KARYA TULIS
Disusun Oleh :
KUSUMA WARDINI
NIM : P17320410057
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
KARYA TULIS
Disusun Oleh :
KUSUMA WARDINI
NIM : P17320410057
Pembimbing
Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tangerang
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
KARYA TULIS
Disusun Oleh :
KUSUMA WARDINI
NIM : P17320410057
Ketua Penguji
Anggota Penguji
Anggota Penguji
Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tangerang
iii
KATA PENGANTAR
menyelesaikan karya tulis ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Karya tulis ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh
Tangerang , adapun judul dari karya tulis ini adalah “Asuhan Keperawatan
Selama penulisan karya tulis ini penulis telah banyak menerima bantuan
dari berbagai serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kepada :
2. Ibu Dr. Hj. Desiriana Dinardianti, MARS selaku Direktur Rumah Sakit
3. Ibu Hj. Lindawati, S.Kep, Ners, MKM, selaku pembimbing yang telah
ini.
iv
4. Bapak Parta Suhanda, S.Kp, M.Biomed, Bapak H. Toto Subiakto,
S.Kep, Ners, M.Kep dan Ibu Ns Mike Heri, S.Kep, selaku tim penguji.
7. Mama dan Bapak tercinta, terima kasih atas segala limpahan kasih
diberikan dan segala yang telah dilakukan selama ini kepada penulis
9. Teman terdekat penulis Misbah Amrullah yang telah dengan sabar dan
11. Sahabat penulis, Noor Okti, Ani Desi dan Lisa Perikani yang telah
v
12. Teman-teman angkatan 13 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang senantiasa menemani dalam suka dan duka dan ikut berjuang
bermanfaat bagi diri penulis pada khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................ 1
2. Tujuan ........................................................................ 4
3. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 5
4. Sistematika Penulisan ................................................. 6
vii
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian ................................................................... 85
2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 87
3. Perencanaan ................................................................ 89
4. Pelaksanaan ................................................................. 90
5. Evaluasi....................................................................... 91
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................. 93
2. Saran ........................................................................... 94
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
Tabel 3.4 : Implementasi Keperawatan Pada Ny.S
Tabel 3.5 : Evaluasi Tindakan Pada Ny.S.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
sisi kiri dan sisi kanan.( Brunner and Suddart vol.2, 2002 ).
1
2
jantung berat lebih besar dari 50%. Sedangkan klien dengan gagal
(Mariyono H, 2007).
dapat terjadi pada masa kehamilan maupun pada masa post partum.
gangguan pada berbagai organ dalam tubuh salah satunya adalah paru-
paru yang akan berakhir dengan gagal jantung. (Ida Ayu Chandranita,
2008).
2009).
2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
diagnosa keperawatan.
keperawatan.
a. Observasi/pengamatan
b. Penelusuran literatur/dokumentasi
c. Pemeriksaan fisik
d. Interview/anamnesa
4. Sistematika Penulisan
sehingga para pembaca bisa memahami isi dari karya tulis ini. Secara
garis besar isi dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :
selama 5 hari.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
7
8
a. Anatomi Jantung
jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan dan kebiasaan fisik dan
dua pompa jantung, yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Keluaran
bagian tubuh lain melalui aorta. Kedua pompa itu menyemburkan darah
otot dinding jantung (diastolik), kamar jantung akan terisi darah sebagai
5L/menit.
perikardium.
1) Kamar jantung
dikosongkan ke ventrikel.
ventrikel kiri memiliki beban kerja yang lebih berat diantara dua
ଵ
kamar bawah, maka tebalnya sekitar 2 - lebih tebal dinding
ଶ
intercostalis ke-5.
2) Katup Jantung
terhadap perubahan tekanan aliran darah. Ada dua jenis katup yaitu
3) Katup atrioventrikularis
balik darah.
4) Katup semilunaris
tersusun atas tiga kupis yang berfungsi dengan baik tanpa otot
5) Arteri koronaria
bagian yang lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang
sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti itu pula dari arteri
6) Otot jantung
Gambar 2.1
Gambar Anatomi Jantung manusia
depolarisasi.
Otot jantung tidak seperti otot lurik atau otot polos, mempunyai
periode refraktori yang panjang pada saat sel tidak dapat di stimulasi
mendadak.
ke seluruh tubuh.
15
3) Periode Istirahat
70cc.
1. Siklus Jantung
ada lagi pengisian ventrikel dari atrium dan darah yang disemburkan
ventrikel.
pulmonal dan terdengar kurang jelas pada apeks. Jika hanya akan
sisi kiri.
aorta.
