1
waktu, mampu dan cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,
mempunyai motivasi kuat meningkatkan kualitas diri, mampu
berkomunikasi, mampu menyelesaikan masalah.
Kematangan emosi-sosial menentukan keberhasilan peserta didik di
sekolah, di masyarakat, dan dalam kehidupannya. Kematangan emosi
ditandai antara lain mempunyai rasa percaya diri, rasa sabar, mematuhi
instruksi, dan mampu bekerja sama dengan kelompok. Peserta didik
menjadi sumber daya manusia yang bisa bekerja, terampil, rajin, tekun,
kerja keras dan cerdas, percaya diri dengan kemampuan sendiri.
Kecerdasan emosi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berkembang secara alami. Peserta didik dapat mengembangkan fungsi
otak kanan, sehingga akan memudahkan menguasai pelajaran yang
diberikan guru. Peserta didik mengalami proses sosial emotional learning
(kecerdasan emosi), joyful learning (belajar yang menyenangkan), dan
active learning (peserta didik terlibat aktif). Peserta didik sebagai subjek
pendidikan bukan hanya objek. Oleh karena itu sekolah seharusnya
memberikan lingkungan yang dapat menumbukan rasa senang dan
gembira kepada peserta didik. Pada diri peserta didik akan tumbuh rasa
cinta untuk belajar, tidak perlu dipaksakan dengan perintah atau
pelajaran terlalu kaku, membebani, dan membosankan, sehingga hasilnya
tidak optimal.
Peserta didik yang tidak mempunyai bekal kompetensi emosional,
spiritual, dan sosial sering tidak berhasil dalam masa-masa belajar di
sekolah. Kehidupannya akan menghadapi berbagai masalah emosi,
perilaku, akademik, dan perkembangan sosial. Mereka mengalami
rendahnya rasa percaya diri dan keingintahuan, ketidakmampuan
mengontol diri, rendahnya motivasi, kegagalan bersosialisasi,
ketidakmampuan bekerja, dan rendahnya rasa empati. Untuk itu, guru
perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik dengan
menciptakan kematangan emosi-sosialnya.
Kematangan emosi-sosial peserta didik akan dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan. Kematangan emosi sosial pun
berpengaruh terhadap kesehatan fisik peserta didik, yaitu mampu
mengendalikan tekanan-tekanan (stress) yang dialaminya, karena jika
tidak dikendalikan akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku guru
dalam proses pendidikan, pengajaran, atau pola asuhnya yang
diterapkannya di dalam sekolah kepada peserta didik pasti berpengaruh
dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Keberhasilan peserta didik
mengatasi konflik kepribadian dalam dirinya sangat menentukan
keberhasilan dalam kehidupan sosial di masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Perilaku itu antara lain kedekatan emosi ( emotional bonding),
pemberian atau sentuhan kasih sayang. Untuk itu proses pendidikan tidak
hanya mementingkan kecerdasan otak kiri atau IQ saja tetapi juga
mementingkan kecerdasan otak kanan atau EQ atau kecerdasan
emosional dan Spiritual Quotient (SQ).
Prinsip Pendidikan Agama Islam adalah interkoneksitas antara ilmu
agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Untuk itu kurikulum
pembelajaran dalam pendidikan agama Islam lebih banyak mengenai
dasar pembentukan intelek dan komunikasi dengan dunia luar, karena hal
ini dianggap sebagai upaya “ memanusiakan manusia.” Manusia dibedakan
dari jenis makhluk hidup lain karena ia mempunyai intelektual. Oleh
karenanya upaya memanusiakan manusia dilakukan dengan
mengembangkan inteleknya. Orang berpendidikan dipandang sebagai
kaum intelektual yang termasuk kaum elite. Kelas sosial tertinggi adalah
mereka yang memperoleh pendidikan tinggi; makin rendah tingkatan
pendidikan makin rendah kelas sosialnya.
Tujuan pendidikan adalah memperbaiki intelek dengan mendisiplin
mentalnya. Namun demikian kurikulum sepatutnya tidak dimaksudkan
untuk semata-mata membentuk intelek, tetapi diarahkan agar peserta
didik dapat mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan fungsi
kehidupan. Selain itu ada pula budaya yang disampaikan dalam
pembelajaran hanya berisi informasi yang bersifat praktis dan realistis,
dengan tujuan mendidik keterampilan yang esensial dan berguna untuk
hidup produktif.
