Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Inovasi Pendidikan

Volume 9 , No 2, November 2019 (57-67)


Tersedia Online: http://sij-inovpend.ejournal.unsri.ac.id/index.php/sij-inovpend/index

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS


SAINTIFIK DALAM MATA PELAJARAN KIMIA MATERI REAKSI
REDOKS DI KELAS X

Intan Ayu 1),L. R. Retno Susanti2), Ketang Wiyono 2)


Program Studi Magister Teknologi Pendidikan, Universitas Sriwijaya
E-mail : Intanayu17081994@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Saintifik Dalam Mata Pelajaran
Kimia Materi Reaksi Reduksi dan Oksidasi di Kelas X Sekolah Menengah Atas” ini merupakan penelitian
pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan multimedia interaktif berbasis saintifik dalam mata
pelajaran kimia materi reaksi reduksi dan oksdasi yang valid, praktis, dan efektif. Model pengembangan yang
digunakan adalah model Alessi dan Trollip (Perencanaan, Desain, Pengembangan). Pada tahap uji alpha
menggunakan ahli materi,ahli desain dan ahli media. Tahap uji beta dilakukan di kelas X IPA SMAN 3
Banyuasin I. Teknik pengumpulkan data menggunakan wawancara, angket, dan tes. Penelitian ini dinyatakan
valid karena didapatkan melalui proses validasi dari para ahli yaitu ahli dinyatakan valid karena didapatkan
melalui proses validasi dari para ahli yaitu ahli materi, desain dan media. Berdasarkan saran dari penilaian ahli,
produk ini dinyatakan valid dan layak untuk diujicoba. Hasil kepraktisan yang didapat melalui uji beta dengan
nilai rerata 85,8 dengan kategori sangat praktis. Pada tahap uji lapangan menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar peserta didik sebesar 56 dengan rata-rata hasil pretest sebesar 25 sedangkan hasil posttest sebesar 81
dengan peroleh N-gain sebesar 0,75 yang termasuk kategori tinggi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa multimedia interaktif yang telah dikembangkan memiliki nilai valid, praktis, dan efektif. Disarankan
multimedia ini dapat dijadikan salah satu alternatif multimedia interaktif reaksi reduksi dan oksidasi.
Kata Kunci: Penelitian Pengembangan, Multimedia Interaktif, Pendekatan Saintifik, Reaksi Reduksi dan
Oksidasi

ABSTRACT
The research entitled "Development of Scientific-Based Interactive Multimedia in Chemistry Subjects
for Reduction and Oxidation Reaction Materials in Class X High School" is a development research that aims to
produce scientific-based interactive multimedia in the chemistry subjects of reduction and oxidation reaction
materials which valid, practical and effective. The development model used is the Alessi and Trollip model
(Planning, Design, Development). In the alpha test stage using material experts, design experts and media
experts. The beta test phase was carried out in class X Science of Senior High School 3 Banyuasin I. Data
collection techniques used interviews, questionnaires, and tests. This study was declared valid because it was
obtained through a validation process from experts, namely experts declared valid because it was obtained
through a validation process from experts, namely material, design and media experts. Based on expert
judgment, this product has been declared valid and is worth testing. Practicality results obtained through a beta
test with an average value of 85.8 in the category of very practical. At the field test stage there was an increase
in student learning outcomes by 56 with an average pretest result of 25 while the posttest result was 81 with an
N-gain of 0.75 which was included in the high category. From the results of this study it can be concluded that
interactive multimedia that has been developed has a valid, practical, and effective value. It is recommended that
this multimedia be used as an alternative to interactive multimedia reduction and oxidation reactions.
Keywords: Research Development, Interactive Multimedia, Scientific Approach, Reduction and
Oxidation Reaction.

How to Cite: Ayu, I., Susanti, R, & Wiyono, K. (2019). Pengembangan Multimedia Interaktif berbasis
Saintifik dalam Mata Pelajaran Kimia Materi Reaksi Redoks di Kelas X. Jurnal Inovasi Pendidikan, 9 (2), 57-
67.

