Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

PERJALANAN DEMOKRASI DI INDONESIA


DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI

DISUSUN OLEH :

DELLA RETNONINGRUM 1813351003

VIRA ANGGRAINI 1813351004

HERNITA 1813351025

SITI NURAININ 1813351041

PROGRAM STUDI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat nikmat serta hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai rencana yang ditentukan.

Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah kewarganegaraan politeknik
kesehatan tanjung karang bapak Rohman, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini, kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang
juga telah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Harapan kami melalui makalah ini mampu memberikan ilmu pengetahuan mengenai perjalanan
demokrasi di indonesia dan pendidikan demokrasi.

Bandar Lampung 04 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Sejarah demokrasi di indonesia................................................................................................3

2.2 Perjalanan Demokrasi di Indonesia...............................................................................4

2.3Pendidikan Demokrasi di Indonesia...............................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai perjalanan demokrasi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari


pelaksanaan pasang surut demokrasi itu sendiri. Bangsa indonesia pernah menerapkan tiga
model demokrasi, yaitu demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi
pancasila. Setiap fase tentunya memiliki karakteristik yang merupakan ciri khas dari
pelaksanaan tiap-tiap fase demokrasi.

Menurut Robert Dahl pandangan yunani tentang demokrasi, bahwa warga negara
adalah pribadi yang utuh yang baginya politik adalah aktivitas sosial yang alami dan tidak
terpisah secara tegas dari bidang kehidupan lain. Nilai-nilai tidak terpecah tetapi terpadu
karena itu mereka aktif dalam kegiatan politik. Namun dalam prakteknya pula demokrasi
yunani dalam hal kewarganegaraannya merupakan hal yang eksklusif, bukan inklusif.
Persyaratan kewarganegaraan adalah kedua orang tua harus warga Athena asli. Jika orang
asing aktif dan memberikan sumbangan besar pada kehidupan ekonomi dan intelektual akan
mendapat status tertentu.

Demokrasi menurut asal katanya (semantik) yakni “demos” berarti rakyat dan
“kratos” berarti kekuasaan atau kedaulatan rakyat. Dalam perkembangannya, terdapat dua
aliran demokrasi, yaitu demokrasi konstitusional dan demokrasi yang mendasarkan diri pada
komunisme. Kelompok pertama berkembang di negara-negara eropa dan amerika sedangkan
kelompok kedua berkembang di negara-negara berpaham komunis. Perbedaan fundamental
antara keduanya ialah bahwa demokrasi konstitusional mencita-citakan pemerintah yang
terbatas kekuasaannya, suatu negara hukum (Rechstaat) yang tunduk pada Rule of Low.
Sebaliknya demokrasi yang mendasarkan dirinya atas komunisme mencita-citakan
pemerintah yang tidak dibatasi kekuasaannya (machstaat) dan lebih bersifat totaliter (Miriam
Budiarjo, 1996:52).

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif, dan legislatif) untuk
mewujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada
dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis
lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan
saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Berawal dari kemenangan negara-negara sekutu (eropa barat dan amerika serikat)
terhadap negara-negara axis (jerman, italia, dan jepang) pada perang dunia II (1945), dan
disusul kemudian dengan keruntuhan Uni Soviet yang berlandasan paham komunisme diakhir

1
abad XX, maka paham demokrasi yang dianut oleh negara-negara eropa barat dan amerika
utara menjadi paham yang mendominasi tata kehidupan umat manusia di dunia dewasa ini.

Suatu bangsa atau masyarakat di abad XXI ini baru mendapat pengakuan sebagai
warga dunia yang beradab (civilized) bila mana menerima dan menerapkan demokrasi
sebagai landasan pengaturan tatanan kehidupan kenegaraannya. Sementara bangsa atau
masyarakat yang menolak demokrasi dinilai sebagai bangsa atau masyarakat yang belum
beradab (uncivilized).

Indonesia adalah salah satu negara yang menjujung tinggi demokrasi, untuk di Asia
Tenggara Indonesia adalah negara yang paling terbaik menjalankan demokrasinya, mungkin
kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu. Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak
masa awal kemerdekaan hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang
dijalankan di indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling
berbeda satu dengan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh suatu permasalahan antara lain :

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan demokrasi di indonesia?


2. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di indonesia, sudahkah berjalan dengan lancar?
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan demokrasi di indonesia ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah demokrasi di indonesia

Sejarah indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945, para pendiri negara indonesia (the founding fathers) melalui UUD 1945 (yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa negara kesatuan republik
indonesia (selanjutnya disebut NKRI menganut paham atau ajaran demokrasi), dimana
kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong
sebagai negara yang menganut paham demokrasi perwakilan (Representative Democracy).

Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara rakyat disatu
pihak dengan negara dilain pihak oleh para Pendiri Negara Indonesia yang duduk di BPUPKI
tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa sebagian terbesarnya pernah
mengenyam pendidikan Barat, baik mengikutinya secara langsung di negara-negara eropa
barat (khususnya belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial belanda di indonesia
sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah cukup akrab dengan ajaran demokrasi
yang berkembang di negara-negara eropa barat dan amerika serikat. Tambahan lagi suasana
pada saat itu (agustus 1945) negara-negara penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai
pemenang perang dunia II. Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal
kemerdekaan hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di
indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan
lainnya.

Sejalan dengan diberlakukannya UUD sementara 1950 (UUDS 1950) indonesia


mempraktekkan model demokrasi parlementer murni (atau dinamakan juga demokrasi
liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang instabilitas pemerintahan
(eksekutif = kabinet) yang nyaris berujung pada konflik ideologi di konstituante pada bulan
juni-juli 1959. Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut
diatas, maka pada tanggal 5 juli 1959, presiden Ir. Soekarno mengeluarkan dekrit presiden
yang memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan model demokrasi
terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi negara pancasila dan paham integralistik yang
mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara. Namun belum berlangsung lama,
yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakannya demokrasi terpimpin, kehidupan
kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan ideologi yang berujung pada
peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan turunnya Ir. Soekarno dari
jabatan presiden RI pada tanggal 11 maret 1968.

Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai presiden ke-2 RI dan
menerapkan model demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan demokrasi pancasila

3
(Orba), untuk menegaskan klaim bahwasannya model demokrasi inilah yang sesungguhnya
sesuai dengan ideologi negara pancasila. Demokrasi pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif
cukup lama dibandingkan dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan
sebelumnya, yaitu sekitar 30 tahun, tetapi akhirnya pun ditutup dengan cerita sedih dengan
lengsernya Jenderal Soeharto dari jabatan presiden pada tanggal 23 mei 1998, dan
meninggalkan kehidupan kenegaraan yang tidak stabil dan krisis di segala aspeknya.

Sejak runtuhnya orde baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya presiden
Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari
kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di
amandemennya UUD 1945 (bagian batang tubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama
kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era orde baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,


khususnya lagi perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan
antara lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan
terhadap model demokrasi yang dilaksanakan dibandingkan dengan model demokrasi
pancasila di era orde baru.

2.2 Perjalanan Demokrasi di Indonesia

Negara Indonesia merupakan negara yang menganut demokrasi dalam sistem


perintahannya. Namun seiring berjalnnya waktu, demokrasi di Indonesia mengalami
beberapa perubahan pada prosesnya sesuai dengan kondisi politik dan pemerintahan saat itu.
Berikut ini merupakan penjelasan perjalanan demokrasi di Indonesia.

Semenjak Indonesia merdeka dan menjadi Negara kesatuan, dalam UUD 1945 disebutkan
bahwa NKRI menganut sistem pemerintahan demokrasi. Dimana kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dalam pelaksanaanya dilakukan oleh MPR. Dalam arti lain, Indonesia menganut
paham demokrasi perwakilan.

Berikut alur perkembangan demokrasi di Indonesia :

A. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan (masa reformasi)

Tahun 1945 -- 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali
ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi
sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah
negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :

4
 Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi
lembaga legislatif.
 Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
 Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahn presidensil menjadi parlementer

Perkembangan demokrasi pada periode itu telah menjadikan beberapa hal mendasar.
Pertama, pemberian hak-hak politik secara menyeluruh kepada pemerintah. Kedua, presiden
yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi dictator. Ketiga, dengan
maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang
kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-masa
selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.

B. Perkembangan Demokrasi  Parlementer (1950-1959)

Periode pemerintahan negara Indonesia tahun 1950 sampai 1959 yang menggunakan
UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa
kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan
dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan
kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada
pihak pemerintah  yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.