2. Bentuk Kegiatan Menumbuhkan Budaya Keberagaman (Relegious
Culture).
Kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan budaya
keberagamaan (religious culture) di lingkungan sekolah antara lain:
a. Melakukan kegiatan rutin, yaitu pengembangan kebudayaan
keberagamaan secara rutin berlangsung pada hari-hari belajar biasa di
sekolah. Kegiatan rutin ini dilakukan dalam kegiatan sehari-hari yang
terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan, sehingga tidak
memerlukan waktu khusus. Pendidikan agama merupakan tugas dan
tanggung jawab bersama bukan hanya guru agama saja melainkan juga
tugas dan tanggung jawab guru-guru bidang studi lainnya atau sekolah.
Pendidikan agama pun tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan,
tetapi juga meliputi pembentukan sikap, perilaku, dan pengalaman
keagamaan. Untuk itu pembentukan sikap, perilaku, dan pengalaman
keagamaan pun tidak hanya dilakukan oleh guru agama, tetapi perlu
didukung oleh guru-guru bidang studi lainnya.
b. Menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung dan menjadi
laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama, sehingga lingkungan
dan proses kehidupan semacam ini bagi para peserta didik benar-benar
bisa memberikan pendidikan tentang caranya belajar beragama. Dalam
proses tumbuh kembangnya peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah, selain lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Suasana
lingkungan sekolah dapat menumbuhkan budaya keberagamaan
(religious culture). Sekolah mampu menanamkan sosialisasi dan nilai yang
dapat menciptakan generasi-generasi yang berkualitas dan berkarakter
kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku utama kehidupan di masyarakat.
Suasana lingkungan sekolah ini dapat membimbing peserta didik agar
mempunyai akhlak mulia, perilaku jujur, disiplin dan semangat sehingga
akhirnya menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya.
c. Pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh guru
agama dengan materi pelajaran agama dalam suatu proses pembelajaran,
namun dapat pula dilakukan di luar proses pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari. Guru bisa memberikan pendidikan agama secara spontan
ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik yang tidak sesuai
dengan ajaran agama. Manfaat pendidikan secara spontan ini menjadikan
peserta didik langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang
dilakukannya dan langsung pula mampu memperbaikinya. Manfaat
lainnya dapat dijadikan pelajaran atau hikmah oleh peserta didik lainnya,
jika perbuatan salah jangan ditiru, sebaliknya jika ada perbuatan yang
baik harus ditiru.
d. Menciptakan situasi atau keadaan keberagamaan. Tujuannya untuk
mengenalkan kepada peserta didik tentang pengertian agama dan tata
cara pelaksanaan agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
juga menunjukkan pengembangan kehidupan keberagamaan di sekolah
yang tergambar dari perilaku sehari-hari dari berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik. Oleh karena itu keadaan atau
situasi keagamaan di sekolah yang dapat diciptakan antara lain
pengadaan peralatan peribadatan seperti tempat untuk shalat (masjid
atau mushalla), alat-alat shalat seperti sarung, peci, mukena, sajadah
atau pengadaan Al Quran. Selain itu di ruangan kelas bisa pula
ditempelkan kaligrafi, sehingga peserta didik dibiasakan selalu melihat
sesuatu yang baik. Selain itu dengan menciptakan suasana kehidupan
keagamaan di sekolah antara sesama guru, guru dengan peserta didik,
atau peserta didik dengan peserta didik lainnya. Misalnya, dengan
mengucapkan kata-kata yang baik ketika bertemu atau berpisah,
mengawali dan mengakhiri suatu kegiatan, mengajukan pendapatan atau
pertanyaan dengan cara yang baik, sopan, santun tidak merendahkan
peserta didik lainnya, dan sebagainya.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik sekolah/madrasah untuk
mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat dan kreativitas
pendidikan agama Islam dalam keterampilan dan seni, seperti membaca
Al Quran, adzan, sari tilawah, serta untuk mendorong peserta didik
sekolah mencintai kitab suci, dan meningkatkan minat peserta didik untuk
membaca, menulis serta mempelajari isi kandungan Al Quran. Dalam
membahas suatu materi pelajaran agar lebih jelas guru hendaknya selalu
diperkuat oleh nas-nas keagamaan yang sesuai berlandaskan pada Al
Quran dan Hadits Rasulullah saw. Tidak hanya ketika mengajar saja tetapi
dalam setiap kesempatan guru harus mengembangkan kesadaran
beragama dan menanamkan jiwa keberagamaan yang benar. Guru
memperhatikan minat keberagaman peserta didik. Untuk itu guru harus
mampu menciptakan dan memanfaatkan suasana keberagamaan dengan
menciptakan suasana dalam peribadatan seperti shalat, puasa dan lain-
lain.