57
58 Jurnal Inovasi Pendidikan, Volume 9, No. 2, November 2019, hal. 57-67

PENDAHULUAN
Dunia kini tengah dilanda oleh revolusi industri keempat. Teknologi informasi telah menjadi
basis dalam kehidupan manusia (Kemenristekdikti, 2018). Perkembangan teknologi informasi yang
semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak bisa dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia
pendidikan. Dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan
globalisasi, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat (Ginting, 2017).
Teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan yang signifikan dalam percepatan
dan inovasi penyelenggaraan pendidikan. Salah satunya untuk pembelajaran, di mana pembelajaran
sekarang tidak lagi di dominasi dengan metode ceramah saja tetapi pemanfaatan teknologi yang ada
memberikan nuansa baru dalam dunia pendidikan (Suradji, 2018). Pengaruh pemanfaatan teknologi
pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa sangat tinggi dari adanya keinginan yang menarik
dalam belajar, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang
kondusif (Zabir, 2018).
Tuntutan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu dan senantiasa menyesuaikan
perkembangan teknologi terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan, terutama penyesuaian
penggunaan teknologi informasi dan (Budiman, 2017). Penerapan teknologi dalam pendidikan untuk
mencapai mutu pendidikan. Menyiapkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing secara global,
dan menguasai perkembangan teknologi merupakan hal yang penting untuk semua orang dan penting
bagi masa depan suatu negara (Barry & Kanematsu, 2016).
Teknologi multimedia dapat memberi pengaruh yang hebat dalam bidang media pembelajaran
karena dapat mengintegrasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Pemanfaatan media atau alat
bantu sangat memudahkan kegiatan proses pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas, terutama
memudahkan peningkatan prestasi pembelajaran peserta didik. Dengan memanfaatkan media
diharapkan terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan media dan siswa dengan guru
sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
akan sumber belajar yang relavan, media berkembang menjadi multimedia interaktif (Munadi, 2013).
Penggunaan multimedia interaktif yang dapat diperoleh cara belajar lebih menarik, lebih
interaktif, jumlah waktu mengajar yang dibutuhkan cukup efisien, kualitas pembelajaran peserta didik
dapat ditingkatkan dari proses mengajar dan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, sehingga
berdampak pada peningkatan hasil belajar yang dicapai (Surasmi, 2016). Pemanfaatkan animasi
dalam mengajar lebih menarik karena animasi membantu untuk memahami topik dengan mudah dan
jelas. Suatu konsep yang dijelaskan hanya dengan lisan menyebabkan peserta didik tidak bisa
membayangkan proses realitis, tetapi dengan animasi konsep mudah dipahami karena peserta didik
memahami gerakan partikel dan mudah untuk diajarkan. Melalui animasi bisa mencapai pemahaman
peserta didik tingkat submikroskopik untuk mencapai tingkat makroskopik. Submikroskopik bersifat
abstrak karena tidak dapat diamati secara langsung.
Analisis terhadap kompetensi dasar (KD) dan pengembangan indikator pembelajaran kimia
materi reaksi redoks yang dilakukan oleh peneliti, disimpulkan pada materi reaksi redoks, peserta
didik dituntut agar dapat memahami konsep-konsep secara teoritis dan melalui percobaan, sehinga
peserta didik dapat mendapatkan fakta, konsep dan prinsip yang terdapat di alamnya. Materi reaksi
redoks membutuhkan latihan karena terdiri atas perhitungan. Materi reaksi redoks dapat dijelaskan
dengan menggunakan bantuan multimedia interaktif serta memotivasi peserta didik lebih aktif
mengikuti pembelajaran sehingga multimedia interaktif tersebut berperan terhadap peroleh
pengalaman belajar bagi peserta didik.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 3
Banyuasin I menyatakan bahwa masih banyaknya peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah
Pengembangan Multimedia Interaktif… Intan Ayu, L. R. Retno Susanti, Ketang Wiyono 59

kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi reaksi redoks dan peserta didik masih belum
memahami konsep pembelajaran secara utuh sehingga menganggap pembelajaran kimia itu adalah
pembelajaran yang sulit dan rumit. Karena materi reaksi redoks banyak mengandung konsep yang
bersifat abstrak diantaranya konsep reaksi redoks berdasarkan transfer elektron, proses pelepasan dan
penerimaan elektron yang tidak bisa dilihat dengan mata, tetapi hanya bisa dibayangkan (De Jong &
Treagust, 2002). Keabstrakan materi ini dapat mengakibatkan peserta didik mengalami kesulitan
dalam memahaminya atau bahkan siswa dapat mengalami kesalahan konsep.
Proses pembelajaran peserta didik di SMA Negeri 3 Banyuasin 1 sudah menggunakan media
tetapi yang digunakan belum multimedia pembelajaran yang interaktif bersifat saintifik. Agar sesuai
dengan proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk terus berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan studi pendahuluan peserta
didik berharap multimedia interaktif berbasis saintifik karena pembelajaran dengan multimedia
interaktif bukan hanya menyajikan materi saja tetapi dilengkapi dengan animasi, dan video agar agar
peserta didik semakin memahami materi yang disampaikan.
Peningkatan hasil belajar menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia dengan
menggunakan Adobe Flash (Rahmaibu, 2016). Penggunaan multimedia interaktif membuat siswa
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, multimedia yang dikembangan bisa membuat belajar kimia
lebih menyenangkan dan tidak monoton karena adanya lagu yang dapat diganti-ganti sesuai selera
masingmasing dan beberapa animasi/ video ilustrasi, multimedia yang dikembangkan sangat menarik
dan interaktif, urutan materi runtut dan animasinya jelas, membuat siswa lebih paham tentang konsep
abstrak yang dipelajari (Saselah, 2017). Penggunaan multimedia memiliki efektivitas yang baik untuk
pembelajaran kimia dengan adanya perbedaan rata-rata hasil tes yang lebih baik pada kelas perlakuan
dibandingkan dengan kelas tanpa perlakuan (Masykuri, 2015).
Permasalahan di atas diperlukan upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran,
artinya agar peserta didik mau dan mampu untuk belajar sehingga hasil belajar dapat diperoleh secara
optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penggunaan multimedia interaktif
pembelajaran kimia sebagai media pembelajaran sesuai dengan kriteria pembelajaran kurikulum 2013
dengan pendekatan saintifik.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
tentang standar proses pendidikan menengah mengisyaratkan tentang pentingnya proses belajar yang
dipandu dengan aturan-aturan pendekatan saintifik. Implementasi Kurikulum 2013 dengan
pendekatan saintifik, proses belajar dikembangkan atas dasar belajar siswa aktif melalui kegiatan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam
membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang
memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan
kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Vito, 1989).
Penelitian menggunakan multimedia interaktif mata pelajaran Kimia pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya di Universitas Sriwijaya, yaitu Ramkuti (2012) yang mengembangkan
multimedia interaktif materi Kesetimbangan mata pelajaran Kimia menggunakan perangkat lunak
Macromedia Flash 8, penelitian pengembangan ini dianggap berhasil karena terjadi peningkatan pada
hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2017) mengenai penggunaan multimedia interaktif
berbasis macromedia flash dengan pendekatan saintifik tentang materi sistem koordinasi untuk peserta
60 Jurnal Inovasi Pendidikan, Volume 9, No. 2, November 2019, hal. 57-67

didik di kelas XI SMA. Hasil penelitian menghasilkan produk multimedia interaktif berbasis
macromedia flash dengan pendekatan saintifik tentang materi sistem koordinasi yang valid dan
praktis. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan nilai validitas multimedia interaktif sebesar 84,2%
yang dikategorikan valid, nilai praktikalitas oleh guru didapatkan 87,8% dengan kategori praktis, dan
nilai praktikalitas oleh peserta didik sebesar 82,1% dengan kategori praktis.
Berdasarkan hal tersebut mencoba mengembangkan sumber belajar untuk mengatasi
permasalahan peserta didik dalam hal materi reaksi redoks dengan mutimedia interaktif berbasis
pendekatan saintifik. Maka dari itu, perlu diangkat permasalahan itu dalam bentuk tesis yang berjudul
“Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Saintifik Dalam Mata Pelajaran Kimia Materi Reaksi
Reduksi Dan Oksidasi Di Kelas X Sekolah Menengah Atas”

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Development and Research) dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Mei 2019 di SMA Negeri 3 Banyuasin I sebanyak 35 peserta didik.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan multimedia intteraktif berbasis saintifik
dalam mata pelajaran kimia materi reaksi redokd di kelas X SMA. Model pengembangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model Alessi dan Trollip.
Adapun model pengembangan Alessi dan Trollip (2001) terdiri tiga tahap yaitu perencanaan,
desain, dan pengembangan.
Tahap perencanaan (Planing). Pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi kebutuhan peserta
didik untuk mengetahui kebutuhan belajar peserta didik. Selanjutnya analisis kebutuhan, bertujuan
untuk mengetahui apakah multimedia yang dikembangkan sudah sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Berikutnya identifikasi karakteristik peserta didik bertujuan untuk mengetahui kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik untuk dapat mengikuti pembelajaran. Dilanjutkan analisis kurikulum,
analisis kurikulum diperlukan terkait dengan muatan isi yang akan disajikan dalam multimedia
interaktif. Kemudian menyiapkan materi pokok yang akan ditampilkan di dalam multimedia interaktif
meliputi gambar, video, dan animasi, menyesuaikan materi dan sumber dengan silabus agar proses
pembelajaran maupun materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan
menggunakan multimedia interaktif. Selanjutnya, menentukan dan mengumpulkan sumber daya.
Dalam langkah ini mengumpulkan semua bahan sumber daya yang mungkin diperlukan selama
pembuatan multimedia interaktif. Tahap selanjutnya, sebelum mengembangkan multimedia interaktif
yaitu melakukan diskusi mengenai ide awal, hal ini perlu dilakukan dalam menentukan materi yang
akan digunakan. Kegiatan ini dilakukan dengan berdiskusi dengan teman sejawat, dan dosen
pembimbing berkaitan dengan konten materi yang direncanakan dalam pembuatan multimedia
interaktif.
Tahap Desain (Design). Pada tahap ini, peneliti mengembangkan konsep pembelajaran,
membuat storyboard, mengembangkan kode program flash action scripts, dan mempersiapkan
prototype.
Tahap pengembangan (Development). Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian
pengembangan yaitu menyiapkan materi pendukung, membuat gambar yang relevan, membuat
animasi dan audio, mengabungkan media, melakukan uji alpha (validasi ahli), untuk mengetahui
kevalidan dari media yang dikembangkan, melakukan revisi produk, melakukan uji beta untuk
melihat kepraktisan media. revisi produk, dan melakukan uji coba untuk mengetahui efektivitas
terhadap hasil belajar peserta didik.
Pengembangan Multimedia Interaktif… Intan Ayu, L. R. Retno Susanti, Ketang Wiyono 61

