Anda di halaman 1dari 11

LEUKEMIA MEILOID AKUT

A. Defenisi
Leukemia Meiloid Akut (LMA) adalah dimana meilosit/sumsum merah; sel darah
merah, keping darah sebagian besar sel darah putih (yang dalam keadaan normal
berkembang menjadi granulosit; sel darah putih cth. notropil; fogositosis dengan usia 3
hari, basofil, eosinofil; pada sel hidung) berubah menjadi ganas dan segera akan
mengganti sel-sel normal di dalam sumsum tulang (Medicastore, 2013).
Leukemia mieloblastik akut (LMA) adalah akumulasi mieloid yang sangat cepat
(mieloblas). (Widiarti D., 2012)

Cara klasifikasi morfologik menurut FAB (France-America- British) seperti berikut ini :
1. M – 0 leukemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal.
2. M – 1 leukemia mielositik akut tanpa maturasi.
3. M – 2 leukemia mielositik akut dengan maturasi.
4. M – 3 leukemia promielositik hipergranuler.
5. M – 4 leukemia mielomonositik akut
6. M – 5 leukemia monositik akut.
7. M – 6 leukemia eritroblastik (eritroleukemia).
8. M – 7 leukemia megakariositik akut.

Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blas) dengan akibat terjadi
akumulasi sel blas di sumsum tulang. Akumulasi sel blas didalam sumsum tulang
menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya mengakibatkan
sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan
adanya sitopenia (anemia, lekopenia dan trombositopenia).
Leukemia ini bisa menyerang segala usia, tetapi paling sering terjadi pada dewasa. 
Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan
sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. 
Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya,
dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. 
Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa
menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.
B. Etiologi

Etiologi dari LMA tidak diketahui, meskipun demikian ada beberapa faktor yang
diketahui dapat menyebabkan LMA :
1. Bahan kimia dan obat-obatan tertentu (K
Paparan benzena
Efek toksik yang paling berarti pada paparan benzena adalah kerusakan
sumsum tulang yang terjadi secara laten dan sering ireversibel, mungkin disebabkan
oleh metabolit benzena epoksida. Sebagai akibatnya menimbulkan kerusakan
genetik dari DNA pada perkembangan tunas- tunas sel dalam tulang rawan,
meningkatkan pertumbuhan myeloblast (prekursor sel-sel darah putih) dan penurunan

jumlah hitung sel darah merah dan platelet. Paparan benzena dalam waktu lama dapat
menyebabkan kanker pada organ pembuat darah. Kondisi ini disebut leukemia.
Paparan terhadap benzena juga berhubungan dengan berkembangnya leukemia jenis
AML.rapi alkylaekerja
2. Radiasi ionik (sinar α, β, X)
3. Sindroma down.

C. Patifisiologi
1. Pucat, eritropoeisis terdesak oleh proliferasi dari sel mieloblas
2. Perdarahan, trombositopenia
3. Kadang peningkatan sel blas yg bersirkulasi/penyumbatan pd pembuluh darah yg kecil
atau perdarahan & infark pd rangkaian pembuluh darah kecil cerebral & pulmoner
dengan gejala stroke, oklusi vena retina, & infark paru
4. Hipertrofi gusi, infiltrasi sel leukemia pada jaringan lunak, pembengkakan gusi,
karena terjadi infeksi akibat penurunan jumlah & fungsi granulosit yg normal
5. Lympadenopathy, infiltrasi sel blas ke dalam kelenjar limfe.

D. Manifestasi Klinik

Adanya sitopenia akibat infiltrasi sel leukemia akan menyebabkan kelelahan, pucat,

sesak karena anemia, perdarahan karena trombositopenia, infeksi atau panas karena

neutropenia. Menginfiltrasi organ, sehingga menyebabkan hepatomegali, splenomegali,

limfadenopati dan beberapa kasus menyerang kulit menjadi leukemia kulit.

E. Komplikasi
1. Infeksi
2. Malfungsi organ akibat gangguan hemorargi

F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Laboratorium
Hitung darah menunjukan trombositopenia dan notropenia.

2. Pencitraan
CT scan menunjukan organ yang terkena analisis cairan cerebrospinalis menunjukan
invasi sel darah putih (SDP) yang abnormal pada sistim saraf pusat.