Pada tahun 1950-1959 bisa disebut sebagai masa demokrasi liberal yang parlementer,
dimana  presiden sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini
peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan banyak berkembangnya partai-partai
politik. Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :

 Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan


konflik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
 Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat,
yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang  berjalan

karena terjadinya kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS

C. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

5
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah sesuai
dengan bunyi sila keempat pancasila namun di antara semua kekuatan nasional yang
progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:

 presiden yang bersifat diktaktor


 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangnya pengaruh PKI

Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala
ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai politik sangat
orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang memperhatikan kepentingan
politik nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan gagasan bahwa
demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh
Pancasila.

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:

 Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan


 Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR
 Jaminan HAM lemah
 Terjadi sentralisasi kekuasaan
 Terbatasnya peranan pers
 Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Setelah terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI, hal itu menjadi
tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.

D. Perkembangan Demokrasi  dalam Pemerintahan Orde Baru (1966-1998)

Pemerintahan Orde Baru  ditandai oleh Presiden Soeharto yang menggantikan Ir.
Soekarno sebagai Presiden kedua Indonesia. Pada masa orde baru ini menerapkan Demokrasi
Pancasila untuk menegaskan bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai
dengan ideologi negara Pancasila.

Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang
melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.Namun demikian perjalanan
demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal juga sebab:

 Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada


 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
 Pengakuan HAM yang terbatas
 Tumbuhnya KKN yang merajalela
 Sebab jatuhnya Orde Baru:
 Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )

6
 Terjadinya krisis politik
 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
 Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun
jadi Presiden.

E. Perkembangan Demokrasi  Pada Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan Sekarang)

Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka Indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil
dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan
masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan
di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber
utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:

 Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi


 Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
 Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari
KKN
 Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI
 Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
 Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali
yaitu tahun 1999 dan tahun 2004

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi
Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer
tahun 1950 1959. Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi sebelumnya adalah:

 Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
 Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat
desa.
 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat

2.3 Pendidikan Demokrasi di Indonesia

A. Pengertian Pendidikan Demokratis

Pendidikan demokrasi diartikan sebagai upaya sistematis yang dilakukan Negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi warga negarannya agar memahami, menghayati,
mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip dan niai demokrasi sesuai dengan status
dan perannya dalam masyaraka.

7
Pendidikanyang demokratis adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan
kemampuannya. Pengertian demokratis di sini mencakup arti baik secara horizontal maupun
vertikal.

Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya,
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Hal ini tercermin
pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran”. Sementara itu, demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat
kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya
sesuai dengan kemampuannya.

Sedangkan dalam pendidikan itu sendiri, demokratis ditujukan dengan pemusatan


perhatian suatu usaha pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya, (intelegensi, kesehatan,
serta keadaan sosial), dikalangan taman siswa dianut sikap Tutwuri Handayani, suatu sikap
demokratis yang mengakui hak si anak untuk berkembang menurut kodratnya.[1] sehingga
Demokratis dapat diartikan sebagai sistem pendidikan yang mampu menawarkan
kemungkinan kepada peserta didik untuk dapat berkembang dan mengasah kemampuan nalar
dan pemikirannya secara bebas, serta mengembangkan potensi intelaktual siswa melalui
pendidikan formal.

Dengan demikian, demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang


mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik serta juga dengan
pengelola pendidikan. Karena itulah pendidikan demokratis dalam pengertian yang luas patut
selalu dianalisis sehingga memberikan manfaat dalam praktek kehidupan dan pendidikan
yang paling tidak mengandung hal-hal sebagai berikut :

1.      Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia

Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaaan hak
manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa.
dalam penddidikan, nilai-nilai inilah yang ditanamkan dengan memandang perbedaan antara
satu dengan yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta didik atau hubungan dengan
gurunya yang saling menghargai dan menghormati.

2.      Setiap manusia memiliki perubahan kearah  pikiran  yang sehat.

Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus di didik, karena dengan
pendidikan itu manusia akan berubah dan berkembang kearah yang lebih sehat, baik dan
sempurna. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan di harapkan dapat
mengembangkan kemampuan anak didik untuk berpikir dan memecahkan persoalan-
persoalannya sendidri secara teratur, sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga anak
didik  memiliki wawasan, kemampuan dan kesempatan yang luas.