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan
dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis saintifik dalam mata pelajaran kimia materi
reaksi reduksi dan oksidasi di kelas x sekolah menengah atas diharapkan menghasilkan multimedia
interaktif yang valid, praktis dan efektif. Pada tahap metode penelitian, peneliti menggunakan model
pengembangan Allessi dan Trollip yang merupakan model pengembangan yang menghasilkan produk
noncetak. Tahap model pengembangannya meliputi tahap perencanaan, desain, dan pengembangan.
Pada bagian perencanaan peneliti telah mengadakan analisis kebutuhan, analisis karakteristik
peserta didik, analisis sarana dan prasarana, analisis media pembelajaran, dan analisis kurikulum.
Analisis kebutuhan peserta didik, Peneliti telah melakukan analisis kebutuhan. Hasil analisis
kebutuhan ini didapatkan melalui data hasil angket dan data hasil wawancara. Pada tahap ini
wawancara dengan guru kimia dan penyebaran angket peserta didik. Berdasarkan wawancara dengan
guru didapatkan hasil bahwa belajar kimia kelas X masih tergolong rendah dibandingkan mata
pelajaran lain dan bahan ajar yang digunakan berupa buku teks kelas X. Berdasarkan angket yang
dibagikan kepada 35 peserta didik menyatakan peserta didik kurang termotivasi hanya belajar
menggunakan buku teks, peserta didik juga sebelumya belum pernah mempelajari materi dengan
menggunakan media pembelajaran yang disediakan pendidik menggunakan komputer atau laptop.
Dari kesimpulan tersebut peserta didik senang dan termotivasi belajar jika pembelajaran
menggunakan media yang bervariasi, menarik dengan menggunakan media pembelajaran multimedia
interaktif. Peneliti mengembangkan multimedia interaktif berbasis saintifik, sehingga materi redoks
sebagai konsep yang sulit dipahami peserta didik dapat diatasi dengan cara penyampaian dan
penyajian materi yang lebih interaktif dan efisien. Peserta didik mudah untuk memahami materi
redoks yang bersifat abstrak dimodifikasi menjadi lebih menarik, sehingga mudah dipahami peserta
didik.
Analisis karakteristik peserta didik , karakteristik peserta didik juga telah dilakukan pada saat
studi pendahuluan, peneliti melakukan observasi pada peserta didik dengan jumlah 35 siswa.
Karakteristik peserta didik berdasarkan informasi yang didapat diketahui memiliki latar belakang
yang cukup beragam, mulai dari jenis kelamin laki-laki 14 perempuan 21. Suku Jawa 3 peserta didik
suku komering 1 peserta didik dan suku palembang 31 peserta didik, namun mereka memiliki
kesamaan dalam melakukan tugas dan fungsi sebagai peserta didik. Semua peserta didik dapat
mengoperasikan komputer dalam proses pembelajaran dengan baik, namun belum mengoptimalkan
pengunaan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dan
guru. Hal ini berimplikasi pada hasil belajar sehingga perlu adanya inovasi dari guru untuk
merangsang dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
multimedia interaktif berbasis saintifik dengan materi redoks yang dikembangkan oleh peneliti dapat
dimanfaatkan dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di masyarakat.
Analisis sarana dan prasarana, berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, peneliti
memperoleh informasi bahwa di SMA Negeri 3 Banyuasin I memiliki laboratorium komputer dengan
fasilitas, penggunaan sarana dan prasarana cukup memadai untuk diterapkan pembelajaran dengan
menggunakan multimedia interaktif berbasis saintifik.
Analisis media pembelajaran, analisis media pembelajaran diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara dengan guru kimia diperoleh informasi bahwa kurang optimalnya penggunaan media
dalam proses pembelajaran terutama media komputer, hal ini disebabkan karena kurangnya
penguasaan guru dalam membuat media pembelajaran, maka pada peneliti menggunakan multimedia
interaktif berbasis saintifik dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk membantu guru
62 Jurnal Inovasi Pendidikan, Volume 9, No. 2, November 2019, hal. 57-67