2. Curah jantung
Adalah volume darah yang dipompa oleh tiap ventrikel permenit. Curah
jantung pada orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit. Curah
jantung.
CO = SV X HR
Keterangan :
CO = Cardiac Output
SV = Stroke volume
HR = Heart rate
a. Volume sekuncup
refleks yang di mediasi oleh sistem saraf otonom, yaitu simpatis dan
parasimpatis.
sekuncupnya.
20
3. Patofisiologi
dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru. Kongesti paru
menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
pertukaran gas. Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka
dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan
distress pernafasan.
Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
didalam rongga abdomen. Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan
dengan retensi garam dan air. Bila spasme arteriolar ditemukan di seluruh
Gambar 2.2
Bagan patofisiologi Preeklampsia dan CHF
Diadaptasi dari Brunner and Suddarth & Bobak
Etiologi :
Pre Eklampsia Kelainan otot jantung,
aterosklerosis jantung,
hipertensi sitemik, faktor
Vasospasme pd
sistemik, penyakit jantung
pembuluh darah
lain
Penurunan
pengisian darah
di ventrikel kiri Gagal Jantung Gagal Jantung
Kiri Kanan
4. Etiologi
b. Aterosklerosis koroner.
jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan
f. Faktor sistemik.
jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder akibat
5. Manifestasi Klinis
intravaskular. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang
25
berat badan.
luas karena darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah)
kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan panas, ekstermitas dingin dan
Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah
terjadi.
26
kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan
atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi
bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk dikursi bahkan saat
tidur.
ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki
dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk
lingkaran setan.
dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
vena.
Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara
eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral sering jarang terjadi
pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah
yang dependen.
Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah
penekanan ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi
Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
Nokturia atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena
perfusi renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis
paling sering terjadi pada malam hari karena curah jantung akan
6. Pemeriksaan Penunjang
jantung, khususnya jika penyebab ini dapat diobati atau bahkan dihilangkan,
a) Ekokardiografi
b) Rontgen dada
dinding.
7. Preeklampsia
wanita hamil dengan usia kehamilan di atas 20 minggu dengan tanda utama
dan proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari
oleh wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan
normal, tetapi bila lebih dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan
berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan oleh retensi
cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema nondependen
yang terlihat jelas, seperti edema kelopak mata, kedua lengan, atau tungkai
yang membesar.
proteinuria mungkin hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada
kasus yang berat, proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/l.
Nyeri kepala. Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi
semakin sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa
pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian
merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat
menjadi presiktor serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin
atau total. Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia, dan perdarahan
antara lain adalah tirah baring, oksigen, kateter menetap, cairan intravena.
Cairan intravena yang dapat diberikan dapat berupa kristaloid maupun koloid
dengan jumlah input cairan 1500 ml/24 jam dan berpedoman pada diuresis,
insensible water loss, dan central venous pressure (CVP). Balans cairan ini
harus selalu diawasi. Magnesium sulfat (MgSO4). Obat ini diberikan dengan
dosis 20 cc MgSO4 20% secara intravena loading dose dalam 4-5 menit.
8. Penatalaksanaan
a) Medis
aktivitas.
- Digitalisasi :
a. Dosis digitalis :
33
2-4 hari.
fibrilasi atrium.
vasodilator.
80mg).
irama sinus.
secara bertahap.
- Diuretik
- Vasodilator
b) Keperawatan
jantung.
2) Mengatur posisi tempat tidur, kepala tempat tidur naik 20-30 derajat.
mengurangi dispneu.
Batuk iritasi (batuk kering atau basah dan pendek). Penurunan bunyi
biasa dilakukan.
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
edema sistemik.
37
oleh dispneu.
mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga harus tanyakan adanya
alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Seringkali
orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko
Muttaqin, 2009)
c. Data Biologis
1) Nutrisi
Dalam nutrisi perlu dikaji pola makan dan minum klien dirumah
2) Eliminasi
Pada semua pasien perlu dikaji pola istirahat dan tidurnya, karena
dada.
dibatasi.
5) Personal Hygiene
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
pusing.
2) Telinga
3) Mata
anemis atau tidak, pupil mata juga diperhatikan bentuk dan reflek
berpengaruh.
4) Hidung
mulut dan gigi, kebersihan mulut dan gigi biasanya kotor karena
ada gangguan.
diraba pada jarak ±8 ܿ݉ dari garis midsternal pada ruang sela iga
41
7) Abdomen
8) Genetalia
e. Aspek Psikologis
Perlu dikaji tingkat kecemasan karena apda pasien CHF dapat terjadi
f. Aspek Sosial
g. Aspek Spiritual
dideritanya.
jantung kanan.
curah jantung.