3.      Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama

8
Dalam konteks ini,pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan  individu-
individu lain.dengan kata lain, seseorang menjadi bebas  karena orang lain menghormati
kepentingannya. Oleh sebab itu, tidak ada seorang yang karena kebebasannya berbuat sesuka
hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain atau kebebasan sendiri.

Dengan demikian, gagasan reformasi pendidikan saat ini memiliki momentum yang
amat mendasar, dan berbeda dengan gagasan yang sama pada era sebelumnya. Salah satu
perubahan mendasar dari reformasi pendidikan dalam era reformasi ini adalah lahirnya UU
No. 22 Tahun 1999, serta UU No. 20 Tahun 2003 tentang sitem pendidikan nasional
(SISDIKNAS). Kedua undang-undang tersebut membawa perspektif baru yang amat
revolusioner dalam kontek perbaikan sector pendidikan, yang mendorong pendidikan sebagai
urusan public dan urusan masyarakat secara umum dengan mengurangi otoritas pemerintah
baik dalam kebijakan kurikulum, manajemen maupun berbagai kebijakan pengembangan
institusi pendidikan itu sendiri.

Gagasan reformasi ini sejalan dengan pemikiran Decker F. Walker yaitu Reformasi
pendidikan tidak cukup hanya perbaikan dan perubahan dalam sector kurikulum, baik
struktur maupun prosedur perumusannya, serta pola pengelolaan sekolah yang berbasis pada
masyarakat, namun siswa-siswanya sendiri harus diberi arah pandangan tentang belajar itu
sendiri, bahwa bersekolah sebuah formalitas tetapi harus memperoleh kompetensi-
kompetensi yang telah ditentukan.

Peranan pendidikan dalam kehidupan kenegaraan akan banyak memberikan dimensi


pembangunan karakter bangsa. Aktualisasi karakter masyarakat dapat mambentuk nilai-nilai
budaya yang tumbuh pada komonitas lingkungan sosial politik baik dalam bentuk berfikir,
berinisiatif, dan aneka ragam hak asasi manusia. Dengan demikian, pendidikan senantiasa
melahirkan tata nilai kehidupan masyarakat dalam sistem kenegaraan yang di anut oleh suatu
kepemerintahan.

Pada kondisi negara yang memiliki heterogenitas masyarakat, cenderung menerapkan


sistem demokrasi dalam menjalankan roda pemerintahan. Konteks demokrasi secara
sederhana menunjukkan adanya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Perinsip utama dalam penerapan alam demokrasi adalah adanya pengakuan atas kebebasan
hak individual terhadap upaya untuk menikmati hidup, sekaligus dalam mekanisme
menjalankan kewajiban sebagai warga Negara. Sehingga, pada gilirannya dapat membentuk
kondisi commonity development pada nilai-nilai keberagaman, baik berfikir, bertindak,
berpendapat maupun berkreasi.

Di samping itu ada beberapa analilisis rasional mengapa reformasi pendidikan itu
mutlak dilakukan dalam menghadapi era globalisasi, dengan mengadaptasi argument-
argument William J. Mathis yaitu :

1. Perubahan pola pikir masyarakat akibat demokratisasi yang terus berpenetrasi pada seluruh
aspek kehidupan, sehingga sekolah harus mampu memberikan layanan kepada masyarakat .

9
2. kemajuan teknologi dan kecanggihan alat-alat teknologi semakin mengivisiensikan proses
industri dan layanan jasa. Dengan demikian, pendidikan harus mempersiapkan SDM agar
tidak tergeser oleh alat-alat moderen itu, tapi justru menjadi bagian dari kemajuan-kemajuan
tersebut.

3. Pemahaman doktrin keagamaan kian terbuka dan inklusif. Agama tidak menjadi
penghalang kemajuan, tapi justru mendorong perubahan-perubahan untuk kebaikan.

4. Peranan wanita semakin kuat, posisi wanita tidak lagi marginal. Mereka memiliki hak dan
peluang yang sama dalam karir dan pekerjaan dengan pria.tidak ada diskrininasi pekerjaan
atas dasar gender.

