Anda di halaman 1dari 39

BENTUK KEGIATAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1.    Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam disini adalah: pertama ia merupakan suatu upaya


atau proses yg dilakukan secara sadar dan terencana membantu peserta
didik melalui pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan potensi
mereka secara optimal agar nanti dapat memahami menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam sebagai keyakinan dan pandangan hidup demi
keselamatan di dunia dan akherat. Kedua merupakan usaha yg sistimatis
pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap
individu dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
secara utuh demi terbentuk kepribadian yg utama menurut ukuran Islam.
Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan
potensi anak didik utk diarahkan mengikuti jalan yg islami demi
memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Pendidikan Agama Islam dikembangkan dengan menempatkan nilai-
nilai agama dan budaya luhur bangsa sebagai spirit dalam proses
pengelolaan dan pembelajaran. Hal ini ditunjukan antara lain dengan
mengintegrasikan wawasan keagamaan pada kurikulum pendidikan,
menciptakan suasana keberagamaan pada kurikulum pendidikan,
mengutamakan keteladanan dalam perilaku dan amalan keagamaan
aparat pengelola dan pendidik, menyediakan dukungan bahan dan sarana
pembelajaran seperti kitab suci, buku referensi keagamaan dan tempat
ibadah. Namun demikian, pelaksanaan kurikulum pendidikan terkadang
masih belum sepenuhnya menjadi alat perubahan nilai budaya
masyarakat, tetapi masih lebih mengutamakan mengajarkan nilai-nilai
budaya lama. Peserta didik kurang dibekali dengan realitas yang berkaitan
dengan hakekat hidup dan kehidupan sehari-hari yang dialami di
lingkungan tempat tinggalnya. Peserta didik lebih diarahkan untuk
memperoleh ijazah setinggi-tinggi dan mempersiapkannya untuk menjadi
pegawai dalam suatu instansi dan kurang menstimulus mereka untuk
menjadi seorang peserta didik yang berbudaya, khususnya budaya
keberagamaan. Untuk itu kurikulum seharusnya menjadikan guru dan
peserta didik mampu menyadari pentingnya budaya keberagamaan dalam
kehidupanya.
Pendidikan agama Islam pada berbagai jenjang persekolahan
dituntut untuk menyesuaikan dan mengantisipasi setiap perubahan yang
terjadi di masyarakat. Perubahan ini sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan prinsip pengembangan
kurikulum yaitu tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.
Semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta
didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, khususnya dalam pembelajaran.
Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama Islam
berorientasi pada penerapan Standar Nasional Pendidikan. Dalam proses
pembelajaran bukan hanya terjadi transfer ilmu pengetahuan dari guru
kepada peserta didik atau dari peserta didik kepada peserta didik lainnya,
namun juga terjadi proses transfer kebudayaan yaitu terjadinya
penanaman nilai-nilai, norma-norma, atau adat kebiasaan. Peserta didik
adalah subjek yang melakukan akulturasi kebudayaan. Peserta didik
mempelajari dan mengamalkan nilai, norma, atau kebiasaan yang ada di
masyarakat. Untuk itu dilakukan kegiatan-kegiatan seperti
pengembangan metode pembelajaran pendidikan agama Islam,
pengembangan kultur budaya Islami dalam proses pembelajaran, dan
pengembangan kegiatan-kegiatan kerokhanian Islam dan ekstrakurikuler.
Dalam rangka menindaklanjuti hal tersebut maka dilaksanakan kegiatan
yang langsung melibatkan pelaku utama pendidikan yaitu peserta didik.
Wujud dari kegiatan ini antara lain diselenggarakannya kegiatan
keterampilan dan seni pendidikan agama Islam. Kegiatan ini sangat
penting dalam rangka memberikan semangat dan gairah baru bagi para
pendidik, peserta didik, atau yang memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Selain itu juga diharapkan
kegiatan ini dapat menumbuhkan budaya keberagamaan (religious
culture) di lingkungan sekolah. Kegiatan-kegiatan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ) agar
semakin kokoh pada para peserta didik di kalangan sekolah/madrasah
yaitu SD-MI, SMP-MTs, SMA-MA dan SMK, mempererat ukhuwah
Islamiyah, membawa persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa
sesama peserta didik sekolah/madrasah.
Emotional Quotient (EQ) adalah kecerdasan emosional dan Spiritual
Quotient (SQ) adalah kecerdasan berkaitan dengan keberagamaan
(religious), dan ada pula gabungan dari EQ dan SQ ini yaitu ESQ
(Emotional Spiritual Quotient. Daniel Goleman1[1] beranggapan bahwa
keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar sekitar 80%
ditentukan oleh kecerdasan emosi dan hanya 20% ditentukan oleh faktor
kecerdasan kognitif (IQ). Intelegent Quotient (IQ) adalah kecerdasan
intelektual atau kecerdasan otak kiri. Kecerdasan otak kiri menekankan
pada peserta didik untuk menguasai kemampuan kognitif atau akademik,
seperti membaca, menulis, berhitung. atau berupa hafalan, sehingga tidak
ada apresiasi dan penghayatan yang dapat menumbuhkan semangat
untuk belajar. Keberhasilan akademik peserta didik diukur dengan nilai
angka dan ranking bukan pada proses belajar. Tujuannya mencetak
peserta didik pandai di bidang akademik kognitif, maka materi pelajaran
yang berkaitan dengan otak kiri saja yang diperhatikan yaitu bahasa dan
logis matematik.
Emotional Quotient (EQ) adalah kecerdasan emosional atau
kecerdasan otak kanan. Materi pelajaran yang berkaitan dengan otak
kanan seperti kesenian atau musik. Beberapa aspek emosi-sosial yang
menentukan keberhasilan peserta didik antara lain rasa percaya diri
(confidence), rasa ingin tahu (curiosity), kemampuan mengontrol diri (self
control), kemampuan bekerja sama (cooperation) ataupun mandiri,
memiliki sifat jujur (honesty), bisa dipercaya (amanah), bekerja tepat

