid
atau telinga tengah. Seorang wanita usia 80 tahunan hanya memiliki virus corona di
telinga tengah kanan. Sedangkan pria usia 60 tahunan memiliki virus di mastoid kiri dan
kanan serta telinga kiri dan kanannya. Menurut penelitian sebelumnya, virus corona
Covid-19 telah dikaitkan dengan infeksi telinga atau masalah kesehatan selama pandemi.
Namun, para ahli mengatakan gangguan atau masalah pada telinga tak selalu menyiratkan
gejala virus corona Covid-19. Kondisi ini bisa juga terjadi akibat masalah
lainnya [ CITATION She20 \l 1033 ].
Pada April 2020, sebuah penelitian menemukan virus corona Covid-19 pada orang
dewasa menyebabkan otitis media akut, yakni sejenis infeksi telinga di area belakang
gendang telinga yang meradang dan terinfeksi. Sebuah studi terpisah pada 20 pasien virus
corona Covid-19 tanpa gejala dan tanpa riwayat gangguan pendengaran juga menemukan
bahwa kemampuan pendengaran mereka menurun setelah terinfeksi virus. Tekanan di
telinga akibat virus corona adalah hal yang wajar. Sebab, virus corona Covid-19 memiliki
gejala mirip dengan flu biasa. Maka dari itu, terjadi tekanan di telinga, yang
kemungkinan besar disebabkan oleh tabung yang tersumbat akibat virus. Saat tabung
Eustachius, yang menghubungkan telinga bagian dalam dan tengah, tersumbat, Anda
dapat merasakan sensasi penuh dan tekanan di telinga. Anda juga akan merasakan
pendengaran yang teredam dan membuat sakit telinga. Gejala serupa juga bisa disebabkan
oleh masalah di telinga tengah atau saluran telinga yang memengaruhi gendang telinga.
Jika Anda mengalami kondisi tersebut, United Kingdom National Health Service (NHS)
menyarankan Anda untuk melakukan isolasi mandiri selama tujuh hari atau lebih sampai
gejalanya hilang, apalagi bila gangguan di telinga ini disertai dengan gejala umum lain
dari infeksi virus corona Covid-19 [ CITATION Ayu20 \l 1033 ].
3. Perasa dan penciuman
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mencatat
sembilan gejala baru virus Corona COVID-19. Salah satunya gangguan pada indra pencium dan
perasa. Mengutip USA Today, CDC mengatakan gejala-gajala baru virus Corona termasuk
gangguan indra perasa dan pencium baru akan muncul 14 hari setelah terpapar Corona.
Gangguan indra perasa dan pencium juga disebut anosmia. Para ahli mengatakan kerusakan saraf
di rongga hidung adalah penyebab dari kondisi anosmia. Anosmia tampaknya seperti fenomena
yang aneh, tetapi bisa sangat menghancurkan bagi sebagian orang, sebab dapat memberi
konsekuensi psikologis yang serius. Bahkan, dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
utama jika populasi orang dengan kehilangan indera penciuman secara permanen ini
bertambah[ CITATION Hol20 \l 1033 ].

