INDIKATOR
(1) Mampu mengidentifikasi pokok-pokok pikiran dalam paragraf
(2) Mampu mengidentifikasi teknik/pola pengembangan paragraf
(3) Mampu menulis pokok pikiran untuk dikembangkan menjadi paragraf
(4) Mampu mengembangkan pokok pikiran menjadi paragraf dengan teknik/pola
pengembangan tertentu
(5) Mampu mengembangkan paragraf dengan mempertimbangkan aspek kohesi
dan koherensi
SKENARIO
Pertemuan Pertama
(1) Kegiatan Awal
(a) Dosen dan mahasiswa bertanya jawab tentang pembelajaran
sebelumnya
(b) Dosen menghubungkan kegiatan tersebut dengan perkuliahan hari itu
(c) Dosen menjelaskan kegiatan perkuliahan pada hari tersebut
(2) Kegiatan Inti
(a) Dosen memberi bahan bacaan kepada mahasiswa
(b) Mahasiswa mengidentifikasi kalimat utama dan kalimat penjelas dalam
bacaan yang dibaca
(c) Mahasiswa mengidentifikasi ciri penanda pola pengembangan paragraf
yang ditemukan dari contoh paragraf yang disajikan dosen
(d) Mahasiswa menyimpulkan jenis paragraf berdasarkan letak ide pokok
(e) Mahasiswa menyimpulkan jenis paragraf berdasarkan teknik/pola
pengembangan paragraf
(f) Mahasiswa mampu menunjukkan piranti kohesi dan koherensi paragraf
(g) Mahasiswa dan dosen mendiskusikan hasil pekerjaan mahasiswa
(h) Dosen memberi penguatan tentang materi yang dipelajari mahasiswa
(3) Kegiatan Akhir
(a) Dosen dan mahasiswa melakukan refleksi pembelajaran hari itu
(b) Dosen menugasi mahasiswa untuk membawa bahan bacaan
berdasarkan topik yang ditemtukan (topik sesuai dengan bidang
keilmuan mahasiswa)
Pertemuan Kedua
(1) Kegiatan Awal
(a) Dosen mengecek tugas mahasiswa yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya
(b) Dosen menjelaskan kegiatan perkuliahan pada hari tersebut
(2) Kegiatan Inti
(a) Mahasiswa menentukan satu subtopik untuk dikembangkan menjadi
sebuah karangan
(b) Mahasiswa menulis tiga kalimat utama berdasarkan subtopik yang
ditentukan
(c) Mahasiswa mengembangkan kalimat utama menjadi paragraf dengan
menggunakan teknik/pola pengembangan paragraf yang berbeda dan
memperhatikan kohesi dan koherensi paragraf yang disusunnya
(d) Mahasiswa menukar hasil pekerjaannya dengan teman
(e) Mahasiswa menyunting karangan yang disusun teman dari aspek ejaan,
tanda baca, keefektifan kalimat, ketepatan pengembangan paragraf, dan
kohesi dan koherensi paragraf
(3) Kegiatan Akhir
(a) Dosen dan mahasiswa melakukan refleksi pembelajaran hari itu
(b) Dosen menugasi mahasiswa untuk merevisi karangan yang disusun
berdasarkan suntingan teman dan mengumpulkannya pada pertemuan
berikutnya
BAHAN BACAAN
(1) Alek dan Achmad H.P.. 2010. Bahasa Indonesia untuk Peruruan Tinggi.
Jakarta: Prenada Media Group.
(2) Rahardi, Kunjana. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Erlangga.
(3) Tim Penyusun. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
(4) Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3. Jakarta:
Balai Pustaka.
(5) Tim Penyusun. 2012. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.
Yogyakarta: Diva Press.
(6) Wibowo, Ridha Mashudi. 2011. Cermat Menulis dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: A. Com Press
(7) Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Penerbit Nusa Indah. Ende
(8) Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
(9) Suyitno, Imam. 2012. Menulis Makalah dan Artikel. Refika Aditama.
Bandung
(10) Tarigan, Henri Guntur. 1982. Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
MEDIA/BAHAN PEMBELAJARAN
(1) Contoh jenis-jenis pola pengembangan paragraf
(2) Skemata mahasiswa
MATERI AJAR
PENGANTAR
Paragraf, dalam pengertian sederhana, adalah suatu satuan pikiran
(berupa ide atau gagasan) yang dibangun dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat
itu terdiri atas kalimat topik dan kalimat-kalimat penjelas. Paragraf merupakan
suatu kesatuan ide yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Kalimat-kalimat
tersebut bertalian dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu gagasan.
Wujud fisiknya, paragraf ditandai oleh identasi pada kalimat pertama yang
menjorok ke dalam.
Suyitno (2012:131) menyatakan bahwa jika dilihat dari wujudnya, paragraf
umumnya terdiri atas sejumlah kalimat, atau dengan kata lain merupakan
kumpulan sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat tersebut saling kait-mengait
sehingga membentuk suatu kesatuan. Dilihat dari isinya paragraf merupakan
satuan informasi yang memiliki ide pokok sebagai pengendalinya. Dari kedua
sudut pandang ini, dapat dijelaskan bahwa paragraf adalah suatu karangan atau
tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi
dengan ide pokok sebagai pengendalinya.
Paragraf dikembangkan berdasarkan satu pikiran utama dengan
beberapa pikiran penjelas. Dalam mengembangkan pokok pikiran itu, penulis
dapat melakukannya dengan mengikuti pola pikir tertentu, misalnya dari umum
ke khusus atau sebaliknya. Pokok-pokok pikiran dapat ditemukan di kalimat
utama pada masing-masing paragraf. Adapun kalimat utama tersebut terletak di
awal atau akhir paragraf, bergantung pada pola pengembangan paragraf yang
digunakan oleh penulis. Namun, ada pula paragraf yang kalimat utamanya
terletak di awal dan akhir paragraf.
Untuk memperjelas pemahaman, kita dapat menganalisis contoh teks
berikut. Pokok-pokok pikiran teks pada teks tersebut adalah sebagai berikut.
Hujan yang melanda Jakarta dan
Kalimat utama
sekitarnya dalam tiga hari terakhir ini
membuat warga panik. Banjir terjadi di
mana-mana. Di perumahan, di pusat-pusat
perekonomian dan di daerah pemerintahan.
Air mengepung dari segala penjuru. Tidak
lumpuh benar, tapi sebagian aktivitas
terhambat. Tak usahlah diceritakan lagi
Kalimat ribuan orang yang menderita akibat rumah-
penjelas nya terendam air.
FUNGSI PARAGRAF
Menurut Tarigan (1982:99), fungsi utama sebuah paragraf adalah (1)
sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan
karangan, (2) alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pemikiran
penulis, (3) penanda bahwa pikiran baru dimulai, (4) alat bagi pengarang untuk
mengembangkan pikiran secara sistematis, dan (5) dalam rangka keseluruhan
karangan paragraf dapat berguna bagi, pengantar, transisi, dan penutup.
SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
Menurut Suyitno (2012:136), paragraf yang baik harus disajikan dan
diorganisasikan dengan memenuhi persyaratan. Persyaratan sebuah paragraf
yang baik ialah kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
(1) Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan (kohesi) paragraf ialah bahwa semua
kalimat yang membangun paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu
hal atau tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa paragraf itu
hanya memuat satu hal saja. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja
mengandung beberapa hal atau berupa rincian, dengan catatn semua rincian itu
harus bersama-sama menunjang sebuah maksud atau tema. Jadi, paragraf
dikatakan memiliki kesatuan bila kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas
dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya. Dalam sebuah paragraf,
semua kalimat harus memiliki hubungan yang saling mendukung. Tidak boleh
terdapat kalimat sumbang atau kalimat yang yang tidak ada hubungannya
dengan maksud pembicaraan.
(2) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan (koherensi) ialah kekompakan
hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk
paragraf itu. Kepaduan yang baik terjadi apabila hubungan timbal balik antara
kalimat-kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami.
Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa mengalami
hambatan, karena urutan pikiran teratur baik tidak ada loncatan-loncatan pikiran
yang membingungkan.
Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan
beberapa hal, di antaranya ialah pengulangan kata kunci, penggunaan kata
ganti, penggunaan transisi, dan pararelisme.
Berikut ini disajikan contoh kepaduan dan kelengkapan sebuah paragraf.
(1) Persoalan kolaborasi sangat ditentukan oleh faktor
manusia. (2) Manusia dalam budaya. (3) Manusia berikut
seperangkat nilai yang dimilikinya yang menentukan sikap dan
perilaku dalam berkehidupan keseharian maupun berkesenian. (4)
Oleh sebab itu, dalam kolaborasi setiap partisipan seyogyanya
memahami dulu sifat kemanusiaan partnernya. (5) Mereka
semestinya saling membuka dan bersedia untuk saling
memahami (lewat saling belajar dan memberi) serta menghormati
partner kerjanya; sekali lagi sebagai manusia maupun sebagai
insan budaya
Kohesi Koherensi
(3) Kelengkapan
Yang dimaksud dengan kelengkapan paragraf ialah paragraf yang berisi
kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kalimat topik.
JENIS-JENIS PARAGRAF
Paragraf dapat dibedakan berdasarkan beberapa sudut pandang, yaitu
dari segi penyajian, pola pengembangan, dan letak ide pokok.
(1) Paragraf Berdasarkan Penyajian
Berdasarkan penyajian, paragraf dibedakan menjadi paragraf narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
a) Narasi
Menurut Keraf (2004:136), narasi merupakan suatu bentuk wacana
yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan
dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu
kesatuan waktu. Pengertian yang lain dari narasi adalah suatu betuk
wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Dalam
perkembangannya terdapat dua ragam karangan narasi, yaitu sebagai
berikut.
Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran pembaca
untuk mengetahui apa yang terjadi. Sasaran utama narasi
ekspositoris adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para
pembaca sesudah membaca tulisan. Narasi menyampaikan
informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa.
Narasi Sugestif
Seperti halnya narasi eksposistoeris, narasi sugestif juga berkaitan
dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu
peristiwa. Seluruh rangkaian peristiwa itu berlangsung dalam satu
kesatuan waktu. Tetapi tujuan utama narasi sugestif bukan
memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi
makna atas peristiwa sebagai suatu pengalaman.
Perbedaan narasi ekpositoris dan narasi sugestif dapat dicermati
pada tabel berikut ini.
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
Menyampaikan suatu makna atau suatu
Memperluas pengetahuan
amanat yang tersirat
Menyampaikan informasi mengenai
Menimbulkan daya khayal
suatu kejadian
Penalaran hanya berfungsi sebagai alat
Didasarkan pada penalaran untuk
untuk menyampaikan makna, sehingga
mencapai kesepakatan rasional
kalau perlu penalaran dapat dilanggar
Bahasa lebih condong ke bahasa Bahasa lebih condong pada penggunaan
informatifdengan titik berat pada bahasa figuratif engan menitik beratkan
penggunaan kata-kata denotatif penggunaan kata-kata konotatif
b) Deskripsi
Menurut Tarigan (1982:52), tulisan deskriptif adalah tulisan yang
berusaha untuk melukiskan atau memerikan. Memerikan sesuatu berarti
melukiskannya seperti adanya tanpa menambahkan atau mengurangi
keadaan yang sebenarnya. Secara lebih lanjut, tulisan deskripstif adalah
sebuah tulisan yang mengajak pembaca untuk bersama-sama
menikmati, merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya beberapa
objek (sasaran, maksud), adegan, kegiatan, orang, atau suasana hati
seorang penulis. Dengan tulisan deskriptif, seorang penulis terutama
sekali berusaha untuk menjelaskan, menerangkan, dan menarik minat
serta perhatian pembaca.
Ditinjau dari segi bentuknya tulisan pemerian (deskriptif) dapat
dibagi menjadi dua berikut ini.
Pemerian Faktual (Factual Description)
Pemerian faktual (atau pemerian yang berdasarkan fakta-fakta yang
sesungguhnya) beranggapan bahwa substansi-substansi material
atau hakikat-hakikat kebendaan ada dalam keberadaan yang bebas
dari yang melihatnya. Selanjutanya, pemerian faktual beranggapan
bahwa orang, tempat, binatang, bangunan, barang, dan
pemandangan dapat dilukiskan atau diperiksa secara tepat dan
objektif seperti keadaannya yang sebenarnya, tanpa menghiraukan
persepsi-persepsi, asosiai-asosiasi, serta kesan-kesan pribadi dalam
hati seorang penulis tertentu. Secara tegasnya, pemerian faktual
harus menyatakan (1) inilah adanya, dan (2) tidak ditambahi dan
dikurangi.
Pemerian Pribadi (Personal Description)
Pemerian pribadi lebih menitikberatkan pada respon penuis terhadap
objek, suasana, situasi, dan pribadi. Pada pemerian ini, penulis
berusaha membagikan pengalamannya kepada pembaca agar dapat
dinikmati bersama-sama, dengan harapan dapat menciptakannya
kembali dan menimbulkan respon yang sama.
Pemerian pribadi beranggapan bahwa substansi-substansi material
tidak mempunyai realitas sebenarnya karena masing-masing diubah
oleh pikiran dan perasaan orang lain. Oleh karena itu, setiap orang
berhak untuk memberi nama atau memasukkan ke dalam reaksi-
reaksi, responsi-responsi, kesan-kesan, dan perasaan-perasaan
setiap orang tentang sesuatu yang dilihat, didengar, dicium, dirasa,
atau dinikmati.
Perbedaan antara pemerian faktual dan pemerian personal adalah
sebagai berikut.
Pemerian Faktual Pemerian Personal
Tujuan Menyajikan informasi Menyajikan kesan
Pendekatan Obyektif, tidak memihak Subyektif, interpretatif
Daya tarik Pada pengertian Pada perasaan
Nada Seadanya, tidak berbelit Emosional
Cakupan Lengkap; pasti Selektif
Bahasa Sederhana; jelas Kaya; sugestif
Penggunaan Tulisan dalam ilmu pengetahuan, Nove, cerita pendek,
dan industri, pemerintahan, profesi- drama/sandiwara, puisi, cerita-
pemakaian profesi, bisnis, perusahaan cerita pribadi, beberapa esei
c) Eksposisi
Menurut Tarigan (1982:65), tulisan eksposisi adalah tulisan yang
bertujuan utama untuk menjelaskan (to explain) sesuatu kepada
pembaca. Tulisan jenis ini bisa juga disebut dengan tulisan
penyingkapan (expository writing). Tulisan eksposisi mempergunakan
berbagai cara untuk mencapai tujuan itu, misalnya dengan
menggunakan pengklasifikasian, pembatasan, penganalisisan,
penjelasan, penafsiran, dan penilaian.
Dalam proses penulisan eksposisi, penulis dapat memusatkan
perhatian pada salah satu kutub yang ekstrem; yang paling objektif atau
subjektif. Selain hal-hal tersebut, perlu dipahami pula bahwa tulisan
eksposisi berbeda dengan bentuk-bentuk retorik lainya dalam hal upaya
memancing atau meraih responsi yang distingtif. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
d) Argumentasi
Keraf (2004:3) berpendapat bahwa argumentasi adalah salah satu
bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat
orang lain agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan
apa yang diinginkan penulis. Melalui argumentasi, penulis berusaha
merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga ia mampu
menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar
atau tidak.
Argumentasi merupakan hal dasar yang paling fundamental dalam
ilmu pengetahuan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak
lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan
kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat
mengenai suatu hal.
Menurut Keraf (2004:100-113), untuk membuktikan suatu
kebenaran, argumentasi mempergunakan prinsip-prinsip logika. Logika
sendiri merupakan suatu cabang ilmu yang berusaha menurunkan
kesimpulan-kesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang valid. Karena
hubungan yang sangat erat antara logika dan argumentasi, seringkali
bentuk-bentuk dan istilah-istilah dipergunakan begitu saja dalam sebuah
argumen.
Dengan mempergunakan prinsip-prinsip logika sebagai alat bantu
utama, tulisan argumentatif yang ingin mengubah sikap dan pendapat
orang lain bertolak dari dasar-dasar tertentu menuju sasaran yang hendak
dicapainya. Seperti tulisan-tulisan lainnya, sebelum pengarang
mengemukakan argumen, ia harus mengumpulkan bahan-bahan yang
diperlukan secukupnya. Bila bahan sudah terkumpul, penulis harus juga
siap dengan metode terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk
atau suatu rangkaian yang logis dan meyakinkan.
Tulisan argumentasi, sebagaimana komposisi tulisan yang lain,
biasanya terdiri atas pendahuluan, pembuktian (tubuh argumentasi), dan
kesimpulan atau ringkasan.
e) Persuasi
Tarigan (1982:113) berpendapat bahwa tulisan persuasi adalah
tulisan yang berusaha merebut perhatian pembaca, yang dapat menarik
minat, dan yang dapat meyakinkan mereka bahwa pengalaman membaca
merupakan suatu hal yang penting. Ciri-ciri tulisan persuasif antara lain
sebagai berikut.
Jelas dan tertib. Maksud dan tujuan penulis dinyatakan secara terbuka
atau dikemukakan dengan jelas.
Hidup dan bersemangat.
Beralasan kuat. Tulisan yang beralasan kuat berdasar pada fakta-
fakta dan penalaran-penalaran.
Bersifat dramatik.
Harus mampu memanfaatkan ungkapan-ungkapan yang hidup dan
kontras-kontras yang mencolok
Selajutnya, Keraf (2004:137) menyatakan bahwa persuasi adalah
seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan
sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu itu atau waktu yang
akan datang. Karena tujuan terakhir adalah agar pembaca melakukan
sesuatu, persuasi dapat dimasukkan pula pada cara-cara untuk
mengambil keputusan. Mereka yang menerima pesuasi harus mendapat
keyakinan bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang
benar dan bijaksana dan dilakukannya tanpa paksaan.
Dalam bukunya Rhetorica, Aristoteles mengajukan tiga syarat yang
harus dipenuhi untuk mengadakan persuasi. Pertama, watak dan
kredibilitas pembicara/pembaca. Kedua, kemampuan pembicara
mengendalikan emosi. Ketiga, bukti-bukti atau fakta-fakta yang diperlukan
untuk membuktikan suatu kebenaran.
LATIHAN
(1) Cari dan kutiplah contoh paragraf narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi dari buku, jurnal, atau internet!
(2) Kaji paragraf tersebut dengan mencari kalimat utama dan
kalimat pengubung!
(3) Tentukan jenis masing-masing paragraf tersebut berdasarkan
pola/teknik pengembangannya!
(4) Tulis ulang paragraf tersebut dengan gaya penulisan Anda!
EVALUASI
(1) Ketepatan dalam mengidentifikasi kalimat utama dan kalimat penjelas dalam
paragraf
(2) Ketepatan dalam mengidentifikasi pola/teknik pengembangan paragraf
(3) Ketepatan dalam mengembangkan paragraf