1
waktu, mampu dan cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,
mempunyai motivasi kuat meningkatkan kualitas diri, mampu
berkomunikasi, mampu menyelesaikan masalah.
Kematangan emosi-sosial menentukan keberhasilan peserta didik di
sekolah, di masyarakat, dan dalam kehidupannya. Kematangan emosi
ditandai antara lain mempunyai rasa percaya diri, rasa sabar, mematuhi
instruksi, dan mampu bekerja sama dengan kelompok. Peserta didik
menjadi sumber daya manusia yang bisa bekerja, terampil, rajin, tekun,
kerja keras dan cerdas, percaya diri dengan kemampuan sendiri.
Kecerdasan emosi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berkembang secara alami. Peserta didik dapat mengembangkan fungsi
otak kanan, sehingga akan memudahkan menguasai pelajaran yang
diberikan guru. Peserta didik mengalami proses sosial emotional learning
(kecerdasan emosi), joyful learning (belajar yang menyenangkan), dan
active learning (peserta didik terlibat aktif). Peserta didik sebagai subjek
pendidikan bukan hanya objek. Oleh karena itu sekolah seharusnya
memberikan lingkungan yang dapat menumbukan rasa senang dan
gembira kepada peserta didik. Pada diri peserta didik akan tumbuh rasa
cinta untuk belajar, tidak perlu dipaksakan dengan perintah atau
pelajaran terlalu kaku, membebani, dan membosankan, sehingga hasilnya
tidak optimal.
Peserta didik yang tidak mempunyai bekal kompetensi emosional,
spiritual, dan sosial sering tidak berhasil dalam masa-masa belajar di
sekolah. Kehidupannya akan menghadapi berbagai masalah emosi,
perilaku, akademik, dan perkembangan sosial. Mereka mengalami
rendahnya rasa percaya diri dan keingintahuan, ketidakmampuan
mengontol diri, rendahnya motivasi, kegagalan bersosialisasi,
ketidakmampuan bekerja, dan rendahnya rasa empati. Untuk itu, guru
perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik dengan
menciptakan kematangan emosi-sosialnya.
Kematangan emosi-sosial peserta didik akan dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan. Kematangan emosi sosial pun
berpengaruh terhadap kesehatan fisik peserta didik, yaitu mampu
mengendalikan tekanan-tekanan (stress) yang dialaminya, karena jika
tidak dikendalikan akan menimbulkan berbagai penyakit. Perilaku guru
dalam proses pendidikan, pengajaran, atau pola asuhnya yang
diterapkannya di dalam sekolah kepada peserta didik pasti berpengaruh
dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Keberhasilan peserta didik
mengatasi konflik kepribadian dalam dirinya sangat menentukan
keberhasilan dalam kehidupan sosial di masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Perilaku itu antara lain kedekatan emosi ( emotional bonding),
pemberian atau sentuhan kasih sayang. Untuk itu proses pendidikan tidak
hanya mementingkan kecerdasan otak kiri atau IQ saja tetapi juga
mementingkan kecerdasan otak kanan atau EQ atau kecerdasan
emosional dan Spiritual Quotient (SQ).
Prinsip Pendidikan Agama Islam adalah interkoneksitas antara ilmu
agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Untuk itu kurikulum
pembelajaran dalam pendidikan agama Islam lebih banyak mengenai
dasar pembentukan intelek dan komunikasi dengan dunia luar, karena hal
ini dianggap sebagai upaya “ memanusiakan manusia.” Manusia dibedakan
dari jenis makhluk hidup lain karena ia mempunyai intelektual. Oleh
karenanya upaya memanusiakan manusia dilakukan dengan
mengembangkan inteleknya. Orang berpendidikan dipandang sebagai
kaum intelektual yang termasuk kaum elite. Kelas sosial tertinggi adalah
mereka yang memperoleh pendidikan tinggi; makin rendah tingkatan
pendidikan makin rendah kelas sosialnya.
Tujuan pendidikan adalah memperbaiki intelek dengan mendisiplin
mentalnya. Namun demikian kurikulum sepatutnya tidak dimaksudkan
untuk semata-mata membentuk intelek, tetapi diarahkan agar peserta
didik dapat mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan fungsi
kehidupan. Selain itu ada pula budaya yang disampaikan dalam
pembelajaran hanya berisi informasi yang bersifat praktis dan realistis,
dengan tujuan mendidik keterampilan yang esensial dan berguna untuk
hidup produktif.
2.  Bentuk Kegiatan Menumbuhkan Budaya Keberagaman (Relegious
Culture).
Kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan budaya
keberagamaan (religious culture) di lingkungan sekolah antara lain:
a.  Melakukan kegiatan rutin, yaitu pengembangan kebudayaan
keberagamaan secara rutin berlangsung pada hari-hari belajar biasa di
sekolah. Kegiatan rutin ini dilakukan dalam kegiatan sehari-hari yang
terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan, sehingga tidak
memerlukan waktu khusus. Pendidikan agama merupakan tugas dan
tanggung jawab bersama bukan hanya guru agama saja melainkan juga
tugas dan tanggung jawab guru-guru bidang studi lainnya atau sekolah.
Pendidikan agama pun tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan,
tetapi juga meliputi pembentukan sikap, perilaku, dan pengalaman
keagamaan. Untuk itu pembentukan sikap, perilaku, dan pengalaman
keagamaan pun tidak hanya dilakukan oleh guru agama, tetapi perlu
didukung oleh guru-guru bidang studi lainnya.
b.  Menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung dan menjadi
laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama, sehingga lingkungan
dan proses kehidupan semacam ini bagi para peserta didik benar-benar
bisa memberikan pendidikan tentang caranya belajar beragama. Dalam
proses tumbuh kembangnya peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah, selain lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Suasana
lingkungan sekolah dapat menumbuhkan budaya keberagamaan
(religious culture). Sekolah mampu menanamkan sosialisasi dan nilai yang
dapat menciptakan generasi-generasi yang berkualitas dan berkarakter
kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku utama kehidupan di masyarakat.
Suasana lingkungan sekolah ini dapat membimbing peserta didik agar
mempunyai akhlak mulia, perilaku jujur, disiplin dan semangat sehingga
akhirnya menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya.
c.   Pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh guru
agama dengan materi pelajaran agama dalam suatu proses pembelajaran,
namun dapat pula dilakukan di luar proses pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari. Guru bisa memberikan pendidikan agama secara spontan
ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik yang tidak sesuai
dengan ajaran agama. Manfaat pendidikan secara spontan ini menjadikan
peserta didik langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang
dilakukannya dan langsung pula mampu memperbaikinya. Manfaat
lainnya dapat dijadikan pelajaran atau hikmah oleh peserta didik lainnya,
jika perbuatan salah jangan ditiru, sebaliknya jika ada perbuatan yang
baik harus ditiru.
d.  Menciptakan situasi atau keadaan keberagamaan. Tujuannya untuk
mengenalkan kepada peserta didik tentang pengertian agama dan tata
cara pelaksanaan agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
juga menunjukkan pengembangan kehidupan keberagamaan di sekolah
yang tergambar dari perilaku sehari-hari dari berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik. Oleh karena itu keadaan atau
situasi keagamaan di sekolah yang dapat diciptakan antara lain
pengadaan peralatan peribadatan seperti tempat untuk shalat (masjid
atau mushalla), alat-alat shalat seperti sarung, peci, mukena, sajadah
atau pengadaan Al Quran. Selain itu di ruangan kelas bisa pula
ditempelkan kaligrafi, sehingga peserta didik dibiasakan selalu melihat
sesuatu yang baik. Selain itu dengan menciptakan suasana kehidupan
keagamaan di sekolah antara sesama guru, guru dengan peserta didik,
atau peserta didik dengan peserta didik lainnya. Misalnya, dengan
mengucapkan kata-kata yang baik ketika bertemu atau berpisah,
mengawali dan mengakhiri suatu kegiatan, mengajukan pendapatan atau
pertanyaan dengan cara yang baik, sopan, santun tidak merendahkan
peserta didik lainnya, dan sebagainya.
e.  Memberikan kesempatan kepada peserta didik sekolah/madrasah untuk
mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat dan kreativitas
pendidikan agama Islam dalam keterampilan dan seni, seperti membaca
Al Quran, adzan, sari tilawah, serta untuk mendorong peserta didik
sekolah mencintai kitab suci, dan meningkatkan minat peserta didik untuk
membaca, menulis serta mempelajari isi kandungan Al Quran. Dalam
membahas suatu materi pelajaran agar lebih jelas guru hendaknya selalu
diperkuat oleh nas-nas keagamaan yang sesuai berlandaskan pada Al
Quran dan Hadits Rasulullah saw. Tidak hanya ketika mengajar saja tetapi
dalam setiap kesempatan guru harus mengembangkan kesadaran
beragama dan menanamkan jiwa keberagamaan yang benar. Guru
memperhatikan minat keberagaman peserta didik. Untuk itu guru harus
mampu menciptakan dan memanfaatkan suasana keberagamaan dengan
menciptakan suasana dalam peribadatan seperti shalat, puasa dan lain-
lain.
f.   Menyelenggarakan berbagai macam perlombaan seperti cerdas cermat
untuk melatih dan membiasakan keberanian, kecepatan, dan ketepatan
menyampaikan pengetahuan dan mempraktekkan materi pendidikan
agama Islam. Mengadakan perlombaan adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan bagi peserta didik, membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, menambah wawasan dan
membantu mengembangkan kecerdasan serta menambahkan rasa
kecintaan. Perlombaan bermanfaat sangat besar bagi peserta didik berupa
pendalaman pelajaran yang akan membantu mereka untuk mendapatkan
hasil belajar secara maksimal. Perlombaan dapat membantu para pendidik
dalam mengisi waktu kekosongan waktu peserta didik dengan sesuatu
yang bermanfaat bagi mereka dan pekelahian pelajar dapat dihindarkan.
Dari perlombaan ini memberikan kreativitas kepada peserta didik dengan
menanamkan rasa percaya diri pada mereka agar mempermudah bagi
peserta didik untuk memberikan pengarahan yang dapat mengembangkan
kreativitasnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam perlombaan itu antara
lain adanya nilai pendidikan di mana peserta didik mendapatkan
pengetahuan, nilai sosial, yaitu peserta didik bersosialisasi atau bergaul
dengan yang lainnya, nilai akhlak yaitu dapat membedakan yang benar
dan yang salah, seperti adil, jujur, amanah, jiwa sportif, mandiri. Selain itu
ada nilai kreativitas dapat mengekspresikan kemampuan kreativitasnya
dengan cara mencoba sesuatu yang ada dalam pikirannya. Salah satu
contoh perlombaan adalah lomba berpidato. Peserta didik diberikan
kesempatan berpidato untuk melatih dan mengembangkan keberanian
berkomunikasi secara lisan dengan menggunakan teks atau tanpa teks
menyampaikan pesan-pesan Islami. Menjadi ahli pidato yang efektif
menuntut para peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk
berkomunikasi secara efektif dan penuh percaya diri, serta mampu
merumuskan dan mengkomunikasikan pendapat dan gagasan di berbagai
kesempatan dan keadaan. Peserta didik diharapkan mampu
mendakwahkan ajaran agama dengan benar, tidak sebaliknya berpidato
atau berkomunikasi yang merendahkan agama.
g.  Diselenggarakannya aktivitas seni, seperti seni suara, seni musik, seni
tari, atau seni kriya. Seni adalah sesuatu yang berarti dan relevan dalam
kehidupan. Seni menentukan kepekaan peserta didik dalam memberikan
ekspresi dan tanggapan dalam kehidupan. Seni memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengetahui atau menilai kemampuan
akademis, sosial, emosional, budaya, moral dan kemampuan pribadinya
lainnya untuk pengembangan spiritual rokhaninya. Untuk itu pendidikan
seni perlu direncanakan dengan baik agar menjadi pengalaman kreatif
yang jelas tujuannya. Melalui pendidikan seni, peserta didik memperoleh
pengalaman berharga bagi dirinya, mengekspresikan sesuatu tentang
dirinya dengan jujur dan tidak dibuat-buat. Untuk itu, guru harus mampu
menyadarkan peserta didik untuk menemukan ekspresi dirinya.
Melalui pendidikan seni peserta didik dilatih untuk
mengembangkan bakat, kreatifitas, kemampuan, dan keterampilan yang
dapat ditransfer pada kehidupan. Melalui seni para peserta didik akan
memperoleh pengalaman dan siap untuk memahami dirinya sendiri secara
mandiri. Peserta didik yang mandiri mampu memahami gaya belajar
mereka sendiri, disiplin dalam belajar bukan karena tekanan pihak lain,
sehingga mereka mampu mengkenali, mengidentifikasi dan memahami
kekuatan dan kelemahan kemampuannya mengembangkan bakat dan
minatnya.
Selain itu juga untuk menghadapi berbagai tantangan, baik dalam
belajar maupun dalam kehidupan yang dijalaninya sehari-hari. Peserta
didik dikondisikan agar mampu mengkomunikasikan apa yang dilihat,
didengar, diketahui, atau dirasakannya. Peserta didik mampu membuat
dan mengembangkan perasaan, imajinasi, dan gagasan secara ekspresif
agar menjadi hidup yang berguna bagi pengembangan diri. Pembelajaran
seni di sekolah memiliki kontribusi dalam sikap belajar seumur hidup (life
long learning).
Selama waktu belajar di sekolah atau di luar waktu belajar, peserta
didik diharapkan selalu melakukan aktivitas seni untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Oleh karena itu, kurikulum
pendidikan seni pada dasarnya dirancang untuk membantu peserta didik
untuk belajar seumur hidup dengan memiliki pengetahuan, pemahaman,
pemikiran, atau komunikasi yang efektif. Melalui pelajaran seni di
sekolah, para peserta didik dilibatkan untuk menciptakan dan
mengekspresikan gagasan dan perasaan dalam bentuk ucapan, tulisan,
pendengaran atau gerakannya.
Salah satu bidang seni yang diselenggarakan adalah seni nasyid.
Nasyid adalah seni vocal yang kadang-kadang dilengkapi dengan alat
music. Tujuan nasyid antara lain untuk melatih dan mengembangkan
keberanian, penjiwaan, keindahan, keserasian dan kemampuan
mengaransemen seni modern yang islami. Nasyid mengembangkan
kemampuan untuk berfikir dan mengeksresikan diri dalam bentuk vokal
atau bunyi-bunyian alat-alat musik. Peserta didik belajar untuk
menginterpretasikan atau mengekspresikan emosi atau jiwa spiritual di
dalam bernyanyi atau bermusik. Dengan bernyanyi atau bermusik peserta
didik mendapatkan kepuasan lahir dan bathinnya sehingga menjadi
landasan yang baik untuk meningkatkan semangat belajarnya.
Nasyid biasanya berisikan lagu-lagu atau syair syair manis berupa pujian
yang menyenangkan perasaan  atau hati. Nasyid ini dapat dijadikan cara
yang cukup efektif untuk membantu peserta didik dalam memahami
berbagai persoalan, seperti tentang kehidupan, rasa cinta kepada sesama
manusia atau kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagainya. Nasyid
dengan menggunakan bahasa dan intonasi yang mudah dipahami
mempunyai pengaruh yang baik bagi pertumbuhan jiwa dan bahasa
peserta didik. Apalagi kalau disertai dengan gerakan-gerakan yang mudah
untuk dilakukan. Serasinya antara suara dengan gerakan atau antara
lagu/syair-syair dengan gerakan-gerakan yang mengikutinya dapat
menyenangkan perasaan dan menenangkan hati peserta didik.