Muttaqin, 2009)
3. Intervensi Keperawatan
konduksi elektrikal.
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Menurunnya Curah Jantung
Berhubungan Dengan Penurunan Kontraktilitas Ventrikel Kiri, Perubahan
Frekuensi, Irama, Dan Konduksi Elektrikal
Intervensi Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda penurunan 1. Kejadian mortalitas dan morbiditas
curah jantung. sehubungan dengan MI yang lebih
dari 24 jam pertama.
2. Catat bunyi jantung. 2. S1 dan S2 mungkin lemah karenaa
menurunnya kerja pompa. Irama
gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
nsebagai aliran darah ke dalam
serambi yang distensi murmur dapat
menunjukkan inkompetensi/stenosis
mitral.
3. Palpasi nadi perifer. 3. Penurunan curah jantung
menunjukkan menurunnya nadi
radialis, popliteal, dorsalis pedis.
Nadi mungkin cepat hilang atau
tidak teratur untuk di palpasi, dan
pulsus alteran (denyut kuat lauin
dengan lemah ) mungkin ada.
4. Pantau adanya keluaran urine, catat 4. Ginjal berspons untuk menurunkan
keluaran urine dan curah jantung dengan menahan
kepekatan/konsentrasi urine. cairan dan natrium, keluaran urine
biasanya menurun selama tiga hari
karena perpindahan cairan ke
jaringan tetapi dapat meningkat
pada malam hari sehingga cairan
berpindah kembali ke sirkulasi bila
pasien tidur.
5. Istirahatkan klien dengan tirah 5. Untuk menurunkan seluruh
baring optimal. kebutuhan kerja pada jantung dan
membantu dalam menurunkan
kebutuhan kerja pada jantung
dengan menurunkan volume
intravaskular melalui induksi
berbaring diuresis.
45
6. Atur posisi tirah baring yang ideal. 6. Posisi ini untuk mengurangi
Kepala tempat tidur harus dinaikkan kesulitan bernafas dan mengurangi
20-30 cm. jumlah darah yang kembali ke
jantung sehingga dapat mengurangi
kongesti paru.
7. Kaji perubahan pada sensorik. 7. Dapat menunjukkan tidak
Contoh : letargi, cemas, dan depresi. adekuatnya perfusi serebral
sekunder terhadap penurunan curah
jantung.
8. Berikan istirahat psikologi dengan 8. Sters emosi menghasilkan
lingkungan yang tenang. vasokontriksi yang terkait,
meningkatkan tekanan darah, dan
meningkatkan frekuensi kerja
jantung.
9. Berikan oksigen tambahan dengan 9. Meningktakan sediaan oksigen
nasal kanul/masker sesuai dengan untuk kebutuhan miokardium guna
indikasi. melawan efek hipoksia/iskemia.
Tujuan : Tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respons sesak
nafas.
tidak ada penggunaan otot bantu nafas, analisa gas darah dalam batas
normal.
46
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Kerusakan Pertukaran Gas
Yang Berhubungan Dengan Perembesan Cairan, Kongesti Paru Sekunder,
Perubahan Membrane Kapiler Alveoli
Dan Retensi Cairan Interstitial.
Intervensi Rasional
1. Berikan tambahan oksigen 6 1. Untuk meningkatkan
liter/menit. konsentrasi oksigen dalam
proses pertukaran gas.
2. Koreksi keseimbangan asam 2. Mencegah asidosis yang dapat
basa memperberat fungsi pernafasan.
3. Cegah atelektasis dengan melatih 3. Kongesti yang berat akan
batuk efektif dan nafas dalam. memperburuk proses pertukaran
gas sehingga berdampak pada
timbulnya hipoksia.
4. Kolaborasi pemberial RL 4. Meningkatkan kontraktilitas otot
500cc/24 jam dan pemberian jantung, sehingga dapat
furocemid. mengurangi timbulnya edema
dan dapat mencegah gangguan
pertukaran gas. Furocemide
dapat membantu mencegah
terjadinya retensi cairan dengan
menghambat ADH.
Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, Rrdalam batas normal 16-
Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Gangguan Pola Nafas Tidak
Efektif Berhubungan Dengan Pengembangan Paru
Yang Tidak Optimal, Kelebihan Cairan Di
Paru Sekunder Pada Edema Paru Akut.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bunyi nafas 1. Indikasi edema paru sekunder
akibat dekompensasi jantung.