f. Menyelenggarakan berbagai macam perlombaan seperti cerdas cermat
untuk melatih dan membiasakan keberanian, kecepatan, dan ketepatan
menyampaikan pengetahuan dan mempraktekkan materi pendidikan
agama Islam. Mengadakan perlombaan adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan bagi peserta didik, membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, menambah wawasan dan
membantu mengembangkan kecerdasan serta menambahkan rasa
kecintaan. Perlombaan bermanfaat sangat besar bagi peserta didik berupa
pendalaman pelajaran yang akan membantu mereka untuk mendapatkan
hasil belajar secara maksimal. Perlombaan dapat membantu para pendidik
dalam mengisi waktu kekosongan waktu peserta didik dengan sesuatu
yang bermanfaat bagi mereka dan pekelahian pelajar dapat dihindarkan.
Dari perlombaan ini memberikan kreativitas kepada peserta didik dengan
menanamkan rasa percaya diri pada mereka agar mempermudah bagi
peserta didik untuk memberikan pengarahan yang dapat mengembangkan
kreativitasnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam perlombaan itu antara
lain adanya nilai pendidikan di mana peserta didik mendapatkan
pengetahuan, nilai sosial, yaitu peserta didik bersosialisasi atau bergaul
dengan yang lainnya, nilai akhlak yaitu dapat membedakan yang benar
dan yang salah, seperti adil, jujur, amanah, jiwa sportif, mandiri. Selain itu
ada nilai kreativitas dapat mengekspresikan kemampuan kreativitasnya
dengan cara mencoba sesuatu yang ada dalam pikirannya. Salah satu
contoh perlombaan adalah lomba berpidato. Peserta didik diberikan
kesempatan berpidato untuk melatih dan mengembangkan keberanian
berkomunikasi secara lisan dengan menggunakan teks atau tanpa teks
menyampaikan pesan-pesan Islami. Menjadi ahli pidato yang efektif
menuntut para peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk
berkomunikasi secara efektif dan penuh percaya diri, serta mampu
merumuskan dan mengkomunikasikan pendapat dan gagasan di berbagai
kesempatan dan keadaan. Peserta didik diharapkan mampu
mendakwahkan ajaran agama dengan benar, tidak sebaliknya berpidato
atau berkomunikasi yang merendahkan agama.
g. Diselenggarakannya aktivitas seni, seperti seni suara, seni musik, seni
tari, atau seni kriya. Seni adalah sesuatu yang berarti dan relevan dalam
kehidupan. Seni menentukan kepekaan peserta didik dalam memberikan
ekspresi dan tanggapan dalam kehidupan. Seni memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengetahui atau menilai kemampuan
akademis, sosial, emosional, budaya, moral dan kemampuan pribadinya
lainnya untuk pengembangan spiritual rokhaninya. Untuk itu pendidikan
seni perlu direncanakan dengan baik agar menjadi pengalaman kreatif
yang jelas tujuannya. Melalui pendidikan seni, peserta didik memperoleh
pengalaman berharga bagi dirinya, mengekspresikan sesuatu tentang
dirinya dengan jujur dan tidak dibuat-buat. Untuk itu, guru harus mampu
menyadarkan peserta didik untuk menemukan ekspresi dirinya.
