Anda di halaman 1dari 3

Sumber Bioenergi atau Bahan Bakar Nabati (BBN)

1) Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)


Kelapa sawit di Indonesia termasuk tanaman yang sudah surplus untuk memenuhi
bangan pangan. Produktivitas kelapa sawit 24 ton/ha/thn. Rendemen kelapa sawit untuk
diolah menjadi biodiesel sebesar 5950 biodiesel/ha. Kelapa sawit termasuk tanaman
penghasil BBN sangat multiguna. Kelapa sawit mulai dari buah, pelepah, batang, dan
limbahnya, dapat diolah menjadi berbagai macam produk dan dapat digunakan sebagai
bahan baku beragam industri seperti pangan, oleokimia dan bioenergy. Pemanfaatan
kelapa sawit menjadi bioenergi, antara lain adalah menjadi biodiesel, biogas, biooil,
biopellet, biobriket, gas metan dan pembangkit listrik tenaga biomassa.
2) Kelapa (Cocos nucifera)
Kelapa di Indonesia termasuk tanaman yang sudah surplus untuk memenuhi bangan
pangan. Produktivitas kelapa 1,2-7,5 ton/ha/thn . Rendemen kelapa untuk diolah
menjadi biodiesel sebesar 2689 biodiesel/ha. Kelapa termasuk tanaman penghasil BBN
sangat multiguna. Bagian tanaman kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi adalah daging buah yang diolah menjadi minyak dan bahan bakar nabati.
3) Jarak Pagar (Jatropha curcas)
Jarak pagar di Indonesia termasuk tanaman non pangan. Produktivitas jarak pagar 5-
10 ton/ha/thn. Rendemen jarak pagar untuk diolah menjadi biodiesel sebesar 1892
biodiesel/ha. Jarak pagar termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup multiguna.
Bahan baku utama yang dimanfaatkan dari tanaman jarak pagar adalah biji jarak pagar
yang kemudian dapat diolah menjadi minyak jarak pagar. Minyak jarak pagar diperoleh
dari pengolahan biji jarak pagar selanjutnya minyak biji jarak dapat diproses lebih lanjut
hingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Potensi biomassa yang dihasilkan dari
pengolahan jarak adalah kulit sebesar 30% dan ampas sebesar 49%.
4) Nyamplung (Calophyllum inophyllum L)
Nyamplung di Indonesia termasuk tanaman non pangan. Produktivitas nyamplung 20
ton/ha/thn. Rendemen nyamplung untuk diolah menjadi biodiesel sebesar 2200
biodiesel/ha. Nyamplung termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup multiguna.
Potensi rendemen minyak nyamplung lebih dari 50%. Tanaman nyamplung saat ini
masih merupakan tanaman alami dan bukan hasil budidaya.
5) Kemiri sunan (Reutealis trisperma)
Kemiri sunan di Indonesia termasuk tanaman non pangan. Produktivitas kemiri
sunan 15 ton/ha/thn. Rendemen kemiri sunan untuk diolah menjadi biodiesel sebesar
6000 biodiesel/ha. Kemiri sunan termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup
multiguna. Kemiri sunan mengandung minyak pada bijinya yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku biodiesel.
6) Pongamia ( Pongamia pinnata L.)
Pongamia di Indonesia termasuk tanaman non pangan. Produktivitas pongamia 7-29
ton/ha/thn. Rendemen pongamia untuk diolah menjadi biodiesel sebesar 3600-5000
biodiesel/ha. Pongamia termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup multiguna.
Minyak Pongamia mengandung kadar trigliserida yang tinggi, dan residunya bersifat
toksik. Namun dengan teknik pengolahan tertentu residu biji setelah minyak diekstrak
dapat digunakan untuk makanan unggas.
7) Karet (Hevea brasiliensis)