2. Kaji adanya edema. 2. Curiga gagal kongestif/kelebihan
cairan.
3. Ukur intake dan output. 3. Penurunan curah jantung
mengakibatkan penurunan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan keluaran urine.
4. Timbang berat badan. 4. Perubahan tiba-tiba dari berat
badan menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan.
5. Pertahankan pemasukan total 5. Memenuhi kebutuhan cairan
cairan 2000ml/24 jam dalam tubuh orang dewasa, tetapi
toleransi kardiovaskuler. memerlukan pembatasan dengan
adanya dekompensasi jantung.
6. Kolaborasi pemberian diet tanpa 6. Natrium meningkatkan retensio
garam. cairan dan meningkatkan volume
plasma yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung
dan akan membuat kebutuhan
miokardium meningkat.
Kriteria Hasil : Klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal,
Tabel 2.4
Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Gangguan Perfusi Perifer
Berhubungan Dengan Menurunnya Curah Jantung.
Intervensi Rasional
1. Auskultasi TD. Bandingkan 1. Hipotensi dapat terjadi juga
kedua lengan : ukur dalam disfungsi ventrikel. Jipertensi juga
keadaan berbaring, duduk, atau fenomena umum yang
berdiri bila memungkinkan. berhubungan dengan nyeri cemas
karena pengeluaran katekolamin.
2. Kaji warna kulit, suhu, sianosisi, 2. Mengetahui derajat hipoksemia
nadi perifer, dan diphoresisi dan peningkatan tahanan perifer.
secara teratur.
3. Kaji kualitas peristaltik, jika perlu 3. Mengetahui pengaruh hipksia
pasang sonde. terhadap fungsi saluran cerna serta
dampak penurunan elektrolit.
4. Kaji adanya kongesti hepar pada 4. Sebagai dampak gagal jantung
abdomen kanan atas. kanana. Jika berat akan ditemukan
adanya tanda kongesti.
5. Pantau urine output. 5. Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya
produksi urine, pemantauan yang
ketat pada produksi urine <600
ml/hari merupakan tanda-tanda
terjadinya syok kardiogenik.
6. Catat adanya murmur. 6. Menunjukkan gangguan aliran
darah dalam jantung.
7. Pantau frekuensi jantung dan 7. Perubahan dan frekuensi irama
irama. jantung menunjukkan konplikasi
disritmia.
8. Berikan makanan kecil/mudah 8. Mkanan besar dapat meningkatkan
dikunyah, batasi asupan kafein. kerja miokardium. Kafein dapat
mernagsang langsung ke jantung
sehingga meningkatkan frekuensi
jantung.
9. Kolaborasi pertahankan cara 9. Jalur yang paten pentung untuk
masuk heparin (IV) sesuai pemberian obat darurat.
indikasi.
49
Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, pitting
Tabel 2.5
Intervensi Keperawatan Aktual/Resiko Tinggi Kelebihan Volume Cairan Yang
Berhubungan Kelebihan Cairan Elektrolit, Perebesan Cairan Interstitial Di
Sistemik Sebagai Dampak Sekunder Dari
Penurunan Curah Jantung : Gagal Jantung Kanan.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya edema pada 1. Curiga gagal kongestif/kelebihan
ekstermitas. volume cairan.
2. Kaji tekanan darah. 2. Sebagai salah satu cara untuk
mengetahui peningkatan jumlah
cairan yang dapat diketahui
dengan meningkatkan beban
kerja jantung yang dapat
diketahui dari meningkatnya
tekanan darah.
3. Kaji distensi vena jugularis. 3. Peningkatan cairan dapat
membebani fungsi ventrikel
kanan yang dapat dipantau
melalui pemeriksaan tekanan
vena jugularis.
4. Ukur inteke dan output. 4. Penurunan curah jantung
mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium dan
penurunan pengeluaran urine.
5. Timbang berat badan. 5. Perubahan tiba-tiba berat badan
dapat menunjukkan gangguan
50
keseimbangan cairan.
6. Beri posisi yang membantu 6. Meningkatkan venous return dan
drainase ekstermitas : lakukan mendorong berkurangnya edema
gerakan pasif. paru.
7. Kolaborasi pemberian diet tanpa 7. Natrium meningkatkan retensi
garam. cairan dan meningkatkan volume
plasma yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung
dan akan membuat kebutuhan
miokardium meningkat.
8. Kolaborasi pemberian diuretik, 8. Diuretik bertujuan untuk
contoh : furosemide. menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.
9. Kolaborasi melakukan 9. Hipokalemia dapat membatasi
pemantauan data laboratorium keefektifan terapi.
elektrolit kalium.
jantung.
beraktivitas.