dalam menyampaikan materi pada proses pembelajaran, dan juga dapat membantu peserta didik
dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.
Analisis kurikulum, peneliti memilih pokok bahasan redoks dikarenakan materi pembelajaran
kimia yang bersifat abstrak. Penelitian dilakukan pada semester ganjil dengan menganalisis materi
bahan ajar berdasarkan silabus kurikulum 2013 revisi 2017, dengan Kompetensi Dasar 3.9
Mengidentifikasi reaksi reduksi dan oksidasi menggunakan konsep bilangan oksidasi unsur. 4.9
Menganalisis beberapa reaksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi yang diperoleh dari data hasil
percobaan dan/atau melalui percobaan. Pemilihan kompetensi dasar ini didasarkan pada hasil
observasi dan dokumentasi, dimana peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi
tersebut. Hal ini disebabkan materi bersifat abstrak, dan peserta didik di paksa untuk memahami
materi tersebut dalam waktu yang relatif singkat, berdampak pada hasil belajar peserta didik yang
rendah. dengan KKM hanya mencapai 20%. Berdasarkan informasi tersebut, peneliti
mengembangkan multimedia interaktif berbasis saintifik, sehingga materi yang luas dapat
dipersingkat, dan peserta didik mudah untuk memahami materi pelajaran kimia yang bersifat abstrak
dimodifikasi menjadi lebih menarik, sehingga mudah dipahami peserta didik. Materi yang abstrak
dapat lebih kongkret bagi peserta didik, suasana belajar yang membosankan menjadi lebih menarik,
sehingga terbangun motivasi belajar siswa dan pada akhirnya akan berdampak pada hasil belajar
siswa yang meningkat.
Pada tahap desain, peneliti melakukan kegiatan yaitu mengembangkan konsep awal multimedia
interaktif pada pembelajaran kimia materi redoks. Tahap-tahap desain pada penelitian ini adalah
mengembangkan konsep awal, membuat flowchart, membuat garis besar program media, membuat
storyboard, dan mengumpulkan isi media Mengembangkan konsep awal, pada tahap ini, peneliti
membuat pendesainan konsep awal multimedia interaktif yang akan dikembangkan, yang sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan dan karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik.
Membuat flowchart, Pada tahap ini peneliti mengembangkan topik-topik yang akan menjadi
konten multimedia interaktif berbasis saintifik yang hasilnya tergambar ada flowchart. Flowchart
yang dibuat dimulai dari pembuka, isi, dan penutup.
Membuat garis besar program media, Pembuatan GBPM bertujuan untuk menentukan materi
yang akan dibuat dalam storyboard yang akan digunakan dalam rancangan multimedia interaktif
berbasis saintifik dalam mata pelajaran kimia di Sekolah menengah Atas.
Membuat Storyboard, Storyboard berfungsi untuk membuat desain yang menceritakan
mengenai tahapan dan bagian yang terdapat dalam pengembangkan multimedia interaktif sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Pembuatan storyboard dilakukan secara sistematis sesuai dengan
alur yang telah di buat pada flowchart. Stroryboard dikembangkan berdasarkan GBPM yang telah
dibuat, pada storyboard terdapat menu-menu yaitu petunjuk, kompetensi, materi, evaluasi dan
penutup.
Mengumpulkan isi media, pada tahap ini peneliti mengumpulkan bahan-bahan penunjang yang
berkaitan dengan materi yang akan dikembangkan, kemudian dirancang menjadi multimedia interaktif
dalam mata pelajaran kimia yang menarik bagi peserta didik. Bahan-bahan penunjang dalam
multimedia interaktif ini seperti gambar, animasi, video pembelajaran yang berkaitan dengan materi
reaksi redoks.
Menentukan Sofware, Pengembangan multimedia interaktif ada mata pelajaran kimia ini
menggunakan software Adobe Flash professional CS6 yang didukung oleh program Illustrator,
Photoshop, Adobe Audition, Adobe Premiere dan Adobe After Effect. Sehingga diharapkan dapat
menghasilkan multimedia interaktif yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik dalam
mata pelajaran kimia.
Pengembangan Multimedia Interaktif… Intan Ayu, L. R. Retno Susanti, Ketang Wiyono 63

