Bedah-BPH NEW

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.

B
BPH

Benign Prostatic Hypertrofi (BPH)

Pendahuluan
Hipertrofi merupakan bertambahnya isi/volume suatu jaringan atau alat tubuh.
Bertambah besarnya alat tubuh terjadi oleh karena masing-masing sel yang
membentuk alat tubuh tersebut membesar, dan bukan oleh karena bertambahnya
unsur atau sel baru. Bila suatu alat tubuh membesar karena pembentukan atau
tumbuhnya sel-sel baru maka disebut hiperplasia. Hiperplasia yang akan di bahas
berikut ini mengenai organ prostat pada laki-laki. Hipertrofi dan hiperplasia dapat
terjadi pada semua jaringan atau alat tubuh tempat sel-sel nya tidak dapat
memperbanyak diri, misalnya dapat terjadi pada otot-otot, baik otot seran lintang
maupun otot polos. Sel-sel otot tidak dapat membentuk sel-sel baru. Suatu
kekecualian ialah uterus gravidus. Hipertrofi otot terjadi karena sitoplasmanya
bertambah.1,3

Definisi
Istilah Hipertrofi Prostat sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi
sebenarnya ialah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang
asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Pertumbuhan berlebihan ini terjadi di
daerah sentral dari prostat yang disebut zona transisional, yang mengelilingi uretra
sehingga dapat menimbulkan gangguan berkemih.1,2,3,6,7

Epidemiologi
Merupakan penyakit tersering kedua di klinik Urologi di Indonesia setelah
batu saluran kemih. Hipertrofi kelenjar prostat bukan merupakan kelainan praganas.
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormon
testosteron-estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 1


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

testosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Estrogen dapat


ditemukan pada konsentrasi rendah pada pria.
Pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun
sekitar 80% dan setengahnya akan menampakkan gejala dan tanda klinik.1,5,6,7

Anatomi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli – buli dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari
dengan ukuran 4 × 3 × 2,5 cmdan dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gr.
Mc. Neal ( 1976 ) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain : zona
perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuscular anterior dan zona
periuretra. Secara Histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar
danstroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah,
saraf, dan jaringan penyanggah yang lain.

Secara embriologi terdiri dari 5 lobus :

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 2


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

o Lobus medius 1 buah


o Lobus anterior 1 buah
o Lobus posterior 1 buah
o Lobus lateral 2 buah
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan
menjadi
satu dan disebut lobus medius saja.
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari
cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat
ejakulasi volume cairan prostat merupakan ± 25 % dari seluruh ejakulat.
Prostat mendapatkan inversi otonomik simpatik dan parasimpatik dari pleksus
prostatikus. Stimulasi parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat,
sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan pengeluaran cairan prostat ke dalam
uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sisitem simpatik memberikan inervasi
pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher buli – buli.1,3,5.

Etiologi
Etiologi BPH masih belum jelas namun terdapat factor resiko umur dan
hormon androgen. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan
testosteron estrogen, karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi
testosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Berdasarkan angka
autopsy perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40
tahun. Bila peubahan mikroskopik ini teus berkembang akan erjadi perubahan
patologik anatomic.
Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan – lahan maka efek
perubahan juga terjadi perlahan – lahan. Pada tahp awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat, dan destrusor ke
dalam kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trabekulasi

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 3


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

( buli-buli balok ). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat destrusor. Tonjolan
mukosa yang kecil dinamakan sakula, sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase
penebalan destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.1,2,3,5,6,7

Patofisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah
inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran,
organ ini menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menyebabkan
peningkatan intravesikal untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus
berkonsentrasi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus
ini menyebabkan perubahan anatomic buli-buli berupa hipertrofi otot destrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula dan divertikel buli-buli. Perubahan pada bada buli-
buli ini dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower
urinary tract symptom (LUTS) yang dikenal sebagai gejala prostatismus.
Tekanan intravesikel yang tinggi diteruskan keseluruhan bagian buli-buli
sampai pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini menimbulkan
aliran balik urine dari buli-buli keluar atau terjadi refluk resiko ureter. Jika keadaan
ini berlangsung terus akan menyebabkan terjadinya Hydroureter, Hydronefrosis dan
dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.1,2,3,4,5,6

Gambaran klinis
Penderita biasanya datang ke dokter bila telah ada penyakit-penyakit seperti
adanya retensi urin, berhubungan pancaran urine, urine menetes setelah miksi,
berkemih yang tidak puas.
Tetapi tidak semua hipertrofi prostat menimbulkan keluhan, sehingga
besarnya kelenjar prostat tidak menentukan obstruksi berat ringannya gejala,
walaupun biasanya prostat yang besar menyebabkan obstruksi yang besar juga.
Boyarsky dkk pada tahun 1977 membagi gejala-gejala hiperplasia prostat
jinak ini menjadi 2 kelompok gejala, yaitu :