Tabel 2.6
Intervensi Keperawatan Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan
Ketidakseimbangan Antara Suplai Oksigen Ke Jaringan Dengan Kebutuhan
Sekunder Dari Penurunan Curah Jantung.
Intervensi Rasional
1. Catat frekuensi jantung : irama 1. Respons klien terhadap aktivitas
dan perubahan TD selama dan dapat mengindikasikan adanya
sesudah aktivitas. penurunan oksigen miokard.
2. Tingkatkan istirahat, batasi 2. Menurunkan kerja
aktivitas, dan berikan aktivitas miokard/konsumsi oksigen.
senggang yang tidak berat.
3. Anjurkan klien untuk 3. Dengan mengejan dapat
menghindari peningkatan tekanan mengakibatkan bradikardi,
abdomen, misalnya : mengejan menurunkan curah jantung dan
saat defekasi. takikardia, serta peningkatan TD.
4. Jelaskan pola peningkatan 4. Aktivitas yang maju memberikan
bertahap dari tingkat aktivitas. kontrol jantung, meningkatkan
Contoh : bangun dari kursi, bila regangan dan mencegah aktivitas
tak ada nyeri lakukan ambulasi, berlebihan.
kemudian istirahat selama 1 jam
setelah makan.
seperti mandi dan oral hygiene, Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan hygiene oral, Dapat melakukan perawatan mulut, Tingkat
Tabel 2.7
Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Berhubungan Dengan Kelemahan Fisik
Intervensi Rasional
1. Mengkaji kemampuan klien 1. Mentukan sejauh mana klien
dalam memenuhi personal membutuhkan bantuan dalam
hygiene. memenuhi aktivitas sehari-hari.
2. Mendukung kemandirian dalam 2. Meningkatkan usaha klien dalam
melakukan mandi dan oral melakukan perawatan diri secara
hygiene, bantu pasien hanya jika mandiri.
diperlukan.
3. Melibatkan keluarga dalam 3. Keluarga adalah pengaruh besar
pemberian asuhan. dalam kesembuhan klien.
4. Memberikan bantuan sampai 4. Klien yang tidak dapat melakukan
pasien benar-benar mampu personal hygiene secara mandiri
melakukan perawatan diri. tentunya harus dibantu agar dapat
terpenuhi
53
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
No. CM : 13711978
Partum.
Nama : Tn. M
Umur : 47 tahun
53
54
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Sesak Nafas
Pada tanggal 26 Juni 2013 pukul 14.00 klien datang ke RSU Tangerang
lengkap, pada pukul 17.00 WIB klien melahirkan dan tidak lama
CHF. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 01 Juli 2013 pukul
09.00 WIB klien masih mengeluh sesak nafas. Sesak dirasakan akan
apabila klien berbaring dengan posisi setengah duduk atau duduk, sesak
Akibat sesak ini klien tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
terdapat batuk.
yang sekarang dialami klien seperti penyakit TBC, asma dan hipertensi
sebelumnya.
penyakit jantung.
Genogram
Gambar 3.1
Genogram Keluarga Ny.S
Keterangan :
= Laki – laki
= Perempuan
= Hubungan pernikahan
= Klien
= Tinggal serumah
Tabel 3.1
Pola Aktivitas Sehari-hari Ny. S
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
d. Tinggi Badan :-
e. Tanda-tanda vital :
4) Suhu : 38.1℃
Kulit
terdapat lesi pada bagian dada, tidak terdapat macula, papula, nodula,
60
dan ulkus. Suhu kulit terasa hangat, tekstur kulit halus, tidak terdapat
nyeri tekan.
Rambut
rambut.
Kuku
Berwarna putih, bentuk normal, dan tidak terdapat lesi pada kuku. Kuku
3. Kepala
tekan. Pada dahi tidak terdapat edema. Pada saat dilakukan pengkajian
4. Mata
tidak terdapat ptosis, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, bola mata
dapat bergerak ke segala arah, tekanan intra okuler sama besar, pupil
5. Telinga
Kebersihan kurang, pada pinna tidak terdapat lesi atau massa, tampak
tekan pada tulang tragus, mastoid, dan pinna. Pada tes rinne hasil (+)
sekret pada lubang hidung, tidak ada benda asing, tidak terdapat polip,
berbeda .