Tahap Pengembangan, Berdasarkan desain yang telah dibuat berupa flowchart, GPBM, dan
storyboard. Tahap selanjutnya adalah pengembangan (development). Adapun langkah-langkah
pengembangan produk multimedia interaktif pada pelajaran kimia yaitu membuat petunjuk
penggunaan, menyiapkan materi pendukung, membuat produk.
Membuat Petunjuk Penggunaan, Petunjuk penggunaan multimedia interaktif pembelajaran
kimia bertujuan agar peserta didik tidak kesulitan mengoperasikan multimedia interaktif. Petunjuk
penggunaan multimedia interaktif terdiri dari tombol-tombol navigasi yang akan digunakan dalam
pengoperasian multimedia interaktif. Tombol-tombol yang terdapat ada multimedia interaktif terdiri
dari tombol petunjuk, tombol kompetensi, tombol materi, tombol evaluasi, dan tombol profil, tombol
menuju ke halaman utama, tombol keluar dari program yang bertujuan membantu peserta didik agar
dapat lebih mudah dalam menggunakan multimedia interaktif.
Menyiapkan materi pendukung, materi pendukung yang digunakan dalam perancangan
multimedia interaktif pada mata pelajaran kimia pada materi reaksi redoks di dapat dari berbagai
sumber di antaranya: buku paket, lembar kerja siswa, dan internet. Materi yang didapat berupa teks,
gambar, video, animasi tentang materi reaksi redoks, hal ini bertujuan agar materi dalam multimedia
interaktif lebih kongkret dan lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
Membuat Produk ,Produk yang dihasilkan merupakan pengembangan multimedia interaktif
berbasis saintifik dalam mata pelajaran kimia dengan mengunakan aplikasi adobe flash, produk
multimedia interaktif pada mata pelajaran kimia dibuat terdiri dari 5 menu yaitu petunjuk,
kompetensi, materi, evaluasi, penutup.
Tahap pengembangan peneliti menyiapkan teks, gambar, audio dan video terkait dengan materi
dan pendukung materi yang akan dimuat di didalam multimedia interaktif dilanjutkan dengan
memproduksi protototipe multimedia interaktif berbasis saintifik. Setelah melalui tahap perencanaan,
desain, hingga dihasilkan prototipe multimedia interaktif berbasis saintifik selanjutnya dilakukan uji
alpa, uji beta, dan uji lapangan (field test).
Uji alpa dilakukan untuk memperoleh validasi dari para ahli terhadap multimedia interaktif
yang dikembangkan peneliti baik dari aspek materi, desain maupun aspek media. Uji alpa terhadap
multimedia interaktif yang dikembangkan peneliti dilakukan pada aspek materi, aspek desain
pembelajaran dan aspek media dengan 4 (empat) orang ahli yang terdiri dari 1 (satu) ahli materi, 1
(satu) ahli desain pembelajaran, 1 (satu) ahli media, dan 1 (satu) ahli materi, desain, media sebagai
validator.
Melakukan validasi multimedia interaktif yang telah direvisi kepada ahli materi, ahli desain
pembelajaran, dan ahli media disertai instrument penilaian kesesuaian media pembelajaran.
Multimedia interaktif divalidasi terlebih dahulu oleh ahli materi, desain pembelajaran, dan ahli media.
Setelah mendapatkan masukan dari ahli materi, desain pembelajaran, dan ahli media kemudian
multimedia direvisi untuk mendapatkan revisi I. Setelah multimedia dinyatakan sudah layak atau valid
untuk digunakan. Menurut Nieveen (1999) walkthrough adalah validasi yang dilakukan oleh ahli pada
bidangnya secara langsung sehingga terbentuk interaksi yang memandu perbaikan. Berdasarkan hasil
uji validitas oleh validator menunjukkan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan memenuhi
syarat validitas dari aspek media, aspek desain pembelajaran, dan aspek materi dan dinyatakan valid
atau layak untuk diujicobakan oleh validator sehingga dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
Sejalan dengan hasil valid yang pernah dilakukan oleh (Perwira dan Marpanaji, 2016).
Hasil Uji Beta

Setelah melakukan revisi pada tahap uji alpa, maka multimedia interaktif kembali diuji untuk
melihat kepraktisan multimedia interaktif yang dikembangkan melalui uji beta.
64 Jurnal Inovasi Pendidikan, Volume 9, No. 2, November 2019, hal. 57-67

Pada tahap ini, dilakukan oleh 3 orang peserta didik yang dipilih yaitu peserta didik dengan
kemampuan rendah, sedang dan tinggi. Peserta didik diminta untuk memberikan komentar terhadap
produk yang dikembangkan, penilaian angket kepraktisan peserta didik dinilai secara kuantitatif. Hasil
angket kepraktisan peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.

