PENDAHULUAN
1
dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan
hidup.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12
tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena
penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit
menular semakin menurun.
2
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas,
dilakukan melalui peningkatan kesehatan (Promotif), dan pencegahan penyakit
(preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention) tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitative.
1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
di bidang kesehatan sebagai bahan informasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai askep agrerat Pria dan
Wanita
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra
2013). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang dan pada
umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013). Menurut Bustan (2007),
dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan bahwa yang
tergolong kedalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung,
atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke), diabetes mellitus
serta kanker.
Menurut data WHO, PTM merupakan penyebab kematian utama di dunia di
bandingkan penyebab lainnya. Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di Negara –
Negara berpenghasilan bawah - menengah (WHO, 2010).
Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia diprediksi akan mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sifatnya yang kronis dan menyerang
usia produktif, menyebabkan permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan
saja, akan tetapi mempengaruhi ketahanan ekonomi Nasional jika tidak dikendalikan
secara tepat, benar dan kontinyu. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007),
terdapat 50.1% responden laki-laki yang terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan
prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi, terutama pada laki-laki mulai dari
anak, remaja dan dewasa. Data dari Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi
perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%).
Selain dari merokok, hal lain yang memicu tingginya hipertensi disebabkan oleh
kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan lemaknya >30%, aktivitas fisik yang
sangat kurang dan mengalami stress. Sedangkan, prevalensi asma dan kanker di
Indonesia cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa penyakit tidak menular
(PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Data
PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK); (3) kanker; (4) DM; (5) hipertiroid; (6) hipertensi; (7) jantung koroner; (8)
gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit
sendi / rematik.
Selain penyakit kanker, penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan
kematian tertinggi di dunia adalah penyakit kardiovaskuler. Tingginya angka
mortalitas tersebut disebabkan oleh faktor risiko utama, yaitu peningkatan tekanan
darah. Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan risiko terkena stroke
5
dan penyakit jantung koroner (WHO, 2011). Tekanan darah tinggi atau hipertensi
merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang > 140/90 mmHg (Essop &
Naidoo, 2009). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu:
hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer / esensial merupakan hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya dan telah mendominasi 95% kasus-kasus
hipertensi. Sementara itu, hipertensi sekunder (5%) adalah hipertensi yang disebabkan
oleh penyakit lain, seperti penyakit parenkim ginjal, penyakit renovaskuler, endokrin,
sindrom Cushing, dan hipertensi gestasional (Gray, 2002).
Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control 2011, PTM
meningkatkan 36 juta kematian di dunia antara lain: penyakit jantung dan pembuluh
darah (kardiovaskular) 48%(17,3 juta), kanker 21%(7,5 juta), penyakit saluran
pernapasan kronis 12% (4,3 juta),dan penyakit diabetes melitus 3% (1 juta). Hampir
80% kematian akibat PTM terjadi di negara - negara berpenghasilan rendah dan
sedang sekitar 17 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular (penyakit jantung,
stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer), 3 juta diantaranya terjadi pada usia
dibawah 60 tahun. WHO pada tahun 2006-2008 diperkirakan sebanyak 5,4 juta orang
di dunia meninggal akibat rokok. Ada kecenderungan prevalensi perokok ini selalu
meningkat dari waktu ke waktu. Global Adult Tembacco Survey (GATS) tahun 2011
menemukan di Indonesia terdapat perokok laki -laki (67%), perokok perempuan
(2,7%).
2.3 Masalah Kesehatan Pada Pria
Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi
nasional hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas dan usia 35- 40 tahun di
Indonesia yakni sebesar 25,8% (Kemenkes, 2014).Prevalensi PPOK di negara-negara
Asia Tenggara diperkirakan 6,3% dengan prevalensi tertinggi terdapat di Vietnam
(6,7%) dan China (6,5%).Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok yang
banyak dipastikan memiliki prevalensi PPOK yang tinggi. Namun sangat disayangkan
data prevalensi PPOK tidak dimiliki oleh Indonesia, oleh sebab itu perlu dilakukan
kajian PPOK secara komprehensip agar pencegahan PPOK dapat dilakukan dengan
baik.
a Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling
tidak pada 3 kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut
Wijaya dan Putri (2013) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
6
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa
kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan suatu atau beberapa faktor
resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah
arteri yang persisten (Nurarif dan Kusuma, 2013).
b PPOK
Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD), PPOK adalah penyakit dengan karakteristik keterbatasan saluran
napas yang tidak sepenuhnya reversible. Keterbatasan saluran napas tersebut
biasanya progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi dikarenakan
bahan yang merugikan atau gas. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan
penyakit sistemik yang mempunyai hubungan antara keterlibatan metabolik,
otot rangka dan molekuler genetik. Keterbatasan aktivitas merupakan keluhan
utama penderita PPOK yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan As Patner
Pengkajian Community As Partner
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat
ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan
dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki
komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan.