Karet di Indonesia termasuk tanaman non pangan. Produktivitas karet 1,7
ton/ha/thn. Rendemen karet untuk diolah menjadi biodiesel sebesar 353 biodiesel/ha.
Karet termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup multiguna. Biji karet yang telah
dijemur terdiri atas 41,6 % kulit, 8 % kadar air 15,3 % minyak dan 53,1 % bahan kering.
Rendemen minyak biji karet (kering) yaitu 40-50%, sehingga diperkirakan setiap hektare
tanaman karet berpotensi menghasilkan 353 liter minyak.
8) Tebu
Tebu di Indonesia termasuk tanaman pangan yang belum surplus. Produktivitas tebu
75-95 ton/ha/thn. Rendemen tebu untuk diolah menjadi bioetanol sebesar 5000-6000
bioetanol/ha. Tebu termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup multiguna. Tebu
termasuk tanaman yang sangat siap untuk dikembangkan. Pengembangan tebu sangat
didukung oleh pemerintah. Tebu tidak mudah tumbuh di lahan marginal.
9) Ubi kayu (manihot esculenta)
Ubi kayu di Indonesia termasuk tanaman pangan yang belum surplus. Produktivitas
ubi kayu 30-40 ton/ha/thn. Rendemen ubi kayu untuk diolah menjadi bioetanol sebesar
4500 bioetanol/ha. Ubi kayu termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup multiguna.
Pemanfaatan ubi kayu sebagai bahan baku bioenergi disebabkan kandungan pati
yang tinggi. Namun pemanfaatan ubi kayu menjadi bahan baku bioenergi (bioetanol)
memerlukan proses konversi enzimatis pati menjadi gula. Biomassa ubi kayu seperti
kulit dan batang juga telah dimanfaatkan sebagai bahan baku bionergi.
10) Jagung
Jagung di Indonesia termasuk tanaman pangan yang belum surplus. Produktivitas
jagung 8-14 ton/ha/thn. Rendemen jagung untuk diolah menjadi bioetanol sebesar
5000-6000 bioetanol/ha. Jagung termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup
multiguna. Potensi biomassa yang dihasilkan jagung adalah kulit sebesar 25,65%, tangkai
sebesar 3,48% dan tongkol sebesar 36,96%. Selain untuk menghasilkan bioethanol, biji
jagung juga dapat dimanfaatkan menjadi minyak jagung. Batang dan daun jagung dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku gasifikasi menghasilkan steam dan listrik.
11) Sagu
Sagu di Indonesia termasuk tanaman pangan yang sudah surplus. Produktivitas sagu
25 ton/ha/thn. Rendemen jagung untuk diolah menjadi bioetanol sebesar 4000-5000
bioetanol/ha. Sagu termasuk tanaman penghasil BBN yang cukup multiguna. Potensi
biomassa yang dihasilkan sagu adalah kulit sebesar 26%, ampas sebesar 14% dan limbah
cair sebesar 500%.
12) Aren (Arenga pinnata Merr.)
Aren di Indonesia termasuk tanaman pangan yang belum surplus. Produktivitas aren
80 ton/ha/thn. Rendemen aren untuk diolah menjadi bioetanol sebesar 11428
bioetanol/ha. Tanaman aren mulai berproduksi pada umur 8-10 tahun dengan masa
produktif 2-4 tahun. Petani melakukan penyadapan nira setiap pagi dan sore, dimana
setiap tahun dapat disadap 3-12 tangkai bunga dengan hasil rataan 6.7 liter/hari atau
300-400 liter/musim (3-4 bulan) dan sekitar 900-1.600 liter/pohon/tahun.
13) Sorgum
Sorgum di Indonesia termasuk tanaman non pangan. Produktivitas sorgun 30-50
ton/ha/thn. Rendemen sorgum untuk diolah menjadi bioetanol sebesar 5000-6000
bioetanol/ha. Sorgum dapat ditanam di lahan marginal.
(Bappenas,2015. Kajian Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN))

Anda mungkin juga menyukai