Demokratisasi pendidikan bukan hanya sekedar prosedur, tetapi juga nilai-nilai


pengakuan dalam kehormatan dan martabat manusia. Dalam hal ini melalui upaya
demokratisasi pendidiakan diharapkan mampu mendorong munculnya indifidu yang kreatif,
kritis, dan produktif  tampa mengorbankan martabat dan dirinya. Kehidupn demokrasi dalam
bidang pendidikan merupakan tindakan menghargai keberagaman potensi indifidu yang
berada dalam kebersamaaan. Dengan demikian segala bentuk penyama rataan individu dalam
satu unformitas dan pengingkaran terhadap keunikan sifat-sifat indifidu bertentangan dengan
salah satu prinsip demokrasi. Dari hak-hak warga Negara dalam mengikuti pendidikan
tersebut tersirat adanya dua hal penting yaitu : Pertama, pemerolehan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan dalam batas tertentu yakni pada level pendidikan dasar
sembilan tahun. Kedua, adanya peluang untuk memilih satuan pendidikan sesuai dengan
karakteristiknya.                                                                    

Secara histories, istilah ini memang berasal dari barat, namun jika melihat dari segi
makna, kandungan, nilai-niai yang ingin diperjuangkan oleh demokrasi itu sendiri sebenarnya
merupakan gejala dan cita-cita kemanusiaan secara universal. Artinya, dalam beragam
macam peradapan manusia seperti mesir, cina, Persia, India dan sebaginya, sesunggunya
memiliki pemikirannya sendiri dalam memahami dan memperjuangkan hak-hak individu dan
kemanusiaan, dan memiliki sejarahnya sendiri dalam memerangi otoritarianisme dan
kediktatoran. Ini berarti jika demokrasi itu berjuang pada pembelaan hak dan martabat
manusia, maka tidak dapat disangkal bahwa demokrasi merupakan gejala kemanusiaan secara
universal.

Bertolak dari gagasan tersebut dapat dipahami; demokrasi dalam kenyataannya


mengambil dua bentuk ya itu; demokrasi dalam makna universal, iya merupakan gagasan
obyektif yang menjadi cita-cita  setiap manusia yang diperjuangkan setiap orang. Ini berarti
demokrasi dalam tatanan ide universal yang belum bersentuhan dengan ruang dan waktu
yang biasanya cenderung tidak terjadi perbedaan dalam idalitasnya. Begitu pula selanjutnya
demokrasi yang bertitik tolak dari desakan realitas sosial sebagai penjelmaan ide yang
ditafsirkan, yang telah bersentuhan dengan ruang dan waktu, yang merupakan produk atau
hasil dialog antara gagasan dan kenyataan kehidupan yang beranikaragam. Demokrasi dalam
pengertian seperti ini bersefat temporal, berubah-ubah dan mengambil bentuk yang jamak.

10
Dalam pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha
pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya (Intelegensinya, kesehatannya, keadaan
sosialnya dang sebagainya). Dikalangan taman siswa di anut sikap tuthuri handayani suatu
sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh dan berkembang menurut
kodratnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejak indonesia merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, para pendiri negara melalui
UUD 1945 telah menetapkan bahwa negara kesatuan republik indonesia menganut paham
atau ajaran demokrasi, dimana kekuasaan tertinggi ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh
majelis permusyawaratan rakyat. Perkembangan demokrasi di indonesia dapat dilihat dari
pelaksanaan demokrasi yang pernah ada di indonesia. Pendidikan demokrasi diartikan
sebagai upaya sistematis yang dilakukan Negara dan masyarakat untuk memfasilitasi warga
negarannya agar memahami, menghayati, mengamalkan dan mengembangkan konsep,
prinsip dan niai demokrasi sesuai dengan status dan perannya dalam masyarakat.

3.2 Saran

Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Dan
kami mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Sebaiknya untuk lebih memperdalam ilmu tentang Perjalanan Demokrasi dan Perjalanan
Demokrasi di Indonesia diperlukan buku tentang materi tersebut dan makalah ini hanya
sebagian kecilnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/fellyciaaudry/59f397a0ff24050c35423c22/perjalanan-
demokrasi-di-indonesia

https://www.prezi.com/m/hncgnufprtg8/pendidikan-demokrasi-di-indonesia-dan-
demokratisasi/

https://www.academi.com/janky9/perjalanan-demokrasi-indonesia-dan-pendidikan-
demokrasi

12

Anda mungkin juga menyukai