No Nama L/P Persentase Kategori


1 W P 88,00 Sangat praktis
2 N L 84,00 Sangat praktis
3 MI L 85,60 Sangat praktis

Tabel 1. Hasil Angket Responden pada Uji Beta

Berdasarkan tabel angket kepraktisan pada uji beta diatas menunjukan multimedia termasuk
kategori sangat praktis, dengan masing-masing perolehan skor persentase W sebesar 88,00 %, N
sebesar 84,00 %, dan MI 85,60 %.
Selain hasil penilaian secara kuantitatif, penilaian secara kualitatif juga diberikan oleh responden
pada saat uji beta berupa komentar dan saran terhadap multimedia interaktif yang dikembangkan
peneliti yang dapat dilihat pada tabel 5.

No Responden Komentar/Saran
1 W - Untuk soal sudah mudah dipahami.
2 N - Untuk Suara mohon ditingkatkan
lagi.
- Untuk Materi sudah baik dan mudah
dipahami.
3 MI - Kualitas gambar ditingkatkan lagi.
Tabel 2. Rekapitulasi Komentar dan Saran Responden Pada Uji Beta
Komentar dan saran yang diberikan dijadikan bahan perbaikan untuk memperbaiki
multimedia interaktif.
Hasil Pre-Test

Tahap ini diawali dengan memberikan soal tes awal (pretest) pada bulan Mei 2019. Pada saat
pretes, peserta didik diberikan soal pilihan ganda sebanyak 10 soal. Data hasil pretes peserta didik
dapat dilihat pada tabel 6.
Nilai Jumlah Presentase Kategori
peserta
90 -100 - - Sangat baik
80 – 89 - - Baik
70 – 79 - - Cukup
60 – 69 - - Kurang
< 59 35 100 % Sangat kurang
Jumlah 35 100%
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pre-Tes

Tabel di atas menunjukkkan bahwa hasil pre-test untuk materi reaksi redoks dalam kategori
sangat kurang.
Pengembangan Multimedia Interaktif… Intan Ayu, L. R. Retno Susanti, Ketang Wiyono 65

Hasil Post-Test

Postes diberikan setelah peserta didik menggunakan multimedia interaktif pada pembelajaran.
Hasil pretes peserta didik dapat dilihat pada tabel 7.
Nilai Jumlah peserta Presentase Kategori

90 -100 10 28,5 % Sangat baik


80 – 89 21 60 % Baik
70 – 79 4 11,5 % Cukup
60 – 69 - - Kurang
< 59 - - Sangat kurang
Jumlah 35 100 %

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Post-Tes


Tabel di atas menunjukkkan bahwa hasil postest untuk materi reaksi Redoks dalam kategori baik.
Proses pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan. Pada akhir pertemuan peneliti melakukan postest kepada siswa kelas X IPA yang
berjumlah 35 peserta didik dengan tujuan untuk melihat keefektifan peserta didik setelah
menggunakan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran terhadap hasil belajar peserta didik.
Rerata hasil postest adalah 81 dengan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 90.
Berdasarkan data hasil pretest dan postest menunjukkan peningkatan sebesar 56 dan N-gain score
sebesar 0,74 yang berarti bahwa keefektifan multimedia interaktif yang telah dikembangkan sudah
baik. Hal ini berdasarkan tabel klasifikasi N-gain skor yang menyatakan bawa perolehan nilai 0,74
dikategorikan tinggi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dapat dianalisis bahwa pada
beberapa peserta didik yang mengalami peningkatan dalam hasil belajar. Hasil data diatas
menunjukkan bahwa multimedia interaktif berbasis saintifik pada mata pelajaran kimia materi reaksi
redoks di kelas X SMA Negeri 3 Banyuasin I yang telah dikembangkan mempunyai efektifitas
terhadap hasil belajar peserta didik. Sejalan dengan hasil efektif yang pernah dilakukan oleh (Ibrahim
& Ishartiwi, 2017).
Keefektifan pembelajaran dengan multimedia interaktif dalam penelitian ini adalah jika hasil
belajar dan gain kelas yang belajar dengan multimedia interaktif lebih tinggi maka pembelajaran
dengan multimedia interaktif dinyatakan efektif (Yugiyatno & Sofyan, 2013).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan multimedia
interaktif berbasis saintifik pada mata pelajaran kimia, maka dapat disimpulkan
1. Multimedia interaktif berbasis saintifik pada mata pelajaran kimia telah teruji validitasnya setelah
diuji melalui 3 aspek yaitu aspek materi, aspek desain pembelajaran, dan aspek media. Dari ketiga
kategori tersebut dapat diketahui bahwa multimedia interaktif ini layak digunakan dengan revisi.
2. Multimedia interaktif berbasis saintifik pada mata pelajaran kimia telah teruji praktikalisasinya.
Hal ini terlihat setelah melakukan uji beta terdapat 3 orang peserta didik. Melalui angket berupa
penilaian peserta didik secara kuantitatif. selain diperoleh saran dan masukkan yang dijadikan
acuan untuk merevisi produk multimedia interaktif yang dikembangkan, Adapun hasil penilaian
peserta didik mengenai multimedia interaktif yang dikembangkan dengan kategori sangat praktis,
sehingga multimedia interaktif yang dikembangkan sangat praktis untuk peseta didik dalam
pembelajaran.
66 Jurnal Inovasi Pendidikan, Volume 9, No. 2, November 2019, hal. 57-67