4. Kulit
Gejala virus corona baru atau Covid-19 tak hanya berkaitan dengan sistem pernapasan,
tetapi juga berpengaruh pada bagian tubuh lain, seperti kulit. Demikian menurut hasil
penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Dermatology. Ahli dermatologi dari
Spanish Academy of Dermatology diminta untuk membantu identifikasi pasien yang memiliki
tanda kulit, yang tidak dapat dijelaskan dan dicurigai sebagai gejala dari virus corona [ CITATION
Mil20 \l 1033 ].
 Vesicular Eruption
Vesicular eruption atau erupsi vesikuler ditandai dengan lepuh dan gatal. Dalam studi
kondisi, ditemukan ada 9 persen kasus yang terkait dengan pandemi Covid-19 yang rata-rata
berlangsung sekitar 10,4 hari. Erupsi vesikuler juga biasanya muncul sebelum gejala umum
lainnya, dan dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit menengah.
 Urticarial lesions
Ciri lainnya adalah lesi urtikaria yakni kondisi ketika area kulit berwarna merah muda atau
putih menyerupai ruam. Juga dikenal dengan wheals, biasanya menyebabkan gatal dan dapat
menyebar ke seluruh tubuh. Dalam beberapa kasus, para peneliti juga menemukan gejala ini
bisa menyebar ke telapak tangan. Studi yang ada menemukan 19 persen kasus pasien corona
memiliki gejala lesi urtikaria.
 Maculopapules
Tanda lain yang dikaitkan dengan gejala virus corona terhadap penyakit kulit adalah
makulopapular yang ditemukan sekitar 47 persen pada kasus pasien positif Covid-19. Ini
ditandai dengan benjolan yang merupakan daerah kulit yang terangkat atau datar, yang mirip
dengan pityriasis. Gejala ini berlangsung rata-rata lebih dari 6,8 hari pada pasien.
 Livedo
Gejala ini ditemukan pada 6 persen pasien dengan kasus virus corona baru dan tampaknya
terkait dengan pasien yang lebih tua dan mengalami dampak yang parah. Livedo merupakan
kondisi kulit yang disebabkan oleh gumpalan darah kecil, yang berkembang di dalam
pembuluh darah kulit. Ini menyebabkan kulit terlihat merah atau biru, dan beberapa di
antaranya juga menyebabkan bisul dan benjolan.
 Chilblain
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa gejala seperti chilblain atau kondisi ketika
terjadinya luka kulit dan benjolan akibat suhu dingin, ada pada 19 pesen kasus. Tanda yang
muncul ketika seseorang kedinginan menyebabkan gatal dan bercak merah. Sebagian besar
di antaranya muncul di jari tangan dan kaki, tetapi juga dapat muncul di area wajah
pengidap Covid-19.

Sumber :
Anggraeni, S. P. (2020, Juni 24). Gejala Covid-19 Bisa Ganggu Pendengaran, Waspada Sensasi
Tekanan di Telinga. Retrieved Agustus 16, 2020, from Suarajogja.id:
https://jogja.suara.com/read/2020/06/24/204641/gejala-covid-19-bisa-ganggu-
pendengaran-waspada-sensasi-tekanan-di-telinga?page=all
Anggraini, A. P. (2020, April 5). Waspadai, Mata Merah Bisa Jadi Gejala Covid-19. Retrieved
Agustus 16, 2020, from KOMPAS.Com:
https://health.kompas.com/read/2020/04/05/180000468/waspadai-mata-merah-bisa-jadi-
gejala-covid-19?page=all
Larassati, L. (2020, Maret 30). Virus Corona (Covid-19) Dapat Memengaruhi Mata? Memerah
dan Berair Segera ke Dokter Walau Tanpa Demam. Retrieved Agustus 16, 2020, from
GRIDHEALTH: https://health.grid.id/read/352082854/virus-corona-covid-19-dapat-
memengaruhi-mata-memerah-dan-berair-segera-ke-dokter-walau-tanpa-demam?
page=all
Novita, M. (2020, Juni 8). 5 Gangguan Kulit yang Ditemukan pada Pasien Covid-19. Retrieved
Agustus 16, 2020, from TEMPO.CO: https://cantik.tempo.co/read/1351025/5-gangguan-
kulit-yang-ditemukan-pada-pasien-covid-19
Pratiwi, A. L. (2020, Juni 26). Tekanan Parah hingga Sakit di Telinga Gejala Baru Covid-19,
Prof Garner: Jangan Gunakan Cutton Bud. Retrieved Agustus 16, 2020, from Pikiran
Rakyat: https://pangandaran.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-10577553/tekanan-
parah-hingga-sakit-di-telinga-gejala-baru-covid-19-prof-garner-jangan-gunakan-cutton-
bud
Sumartiningtyas, H. K. (2020, Juli 30). Ilmuwan Ungkap Mengapa Virus Corona Sebabkan
Hilangnya Penciuman dan Rasa. Retrieved Agustus 16, 2020, from Kompas.com:
https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/30/160100023/ilmuwan-ungkap-mengapa-
virus-corona-sebabkan-hilangnya-penciuman-dan-rasa?page=all

Anda mungkin juga menyukai