3. Prosedur diagnostik
Aspirasi sumsum tulang menunjukan proliferasi SDP yang abnormal pada sistim saraf
pusat.

G. Penatalaksanaan

Pengobatan Umum :
1. Tranfusi trombosit untuk mencegah perdarahan
2. Tranfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia
3. Transplantasi tulang belakang pada beberapa pasien
4. Terapi radiasi khusus untuk infiltrasi ke orak dan testis
5. Kemoterapi dan terapi radiasi bergantung pada diagnosa
6. Diit yang seimbang
7. Periode istirahat yang sering.
Untul LMA :
Kombinasi daunorubisin dan sitarani IV (jika kombinasi ini gagal menstimulasi
peredaran penyakit, pengobatan menggunakan beberapa atau semua obat berikut ini :
kombinasi siklofosfamid. Vinkristin, prednison atau metotreksat; sitarabin tunggal dosis
tinggi atau dengan obat lain ; amsakarin, otoposida dan 5-azasitidin dan mitoksantron).

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit : demam tinggi yang tiba-tiba, perdarahan yang abnormal
b. Keletihan dan berkeringat malam
c. Kaji adanya tanda-tanda anemia, pucat, kelemahan, sesak, napas cepat
d. Kaji adanya tand-tanda trombositopenia, pthecie, purpura, perdarahan membran
mukosa, kaji adanya tand-tanda invasi ekstra medulla limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi
b. Devisit volume cairan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Kerusakan integritas kulit
3. Pertimbangan keperawatan
a. Kriteria hasil
Pasien akan :
1) Tidak mengalami penurunan BB lebih lanjut
2) Menunjukan membran mukosa yang utuh
3) Tidak menggigil, demam
4) Mengungkapkan perasaan nyaman
b. Intervensi
1) Anjurkan untuk berbicara dan berikan rasa nyaman
2) Berikan hidrasi yang adekuat
3) Berikan obat yang diprogram
4) Kendalikan ulserasi mulut
c. Pemantauan
1) Komplikasi akibat terapi
2) Status hidrasi dan nitrisi
3) Tanda vital
4) Manifestasi perdarahan
5) Perencanaan pulang
Rujuk pasien mendapat sumber daya dan pendukung yang tersedia

I. Penyimpangan KDM

Etiologi
LMA tidak diketahui

Leukemia

Melanosit menjadi ganas

mengganti sel-sel normal


(sumsum tulang)

infiltrasi sel blas ke Proliferasi sel mioblas Trombositopenia


kelenjar limfe
Penekanan aktifitas Perdarahan
Lympadenopathy sumsum tulang
Resiko kekurangan
Infiltrasi ke jaringan lunak Sel darah putih volume cairan
(terutama granulosit)
gusi
(pembengkakan, Resiko infeksi Imunitas
perdarahan)
Hipertermi Infasi kuman ke saluran
Ketidakseimbangan pernapasan
nutrisi lebih dari
Rangsangan batuk
kebutuhan tubuh
Bersihan Jalan Nafas tidak
efektif
Asuhan Keperawatan

1. Bersihan nafas tidak efektif

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif NOC:


berhubungan dengan:  Respiratory status : Ventilation  Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
- Infeksi  Respiratory status : Airway  Berikan O2 ……l/mnt, metode………
patency  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
DS:  Aspiration Control  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Dispneu Setelah dilakukan tindakan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
DO: keperawatan selama …………..pasien  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Penurunan suara nafas menunjukkan keefektifan jalan nafas  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Orthopneu dibuktikan dengan kriteria hasil :  Berikan bronkodilator :
- Cyanosis  Mendemonstrasikan batuk efektif - ………………………
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) dan suara nafas yang bersih, tidak - ……………………….
- Kesulitan berbicara ada sianosis dan dyspneu - ………………………
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada (mampu mengeluarkan sputum,  Monitor status hemodinamik
- Produksi sputum bernafas dengan mudah, tidak
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Gelisah ada pursed lips)
 Berikan antibiotik :
- Perubahan frekuensi dan irama nafas  Menunjukkan jalan nafas yang
…………………….
paten (klien tidak merasa tercekik,
…………………….
irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
suara nafas abnormal)  Monitor respirasi dan status O2
 Mampu mengidentifikasikan dan  Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan
mencegah faktor yang penyebab. sekret
 Saturasi O2 dalam batas normal  Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
 Foto thorak dalam batas normal peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
2. Hipertermi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi
- penyakit/ trauma  Monitor suhu sesering mungkin
- peningkatan metabolisme Setelah dilakukan tindakan  Monitor warna dan suhu kulit
- aktivitas yang berlebih keperawatan selama………..pasien  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- dehidrasi menunjukkan :  Monitor penurunan tingkat kesadaran
Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor WBC, Hb, dan Hct
DO/DS:  Monitor intake dan output
dengan kreiteria hasil:
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang  Berikan anti piretik:
normal  Suhu 36 – 37C  Kelola Antibiotik:………………………..
 Nadi dan RR dalam rentang  Selimuti pasien
 serangan atau konvulsi (kejang)
normal  Berikan cairan intravena
 kulit kemerahan
 Tidak ada perubahan warna  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 pertambahan RR  Tingkatkan sirkulasi udara
 takikardi kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Kulit teraba panas/ hangat  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)

3. Kerusakan integritas kulit

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas kulit berhubungan NOC : NIC : Pressure Management


dengan : Tissue Integrity : Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Eksternal : Membranes longgar
- Hipertermia atau hipotermia Wound Healing : primer dan sekunder  Hindari kerutan pada tempat tidur
- Substansi kimia Setelah dilakukan tindakan  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Kelembaban keperawatan selama….. kerusakan  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
- Faktor mekanik (misalnya : alat yang integritas kulit pasien teratasi dengan sekali
dapat menimbulkan luka, tekanan, kriteria hasil:  Monitor kulit akan adanya kemerahan
restraint)  Integritas kulit yang baik bisa  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
- Immobilitas fisik dipertahankan (sensasi, tertekan
- Radiasi elastisitas, temperatur, hidrasi,  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Usia yang ekstrim pigmentasi)  Monitor status nutrisi pasien
- Kelembaban kulit  Tidak ada luka/lesi pada kulit  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
- Obat-obatan  Perfusi jaringan baik  Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
Internal :  Menunjukkan pemahaman  Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
- Perubahan status metabolik dalam proses perbaikan kulit karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
- Tonjolan tulang dan mencegah terjadinya tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
- Defisit imunologi sedera berulang  Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
- Berhubungan dengan dengan  Mampu melindungi kulit dan  Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
perkembangan mempertahankan kelembaban  Cegah kontaminasi feses dan urin
- Perubahan sensasi kulit dan perawatan alami  Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
- Perubahan status nutrisi (obesitas,  Menunjukkan terjadinya proses  Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
kekurusan) penyembuhan luka
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan turgor (elastisitas kulit)
DO:
- Gangguan pada bagian tubuh
- Kerusakan lapisa kulit (dermis)
- Gangguan permukaan kulit
(epidermis)

4. Resiko defisit volume cairan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


 Fluid balance
Berhubungan dengan:  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Hydration
- Kehilangan volume cairan secara  Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
 Nutritional Status : Food and
aktif nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
Fluid Intake
- Kegagalan mekanisme pengaturan diperlukan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama….. defisit volume  Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
DS : (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
cairan teratasi dengan kriteria hasil:
- Haus  Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
 Mempertahankan urine output
DO:  Kolaborasi pemberian cairan IV
sesuai dengan usia dan BB, BJ
- Penurunan turgor kulit/lidah
urine normal,  Monitor status nutrisi
- Membran mukosa/kulit kering
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh  Berikan cairan oral
- Peningkatan denyut nadi, penurunan
dalam batas normal  Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
tekanan darah, penurunan
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi, 100cc/jam)
volume/tekanan nadi
Elastisitas turgor kulit baik,  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Pengisian vena menurun
membran mukosa lembab, tidak  Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
- Perubahan status mental
ada rasa haus yang berlebihan meburuk
- Konsentrasi urine meningkat
 Orientasi terhadap waktu dan  Atur kemungkinan tranfusi
- Temperatur tubuh meningkat
tempat baik  Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan berat badan secara tiba-
 Jumlah dan irama pernapasan
tiba  Pasang kateter jika perlu
dalam batas normal
- Penurunan urine output  Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
- HMT meningkat
normal
- Kelemahan
 pH urin dalam batas normal
 Intake oral dan intravena adekuat

5. Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Kerusakan jaringan dan peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
paparan lingkungan keperawatan selama…… pasien tidak  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi mengalami infeksi dengan kriteria  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
- Peningkatan paparan lingkungan hasil: petunjuk umum
patogen  Klien bebas dari tanda dan gejala  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Imonusupresi infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan sekunder  Menunjukkan kemampuan untuk
 Tingkatkan intake nutrisi
(penurunan Hb, Leukopenia, mencegah timbulnya infeksi
 Berikan terapi antibiotik:.................................
penekanan respon inflamasi)  Jumlah leukosit dalam batas
- Penyakit kronik normal  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Imunosupresi  Menunjukkan perilaku hidup  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi sehat  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
- Pertahan primer tidak adekuat  Status imun, gastrointestinal, kemerahan, panas, drainase
(kerusakan kulit, trauma jaringan, genitourinaria dalam batas  Monitor adanya luka
gangguan peristaltik) normal  Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

6. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC:  Kaji adanya alergi makanan


kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Adequacy of  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan : nutrient dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk memasukkan b. Nutritional Status : food and Fluid  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor Intake mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau ekonomi. c. Weight Control  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
DS: Setelah dilakukan tindakan harian.
- Nyeri abdomen keperawatan selama….nutrisi kurang  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Muntah teratasi dengan indikator:  Monitor lingkungan selama makan
- Kejang perut  Albumin serum  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan  Pre albumin serum makan
DO:  Hematokrit  Monitor turgor kulit
- Diare  Hemoglobin  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
- Rontok rambut yang berlebih  Total iron binding capacity kadar Ht
- Kurang nafsu makan  Jumlah limfosit  Monitor mual dan muntah
- Bising usus berlebih  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
- Konjungtiva pucat konjungtiva
- Denyut nadi lemah  Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
7. Intoleran aktifitas
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs
 Toleransi aktivitas  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
 Tirah Baring atau imobilisasi
 Konservasi eneergi aktivitas
 Kelemahan menyeluruh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Ketidakseimbangan antara suplei  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
oksigen dengan kebutuhan selama …. Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas dengan Kriteria Hasil :  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
Gaya hidup yang dipertahankan. secara berlebihan
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
DS: tanpa disertai peningkatan tekanan  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
 Melaporkan secara verbal adanya darah, nadi dan RR (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
kelelahan atau kelemahan.  Mampu melakukan aktivitas sehari perubahan hemodinamik)
 Adanya dyspneu atau hari (ADLs) secara mandiri  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
ketidaknyamanan saat beraktivitas.  Keseimbangan aktivitas dan  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
DO : istirahat dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
 Respon abnormal dari tekanan mampu dilakukan
darah atau nadi terhadap aktifitas  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
 Perubahan ECG : aritmia, iskemia sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

DAFTAR PUSTAKA
Guyton & hall, Buku Ajar Fisiologi Keperawatan, Edisi 11, Jakarta-Indonesia, EGC.

Iswandi F., (2013), Leukemia akut, diakses tanggal 17 April 2015, webside:
<eprints.undip.ac.id/43856/3/BAB_2_KTI_Faisal_iswandi.pdf>

Susu Kolostrum Fortico Smart Naco IgGPlus , (2015), Leukemia Mieloid Akut, diakses
tanggal 17 April 2015, webside: http://www.susukolostrum.com/data-
penyakit/penyakit-darah/leukemia-mieloid-akut.html

Medicastore , (2013), Leukemia meiliod akut, diakses tanggal 17 April 2015, webside:
<www.medicastore.com>

Wilkinson & Ahern, (2014). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9; Diagnosis Nanda,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi Revisi, Jakarta-Indonesia, EGC.

Williams L & Wilkins, (2012), Kapita selekta penyakit dengan implikasi keperawatan, edisi
2, Jakarta-Indonesia, EGC.

Anda mungkin juga menyukai