7. Mulut
Tidak terdapat nyeri tekan pada lidah, tidak teraba pembesaran dan
nyeri tekan pada pipi. Klien dapat merasakan rasa pahit, manis, dan asin
8. Leher
parut, tidak terdapt kaku kuduk, mobilitas klien normal, nilai JVP 5 + 2
Paru
jejas pada dada. Tidak terdapat nyeri tekan, getaran dada terasa di
Jantung
Tidak terdapat ictus cordis, Tidak teraba ictus cordis. Batas atas
Payudara
10. Abdomen
tidak terdapat lesi. Lingkar perut 100 cm. Bising usus 8/xmenit. Pada
perkusi bunyi timpany. Pada ginjal kanan dan kiri tidak terdapat nyeri
ketuk. Tidak terdapat pembesaran hepar dan ginjal. Tinggi fundus uteri
3 jari dibawah pusat. Tidak terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas.
63
11. Genitalia
Vagina
edema pada labia mayora, terdapat lochea alba. Tidak terdapat nyeri
Anus
trisep (+).
D. Data Psikologis
bisa keluar.
E. Data Sosial
1. Pendidikan
2. Hubungan Sosial
terjalin baik, klien pun cukup kooperatif dalam tindakan medis dan
perawatan di RS.
65
4. Gaya Hidup
F. Data Spiritual
berdoa kepada Tuhan Yang maha Esa. Tapi selama dirawat di rumah Sakit
G. Data Penunjang
1. Hasil Laboratorium tanggal 26 Juni 2013.
Pemeriksaan hematologi
Jenis Hasil Nilai normal Satuan
pemeriksaan
Hemoglobin 4,1 12-14 G/dL
Jumlah leukosit 22.700 5.000-10.000 /µL
Hematokrit 16 37-48 %
Trombosit 293.000 150-500x103 /µL
Kimia Darah
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Gula darah 54 < 180 mg/dL
sewaktu
SGPT 10 < 31 U/L
Ureum 20 < 50 mg/dL
Kreatinin 0.9 < 1,1 mg/dL
Protein total 5,1 6,6 – 8,7 mg/dL
Albumin 2,5 3,5 – 5,2 mg/dL
66
Elektrolit
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Natrium 130,3 135-147 mEg/L
Kalium 3,15 3,5-5,5 mEg/L
Clorida 114 98-107 mEg/L
Analisa gas darah
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
pH 7,139 7,350-7,450
pO2 24,3 85-95 mmHg
pCO2 55,3 35-45 mmHg
HCO3 18,4 21-25 mmol/L
O2 Saturasi 29,2 95-98 %
lesi hiper/iso/hipoechoik.
pelviokalises.
67
pelviokalises.
para aorta/illiaca/mesenterica.
i. Vesika urinaria : Bentuk dan ukuran baik. Dinding tak menebal. Tak
tampak batu/sol.
Kesan :
- Ascites
- Splenomegali
Therapy oral :
1. Domperidone 2 x 10 mg
2. Pectosil 3 x 200 mg
4. Amlodipin 3 x 5 mg
68
5. Bisoprolol 1x 2.5 mg
6. Clonidin 3 x 0.15 mg
Therapy injeksi :
1. Ceftriaxone 1 x 2 gr
2. Furocemide 3 x 80 mg
4. Vit. K 3 x 10 mg/ml
Penurunan
konsentrasi Hb
69
DO : Gg. Transportasi O2
- Klien terlihat sesak ke paru-paru
nafas.
- RR : 25x/menit. Gg. Pertukaran Gas
- Klien tampak
menggunakan nasal Sesak Nafas
kanul 3 liter.
- Posisi tempat tidur Inefektif pola Nafas
semi fowler.
- Hasil laboratorium
tanggal 26 juni 2013 :
Hb = 4,1 gr/dL
pH = 7,139
pO2 = 24,3mmHg
pCO2 = 55,3 mmHg
HCO3 = 18,4 mmol/L
O2 Saturasi = 29,2%
DO : Penurunan
- Klien terpasang konsentrasi Hb
foley cateter.
- Klein terpasang Ketidakmampuan
selang infus di BAK di toilet secara
tangan sebelah kiri. mandiri
- Tampak
bengkak/oedema Indikasi pemasangan
pada metakarpal kateter
sinistra (tempat
penusukan infus). Kateter > 6 hari tidak
diganti/tidak dilepas
Invasi
mikroorganisme
melalui selang
Resti infeksi
nosokomial
71
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Inefektif pola Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri :
nafas tindakan 1. Lakukan 1. Posisi
berhubungan keperawatan pengaturan semifowler
dengan selama 2x24 jam posisi dapat
penurunan diharapkan nafas semifowler. meningkatkan
jumlah Hb klien kembali ekspansi paru.
akibat efektif dengan 2. Kaji frekuensi 2. Berguna
perdarahan. kriteria hasil : dan kedalaman dalam
1. Klien pernafasan. evaluasi
mengatakan derajat distres
sesak atau
berkurang. kronisnya
2. RR kembali proses
normal. Dari penyakit.