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 4


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

1. Gejala Obstruktif, yang berupa keluhan – keluhan antara lain :


- Hesitancy, yaitu : suatu gejala dimana penderita harus menunggu pada
permulaan miksi.
- Intermittency, yaitu : miksi yang terputus – putus.
- Pancaran miksi yang menjadi lemah.
- Rasa belum puas sehabis miksi.
2. Gejala Iritatif
- Frequency, yaitu : bertambahnya frekuensi miksi.
- Nocturia, yaitu : bertambahnya kecenderungan untuk miksi di malam
hari.
- Urgency, yaitu : keinginan untuk miksi yang sulit di tahan.
- Dysuria, yaitu : rasa nyeri yang dirasakan pada saat miksi.
Gejala obstruktif ini disebabkan oleh kegagalan detrutor untuk berkontraksi
dengan cukup kuat atau kegagalan detrusor untuk menghasilkan kontraksi otot
yang cukup lama, sehingga kontraksi yang dihasilkan terputus – putus.
Sedangkan gejala iritatif, disebabkan oleh Karena pengosongan yang tidak
sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan
pada vesika urinaria sehingga vesika menjadi sering berkontraksi meskipun
belum penuh.1,2,5

Diagnosis
Dapat ditegakkan dengan :
- Anamnese yang baik
- Rectal toucher
- Cystografi
- Panendescopy
- BNO / IVP
1. Rectal toucher
Pada pemeriksaan colok dubur diperhatikan :
- Tonus sfingter ani / refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan
adanya kelaian vesika neurogenik.

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 5


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

- Mukosa rectum
- Keadaan prostat, antara lain : kemungkinan adanya nodul, krepitasi,
konsistensi prostat, simetris antara lobus dan batas prostat.
Pada BPH, pemeriksaan colok dubur menunjukkan adanya konsistensi prostat
yang kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan
tidak ditemukan adanya nodul.
Dengan ini diperkirakan berapa centimeter prostat menonjol ke dalam
lumen dari rectum. Pada orang normal prostat tidak menonjol ke rectum dan
pembesaran ke kanan dan ke kiri tidak lebih dari 1 cm. Berikut adalah berat
hipertrofi prostat berdasarkan gambaran klinik :
6

Derajat Pemeriksaan Colok Dubur Sisa volume urine


I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba 0 – 50 cc
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat 50 + 50 cc
dicapai
III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 150 cc
IV - Retensi urine

2. Cystografi
Pada cystografi dapat dilihat adanya filling defect vesika urinaria intra gambaran
ureter yang naik karena pembesaran prostat ke atas.

3. Panendescopy

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 6


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

Dengan pemeriksaan ini seluruh buli buli dapat diperiksa. Pembesaran intra vesika
dari lateral dan medial lobe dapat terlihat.

4. BNO / IVP
Pada BNO dapat menilai apakah ada pembesaran dari atau tidak akan untuk melihat
bayangan radio opak di daerah traktus urinarius. Sedangkan IVP
dimaksudkan untuk mengetahui fungsi ginjal akibat dari pembesaran
prostat.
Pembesaran lain yang mendukung adalah pemeriksaan laboratorium yaitu :
 Urine : -Sedimen Urine
-Kultur Urine
-Uji faal ginjal
-Reduksi Urine
 Darah : -Hb
-Leukosit
-LED
-Hitung jenis.1,2,3,5

Komplikasi
Apabila buli – buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensio urin. Karena
produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli – buli tidak mampu lagi
menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter,
hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat jika terjadi infeksi.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan dalam buli –
buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan sisititis dan bila
terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis. Pada waktu miksi pasien harus mengedan
sehaingga lama – kelamaan dapat menyebabkan hernia atau hemorroid.1,2

Diagnosa Banding
1) Tumor kandung kemih
2) Infeksi ( Cystitis atau Prostatitis )

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 7


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

3) Batu kandung kemih


4) Kanker Prostat.1,2,3

Penatalaksanaan
1. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang
diberikan adalah mengurangi setelah makan malam untuk mengurangi
nokturia, menghindari obat – obat Dekongestan ( Parasimpatolitik ),
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar
tidak terlalu miksi.
2. Terapi Medikamentosa
A. Penghambat adrenergik Alfa
Obat – obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin,
terazosin, dll.
B. Penghambat nzim 5-α-reduktase
Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis
1×5 mg/hari.
3. Operatif
Dapat dilakukan dengan metode :
 Suprapubik transversikal ( freyer )
 Retropubik ekstra vesikal ( Millin )
 Parineal ( Young )
 Trans uretral resection ( TUR )
7

 Suprapubik Transversikal
Kandung kemih dibuka, lalu prostat di enukleasi dengan memasukkan jari
tangan ke dalam uretra, dan mendorong ke arah pubis untuk merusak
komisura anterior, kemudian jari tangan bekerja adenoma dengan kapsul semu

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 8


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

untuk mengeluarkan prostat dari bagian uretra. Pada operasi ini, kandung
kemih dibiarkan terbuka dan didrainase dengan pipa suprapubik agar drainase
urine dan darah dapat terjadi secara bebas.
 Retropubik Ekstra Vesikal
Insisi kapsul prostat dilakukan di bawah kolum kandung kemih dan adenoma
dienuleasi dengan jari tangan. Satu dengan kapsul dikeluarkan dari tepi
posterior kolum kandung kemih untuk mencegah struktur sekunder di regio
tersebut. Drainase pada cara ini dilakukan dengan foley kateter.
 Perinel
Dengan melakukan insisi berbentuk S diperveum di depan anus. Rektum
diretraksi ke arah belakang untuk mengekspos prostat bagian posterior di atas
ligamen berbentuk segitiga.
 Trans Uretral Desection ( TUR )
Hal ini dilakukan dengan resektoskop Mc. Carthy atau Cold Punch.1,2,3

Prognosa
Prognosa dari penyakit ini cukup baik bila penderita dengan berobat dengan
baik, yaitu operatif. Tindakan pengobatan konservatif hanyalah menunda operasi ini
tidak menghilangkan kausanya.2,3

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 9


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R. Jong Wd, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1997 : 1058 – 1064
2. Mansjoer A, dkk : Pembesara Prostat Jinak, Dalam Kapita Selekta Kedokteran,
Penerbit Media Aeculapius, Edisi Ketiga, Jilid-2, Jakarta, 2000 : 329 – 334.
3. Purnomo Basuki : Hiperplasia Prostat, Dasar-dasar Urologi, Edisi III, Purnomo
Basuki, Sagung Seto, FK Brawijaya, Malang, 2003 : 69 – 85.
4. Price Sylvia A : Gangguan Sistem Reproduksi Pria, Patofisiologi, Edisi 4 AGC,
Jakarta, 1995 : 1154-1155.
5. Raharjo D. Prostat Hipertrofi. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Editor ;
Reksoprodjo S. Penerbit FKUI, Jakarta, 1995 : 161-170
6. Pembersan Prosfat Jinak (PPJ). Available From URL :
http://www.klinikpria.com/datatopik/pembesaranprosstatjinak/pembesaranpros
tatjinak.html .
7. Perbedaan Pembesaran Prostat Jinak dan Karsinoma Prostat. Available From
URL :
http://www.klinikpria.com/datatopik/pembesaranprosstatjinak/perbedaan.html
8. Moore L. Keith, Anggur M.R. Anne, Anatomi Klinis Dasar, Alih Bahasa :
Laksman Hendra, dr, editor Sadikin vivi, dr dan saputra Virgi, dr, penerbit
Hipocrates, Jakarta 2002 : 156-158.

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 10


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan paper ini yang merupakan syarat dalam menjalani

kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Bedah RS. Haji Medan. Adapun judul paper ini

adalah “BENIGN PROASTATIC HYPERTROFI”.

Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada dr, Yusril Leman, Sp. B yang telah bersedia untuk

membimbing penulis selama menjalani kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu

Bedah RS. Haji Medan.

Panulis menyadari paper ini masih jauh sempurna, untuk itu dengan segala

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadikan

paper ini lebih baik. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2007

Penulis

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 11i


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

Pendahuluan.................................................................................................... 1

Defenisi ............................................................................................................ 1

Epidemiologi.................................................................................................... 1

Anatomi........................................................................................................... 2

Etiologi............................................................................................................. 3

Patofisiologi..................................................................................................... 4

Gambaran Klinis............................................................................................ 4

Diagnosis.......................................................................................................... 5

Komplikasi....................................................................................................... 7

Diagnosis Banding.......................................................................................... 8

Penatalaksanaan............................................................................................. 8

Prognosa.......................................................................................................... 9

Daftar Pustaka................................................................................................ 10

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 12ii


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

Paper ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Bedah di
Rumah Sakit Haji – Medan

Disusun
O

H
IRWANDI 99.1001.110

Pembimbing :

dr. YUSRIL LEMAN, Sp. B

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT HAJI

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 13


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan
Pembimbing : dr. Yusril Leman, Sp.B
BPH

MEDAN
2007

Irwandi – 99.1001.110 FK - UISU 14


KKS Ilmu Obstetry & Ginekology Rumah Sakit Haji - Medan

Anda mungkin juga menyukai