3.  Budaya Keberagamaan dengan Kecakapan Hidup


Pembelajaran yang menekankan pada kebudayaan keber-
agamaan bisa dilakukan dengan menerapkan pendekatan kecakapan
hidup (life skill). Manfaat atau dampak yang positif kecakapan hidup bagi
peserta didik antara lain dalam kecakapan personal yang diperoleh
peserta didik dapat menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pondasi dalam membentuk dan
mengembangkan akhlak mulia, rasa percaya diri, kemandirian, harga diri,
dan kasih sayang kepada orang lain.
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu berkaitan keyakinan
terhadap agama atau kepercayaan, pengabdian dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang menciptakan semua makhluk hidup
dan alam semesta. Peserta didik pun diarahkan agar menjadi manusia
yang memiliki akhlak mulia, yaitu memiliki atau menunjukkan ciri-ciri
karakter akhlak mulia, seperti kejujuran, kesalehan, kesabaran,
keberanian, kedermawanan, atau kehormatan, kasih sayang, hormat,
toleran, pemberi maaf, rendah hati, dan baik hati.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi
sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. 2[2]

Program Pengembangan Keagamaan Siswa melalui Ekstrakurikuler

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 62 tahun 2014 tentang
Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1 ayat 1, bahwa
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar
jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.

Adapun tujuanya adalah tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri dari:

1. Kegiatan Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan


oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan
dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti oleh peserta didik sesuai
bakat dan minatnya masing-masing.

Bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler dapat berupa:

1. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja
(PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya;
2. Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan
kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;
3. Latihan olah-bakat latihan olah-minat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni dan
budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan
lainnya;
4. Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis alquran, retreat; atau
5. Bentuk kegiatan lainnya.

Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah, Kementerian Agama telah mengatur


pelaksanaan Ektrakurikuler pendidikan agama Islam di dalam Keputusan Menteri Agama
nomor 211 tahun 2011, pada Bab III tentang Pedoman Pengembangan Standar Proses
Pendidikan Agama Islam  bagian F tentang Pengembangan Standar Proses Kegiatan
Ekstrakurikuler.