Melalui pendidikan seni peserta didik dilatih untuk
mengembangkan bakat, kreatifitas, kemampuan, dan keterampilan yang
dapat ditransfer pada kehidupan. Melalui seni para peserta didik akan
memperoleh pengalaman dan siap untuk memahami dirinya sendiri secara
mandiri. Peserta didik yang mandiri mampu memahami gaya belajar
mereka sendiri, disiplin dalam belajar bukan karena tekanan pihak lain,
sehingga mereka mampu mengkenali, mengidentifikasi dan memahami
kekuatan dan kelemahan kemampuannya mengembangkan bakat dan
minatnya.
Selain itu juga untuk menghadapi berbagai tantangan, baik dalam
belajar maupun dalam kehidupan yang dijalaninya sehari-hari. Peserta
didik dikondisikan agar mampu mengkomunikasikan apa yang dilihat,
didengar, diketahui, atau dirasakannya. Peserta didik mampu membuat
dan mengembangkan perasaan, imajinasi, dan gagasan secara ekspresif
agar menjadi hidup yang berguna bagi pengembangan diri. Pembelajaran
seni di sekolah memiliki kontribusi dalam sikap belajar seumur hidup (life
long learning).
Selama waktu belajar di sekolah atau di luar waktu belajar, peserta
didik diharapkan selalu melakukan aktivitas seni untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Oleh karena itu, kurikulum
pendidikan seni pada dasarnya dirancang untuk membantu peserta didik
untuk belajar seumur hidup dengan memiliki pengetahuan, pemahaman,
pemikiran, atau komunikasi yang efektif. Melalui pelajaran seni di
sekolah, para peserta didik dilibatkan untuk menciptakan dan
mengekspresikan gagasan dan perasaan dalam bentuk ucapan, tulisan,
pendengaran atau gerakannya.
Salah satu bidang seni yang diselenggarakan adalah seni nasyid.
Nasyid adalah seni vocal yang kadang-kadang dilengkapi dengan alat
music. Tujuan nasyid antara lain untuk melatih dan mengembangkan
keberanian, penjiwaan, keindahan, keserasian dan kemampuan
mengaransemen seni modern yang islami. Nasyid mengembangkan
kemampuan untuk berfikir dan mengeksresikan diri dalam bentuk vokal
atau bunyi-bunyian alat-alat musik. Peserta didik belajar untuk
menginterpretasikan atau mengekspresikan emosi atau jiwa spiritual di
dalam bernyanyi atau bermusik. Dengan bernyanyi atau bermusik peserta
didik mendapatkan kepuasan lahir dan bathinnya sehingga menjadi
landasan yang baik untuk meningkatkan semangat belajarnya.
Nasyid biasanya berisikan lagu-lagu atau syair syair manis berupa pujian
yang menyenangkan perasaan atau hati. Nasyid ini dapat dijadikan cara
yang cukup efektif untuk membantu peserta didik dalam memahami
berbagai persoalan, seperti tentang kehidupan, rasa cinta kepada sesama
manusia atau kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagainya. Nasyid
dengan menggunakan bahasa dan intonasi yang mudah dipahami
mempunyai pengaruh yang baik bagi pertumbuhan jiwa dan bahasa
peserta didik. Apalagi kalau disertai dengan gerakan-gerakan yang mudah
untuk dilakukan. Serasinya antara suara dengan gerakan atau antara
lagu/syair-syair dengan gerakan-gerakan yang mengikutinya dapat
menyenangkan perasaan dan menenangkan hati peserta didik.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 62 tahun 2014 tentang
Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1 ayat 1, bahwa
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar
jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.
Adapun tujuanya adalah tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
1. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja
(PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya;
2. Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan
kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;
3. Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan
budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan
lainnya;
4. Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis alquran, retreat; atau
5. Bentuk kegiatan lainnya.
KMA 211 tahun 2011 menjelaskan bahwa Kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
adalah upaya pemantapan, pengayaan, dan perbaikan nilai-nilai, norma serta pengembangan
bakat, minat, dan kepribadian peserta didik dalam aspek pengamalan dan penguasaan kitab
suci, keimanaan, ketaqwaan, akhlak mulia, ibadah, sejarah, seni, dan kebudayaan Islam,
dilakukan di luar jam intrakurikuler, melalui bimbingan guru PAI, guru mata pelajaran lain,
2
tenaga kependidikan dan tenaga lainnya yang berkompeten yang dilaksanakan di sekolah atau
di luar sekolah.