3. Multimedia interaktif berbasis saintifik pada mata pelajaran kimia yang dikembangkan memiliki
efektivitas terhadap hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari hasil postest peserta didik
pada tahap uji coba produk dilapangan, Hasil belajar peserta didik pada saat pretest dengan
kategori sangat kurang, sedangkan hasil belajar peserta didik pada saat postest dengan kategori
cukup serta Ngain termasuk kategori tinggi.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengembangan multimedia interaktif
berbasis saintifik pada mata pelajaran kimia di sekolah menengah atas maka dapat disarankan
beberapa hal sebagai berikut :
1. untuk peserta didik, disarankan untuk menggunakan multimedia interaktif sebagai sarana untuk
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran kimia
2. untuk tenaga pendidik, disarankan untuk dapat menggunakan multimedia interaktif sebagai salah
satu alternatif dalam pembelajaran
3. untuk sekolah yang memiliki fasilitas komputer/laptop sebaiknya menggunakan multimedia
interaktif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. untuk peneliti lain, diharapkan multimedia interaktif berbasis saintifik dapat dijadikan sebagai
referensi dalam pengembangan bahan ajar yang telah dikembangkan, kekurangan multimedia ini
tidak dapat mengetahui benar maupun salah dalam melakukan evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
Alessi, S. M., & Trollip, S. R. (2001). Multimedia for learning methods and development.
Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Barry, D. M., & Kanematsu, H. (2016). STEM and ICT Education in Intelligent Environments.
Budiman, H. (2017). Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Islam, 8.

De Jong, O., & Treagust, D. F. (2002). The teaching and learning of electrochemistry. Journal of
Research In Science Teaching, 317–337.
Ginting, M. (2017). Peran Globalisasi Dalam Dunia Pendidikan.
Kemenristekdikti. (2018). Pengembangan Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0.
https://www.ristekdikti.go.id/siaranpers/pengembanganiptekdanpendidikan -tinggi-di-era-
revolusi-industri-40/. Di akses pada tanggal 16 November 2018.
Masykuri, M. (2015). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Tutorial Menggunakan Software
Macromedia Flash Pada Materi Sifat Kepriodikan Unsur Untuk Pembelajaran Kimia Kelas X
MIA SMA. Jurnal Pendidikan Kimia.
Munadi, Y. (2013). Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta.
Nieveen. (1999). Prototyping to Reach Product Quality, In Alker, Jan Vander, “Design Approaches
and Tools in Education and Training”. Kluwer Academic Publisher. Dordrect.
Perwira, I. A & Marpanaji, E. (2016). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Praktik Individu
Instrumen Pokok Dasar Siswa Smk Di Bidang Keahlian Karawitan. Jurnal Pendidikan Inovasi,
6.
Rahmaibu, F. H. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Adobe Flash Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pkn. Jurnal Kreatif.
Ramkuti, S. (2012). Pengembangkan multimedia Interaktif Materi Kesetimbangan Mata Pelajaran
Kimia Menggunakan Perangkat Lunak Macromedia Flash 8. Universitas Sriwijaya.
Sumarni, T. (2017). Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Macromedia Flash Dengan
Pengembangan Multimedia Interaktif… Intan Ayu, L. R. Retno Susanti, Ketang Wiyono 67

Pendekatan Saintifik Tentang Materi Sistem Koordinasi Untuk Peserta Didik Di Kelas XI SMA.
Universitas Sriwijaya.
Saselah, Y. R. (2017). Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Adobe Flash Cs6 Professional
Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia. Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia.
Suradji, M. (2018). Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Bidang Kesiswaan,
Kepegawaian Dan Keuangan Di Sma Muhammadiyah 1 Gresik. Jurnal Studi Pendidikan
Islam, 1, 2018.
Surasmi, W. A. (2016). Pemanfaatan Multimedia Untuk Mendukung Kualitas Pembelajaran. Skripsi.
Surabaya: Universitas Terbuka Convention Center.
Vito, D. J. (1989). The Interpersonal Communication Book. New York.
Yugiyatno, W., & Sofyan, H. (2013). Pengembangan Multimedia Interaktif Kompetensi Dasar
Mengoperasikan Software Basis Data Untuk Smk Negeri 1 Seyega. Jurnal Pendidikan Vokasi.
Zabir, A. (2018). Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Smpn 1 Lanrisang Kabupaten Pinrang.

Anda mungkin juga menyukai