25x/menit
menjadi 3. Kaji dan awasi 3. Sianosis
20x/menit. warna secara mengindikasi
3. Tidak tampak rutin kulit dan kan beratnya
sianosis dan membrane hipoxemia.
retraksi mukosa.
intercosta. 4. Auskultasi 4. Bunyi nafas
4. CRT < 2”. bunyi nafas, mungkin
5. Jumlah Hb catat area redup karena
mengalami penurunan penurunan
peningkatan. aliran udara dan aliran udara
dari 4,1 atau bunyi pada paru.
menjadi 9 g/dl tambahan.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Pertahankan 1. Therapi
pemberian oksigen yang
therapi oksigen. adekuat dapat
mencegah
terjadinya
hipoxemia.
2. Kolaborasi 2. Transfusi sel
pemberian darah merah
73
agar dapat
terpenuhi
kebutuhanny.
5. Letakkan sabun, 5. Memberikan
handuk, kemudahan
deodoran, dan bagi pasien
peralatan lain melakukan
yang dibutuhkan perawatan diri
di samping secara
tempat tidur. mandiri.
3. Resti infeksi Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri :
nosokomial tindakan 1. Memonitor 1. Mengetahui
berhubungan keperawatan tanda-tanda vital. tanda-tanda
dengan selama 3x24 jam awal
pemakaian alat diharapkan infeksi terjadinya
medis yang tidak terjadi infeksi.
lama. dengan kriteria 2. Kaji apakah 2. Mengetahui
hasil : terdapat tanda- secara dini
1. Tanda-tanda tanda infeksi tanda-tanda
vital normal. disekitar infeksi.
2. Tidak terdapat pemasangan alat.
tanda-tanda 3. Melepaskan alat- 3. Untuk
infeksi pada alat yang sudah mencegah
daerah tempat terpasang lama terjadinya
pemasangan dan infeksi.
alat. menggantinya
dengan yang
baru.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Melakukan 1. Mencegah
pemasangan alat- terjadinya
alat medis baru. infeksi
Seperti folley nosokomial
kateter yang dan mencegah
baru, infus set komplikasi.
yang baru.
2. Memberikan 2. Antibiotik
antibiotik. adalah obat
antibakteri
yang dapat
mencegah
terjadinya
infeksi.
75
V. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.4
Implementasi Keperawatan Pada Ny.S
dan nyaman.
VI. Evaluasi
Nama : Ny. S
Usia : 33 Tahun
NO CM : 13711978
Tabel 3.5
Evaluasi Tindakan Pada Ny.S
kanul.
A:
Masalah teratasi (pasien pulang)
P:
Lakukan Home Visit
04-07-2013 2 S:
- Klien mengatakan sudah mandi
pada pagi hari, sudah sikat gigi
dan akan pulang kerumah pada
hari ini.
- O:
- Klien terlihat bersih dan rapi.
A:
- Masalah teratasi (pasien
pulang)
P:
- Lakukan Home Visit.
04-07-2013 4 S:
- Klien dan keluarga
mengatakan sudah mengerti
tentang perawatan dirumah
mengenai pencegahan penyakit
hipertensi.
- Klien dan keluarga sudah
dapat menjelaskan kembali
bagaimana cara perawatan
dirumah mengenai pencegahan
hipertensi.
- Klien mengatakan akan pulang
kerumah pada hari ini.
O:
- Klien dan keluarga
mengatakan sudah mengerti
tentanf perawatan pasien
hipertensi dirumah.
A:
Masalah teratasi.(pasien pulang)
P:
Lakukan Home Visite.
05-07-2013 3 S:-
(Home Visite) O:
- TD : 130/80 mmHg
- RR : 20x/menit.
- N : 80x/menit
84
- S : 36℃
- Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi pada vagina.
- Klien tidak terpasang kateter.