1. sebagai pemantapan pengetahuan PAI peserta didik yang telah dipelajari dalam kegiatan
intrakurikuler;
2. sebagai penguatan pengalaman dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik;
3. sebagai pengembangan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan dalam upaya
pembinaan kehidupan beragama peserta didik agar lebih berprestasi dalam bidang PAI;
4. sebagai pengayaan pemahaman materi pembelajaran PAI dalam hubungannya dengan mata
pelajaran lain dan kehidupan di masyarakat; dan
5. sebagai media internalisasi nilai-nilai PAI peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
BAHAN PERTIMBANGAN
1. Pedoman disusun menyesuaikan Permendikbud Nomor 62 tahun 2014 tentang kegiatan
ekstrakurikuler dan lampirannya dan Permendikbud Nomor 4 tahun 2015 tentang Ekuivalensi
Kegiatan Pembelajaran/Pembimbingan Bagi Guru yang Bertugas pada SMP/SMA/SMK yang
Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Semester Pertama Menjadi Kurikulum Tahun 2006
pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015
2. Pedoman ini disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan pengembangan bakat dan minat
peserta didik yang memberikan kontribusi pada pembentukan sikap spiritual serta syi’ar
Islam.
4. Penilaian
a. Penilaian kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk kualitatif.
b. Penilaian meliputi dua aspek, yakni keaktifan dan ketrampilan. Penilaian aspek keaktifan
dalam kegiataan ekstra mempengaruhi hasil kualifikasi peserta didik.
c. Peserta didik harus mencapai nilai minimal “baik” dalam kegiatan ekstrakulikuler PAI.
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
Tujuan pedoman ekstrakurikuler PAI pada SMP adalah:
1. Memberikan arah operasional dalam pengembangan program dan kegiatan ekstrakurikuler
PAI pada SMP.
2. Memberikan arah operasional dalam penyelenggaraan dan penilaian kegiatan ekstrakurikuler
PAI pada SMP.
3. Sebagai acuan bagi guru PAI pada SMP dalam pemenuhan beban kerja guru.
D. Ruang Lingkup
Pedoman ini meliputi:
1. Penyelenggaraan program dan kegiatan ekstrakurikuler PAI pada SMP;
2. Penilaian kegiatan ekstrakurikuler PAI pada SMP;
3. Ekuivalensi kegiatan ekstrakurikuler PAI pada SMP.
E. Sasaran
Pedoman ini dapat digunakan oleh:
1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota;
2. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi;
3. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota;
4. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab program ekstrakurikuler PAI di satuan
pendidikan;
5. Pengawas PAI pada SMP;
6. Guru PAI pada SMP;
7. Komite sekolah.
BAB II
PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PAI PADA SMP
E. Ruang Lingkup dan Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler PAI pada SMP
Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler PAI pada SMP mengacu pada pengembangan
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Jenis kegiatan ekstrakurikuler PAI yang dapat dikembangkan di antaranya:
1. Baca Tulis al-Quran (BTQ),
2. Tahfidz al-Quran,
3. Pembinaan Tilawah al-Quran,
4. Ceramah Keagamaan (muhadharah),
5. Kaligrafi,
6. Nasyid,
7. Seni Rebana (marawis, samroh, hadroh, qasidah),
8. Jurnalistik Islam (majalah dinding, bulletin, dan lain-lain).
Sstuan pendidikan dapat mengembangkan jenis ekstrakurikuler lainnya yang sesuai dengan
minant siswa dan karakteristik satuan pendidikan selama tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Adapun kegiatan-kegiatan seperti: salat dhuha, salat berjama’ah, tadarus, salam, infak
jum’at, doa sebelum dan sesudah belajar, asmaul husna, berbusana muslim, salat jum’at,
pesantren kilat, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), wisata rohani, tadabbur alam, bakti
sosial, kelompok peduli teman asuh, santunan anak yatim, pengelola masjid/musalla, ESQ,
penyembelihan hewan qurban, gerakan wakaf al-Quran, dan khatmil Quran merupakan
kegiatan pembiasaan dalam rangka menciptakan religius culture di sekolah.
A. Penilaian
1. Mekanisme Penilaian
Kinerja peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler perlu mendapat penilaian dan
dideskripsikan dalam raport. Kriteria keberhasilannya meliputi proses dan pencapaian
kompetensi peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler yang dipilihnya. Penilaian
dilakukan secara kualitatif, diberikan dan dinyatakan dalam buku raport.
Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal “baik” pada kegiatan ekstrakurikuler
PAI pada setiap semester. Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu
mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapainya. Kriteria keberhasilan ditentukan
melalui proses dan keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih.
B. Evaluasi
Evaluasi Kegiatan Ekstrakurikuler dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pada setiap indikator yang telah ditetapkan dalam perencanaan satuan pendidikan. Satuan
pendidikan hendaknya mengevaluasi setiap indikator yang sudah tercapai maupun yang
belum tercapai.
Berdasarkan hasil evaluasi, satuan pendidikan dapat melakukan perbaikan
rencana tindak lanjut untuk kegiatan berikutnya dan mendesiminasikan kepada peserta
didik dan pemangku kepentingan.
BAB IV
PENUTUP
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler PAI, khususnya
pada jenjang SMP.
Jakarta,
An. Direktur Jenderal
Direktur Pendidikan Agama Islam
Lampiran 1
Contoh Penilaian Keterampilan dengan Daftar Cek (Check-list)
Penilaian BTQ
Tidak
No Aspek Yang Dinilai Baik
baik
1. Kelancaran bacaan √
2. Ketepatan tajwid √
3. Ketepatan Pengucapan Makhraj √
Skor Perolehan 4
Keterangan:
Baik mendapat skor 2
Tidak baik mendapat skor 1
Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh :
Skor diperoleh 4, skor tertinggi 2 x 3 pernyataan = 6, maka skor akhir :
Lampiran 2
Contoh Penilaian Proyek
Membuat Laporan
Mendata Jenis Media Informasi Keislaman
SKOR
No ASPEK
1 2 3 4
1 Perencanaan
a. Persiapan √
b. Rumusan Judul √
2 Isi Laporan
a. Sistematika √
b. Keakuratan Sumber Data √
c. Ketepatan Sumber Data √
d. Analisis Data √
e. Penarikan Kesimpulan √
3 Presentasi Laporan Proyek
Penampilan √
Penguasaan materi √
Skor Perolehan 30
Keterangan
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh :
Skor diperoleh 30, skor tertinggi 4 x 9 pernyataan = 36, maka skor akhir :
Lampiran 3
Contoh Penilaian Produk
Kaligrafi
SKOR
No ASPEK
1 2 3 4
1. Ketepatan Kaidah Penulisan
2. Keindahahan tulisan
3. Keragaman ornament khat
Total Skor 12
Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Lampiran 4
Contoh Penilaian Portofolio
Keteranga
Hari/Tanggal Karya Peserta Didik
n
7 Januari 2014 1. Kaligrafi al-Qur’an 80
10 Pebruari 20142. Artikel 80
6 Maret 2014 3. Data informasi keislaman 85
19 April 2014 4. Kumpulan gambar contoh kejadian yang 75
sesuai dengan gambaran kejadian Hari Akhir
Guru: Nilai Siswa:
Mu’allim, M.Ag. B
Keteranga
Hari/Tanggal Karya Peserta Didik
n
Daftar Pustaka
JML EKUIVALENSI
NO. KEGIATAN TUGAS KEGIATAN/ BEBAN BUKTI FISIK
ORANG KERJA/MINGGU
1. Membina Kegiatan a. Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Baca Tulis al-
Baca Tulis al-Quran Baca Tulis al-Quran (BTQ) Quran (BTQ) dari kepala sekolah
(BTQ)
b. Melaksanakan pembinaan b. Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Baca yang ditandatangani oleh kepala
Tulis al-Quran (BTQ) sekolah
c. Melaporkan pelaksanaan c. Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Baca pembinaan ekstrakurikuler Baca
Tulis al-Quran (BTQ) Tulis al-Quran (BTQ)
2. Membina Kegiatan a. Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Ceramah
Ceramah Ceramah keagamaan keagamaan (muhadarah) dari
keagamaan (muhadarah) kepala sekolah
(muhadarah)
b. Melaksanakan pembinaan b. Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
Ceramah keagamaan sekolah
(muhadarah)
c. Laporan hasil kegiatan
c. Melaporkan pelaksanaan pembinaan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikuler Ceramah keagamaan
Ceramah keagamaan (muhadarah)
(muhadarah)
3. Membina Kegiatan a. Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Kaligrafi dari
Kaligrafi Kaligrafi kepala sekolah
b. Melaksanakan pembinaan b. Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
Kaligrafi sekolah
c. Melaporkan pelaksanaan c. Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler pembinaan ekstrakurikuler
Kaligrafi Kaligrafi
4. Membina Kegiatan a. Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Nasyid dari
Nasyid Nasyid kepala sekolah
b. Melaksanakan pembinaan b. Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
Nasyid sekolah
c. Melaporkan pelaksanaan c. Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler pembinaan ekstrakurikuler
Nasyid Nasyid
5. Membina Kegiatan a. Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Seni Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Seni Musik Islami
Musik Islami Seni Musik Islami dari kepala sekolah
(Rebana, Marawis,
b. Melaksanakan pembinaan b. Program dan jadwal kegiatan
Hadrah, Samrah,
kegiatan ekstrakurikuler Seni yang ditandatangani oleh kepala
Qasidah, dan
Musik Islami sekolah
sejenisnya)
c. Melaporkan pelaksanaan c. Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Seni pembinaan ekstrakurikuler Seni
Musik Islami Musik Islami
6. Membina Kegiatan a. Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Seni Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Seni Baca al
Baca al Qur’an Seni Baca al Qur’an Qur’an dari kepala sekolah
b. Melaksanakan pembinaan b. Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Seni yang ditandatangani oleh kepala
Baca al Qur’an sekolah
c. Melaporkan pelaksanaan c. Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Seni pembinaan ekstrakurikuler Seni
Baca al Qur’an Baca al Qur’an
7. Membina Kegiatan a. Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Tahfizh al-Qur’an
Tahfizh al-Qur’an Tahfizh al-Qur’an dari kepala sekolah
b. Melaksanakan pembinaan b. Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
Tahfizh al-Qur’an sekolah
c. Melaporkan pelaksanaan c. Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler pembinaan ekstrakurikuler
Tahfizh al-Qur’an Tahfizh al-Qur’an
8. Membina Kegiatan a. Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a. Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Jurnalistik Islam
Jurnalistik Islam Jurnalistik Islam dari kepala sekolah
(majalah dinding,
b. Melaksanakan pembinaan b. Program dan jadwal kegiatan
bulletin, dan lain-
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
lain)
Jurnalistik Islam sekolah
c. Melaporkan pelaksanaan c. Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler pembinaan ekstrakurikuler
Jurnalistik Islam Jurnalistik Islam
Istilah ekstrakulikuler secara etimologi terdiri dari “ekstra” dan “kulikuler”. Ekstra
artinya tambahan diluar yang seharusnya dikerjakan. Sedangkan kulikuler berkaitan dengan
kurikulum, yaitu perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada suatu lembaga tertentu.
Akan tetapi mengingat pengertian kurikulum mengalami banyak perkembangan, maka
kurikulum tidak lagi hanya sekedar jumlah mata pelajaran yang harus dilalui melainkan
program yang disiapkan suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu.
Program itu berisi rumusan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran,
dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dari penelitian ini diketahui bahwa kesadaran peserta didik di SMPN 2 Pamekasan
dalam menjalankan ajaran Islam dapat dibentuk melalui upaya-upaya yang diberikan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Dari penelitian ini diketahui bahwa kesadaran peserta didik
di SMPN 2 Pamekasan dalam menjalankan ajaran Islam dapat dibentuk melalui upaya-upaya
yang diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dapat dilihat dari wujud perilaku
peserta didik sehari-hari dalam menjalankan ibadah dan berinteraksi dengan sesama di
sekolah. Lebih dari 50% peserta didiknya dapat menjalankan ibadah di sekolah atas dasar
kesadarannya sendiri bukan hanya tergantung pada absensi ataupun nilai. Hal ini
merupakan dampak positif dari diberlangsungkannya kegiatan ektrakurikuler agama di
sekolah SMPN 2 Pamekasan. (Pangastuti, 2011).