KMA 211 tahun 2011 menjelaskan bahwa Kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
adalah upaya pemantapan, pengayaan, dan perbaikan nilai-nilai, norma serta pengembangan
bakat, minat, dan kepribadian peserta didik dalam aspek pengamalan dan penguasaan kitab
suci, keimanaan, ketaqwaan, akhlak mulia, ibadah, sejarah, seni, dan kebudayaan Islam,
dilakukan di luar jam intrakurikuler, melalui bimbingan guru PAI, guru mata pelajaran lain,

2
tenaga kependidikan dan tenaga lainnya yang berkompeten yang dilaksanakan di sekolah atau
di luar sekolah.

Adapun fungsi kegiatan ektstrakurikuler Pendidikan Agama Islam adalah:

1. sebagai pemantapan pengetahuan PAI peserta didik yang telah dipelajari dalam kegiatan
intrakurikuler;
2. sebagai penguatan pengalaman dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam peserta didik;
3. sebagai pengembangan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan dalam upaya
pembinaan kehidupan beragama peserta didik agar lebih berprestasi dalam bidang PAI;
4. sebagai pengayaan pemahaman materi pembelajaran PAI dalam hubungannya dengan mata
pelajaran lain dan kehidupan di masyarakat; dan
5. sebagai media internalisasi nilai-nilai PAI peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler PAI sebagai berikut:

1. Pesantren Kilat (SANLAT)


Pesantren kilat adalah kegiatan pesantren yang dilaksanakan dengan waktu yang relatif
singkat, pada bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan. Pesantren kilat ini disebut juga
Pesantren Ramadhan apabila dilaksanakan pada bulan Ramadhan.

2. Pembiasaan Akhlak Mulia


Pembiasaan akhlak mulia adalah kegiatan yang dilaksanakan secara berulang-ulang untuk
pengembangan karakter (character building) keagamaan peserta didik melalui penanaman
nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan pembiasaan akhlak mulia dilakukan di sekolah, di lingkungan keluarga, dan di
masyarakat. Pembiasaan akhlak mulia di sekolah dimulai dari peserta didik tiba di sekolah
dengan membiasakan salam, berjabat tangan, menjaga kebersihan, santun, sampai pada
pembiasaan mengikuti salat berjamaah, tausiah sesudah berjamaah, dan sebagainya.

3. Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)


Pembinaan BTQ adalah kegiatan pengenalan huruf-huruf Hijaiyah, Penguasaan Makharijul
huruf, ilmu tajwid, kemampuan melafalkan, membaca, dan menulis Al-Qur’an secara
intensif. Kegiatan ini merupakan penguatan kompetensi membaca dan menulis Al-Qur’an
pada kegiatan intrakurikuler.

4. Ibadah Ramadhan (IRAMA)


Ibadah Ramadhan (IRAMA) adalah kegiatan ibadah selama bulan Ramadhan yang meliputi
puasa, tarawih, tadarus, mendengarkan kultum, i’tikaf dan menunaikan zakat fitrah serta salat
idul fitri.

5. Wisata Rohani (WISROH)


Wisata Rohani adalah kegiatan pembelajaran PAI yang dilakukan melalui aktifitas bersifat
ruhani/religius dan menyenangkan dalam bentuk tadabbur alam, outbound, mengunjungi
masjid-masjid bersejarah dengan kekhasan tertentu, museum Al-Qur’an, pesantren, orang-
orang salih, panti asuhan, panti jompo, yayasan yatim piatu, dan umrah.
6. Kegiatan Rohani Islam (ROHIS)
ROHIS adalah organisasi yang ada dalam struktur kepengurusan OSIS berfungsi sebagai
forum mentoring, dakwah, dan sharing untuk memperkuat keislaman peserta didik.

7. Pekan Keterampilan dan Seni (PENTAS) PAI


Pekan Keterampilan dan Seni (PENTAS) PAI adalah wahana kompetisi peserta didik dalam
berbagai jenis keterampilan agama meliputi: Musabaqoh Tilawatil Qur’an, hafalan surat-surat
pendek, kaligrafi, pidato, cerdas cermat, khutbah, kesenian islami, dan yang lainnya.

8. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)


PHBI adalah kegiatan memperingati hari-hari besar Islam, yang bertujuan untuk syiar Islam,
menggali makna dan hikmah peristiwa sejarah umat Islam.

BAHAN PERTIMBANGAN
1.      Pedoman disusun menyesuaikan Permendikbud Nomor 62 tahun 2014 tentang kegiatan
ekstrakurikuler dan lampirannya dan Permendikbud Nomor 4 tahun 2015 tentang Ekuivalensi
Kegiatan Pembelajaran/Pembimbingan Bagi Guru yang Bertugas pada SMP/SMA/SMK yang
Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Semester Pertama Menjadi Kurikulum Tahun 2006
pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015

2.      Pedoman ini disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan pengembangan bakat dan minat
peserta didik yang memberikan kontribusi pada pembentukan sikap spiritual serta syi’ar
Islam.

3.      Beberapa penekanan dalam pedoman ini, antara lain:


a.       Pembagian kegiatan ekstrakurikuler PAI;
b.      Ruang lingkup ekstrakurikuler PAI;
c.       Jenis kegiatan ekstrakurikuler PAI.

4.      Penilaian
a.       Penilaian kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk kualitatif.
b.      Penilaian meliputi dua aspek, yakni keaktifan dan ketrampilan. Penilaian aspek keaktifan
dalam kegiataan ekstra mempengaruhi hasil kualifikasi peserta didik.
c.       Peserta didik harus mencapai nilai minimal “baik” dalam kegiatan ekstrakulikuler PAI.
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Pendidikan sebagai upaya membangun sumber daya manusia yang bermutu tidak
cukup dengan memperhatikan aspek intelektualitas, tetapi harus memperhatikan
keseimbangan dengan pembangunan kualitas aspek emosi dan aspek spiritual. Aspek moral,
akhlak mulia dan kehidupan beragama juga menjadi perhatian dalam penyelenggaraan
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dalam rangka membentuk perilaku terpuji.  Hal ini
sejalan dengan pernyataan  Pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional,  yang disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan  dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan
di sekolah.  Dalam Undang Undang  RI  Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional  disebutkan  bahwa  peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama.  Peraturan Pemerintah  Nomor  55  tahun  2007  tentang Pendidikan
Agama dan Keagamaan menyatakan pula  bahwa setiap satuan pendidikan di semua jalur
jenjang  dan jenis  pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama. Pengelolaan
pendidikan agama menjadi kewenangan Menteri Agama.
Pembelajaran PAI di sekolah diberikan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler. Kegiatan  ekstrakurikuler  PAI  merupakan  salah  satu  perangkat 
operasional  kurikulum,  yang  perlu  disusun  dan dituangkan  dalam  rencana  kerja  tahunan
sesuai dengan kalender  pendidikan  pada satuan pendidikan  serta  dievaluasi
pelaksanaannya  pada setiap  semester  oleh  satuan  pendidikan.  
Penyelenggaraan ekstrakurikuler PAI pada SMP perlu diarahkan pada pencapaian
kompetensi peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler PAI pada SMP ini dapat menambah
beban kerja untuk memenuhi jumlah jam minimal guru PAI pada SMP.
Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu adanya pedoman ekstrakurikuler PAI pada
SMP sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di tingkat satuan pendidikan.

B.       Dasar Hukum


1.        Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2.        Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3.        Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan;
4.        Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru;
5.        Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010  tentang  Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
6.        Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah  Nomor 32 tahun 2013 tentang
Standar Nasional Pendidikan dan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan;
7.        Peraturan Menteri Agama Nomor 16 tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama
pada Sekolah;
8.        Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014 tentang Kompetensi
Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs
9.        Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan;
10.    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62  tahun 2014 tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler;
11.    Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 160 tahun 2014 tentang
Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013;
12.    Keputusan Menteri Agama Nomor 211 tahun 2011 tentang Pengembangan Standar Nasional
Pendidikan Agama Islam.

