Anda di halaman 1dari 3

“Pluralitas agama di Indonesia merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.

Bahkan, masalah ini telah diakui dalam konstitusi dan telah ditegaskan adanya jaminan
untuk masing-masing pemeluk agama untuk melaksanakan ajaran sesuai dengan
keyakinan masing-masing” (Thayib dkk, 1997)

Pluralisme dalam Islam


Islam datang bukan untuk menabur kebencian, melainkan untuk menjadi rahmat untuk
seluruh alam (QS. Al-AnbiyaI: 107). Perhatikan kalimat “untuk seluruh alam” pada ayat
di atas. Karena alam semesta ini, sesuai dengan Sunnatullah mengandung
kemajemukan, dengan sendirinya kalimat “untuk seluruh alam” juga mengandung
makna “dengan semua perbedaaan yang dikandung oleh alam semesta itu”. Jelaslah
Islam tidak hanya mengakui perbedaan, tetapi bahkan menghormati dan memberikan
rahmat kepada segala perbedaan yang terkandung di alam semesta. 1

----

Tidak banyak di antara kita yang menyadari bahwa negara pertama yang didirikan oleh
umat islam di Madinah dahulu adalah negara dengan kewarganegaraan yang majemuk
suku dan agama.(Sjadnzali, 1997:49).Madinah berisi berbagai suku, seperti Suku-suku
Arab pendatang baik dari Makkah maupun dari di luar Madinah dan suku-suku
penduduk asli madinah. “Penduduk madinah itu mampu dipersatukan melalui prinsip-
prinsip -persamaan hak dan kewajiban sesama warga negara tanpa diskriminasi suku
dan agama- dan -semangat persahabatan serta saling berkomunikasi dalam
penyelesaian masalah- dan -saling membantu dalam menghadapi tantangan bersama-”
(cf. Sjadnzali, 1997:50) Dengan landasan itu Rasullah memproklamasikan suatu
“konstitusi” yang dikenal dengan nama Piagam Madinah.

---

“Piagam Madinah didasari oleh wahyu-wahyu ALLAH yang diterima oleh Rasullah, yakni
bahwa tiada paksaan untuk menganut suatu agama (QS Al-Baqarah ayat 256), bahwa
islam mengakui pluralitas agama (QS Al-Kafirun ayat 1-6), larangan kepada Rasul Allah

1
A. M. Fatwa, HAM dan Pluralisme Agama,Pusat Kajian Strategi dan Kebijakan, Surabaya,
1997, hlm. 33.
untuk memaksa orang menerima islam (QS Yunus ayat 99),, dan bahwa tiada larangan
bagi umat islam untuk berbuat baik, berlaku adil dan saling tolong menolong dengan
orang-orang bukan Islamyang tidak memerangi umat Islam (karena agama) dan atau
mengusir mereka dari kampung halaman atau negeri mereka (QS Al-Mumtahanah, ayat
8-9)”2

2
Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, HAM dan Pluralisme Agama, Pusat Kajian Strategi dan
Kebijakan, Surabaya, 1997, hlm. 51.
Kesimpulan
Sebenarnya pengertian tentang pluralitas dan pluralisme sebenarnya amatlah
berbeda. Pluralitas semata-mata hanyalah kenyataan kemajemukan yang tidak dapat
dihindari, sedangkan pluralisme adalah faham yang menerima kenyataan kemajemukan
sebagai sesuatu yang positif. Namun, apakah kita cukup pluralis?,hanya cukup
menganggap bahwa keanekaragaman itu positif?. Ungkapan Bhineka Tunggal Ika
sebenarnya tidaklah terbatas hanya dalam artian pluralitas semata, melainkan menuntut
pengakuan dan penegasan bahwa pluralitas itu suatu hal yang positif. Agar persatuan
dan kesatuan yang di inginkan menjadi persatuan dan kesatuan yang dinamis.

Indonesia, dengan wilayah yang luas, jumlah penduduknya yang besar dan
dengan kehadiran lima agama dunia, dalam sejarahnya tidak pernah mengalami krisis
besar, yang disebabkan oleh masalah agama. Tetapi kita tidak boleh dan tidak dapat
cepat puas, dan sebaliknya harus tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya
perubahan pola kerukunan hidup antarumat beragama yang telah merupakan tradisi
luhur kita selama ini.

Menurut kami, dalam kehidupan bernegara di dunia sekarang ini, toleransi


merupakan kunci bagi kerukunan dan keserasian hidup masyarakat. Agar pelaksanaan
pembangunan nasional menjadi lancar dan tetap berkesinambungan,serta
terpeliharanya stabilitas ekonomi dan politik. Maka dari itu, akan lebih tepat bila kita
kembali kepada pola bernegara yang seperti diajarkan oleh Rasullah dalam piagam
madinah yang di mana semua warga Negara terjamin hak mereka untuk mengamalkan
agama yang mereka pilih, memiliki persamaan baik dalam hak maupun kebijaksanaan
kepada Negara tanpa adanya perbedaan yang didasarkan atas agama, dan hidup dalam
semangat kebersamaan , saling berkomunikasi dalam masalah bersama dan saling
tolong menolong seperti yang dikehendaki Islam. Islam yang kaffah.

Anda mungkin juga menyukai