7
Model Pengkajian Community As Partner
Roda pengkajian komunitas terdiri:
8
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa laporan
tahunan ataurekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.
c) Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan
angkakematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh
dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
9
didapat, selain itukerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu
tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.
6 Transportasi Cara datang dan pergi , situasi jalan dan jenis , alat
transportasi
10 Orang di jalan Siapa yang dijumpai : ibu , bayi , anak, lansia, pemuda,
penjaja makanan/ barang, anak sekolah, pekerja, dll.
b) Sistem kesehatan
10
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km,
desatersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program
kerjayang dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersedian posbindu belum
ada.
c) Ekonomi
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan lainnya
yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
d) Keamanan dan transportasi
11
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih
acuh,mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
ataupunkurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit.
a. Jenis Data
jenis data secara umum dapat diperoleh dari
1. data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan.
2. data objektif: data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
b. Sumber Data
1. data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas
berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2. data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record.
(wahit, 2005)
12
c. Cara Pengumpulan Data
1. wawancara atatu anamnesa
2. pengamatan
3. pemeriksaan fisik
d. Pengolahan Data
1. klasifikasi data atau kategorisasi data
2. perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally
3. tabulasi data
e. Interpretasi Data Analisis Data
Tujuan analisis data :
1. menetapkan kebutuhan komuniti;
2. menetapkan kekuatan;
3. mengidentifikasi pola respon komuniti;
4. mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
f. Penentuan Masalah Atau Perumusan Masalah Kesehatan
g. Prioritas Masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan
berbagai faktor sebagai kriteria:
1. perhatian masyarakat;
2. prevalensi kejadian;
3. berat ringannya masalah;
4. kemungkinan masalah untuk diatasi;
5. tersedianya sumber daya masyarakat;
6. aspek politis.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada
saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. American Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
13
3. Perencanaan
a. tahapan pengembangan masyarakat
persiapan, penentuan prioritas daerah, pengorganisasian, pembentukan
pokjakes (kelompok kerja kesehatan)
b. tahap diklat
c. tahap kepemimpinan
koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.
4. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994., dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori
dari implementasi keperawatan, antara lain:
a. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan
tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi
untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik,
mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta
menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
b. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan
jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,
bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.
c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar
klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
14
Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven & Hirnle
(2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan
dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses
mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan
fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal
perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
2.5 Asuhan Keperawatan Pada Agrerat Pria di Komunitas
Kasus : Hasil pengkajian didaerah binaan diperoleh data sebanyak 43% warga pria
menderita hipertensi. Selain itu, sebanyak 30% penderita sedih dengan keadaanya,
20%takut akan kematian, 7%menyalahkan Tuhan atas cobaan yang berat. Beberapa
pria tersebut sering mengalami peningkatan emosional terhadap keadaan yang
dihadapi.
1) Pengkajian
Di Desa L
1)DATA INTI
Di Desa L, terdapat 43% pria usia dewasa menderita hipertensi
Umur : 36-45 tahun
Pekerjaan : Sebagian besar pria yang menderita hipertensi memilki
pekerjaan buruh, dan perkerja kantoran
15
Agama : Mayoritas Islam.
Data statistic : Berdasarkan informasi dari kader setempat
a 43% warga pria menderita hipertensi.
b 30% penderita sedih dengan keadaanya.
c 20%takut akan kematian.
d 7%menyalahkan Tuhan atas cobaan yang berat.
2)DATA SUBSISTEM
a Lingkungan Fisik
a) Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah
permanen, pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di
bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus
basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan
b) Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah yang
luas
c) Kebiasaan: Pria di desa L sering merokok dan ngopi setiap pagi dan sore
di cangkrungan desa.
d) Transportasi: biasanya kalau para pria di desa L menggunakan
transportasi sepeda motor
e) Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas
f) Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
g) Tempat ibadah: 1 masjid
b Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas.
c Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga
perbulan Rp. 500.000 – Rp. 4.000.0000
d Keamanan Dan Transportasi
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk di
pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat
sempit. Mayoritas warga menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk
pergi beraktivitas.
e Pemerintahan
16
Posyandu anggrek merupakan RT 15 dan RW 04 di Desa L. Kader yang
dimiliki sebanyak 5 orang.
f Politik
Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk mengajarkan
kepada pria yang sudah dewasa agar memperhatikan pola makan dan
makanannya dan kader menyarankan untuk mengurangi aktivitas merokok
dan ngopi.
g Komunikasi
Komunikasi oleh kader kepada warga perempuannya secara verbal dan non
verbal .Informasi dari RT/RW setempat dilakukan dengan menggunakan
pengeras suara melalui siaran di masjid.
h Pendidikan
17
Tingkat Pendidikan pria 10 orang lulusan SD , 20 orang SMP dan
selebihnya SMA/ SMK di Desa L.
i Rekreasi
Dari hasil wawancara, para pria disana sering mengadakan rekreasi setiap 1
bulan dua kali menurut mereka jalan jalan yang mereka buat itu supaya
mereka lebaih segar dan mengurangi rasa bosan.
2) Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. Pria di desa L sering Keterbatasan sumber Defisit kesehatan
merokok dan ngopi daya komunitas
setiap pagi dan sore di
cangkrungan desa.
pembangunan
gorong- gorong di
sungai sehingga air di
bendung dan tidak
mengalir lancer
selokan di depan
rumah warga banyak
yang tersumbat, jalan
di depan rumah kotor
banyak kardus basah
sisa sampah banjir
yang di buang
sembarangan
2. Dari pengkajian didaerah Kurang dukungan sosial Ketidakefektifan
binaan diperoleh data manajemen kesehatan
sebanyak 43% warga pria
menderita hipertensi.
Selain itu, sebanyak 30%
penderita sedih dengan
keadaanya, 20%takut
akan kematian,
7%menyalahkan Tuhan
18
atas cobaan yang berat.
Diagnosa keperawatan
19
INTERVENSI KEPERAWATAN
20
2 Ketidakefektifa setelah dilakukan setelah 1. Dukungan emosional
n manajemen tindakan dilakukan terhadap kondisi saat
kesehatan b.d keperawatan selama tindakan ini.
kurang 5 bulan dengan 5 keperawata 2. Dengarkan masalah
dukungan pertemuan masalah n selama 7 dan perasaan.
sosial dapat diatasi dengan bulan 3. Fasilitasipengungkap
kriteria hasil dengan 7 an perasaan antara
1. Manajemen pertemuan pasien dan keluarga
kesehatan masalah atau antar anggota
a Melakukan dapat keluarga.
tindakan diatasi 4. Fasilitasi
untuk pengambilan
mengurangi keputusan dalam
faktor resiko. perawatan jangka
b Menerapkan panjang jika perlu.
program
Informasikan fasilitas
perawatan.
kesehatan yang tersedia.
Aktivitas hidup
sehri-hari efektif
memenuhi tujuan
kesehatan.
21
Usia wanita yang didiagnosis kanker payudara di Indonesia di bawah 35
tahun, hal tersebut mengindikasikan di Indonesia usia menjadi salah satu karakteristik
yang menjadi pertimbangan penting untuk mendiagnosis seorang wanita memiliki
risiko terkena kanker payudara.
a Kanker Payudara
Carsinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif &
Kusuma, 2015). Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari
sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005). Jadi
kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal
mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi
ganas.
2.7 Asuhan Keperawatan Pada Agrerat Wanita di Komunitas
Kasus : Hasil pengkajian didaerah binaan diperoleh data sebanyak 34% warga
perempuan usia dewasa menderita kanker payudara ,selain itu, sebanyak 35%
penderita sedih dengan keadaanya,20% sering menangis di malam hari, 35%takut
akan kematian,10%menyalahkan Tuhan atas cobaan yang berat. Beberapa perempuan
tersebut juga mengatakan tidak ingin bertemu dengan anggota keluarga atau teman-
temannya. Penderita mengatakan sudah Lelah dengan penyakitnya.
1) Pengkajian
Di Desa N
Data Inti
Di Desa N, terdapat 34% perempuan usia dewasa menderita kanker payudara
Umur : 36-45 tahun
Pekerjaan : Sebagian besar perempuan yang menderita kanker payudara
memilki pekerjaan ibu rumah tangga, dan perkerja kantoran
Agama : Mayoritas Islam.
Data statistik: Berdasarkan informasi dari kader setempat
a. 35% takut akan kematian
b. 20% sering menangis di malam hari
c. 10% menyalahkan Tuhan atas cobaan yang berat
2) DATA SUBSISTEM
22
a Lingkungan Fisik
a) Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah
permanen, pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di
bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus
basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan
b) Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah yang
luas
c) Kebiasaan: wanita di desa N sering mengkonsumsi makanan junkfood
daripada bikin sendiri di rumah
d) Transportasi: biasanya kalua para wanita di desaN menggunakan
transportasi sepeda motor
e) Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas
f) Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
g) Tempat ibadah: 1 masjid dan 1 gereja
b Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas.
c Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga
perbulan Rp. 500.000 – Rp. 3.000.0000
d Keamanan Dan Transportasi
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk di
pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat
sempit. Mayoritas warga menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk
pergi beraktivitas.
e Pemerintahan
Posyandu flamboyant merupakan RT 02 dan RW 03 di Desa N, .Kader
yang dimiliki sebanyak 7 orang.
f Politik
Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk mengajarkan
kepada wanita yang sudah dewasa agarmemperhatikan pola makan dan
makanannya dan kader menyarankan untuk membuat makanan sendiri di
rumah jangan membeli junkfood
g Komunikasi
23
Komunikasi oleh kader kepada warga perempuannya secara verbal dan non
verbal .Informasi dari RT/RW setempat dilakukan dengan menggunakan
pengeras suara melalui siaran di masjid.
h Pendidikan
Tingkat Pendidikan perempuan dewasa 20 orang lulusan SD ,18 orang
SMP dan selebihnya SMA/ SMK.Terdapat 1 TK, 1 Paud, 1 atap SDN di
Desa N.
i Rekreasi
Dari hasil wawancara, para wanita disana sering mnagdakan rekreasi setiap
1 bulan sekali menurut mereka jalan jalan yang mereka buat itu supaya
mereka lebaih segar tidak berkutik dirumah atau dikantor melulu dan agar
mempererat silahturahmi antar tetangga.
2) Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
.
1. - lingkugan fisik yang kurang pengetahuan Ketidakefektifan
kurang bersih tentang keuntungan pemeliharaan
olahraga bagi kesehatan
- Rata -rata perempuan
kesehatan
disana makan makanan
junk food
24
2. - Data dari kader setempat Kurang dukungan Ketidakefektifan
35% takut akan kematian sosial. manajemen kesehatan
20% sering menangis di
malam hari
10% menyalahkan Tuhan
atas cobaan yang berat
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
25
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
26
2 Ketidakefektifan setelah dilakukan setelah 5. Dukungan emosional
manajemen tindakan keperawatan dilakukan terhadap kondisi saat
kesehatan b.d selama 5 bulan dengan tindakan ini.
kurang 5 pertemuan masalah keperawatan 6. Dengarkan masalah
dukungan sosial. dapat diatasi dengan selama 7 dan perasaan.
kriteria hasil bulan 7. Fasilitasipengungkapan
2. Manajemen dengan 7 perasaan antara pasien
kesehatan pertemuan dan keluarga atau antar
c Melakukan masalah anggota keluarga.
tindakan untuk dapat diatasi 8. Fasilitasi pengambilan
mengurangi keputusan dalam
faktor resiko. perawatan jangka
d Menerapkan panjang jika perlu.
program 9. Informasikan fasilitas
perawatan. kesehatan yang
e Aktivitas hidup tersedia.
sehri-hari efektif
memenuhi tujuan
kesehatan.
27
tas
DX I 2 2 3 2 3 2 2 3 3
Ketidakef
ektifan
pemelihar
aan
kesehatan
b.d
kurang
pengetahu
an tentang
keuntunga
n olahraga
bagi
kesehatan
27
DX II 3 3 3 2 2 2 2 2 2
Ketidakef
ektifan
manajeme
n
kesehatan
b.d
kurang
dukungan
sosial.
DX III 3 3 3 2 1 2 2 2 2
Defisit
kesehatan
komunitas
28
an suber
daya
Keterangan
Sekor : 0-5
0 : Tidak Dirasakan
1 : Sangat Rendah
2 : Rendah
3 :Cukup
4 :Tinggi
5 :Sangat Tinggi
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, gloria m., dkk.2015 Nursing interventions cassifiction, NIC Edisi VI Ahli Bahasa:
Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, .
Jakarta.
Depkes RI., 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Intimedia. Jakarta.
Jansje dan Samodra. 2013. Prevalensi Penyakit Tidak Menular Pada Tahun 2012 – 2013 di
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
31