C.    Tujuan
Tujuan pedoman ekstrakurikuler PAI pada SMP adalah:
1.        Memberikan arah operasional dalam pengembangan program dan kegiatan ekstrakurikuler
PAI pada SMP.
2.        Memberikan arah operasional dalam penyelenggaraan dan penilaian kegiatan ekstrakurikuler
PAI pada SMP.
3.        Sebagai acuan bagi guru PAI pada SMP dalam pemenuhan beban kerja guru.
D.      Ruang Lingkup
Pedoman ini meliputi:
1.        Penyelenggaraan program dan kegiatan ekstrakurikuler  PAI pada SMP;
2.        Penilaian kegiatan ekstrakurikuler PAI pada SMP;
3.        Ekuivalensi kegiatan ekstrakurikuler PAI pada SMP.

E.       Sasaran
Pedoman ini dapat digunakan oleh:
1.        Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota;
2.        Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi;
3.        Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota;
4.        Kepala sekolah sebagai penanggung jawab program ekstrakurikuler PAI di satuan
pendidikan;
5.        Pengawas PAI pada SMP;
6.        Guru PAI pada SMP;
7.        Komite sekolah.
BAB II
PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PAI PADA SMP

A.      Pengertian  Ekstrakurikuler PAI pada SMP


Ekstrakurikuler PAI pada SMP adalah kegiatan kurikuler PAI pada SMP yang
dilakukan oleh peserta didik pada jenjang SMP di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler
PAI dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan guru PAI dan pengawasan satuan
pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan agama Islam.
.
B.       Fungsi  Ekstrakurikuler PAI SMP
1.        Pembinaan, yaitu membentuk perilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan
bantuan klinis bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam penguasaan kompetensi
PAI;  
2.        Pengembangan, yaitu  bahwa  kegiatan  ekstrakurikuler  berfungsi  untuk  mendukung 
perkembangan  personal  peserta didik  melalui  perluasan  minat,  pengembangan  potensi, 
dan pemberian  kesempatan  untuk  pembentukan  karakter Islami;
3.        Sosial,  yaitu  bahwa  kegiatan  ekstrakurikuler  berfungsi untuk  mengembangkan 
kemampuan  dan  rasa  tanggung  jawab sosial  keagamaan peserta  didik.  Kompetensi 
sosial  dikembangkan  dengan memberikan  kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk
memperluas  pengalaman,  praktik  keterampilan  sosial, dan internalisasi nilai moral dan
nilai sosial keagamaan;
4.        Rekreatif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana rileks,
menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses perkembangan peserta
didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus mengembangkan  kehidupan budaya Islami di sekolah
yang  lebih menarik bagi peserta didik;
5.        Persiapan karir, yaitu untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas dan kompetensi PAI.

C.      Tujuan Ekstrakurikuler  PAI pada SMP


1.        Meningkatkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik;
2.        Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam pembinaan kepribadian muslim;
3.        Mewujudkan budaya keberagamaan (religious culture) pada tingkat satuan pendidikan;
4.        Meningkatkan syi’ar Islam.

D.      Prinsip Penyelenggaraan  Ekstrakurikuler PAI pada SMP


1.        Bersifat  individual,  yaitu dikembangkan  sesuai  dengan  potensi,  bakat,  dan  minat 
peserta  didik masing-masing;
2.        Bersifat  wajib,  bagi peserta didik yang belum menguasai kompetensi PAI tertentu.
3.        Partisipasi aktif, yaitu menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan
minat dan pilihan masing-masing;
4.        Menyenangkan, yaitu dilaksanakan  dalam  suasana  yang  menggembirakan  bagi  peserta
didik;
5.        Membangun etos kerja, yaitu dikembangkan dan dilaksanakan dengan prinsip membangun
semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan giat dan baik.
6.        Kemanfaatan sosial, yaitu dikembangkan dan dilaksanakan bagi peserta didik dalam
kehidupan bermasyarakat.

E.       Ruang Lingkup dan Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler PAI pada SMP
Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler PAI pada SMP mengacu pada pengembangan
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Jenis kegiatan ekstrakurikuler PAI yang dapat dikembangkan di antaranya:
1.    Baca Tulis al-Quran (BTQ),
2.    Tahfidz al-Quran,
3.    Pembinaan Tilawah al-Quran,
4.    Ceramah Keagamaan (muhadharah),
5.    Kaligrafi,
6.    Nasyid,
7.    Seni Rebana (marawis, samroh, hadroh, qasidah),
8.    Jurnalistik Islam (majalah dinding, bulletin, dan lain-lain).
Sstuan pendidikan dapat mengembangkan jenis ekstrakurikuler lainnya yang sesuai dengan
minant siswa dan karakteristik satuan pendidikan selama tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Adapun kegiatan-kegiatan seperti: salat dhuha, salat berjama’ah, tadarus, salam, infak
jum’at, doa sebelum dan sesudah belajar, asmaul husna, berbusana muslim, salat jum’at,
pesantren kilat, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), wisata rohani, tadabbur alam, bakti
sosial,  kelompok peduli teman asuh, santunan anak yatim, pengelola masjid/musalla, ESQ,
penyembelihan hewan qurban, gerakan wakaf al-Quran, dan khatmil Quran merupakan
kegiatan pembiasaan dalam rangka menciptakan religius culture di sekolah.

1.        Baca Tulis al-Quran (BTQ)


Merupakan kegiatan pembinaan kemampuan membaca dan menulis al-Quran meliputi
penguasaan dasar-dasar ilmu tajwid, makharijul hurf, dan kelancaran membaca dan menulis.
2.        Tahfizh al-Qur’an;
Merupakan kegiatan pembinaan keterampilan menghafal ayat-ayat al-Quran.
3.        Seni Baca al Qur’an
Merupakan kegiatan pembinaan keterampilan seni membaca al-Quran yang mengacu pada
kaidah-kaidah tartil yang dikembangkan melalui qiraatul sab’ah (tujuh jenis bacaan).
4.        Ceramah keagamaan (muhadarah)
Merupakan kegiatan pembinaan keterampilan menyampaikan pesan keagamaan di depan
publik secara lisan.
5.        Kaligrafi
Merupakan kegiatan pembinaan keterampilan menulis indah teks Arab berdasarkan kaidah
yang benar.
6.        Nasyid
Merupakan kegiatan pembinaan keterampilan dalam bidang seni suara yang bercorak Islam
dan mengandung kata-kata nasihat, kisah para nabi, memuji Allah, dan sejenisnya yang
dinyanyikan dengan mengutamakan olah vokal tanpa alat musik (acappela).
7.        Seni Musik Islami (Rebana, Marawis, Hadrah, Samrah, Qasidah, dan sejenisnya)
Merupakan kegiatan pembinaan keterampilan olah seni vokal yang diiringi alat musik
bernuansa Islami.
8.        Jurnalistik Islam (majalah dinding, bulletin, dan lain-lain)
Merupakan kegiatan pembinaan keterampilan menyampaikan ide dan gagasan secara tertulis
tentang pesan-pesan keagamaan.
F.     Format Kegiatan Ekstrakurikuler PAI pada SMP
1.        Individual, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh
peserta didik secara perorangan;
2.        Kelompok, yaitu kegiatan  ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh
kelompok-kelompok peserta didik;
3.        Klasikal, yaitu  kegiatan  ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh
peserta didik dalam satu kelas;
4.        Gabungan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang diikuti oleh
peserta didik antar kelas;
5.        Lapangan,  yaitu  kegiatan  ekstrakurikuler  dapat  dilakukan  dalam  format  yang  diikuti 
oleh  seorang  atau  sejumlah  peserta  didik melalui kegiatan di luar sekolah atau kegiatan
lapangan.
G.      Penyelenggara Kegiatan Ekstrakurikuler PAI pada SMP
Penyelenggara kegiatan ekstrakurikuler PAI adalah guru PAI, guru bidang studi yang
beragama Islam atau tenaga pengajar yang memiliki kompetensi dan bertanggungjawab
kepada Kepala Sekolah. Dalam hal ini, guru menyusun program kegiatan ekstrakurikuler
dengan memperhatikan beberapa komponen, antara lain:
1.        Rasional dan tujuan umum;
2.        Deskripsi kegiatan ekstrakurikuler;
3.        Pengelolaan;
4.        Pendanaan;
5.        Evaluasi dan pelaporan.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dihitung jam pelajaran ekuivalen berdasarkan
Permendikbud Nomor 4 tahun 2015 tentang Ekuivalensi Kegiatan
Pembelajaran/Pembimbingan Bagi Guru yang Bertugas pada SMP/SMA/SMK yang
Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Semester Pertama Menjadi Kurikulum Tahun 2006
pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015.
BAB III
PENILAIAN DAN EVALUASI EKSTRAKURIKULER PAI

A.      Penilaian
1.        Mekanisme Penilaian
Kinerja peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler perlu mendapat penilaian dan
dideskripsikan dalam raport. Kriteria keberhasilannya  meliputi  proses  dan  pencapaian 
kompetensi peserta  didik  dalam  Kegiatan  Ekstrakurikuler  yang  dipilihnya. Penilaian
dilakukan secara kualitatif, diberikan dan dinyatakan dalam buku raport.
Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal “baik” pada kegiatan ekstrakurikuler
PAI pada setiap semester. Bagi peserta  didik  yang  belum mencapai  nilai  minimal  perlu 
mendapat bimbingan  terus  menerus untuk mencapainya. Kriteria keberhasilan ditentukan
melalui proses dan keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih.