Ketiga, Kegiatan sekolah ini, efektif dalam usaha pencegahan kenakalan remaja.
sebab remaja tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal-hal yang kurang bermanfaat.
Selain itu peserta didik juga memiliki lingkungan pergaulan yang sehat dan mendapat
pengawasan serta pembimbingan yang baik.
Keempat, Kegiatan ini, akan semakin mengasah bakat kreatif remaja. Misalnya peserta
didik yang mengikuti kelas seni tari modern, biasanya mereka akan mencoba membuat
koreografi tarian modern sendiri.
Kelima, Kegiatan sekolah ini, bila ditekuni akan berbuah prestasi yang dapat
dibanggakan. Bukan hanya dapat dibanggakan bagi peserta didik tersebut tetapi juga bagi
sekolah yang bersangkutan, seperti popularitas sekolah semakin baik. Sedangkan bagi
peserta didik, prestasi tersebut dapat membuahkan beapeserta didik, meningkatkan rasa
percaya diri, dan dapat menarik perhatian lawan jenisnya, hingga menjadi seorang idola
remaja.
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah/madrasah.
1. Visi
Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara
optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk
diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
2. Misi
a. Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.
C. Tujuan Ekstrakurikuler
2. Mendorong peserta didik agar taat menjalankan agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjadikan agama sebagai landasan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berprilaku jujur, amanah, disiplin,
bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, dan bertanggung jawab.
2. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial peserta didik
4. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir
peserta didik.
E. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan
minat peserta didik masing-masing.
2. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti
secara sukarela peserta didik.
3. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan
peserta didik secara penuh.
4. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana yang disukai dan
mengembirakan peserta didik.
5. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik
untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
6. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan untuk
kepentingan masyarakat.
1. Pendekatan Among
4. Pendekatan pengalaman
5. Pendekatan pembiasaan
6. Pendekatan emosional
7. Pendekatan rasional
G. Format Kegiatan
1. Individual, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik secara
perorangan.
2. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok
peserta didik.
3. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik dalam satu kelas.
4. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik
antarkelas/antarsekolah/madraasah.
5. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan
(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-kegiatan-ekstra-
kurikuler/).
1. Ruang Lingkup
a. Pembiasaan
1) Shalat berjamaah
3) Membaca doa mengawali dan mengakhiri proses pembelajaran dan pekerjaan lainnya
b. Pentas PAI
2) Kaligrafi
3) Hafalan suratpendek
4) Pidato
5) Cerdas cermat
8) Qasidah.
1) Keimanan
2) Ibadah
3) Akhlak
d. Ibadah Ramadhan
1) Puasa Ramadhan
4) Tadarrus Al-Qur’an
5) I’tikaf
7) Zakat Fitrah.
6) Kesadaran berestetika
8) Keterampilan sosial
4) Nuzulul Qur’an
1) Praktek berwudhu
2) Praktek Tayammum
3) Praktek Shalat
5) Praktek Zakat
Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor Dj.I/12 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islan (PAI) pada sekolah
menyebutkan jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di sekolah, yaitu:
Kegiatan ekstrakurikuler PAI yang bersifat penunjang dan tidak memiliki hubungan
langsung dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti: (1) Tafaqur alam, dan
(2) Majalah dinding (Anonim, 2011).
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS).
b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja Islam (KIRI), kegiatan penguasaan keilmuan
dan kemampuan akademik keagamaan, penelitian bidang keagamaan.
c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat seni dan budaya Islami
(Qasida rebana, Puisi Islami, Azan, Kaligrafi, sebaca Al-Qur’an).
d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan,
Ibadah.muamalat, seni budaya Islam
(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-kegiatan-ekstra-kurikuler/).
1. Melakukan
2. Mengungkapkan
3. Menganalisis
4. Menyimpulkan
5. Menerapkan.
1. Prinsip Relevansi
2. Prinsip Fleksibilitas
3. Prinsip Kontinuitas
4. Prinsip Praktis
5. Prinsip Efektivitas
H. Evaluasi
2. Wawancara
3. Penilaian produk
mej
a