MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN
ATONIA UTERI DAN RETENSIO PLASENTA.
B. Etiologi
Kondisi dalam perasalinan sangat sulit menentukan jumlah
perdarahan karena tercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau
kain alas tidur. Sehingga penentuan untuk perdarahan dilakukan setelah
bayi baru lahir dan penentuan jumlah peradrahan dilihat dari pendarahan
lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital
(Abdul Bahri) pendarahan postpartum bisa disebabkan karena :
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya
miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Pendarahan
post partum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat serat
miometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat pelengketan plasenta (Wiknjosastro,
2011). Beberapa faktor Predisposisi yang lainnya yang terkait dengan
perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri,
diantaranya adalah :
1. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan, diantaranya :
a. Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
b. Kehamilan gemelli
c. Janin besar (makrosomia)
d. Kala satu atau kala 2 memanjang
e. Persalinan cepat (partus presipitatus)
f. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
g. Infeksi intrapartum
h. Multiparitas tinggi
i. Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada pre
eklamsi / eklamsia.
2. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan
karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah
lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi
tersering kedua dari pendarahan post partum (20% - 30% kasus ).
Kejadian ini harus di diagnosis secara dini karena retensio plasenta
sering dikaitkan dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga
dapat membuat kesalahan diagnosis upada retensio plasenta,resiko
untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada persalinan normal
(Ramadhani,2011). Beberapa faktor Predisposisi yang lainnya yang
terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh
retensio plasenta, diantaranya adalah :
1. Grandemultipara
2. Kehamilan Ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang
agak luas.
3. Kasus inferilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
4. Plasenta previa, karena di bagian istmus uterus, pembuluh darah
sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam.
5. Bekas operasi pada uterus.
C. Manifestasi klinis
Setelah persalinan pasien mengeluh lemah, pucat, berkeringat
dingin, mengigil,pusing,gelisah,hipernea, HB <8 g% karena kehilangan
darah lebih dari normal dan dapat terjadi syok hivopolemik, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin,mual (Abdul Bahri, 2010).
a. Tanda dan gejala atonia uteri adalah:
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan
darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar
disertai gumpalan, hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak
mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan
menggumpal
4. Terdapat tanda-tanda syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas
dingin, gelisah, mual dan lain-lain.
b. Tanda dan gejala Retensio plasenta
Retensio plasenta gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah
30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang
kadang timbul : Tali pusat putus akibat kontraksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
Tabel : Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta
Separasi / akreta Plasenta
Gejala Plasenta akreta
parsial inkarserata
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Diskoid Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali
D. Patofisiologi
Faktor resiko yang terdiri dari : Grande multipara,jarak persalinan
plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia uterus ditandai dengan
tidak lengkap dan robekan jalan lahir, jika ditangani dengan tidak baik
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien Atonia uteri dan
Retensio plasenta berdasarkan respon pasien yang disesuaikan dengan SDKI
(2016) yaitu:
NO DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF ETIOLOGI DIAGNOSA
Data Subjektif Mayor : Kehilangan
Tidak Tersedia cairan aktif
Data Objektif Mayor : Kegagalan
Frekuensi Meningkat mekanisme
Nadi Teraba lemah regulasi
Tekanan darah meningkat Peningkatan
Tekanan nadi menyempit permeabilitas
meningkat 4 sedikit terganggu 3. Monitor ttv pasien 3. Tanda- tanda vital dapat
Nyeri Ekstremitas Pengisian kapiler (4) mengetahui jumlah dan guni untuk melihat
Data Objektif Minor Kekuatan denyut nadi (4) karakteristik darah karakteristik dan jumlah
1. Pengertian Penanganan atonia uteri adalah asuhan yang diberikan pada saat terjadi
perdarahan segera setelah plasenta lahir lebih dari 500 cc karena uterus
2. Tujuan tidak berkontraksi.
Sebagai pedoman kerja Bidan dalam penangan Atonia Uteri untuk
menghentikan
perdarahan, sehingga uterus berkontraksi dengan melakukan sedikit
3. Kebijakan intervensi
SK Kepala namun tetap
Puskesmas menjaga
No. keamanan
Tentang prosesKlinis
Palayanan penghentian
4. Referensi Buku Asuhan Persalinan Normal tahun 2008
5. Alat dan Bahan Alat :
Kateter Nelaton
Bengkok
Kain Alas Bokong Sarung
Tangan Panjang Sarung
Tangan Pendek APD
(Alat Pelindung Diri)
Bahan :
Infus RL
Oksitosin
Methyl Ergonetrin
Larutan Desinfektan
6. Langkah– Langkah Bagan Alir
1. Petugas mencuci tangan sebelum Masase fundus uteri segera setelah lahirnya
dan sesudah melakukan tindakan
2. Petugas menyiapkan alat-alat dan
bahan.
3. Petugas memberi tahu maksud
tindakan tersebut kepada pasien. Ya Evaluasi rutin
4. Petugas memakai sarung tangan Uterus berkontraksi ?
pendek.