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
85
BAB IV
PEMBAHASAN
Fokus pembahasan pada karya tulis ini untuk mencermati persamaan dan
ketidaksesuaian antara teori dan praktek dalam asuhan keperawatan pada pada
paien dengan gangguan sistem kardiovaskuler : congestif heart failure pada post
partum hari ke iv atas indikasi pre eklampsia berat yang telah dilakukan dari
tanggal 01 Juli 2013 sampai 05 Juli 2013 di ruang Cempaka Rumah Sakit Umum
1. Tahapan Pengkajian
data subyektif dan data obyektif dengan teknik pengkajian berupa wawancara
pada pasien dan keluarga serta melaksanakan pemeriksaan fisik secara head to
toe dengan menggunakan empat metode yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi, dan
hambatan yang berarti. Hal ini dikarenakan keluarga dan klien yang sangat
85
86
yang diperoleh dari hasil anamnesa dan pengkajian fisik pada Ny.S bahwa
melihat data yang diperoleh dari pasien, maka penulis mengambil kesimpulan
tanda dan gejala yaitu dispneu, ortopneu, kelemahan dan kelelahan dan asites.
Sedangkan tanda dan gejala secara teoritis yang tidak ditemukan adalah
pada ekstermitas bawah, peningkatan tekanan darah dan pusing kepala. Hal ini
terjadi bendungan pada vena jugularis dan hepar. Pasien juga mendapatkan
dalam tubuh. Pada klien juga tidak ditemukan adanya nokturia karena pasien
tanggal 26 Juni 2013 dalam batas normal. Hal ini dikarenakan tidak terdapat
kerusakan pada ginjal klien. Dan hasil pemeriksaan EKG menunjukkan gambar
yang tidak dilakukan pada Ny.S antara lain, rontgen thorak, scan jantung,
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang terdapat dalam teori Arif Muttaqin 2009 adalah sebagai berikut:
kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial, aktual/resiko tinggi gangguan pola
optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut, aktual/resiko
Berdasarkan analisa data dari Ny. S ketujuh diagnosa diatas tidak dapat
dirumuskan semua. hanya satu yang dapat dirumuskan yaitu defisit perawatan
komplikasi dari preeklampsi berat. Adapun diagnosa yang tidak sesuai dengan
teori yaitu inefektif pola nafas berhubungan dengan penurunan jumlah Hb, resti
payudara.
namun tidak ditemukan tanda-tanda yang dapat mendukung sesak nafas yang
sesuai dengan tanda-tanda gagal jantung secara teoritis dan pada hasil
mengikat oksigen.
pengkajian klien masih sesak dan merasa lemah, sehingga tidak dapat
pemakaian alat medis yang lama. Penulis mengangkat masalah ini karena
berdasarkan data medical record pasien, tidak terdapat data yang menyatakan
89
bahwa pasien dilakukan pemasangan alat medis baru dan pasien juga
menuturkan bahwa infus dan selang kateter yang terpasang belum pernah
diganti sebelumnya.
masih dalam masa post partum hari ke empat dan klien tidak pernah melakukan
perawatan payudara setelah melahirkan sehingga ASI belum keluar. Hal ini
terjadi karena klien tidak mengerti tentang perawatan payudara post partum
3. Tahapan Perencanaan
mengacu pada konsep teori. Sesuai dengan fungsi perawat yaitu independen,
dependen, dan interdependen oleh karena itu rencana keperawatan harus terdiri
dengan kondisi pasien untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. Karena
klien baru saja melahirkan, intervensi yang disusun tidak hanya berfokus pada
perencanaan untuk gagal jantung saja, perencanaan untuk post partum juga
pernafasan, kaji dan awasi warna secara rutin kulit dan membrane
90
mandi dan oral hygiene, bantu pasien hanya jika diperlukan, libatkan keluarga
melakukan perawatan diri, yaitu monitor tanda-tanda vital, kaji apakah terdapat
terpasang lama dengan yang baru, kaji sejauh mana pengetahuan klien tentang
partum.
antibiotik.
4. Tahap Pelaksanaan
extermitas atas yang terpasang infus, mengkaji sejauh mana tingkat kecemasan
diapers yang baru, melakukan perawatan kuku pada pasien, melakukan penkes
berarti dikarenakan klien dan keluarga yang sangat kooperatif, disamping itu
5. Tahap Evaluasi
yang digunakan oleh penulis adalah evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi
PENUTUP
1. Kesimpulan
Rumah Sakit Umum Tangerang tanggal 01 Juli 2013 sampai 05 Juli 2013
semua tanda dan gejala yang ada di teori terdapat dalam kasus ini hal
payudara.
93
94
dialami pasien.
2. Saran
strategis.
b. Bagi perawat
memang menggunakan alat medis dalam jangka waktu yang lama agar
Joesoef, Andang, dr, SpJP. 2007. Gagal jantung. PJNHK. Ethical Digest,
No.29, Th IV. Terdapat dalam:
http://www.pjnhk.go.id/content/view/560/1/. (Diakses pada 01 Juli
2012).
96