2.        Aspek Penilaian


Penilaian kegiatan ekstrakurikuler mengarah pada aspek keikutsertaan dalam kegiatan
dan keterampilan. Penilaian aspek keterampilan dapat menggunakan instrumen penilaian
produk, proyek, dan portofolio (contoh instrumen terlampir).

B.       Evaluasi
Evaluasi  Kegiatan  Ekstrakurikuler  dilakukan  untuk  mengukur ketercapaian  tujuan 
pada  setiap  indikator  yang  telah  ditetapkan dalam perencanaan satuan pendidikan. Satuan 
pendidikan  hendaknya  mengevaluasi  setiap  indikator  yang sudah  tercapai  maupun  yang 
belum  tercapai.
Berdasarkan  hasil evaluasi,  satuan  pendidikan  dapat  melakukan  perbaikan 
rencana tindak lanjut untuk kegiatan berikutnya dan mendesiminasikan kepada  peserta 
didik  dan  pemangku kepentingan.

BAB IV
PENUTUP
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler PAI, khususnya
pada jenjang SMP.

Jakarta,     
    An.  Direktur Jenderal
Direktur Pendidikan Agama Islam

Dr. H. M. Amin Haedari. M. Pd


NIP. 195606121983031001

Lampiran 1
Contoh Penilaian Keterampilan dengan  Daftar Cek (Check-list)
Penilaian BTQ

Nama peserta didik                 :  Muhammad Sayyid Wafa               


Kelas                                       :  IX/A
Kegiatan Ekstrakurikuler :  BTQ

Tidak
No Aspek Yang Dinilai Baik
baik
1. Kelancaran bacaan √
2. Ketepatan tajwid √
3. Ketepatan Pengucapan Makhraj √
Skor Perolehan 4
Keterangan:
Baik mendapat skor 2
Tidak baik mendapat skor 1

Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh :
Skor diperoleh 4, skor tertinggi 2 x 3 pernyataan = 6, maka skor akhir :
Lampiran 2
Contoh Penilaian Proyek
Membuat Laporan
Mendata Jenis Media Informasi Keislaman

Nama Kelompok         : Al Muhajirin


Anggota                      : Zeyna, Azkiya, Aufa, Ferrouz, Wafa dan Akhyar
Kelas                           : VII/A

SKOR
No ASPEK
1 2 3 4
1 Perencanaan
a.       Persiapan √
b.      Rumusan Judul √
2 Isi Laporan
a.       Sistematika √
b.      Keakuratan Sumber Data √
c.       Ketepatan  Sumber Data √
d.      Analisis Data √
e.       Penarikan Kesimpulan √
3 Presentasi Laporan Proyek
Penampilan √
Penguasaan materi √
Skor Perolehan 30
Keterangan                                           
4   =     Sangat Baik
3   =     Baik
2   =     Cukup
1   =     Kurang
Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Contoh :
Skor diperoleh 30, skor tertinggi 4 x 9 pernyataan = 36, maka skor akhir :
Lampiran 3
Contoh Penilaian Produk

Kaligrafi

Nama Siswa                : Al Muhajirin


Kelas                           : VII/A
Nama Produk              : Khat Diwani

SKOR
No ASPEK
1 2 3 4
1.        Ketepatan Kaidah Penulisan
2.        Keindahahan tulisan
3.        Keragaman ornament khat
Total Skor 12

Keterangan                                           


4   =     Sangat Baik
3   =     Baik
2   =     Cukup
1   =     Kurang

Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Lampiran 4
Contoh Penilaian Portofolio

Dokumentasi Kumpulan Hasil Karya Siswa


Waktu         :      1 Semester
erta Didik :      Muhammad Sayyid Wafa
mester         :      VII/D (Ganjil)

Keteranga
Hari/Tanggal Karya Peserta Didik
n
7 Januari 2014 1.      Kaligrafi al-Qur’an 80
10 Pebruari 20142.      Artikel 80
6 Maret 2014 3.      Data informasi keislaman 85
19 April 2014 4.      Kumpulan gambar contoh kejadian yang 75
sesuai dengan gambaran kejadian Hari Akhir
Guru: Nilai Siswa:
Mu’allim, M.Ag. B
Keteranga
Hari/Tanggal Karya Peserta Didik
n
Daftar Pustaka

Soegarda Poerbabawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976).


Leonardo D. Marsan, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Surabaya: CV. Karya Utama, 1983)
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, cet. XXIV, Oktober 1997).
D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrai Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, edisi II,
Mei 2000).
Lihat Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Bandung:
Penerbit Angkasa, cet. X, 1993).
D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam, hlm.

EKUIVALENSI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PAI PADA SMP

JML EKUIVALENSI
NO. KEGIATAN TUGAS KEGIATAN/ BEBAN BUKTI FISIK
ORANG KERJA/MINGGU
1. Membina Kegiatan a.  Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a.  Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Baca Tulis al-
Baca Tulis al-Quran Baca Tulis al-Quran (BTQ)   Quran (BTQ) dari kepala sekolah
(BTQ)
b.  Melaksanakan pembinaan b.  Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Baca yang ditandatangani oleh kepala
Tulis al-Quran (BTQ) sekolah
c.   Melaporkan pelaksanaan c.   Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Baca pembinaan ekstrakurikuler Baca
Tulis al-Quran (BTQ) Tulis al-Quran (BTQ)
2. Membina Kegiatan a.   Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a.  Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Ceramah
Ceramah Ceramah keagamaan keagamaan (muhadarah)  dari
keagamaan (muhadarah) kepala sekolah
(muhadarah)
b.   Melaksanakan pembinaan b.  Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
Ceramah keagamaan sekolah
(muhadarah)  
c.   Laporan hasil kegiatan
c.   Melaporkan pelaksanaan pembinaan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikuler Ceramah keagamaan
Ceramah keagamaan (muhadarah)
(muhadarah)
3. Membina Kegiatan a.   Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a.  Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Kaligrafi  dari
Kaligrafi Kaligrafi   kepala sekolah
b.   Melaksanakan pembinaan b.  Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
Kaligrafi sekolah
c.   Melaporkan pelaksanaan c.   Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler pembinaan ekstrakurikuler
Kaligrafi Kaligrafi
4. Membina Kegiatan a.    Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a.  Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Nasyid  dari
Nasyid Nasyid kepala sekolah
b.    Melaksanakan pembinaan b.  Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
Nasyid sekolah
c.     Melaporkan pelaksanaan c.   Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler pembinaan ekstrakurikuler
Nasyid Nasyid
5. Membina Kegiatan a.    Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a.  Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Seni Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Seni Musik Islami
Musik Islami Seni Musik Islami dari kepala sekolah
(Rebana, Marawis,
b.    Melaksanakan pembinaan b.  Program dan jadwal kegiatan
Hadrah, Samrah,
kegiatan ekstrakurikuler Seni yang ditandatangani oleh kepala
Qasidah, dan
Musik Islami sekolah
sejenisnya)
c.     Melaporkan pelaksanaan c.   Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Seni pembinaan ekstrakurikuler Seni
Musik Islami Musik Islami
6. Membina Kegiatan a.    Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a.  Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Seni Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Seni Baca al
Baca al Qur’an Seni Baca al Qur’an Qur’an dari kepala sekolah
b.    Melaksanakan pembinaan b.  Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Seni yang ditandatangani oleh kepala
Baca al Qur’an sekolah
c.     Melaporkan pelaksanaan c.   Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler Seni pembinaan ekstrakurikuler Seni
Baca al Qur’an Baca al Qur’an
7. Membina Kegiatan a.  Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a.  Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Tahfizh al-Qur’an
Tahfizh al-Qur’an Tahfizh al-Qur’an dari kepala sekolah
b.  Melaksanakan pembinaan b.  Program dan jadwal kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
Tahfizh al-Qur’an sekolah
c.   Melaporkan pelaksanaan c.   Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler pembinaan ekstrakurikuler
Tahfizh al-Qur’an Tahfizh al-Qur’an
8. Membina Kegiatan a.   Menyusun Program Satu paket 2 jam pelajaran a.  Surat tugas sebagai pembina
Ekstrakurikuler Pembinaan Ekstrakurikuler per tahun ekstrakurikuler Jurnalistik Islam
Jurnalistik Islam Jurnalistik Islam   dari kepala sekolah
(majalah dinding,
b.   Melaksanakan pembinaan b.  Program dan jadwal kegiatan
bulletin, dan lain-
kegiatan ekstrakurikuler yang ditandatangani oleh kepala
lain)
Jurnalistik Islam sekolah
c.   Melaporkan pelaksanaan c.   Laporan hasil kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler pembinaan ekstrakurikuler
Jurnalistik Islam Jurnalistik Islam

PENGEMBANGAN EKSTRAKULIKULER PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DI SEKOLAH

Oleh: Prof. Dr. H. Anwar Hafid, M. Pd.

A. Konsep Ekstra Kurikuler

Istilah ekstrakulikuler secara etimologi terdiri dari “ekstra” dan “kulikuler”. Ekstra
artinya tambahan diluar yang seharusnya dikerjakan. Sedangkan kulikuler berkaitan dengan
kurikulum, yaitu perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada suatu lembaga tertentu.
Akan tetapi mengingat pengertian kurikulum mengalami banyak perkembangan, maka
kurikulum tidak lagi hanya sekedar jumlah mata pelajaran yang harus dilalui melainkan
program yang disiapkan suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu.
Program itu berisi rumusan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran,
dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dari penelitian ini diketahui bahwa kesadaran peserta didik di SMPN 2 Pamekasan
dalam menjalankan ajaran Islam dapat dibentuk melalui upaya-upaya yang diberikan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Dari penelitian ini diketahui bahwa kesadaran peserta didik
di SMPN 2 Pamekasan dalam menjalankan ajaran Islam dapat dibentuk melalui upaya-upaya
yang diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini dapat dilihat dari wujud perilaku
peserta didik sehari-hari dalam menjalankan ibadah dan berinteraksi dengan sesama di
sekolah. Lebih dari 50% peserta didiknya dapat menjalankan ibadah di sekolah atas dasar
kesadarannya sendiri bukan hanya tergantung pada absensi ataupun nilai. Hal ini
merupakan dampak positif dari diberlangsungkannya kegiatan ektrakurikuler agama di
sekolah SMPN 2 Pamekasan. (Pangastuti, 2011).

Pendidikan di sekolah secara umum menyelenggarakan 2 kegiatan, yaitu kegiatan


intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran yang sudah terstruktur dan terjadwal. Sedangkan pendidikan melalui
mata pelajaran yang terstruktur dan terjadwal sesuai dengan standar isi, termasuk kegiatan
intrakurikuler. Adapun kegiatan ekstrakurikuler PAI di sekolah adalah kegiatan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di luar jam pelajaran intrakurikuler, yang
dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk lebih memperluas pengetahuan,
wawasan, kemampuan, meningkatkan dan menerapkan nilai pengetahuan dan kemampuan
yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler yang dituangkan dalam standar
kompetensi kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Dalam panduan
pemgembangan diri yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, ekstrakurikuler
adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta
didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat. Pengertian ekstrakurikuler yang
terdapat pada Peraturan Menteri Agama No 16 tahun 2010 bahwa kegiatan ekstrakurikuler
adalah upaya pemantapan dan pengayaan nilai-nilai dan norma serta pengembangan
kepribadian, bakat dan minat peserta didik pendidikan agama yang dilaksanakan di luar jam
intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau non tatap muka.

Berikut merupakan beberapa alasan betapa pentingnya mengikuti kegiatan


ekstrakurikuler di sekolah: Pertama, Kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan bakat
yang dimiliki oleh peserta didik sekolah tersebut. Contoh, jika peserta didik memiliki bakat
musik dapat bergabung dalam kegiatan musik sekolah seperti marching band, atau band
sekolah. Sebab tujuan pertama dari kegiatan ini adalah memberi tempat dan
mengembangkan bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga bakat dan minat peserta
didik dapat ditampung, dikembangkan dan dikoordinasi dengan tepat.

Kedua, Kegiatan ekstrakurikuler dapat memperluas pergaulan remaja. Misalnya


peserta didik menekuni kegiatan basket, ketika terdapat pertandingan dengan sekolah lain,
maka hal tersebut merupakan peluang peserta didik untuk mendapatkan teman baru.

Ketiga, Kegiatan sekolah ini, efektif dalam usaha pencegahan kenakalan remaja.
sebab remaja tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal-hal yang kurang bermanfaat.
Selain itu peserta didik juga memiliki lingkungan pergaulan yang sehat dan mendapat
pengawasan serta pembimbingan yang baik.

Keempat, Kegiatan ini, akan semakin mengasah bakat kreatif remaja. Misalnya peserta
didik yang mengikuti kelas seni tari modern, biasanya mereka akan mencoba membuat
koreografi tarian modern sendiri.

Kelima, Kegiatan sekolah ini, bila ditekuni akan berbuah prestasi yang dapat
dibanggakan. Bukan hanya dapat dibanggakan bagi peserta didik tersebut tetapi juga bagi
sekolah yang bersangkutan, seperti popularitas sekolah semakin baik. Sedangkan bagi
peserta didik, prestasi tersebut dapat membuahkan beapeserta didik, meningkatkan rasa
percaya diri, dan dapat menarik perhatian lawan jenisnya, hingga menjadi seorang idola
remaja.

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah/madrasah.

B. Visi dan Misi

1.   Visi

Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara
optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik  yang berguna untuk
diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
2.   Misi

a. Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.

b. Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik


mengespresikan  diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok
(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-kegiatan-ekstra-
kurikuler/).

C. Tujuan Ekstrakurikuler

1. Memperdalam dan memperluas pengetahuan dan wawasan keagamaan peserta didik.

2. Mendorong peserta didik agar taat menjalankan agamanya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menjadikan agama sebagai landasan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berprilaku jujur, amanah, disiplin,
bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, dan bertanggung jawab.

5. Mewujudkan kerukunan antara umat beragama.

Tujuan ekstrakulrikuler Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah sebagai berikut:


(1) Pendalaman, yaitu pengayaan materi Pendidikan Agama Islam, (2) Penguatan, yaitu
peningkatan keimanan dan ketaqwaan, (3) pembiasaan, yaitu pengamalan dan
pembudayaan ajaran agama serta perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, dan
(4) perluasan, yaitu penggalian potensi, bakat, minat, keterampilan dan kemampuan
peserta didik di bidang pendidikan agama.

D.   Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler

1. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan


dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

2. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial peserta didik

3. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks,


mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses
perkembangan.

4. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir
peserta didik.
E.   Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan
minat peserta didik masing-masing.

2. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti
secara sukarela peserta didik.

3. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan
peserta didik secara penuh.

4. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana yang disukai dan
mengembirakan peserta didik.

5. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik
untuk bekerja dengan baik dan berhasil.

6. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan untuk
kepentingan masyarakat.

F. Pendekatan Ekstrakurikuler PAI di Sekolah

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam program kegiatan ekstrakurikuler


Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan
ekstrakurikuler PAI di sekolah yang diterbitkan oleh Depag RI adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Among

2. Pendekatan kekeluargaan dan sosial kemasyarakatan

3. Pendekatan keterampilan proses

4. Pendekatan pengalaman

5. Pendekatan pembiasaan

6. Pendekatan emosional

7. Pendekatan rasional

Beberapa alternatif metode yang dapat digunakan dalam proses kegiatan


ekstrakurikuler PAI di sekolah adalah sebagai berikut:

1.        Metode simulasi


2.        Metode sosiodrama
3.        Metode demontrasi
4.        Metode latihan (drill)
5.        Metode karyawisata
6.        Metode pemberian tugas
7.        Metode tanya jawab
8.        Metode diskusi
9.        Metode ceramah
10.    Metode cerita

G.   Format Kegiatan

1. Individual, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik secara
perorangan.

2. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok
peserta didik.

3. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik dalam satu kelas.

4. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik
antarkelas/antarsekolah/madraasah.

5. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan
(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-kegiatan-ekstra-
kurikuler/).

G. Ruang Lingkup dan Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler PAI di Sekolah

1. Ruang Lingkup

a. Pembiasaan

1) Shalat berjamaah

2) Membaca Al-Qur’an mengawali dan mengakhiri suatu hari proses pembelajaran

3) Membaca doa mengawali dan mengakhiri proses pembelajaran dan pekerjaan lainnya

4) Mengucapkan dan menjawab salam

5) Menjaga kebersihan, kesehatan dan lainnya.

b. Pentas PAI

1) Musabaqah Tilawatil Qur’an

2) Kaligrafi

3) Hafalan suratpendek
4) Pidato

5) Cerdas cermat

6) Lomba mengarang tentang sejarah Islam

7) Membaca puisi, dan sajak

8) Qasidah.

c. Pesantren Kilat (materi pesantren kilat)

1) Keimanan

2) Ibadah

3) Akhlak

4) Praktek-praktek dan latihan-latihan

5) Latihan pengendalian diri dan kebersamaan.

d. Ibadah Ramadhan

1) Puasa Ramadhan

2) Sahur dan Berbuka Puasa Bersama

3) Shalat Lail (Tarawih)

4) Tadarrus Al-Qur’an

5) I’tikaf

6) Infak dan Shadaqah

7) Zakat Fitrah.

8) Pesantren Kilat Ramadhan

9) Peringatan Nuzulul Qur’an

10) Mendengarkan Ceramah Ramadhan

11) Shalat Idul Fitrih

12) Halal Bil Halal.

e. Rohani Islam (ROHIS)


1) Keimanan dan ketakwaan kepada ALLAH SWT dan pemahaman ajaranIslam

2) Kesadaran untuk berorganisasi

3) Mengorganisasikan tugas sehari-hari

4) Kemampuan keterampilan hidup yang sadar

5) Keterampilan berbahasa yang santun

6) Kesadaran berestetika

7) Kesadaran mentaati peraturan

8) Keterampilan sosial

9) Keterampilan Pengelolaan agresivitas

10) Keterampilan mengelola stress

11) Keterampilan merencanakan.

f. Wajib Belajar Membaca Menulis Al-Qur’an

1) Mengenal huruf-huruf dalam Al-Qur’an

2) Mengenal kata dalam Al-Qur’an

3) Mengenalkata-kata pilihan dalam Al-Qur’an

4) Mengenal ayat-ayat dalam Al-Qur’an.

5) Mengenal surat-surat dalam Al-Qur’an

6) Mengenal hukum baca dalam Al-Qur’an berkaitan dengan Tajwid.

g. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

1) Tahun Baru Hijriyah

2) Maulid Nabi Muhammad SAW

3) Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW

4) Nuzulul Qur’an

5) Hari Raya Idul Fitrih

6) Hari Raya Idul Adha


h. Praktek Ibadah

1) Praktek berwudhu

2) Praktek Tayammum

3) Praktek Shalat

4) Praktek Menpendidiks Jenajah

5) Praktek Zakat

6) Praktek Haji dan Umrah

7) Praktek Muamalah dan lainnya.

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor Dj.I/12 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islan (PAI) pada sekolah
menyebutkan jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di sekolah, yaitu:

a. Pesantren Kilat (SANLAT)

b. Pembiasaan Akhlak Mulia (SALAM)

c. Tuntas Baca Tulis Al-Qur’an (TBTQ)

d. Ibadah Ramadhan (IRAMA)

e. Wisata Rohani (WISROH)

f. Kegiatan Rohani Islam (ROHIS)

g. Pekan Keterampilan dan Seni (PENTAS) PAI

h. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI).

Kegiatan ekstrakurikuler PAI yang mendukung dan memperkuat terhadap materi


Pendidikan Agama Islam, seperti pengayaan, pengauatan dan memperdalam Pendidikan
Agama Islam, meliputi: (1) Praktek Tilawah, dan (2) Praktek ibadah, seperti praktek ibadah
haji dan shalat jenajah.

Kegiatan ekstrakurikuler PAI yang bersifat penunjang dan tidak memiliki hubungan
langsung dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti: (1) Tafaqur alam, dan
(2) Majalah dinding (Anonim, 2011).

Secara umum pengelompokan jenis program ekstrakurikuler PAI ada 4 kelompok


berikut ini.

a.  Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS).

b.  Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja Islam (KIRI), kegiatan penguasaan keilmuan
dan kemampuan akademik keagamaan, penelitian bidang keagamaan.
c.    Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat seni dan budaya Islami
(Qasida rebana, Puisi Islami, Azan, Kaligrafi, sebaca Al-Qur’an).

d.  Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan  substansi antara lain karir, pendidikan,
Ibadah.muamalat, seni  budaya Islam
(http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-kegiatan-ekstra-kurikuler/).

F. Strategi Pengelolaan Ekstrakurikuler PAI di Sekolah

Ada 5 langkah daur belajar pengalaman berstruktur, yaitu:

1. Melakukan

2. Mengungkapkan

3. Menganalisis

4. Menyimpulkan

5. Menerapkan.

G. Prinsip-pronsip Pengelolaan Ekstrakurikuler

1. Prinsip Relevansi

2. Prinsip Fleksibilitas

3. Prinsip Kontinuitas

4. Prinsip Praktis

5. Prinsip Efektivitas

H. Evaluasi

1. Pengamatan unjuk kerja

2.  Wawancara
3.  Penilaian produk

SKEMA PENGEMBANGAN EKSTRAKURIKULER

Jenis Pendekat Metode Format Media Evaluasi


Program an Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Ekstrakurik
uler

Shalat Pembiasaa Simulasi Kelompok Video/Gambar Pengama


Berjamaah n tan Unjuk
Kerja

Kaligrafi Keterampil Demonstrasi Individual Gambar Pengama


an Proses tan Unjuk
Kerja

Hafalan Surat Keterampil Pemberian Individual Video/Al-Qur’an Tes lisan


Pendek an Proses Tugas

Wisata Among Karyawisata Lapangan Lingkungan Tes Lisan


Rohani Islam Sosial/alam
Pengama
tan Unjuk
kerja

Iman kpd Emosiona Ceramah/K.w kelompok Alam/gambar Tes lisan


Allah l

Wudu/tayam Pembiasa Demonstrasi/si Individu/kelo Gambar/video Pengamt


um an mulasi mpok an

Baca tulis Al- Ket. demonstrasi individual Al-Qur’an. u.


Qur’an proses gambar kerja/tes
lisan

Menpendidiks Pengalam Demonstrasi kelompok Boneka Peng. u.


jenazah an kerja

Membaca Among Demonstrasi/p.t Kelas/individu Al-Qur’an Pengama


ugas tan

Tayammum Pengalam demonstrasi kelas Gambar/vi Deb Pengama


an deo u tan

mej
a

Anda mungkin juga menyukai