5. Petugas melakukan massase Tidak
fundus uteri segera setelah lahirnya
plasenta (maksimal 15 detik). - Evakuasi/ bersihkan bekuan darah/ selaput ketuban
6. Jika uterus berkontraksi lakukan - Kompresi bimanual interna (KBI) maksimal
evaluasi rutin.Jika uterus berkontraksi
namun perdarahan terus berlangsung Pertahankan KBI selama 1-
maka periksa
berkontraks ? 2 imenit
apakah ada robekan perineum, vagina Uterus
Keluarkan tangan secara
dan serviks. Jika iya maka segera lakukan Ya hati-hati kemudian
penjahitan atau segera rujuk. lakukan masase
Lakukan pengawasan kala
7. Jika uterus tidak berkontraksi petugas
membersihkan bekuan Tidak
darah dan atau selaput ketuban Ajarkan keluarga melakukan kompresi bimanual eksterna (KBE) Keluarkan
tangan petugas (KBI) secara hati-hati
Suntikkan methyl ergometrin 0,2 mg I.M (kontra indikasi pada hipertensi) Pasang
infuse RL + 20 IU oksitosin, guyur
Lakukan KBI lagi
dari vagina dan lubang serviks.Petugas misoprostol 600 – 100 - 2 menit, maka petugas
memastikan kandung kemih kosong, jika mcg per rectal. Kontra segera melakukan rujukan.
penuh lakukan kateterisasi menggunakan indikasi methyl 16.Petugas mendampingi
teknik aseptic.Petugas mengganti sarung ergometri adalah ibu pasien ke tempat rujukan
tangan pendek dengan sarung tangan dengan hipertensi. sambil melakukan
panjang.Petugas melakukan kompresi 12.Petugas memasang infus kompresi bimanual
bimanual internal selama 5 menit. dengan menggunakan internal.
8. Jika uterus berkontraksi maka jarum ukuran 16 17.Petugas tetap melanjutkan
pertahankan kompresi bimanual internal atau 18 dan berikan 500 cc infuse
selama 2 menit. Keluarkan tangan RL + 20 unit oksitosin. RL + 20 unit oksitosin
petugas perlahan dan lakukan Habiskan 500 cc pertama dalam 500 cc larutan
pemantauan kala VI secara ketat. secepat mungkin. sengan laju 500 cc per jam,
9. Jika uterus tidak berkontraksi petugas 13.Petugas mengulangi hingga tiba di tempat
menganjurkan keluarga untuk tindakan bimanual rujukan atau hingga
membantu melakukan kompresi internal. menghabiskan 1,5 L infus.
bimanual eksternal selama petugas 14.Jika uterus
melakukan langkah-langkah berkontraksi maka
selanjutnya. lakukan pemantauan
10.Petugas mengeluarkan tangan kala IV dengan ketat.
secara perlahan-lahan. 15.Jika uterus tidak
11.Petugas memberikan suntikan methyl berkontraksi dalam waktu 1
ergometri 0,2mg secara IMM atau
Uterus be i
rkontraks ?
Lakukan pemantauan kala
VI secara ketat. Ya
Tidak
Rujuk
Lanjutkan pemberian infus RL + 20 IU oksitosin minimal 500cc/
jam hingga mencapai tempat rujukan
Kemudian berikan 125 cc per jam.
Jika tidak tersedia cairan yang
cukup, berikan 500 cc kedua
dengan kecepatan sedang dan
berikan minuman untuk rehidrasi.
7. Hal-hal yang Pemberian oksitosin maksimal 4 ampul.
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait Ruang bersalin,Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi Rawat Inap
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Perdarahan oleh karena
atonia uteri dapat dicegah dengan: Melakukan secara rutin manajemen aktif
kala III pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan
insiden pendarahanpasca persalinan akibat atonia uteri.
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Pada
proses persalinan, kelahiran placenta kadang mengalami hambatan yang dapat
berpengaruh bagi ibu bersalin.
B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya
juga, untuk itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada
para pembaca. Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para
pembaca bisa memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat
bagi semuanya dan agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien
dan mampu dalam pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak
melibatkan orang terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman
pasien serta perawat yang menangani klien dengan status asmatikus harus
membuat prioritas keperawatan sebagai berikut:
1. Memperbaiki atau mempertahankan fungsi reproduksi.
2. Meminimalkan atau mencegah komplikasi
3. Mempertahankan nutrisi adekuat untuk penyembuhan/membantu fungsi
reproduksi.
4. Memberikan support emosi kepada pasien dan keluarga
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognose, dan kebutuhan
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin,Hardhi 2015. Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC
Yogyakarta:MediAction
Arini, Diyah & Budianti, Astrida 2014. Pedoman Penyusunan Studi Kasus
Surabaya : SHT
Departement Kesehatan Republik Indonesia 2013. Profile Dinas Kesehatan
Republik indonesia tahun 2013. Sidoarjo
Doengoes, Marilynn. 2001.Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC
Harry, Oxorn. 1990. Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human
Labor and Birth : Yayasan Essentia Medica
Fadlun & Achmad Feryanto, 2011. Buku praktis pelayanan kesehatan
2003Maternal dan neonatal. Jakarta : EGC
Indriyani 2013. Keperawatan Maternitas pada area perawatan antenatal
an- tenatal. Yogyakarta : Graha ilmu
Manuaba, 2010. Buku Panduan Kesehatan Keperawatan Maternatal
jakarta Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta
:Selamba Medika Nurjannah Intansari 2012 proses Keperawatan NANDA,
NIC & NOC.
Sarwono, wiknjosastro Hanifa. Pengantar ilmu kandungan, Edisi ke3 2011
Saifudin, A.B (2016). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal