Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan gerontik yang di ampu oleh
Bapak Agus Hendra, S.Kp., M.Kep
Oleh Kelompok 3:
Anak Agung Ayu Ratih Satya Utami 2119001
Mochamad Miftah Hakim 2119009
Nandi Sunadar Sunarya 2119011
Ratna Nurul Komariah 2119012
Rika Meidarahman 2119013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini yaitu
lansia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi,
2008). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua
akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran
fisik, mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain
(Kholifah, 2016). Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat
mempertahankan tubuh dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki jaringan
yang rusak ( Constantinides, 1994 dalam Sunaryo, et.al, 2106) Penggolongan
6
lansia menurut Depkes dikutip dari Aziz (1994) (dalam Linda, 2011) menjadi
tiga kelompok yakni:
4. Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase
invenstus dari umur 25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55
tahun, fase prasenium dari umur 55-65 tahun dan fase senium dari 65
tahun sampai kematian, Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa
lanjut usia (geriatric age) dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu young old
dari umur 75-75 tahun, old dari umur 75-80 tahun dan very old 80
tahun keatas.
7
B. Proses Penuaan
8
human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat
yang paling rendah (kebutuhan
biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri) sampai
tingkat paling tinggi (aktualisasi diri).
Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme),
yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver.
Pada lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori
delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life),
yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang
adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu
mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang
bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti,
menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupannya berhasil).
3. Teori Kultural
9
lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses
penuaan).
5. Teori Genetika
10
1. Hereditas atau ketuaan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalamn hidup
5. Lingkungan
6. Stress
a. Sistem Indra
b. Sistem Intergumen
c. Sistem Muskuloskeletal
11
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
pesendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata.
d. Sistem Kardiovaskuler
e. Sistem Respirasi
12
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
perenggangan torak berkurang.
g. Sistem Perkemihan
h. Sistem Saraf
i. Sistem Reproduksi
13
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
2. Perubahan Kognitif
b. IQ (Intellegent Quotient).
g. Kebijaksanaan (Wisdom).
h. Kinerja (Performance).
i. Motivasi.
3. Perubahan Mental
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan (hereditas).
e. Lingkungan.
14
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan kensep diri.
4. Perubahan Spiritual
5. Perubahan Psikososial
15
pasa masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
dari kedukaanya.
16
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang
sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya
sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005).
F. Macam-macam ADL
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi
buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan
mengisi waktu luang.
G. Manfaat ADL
Manfaat Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia dapat
dirasakan secara fisiologis, psikologis dan sosial.
1. Manfaat Fisiologis
a. Mengatur kadar gula darah
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
c. Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan (jatuh)
2. Manfaat Psikologis
a. Mengurangi ketegangan dan kecemasan
17
b. Meningkatkan perasaan senang
c. Kesehatan jiwa
3. Manfaat Sosial
a. Pemberdayaan usia lanjut
b. Jaringan kerja sama sosial budaya
c. Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru
H. Cara Mengukur ADL
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau
besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari lansia.
Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara
kuantitatif dengan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai
penulis. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.
Berikut ini beberapa instrumen pengukuran ADL atau Indeks kemandirian
ADL ( Sugiarto, 2005) sebagai berikut :
18
kontrol anus,
toileting,
transfer
kursi/tempat
tidur,
mobilitas dan
naik tangga.
19
komunikasi,
dan kognitif
sosial.
20
1 Defisit perawatan Makanan dan Monitor kemampuan
diri : makan minuman sesuai klien untuk menelan
Adalah hambatan diit panti,
kemampuan Piring, gelas dan Identifikasi diit yang
untuk melakukan sendok dari disarankan
atau plastik,
menyelesaikan pengalas, Atur meja makan
aktivitas makan nampan atau nampan agar
sendiri
terlihat menarik
Ciptakan lingkungan
yang nyaman ( misal
jauhkan pispot, urinal
dll)
Berikan penurunan
nyeri secukupnya
sebelum makan
Lakukan kebersihan
mulut sebelum makan
Letakkan makanan
pada sisi yang mudah
dilihat dan dijangkau
klien
Gambarkan lokasi
makanan yang ada
untuk klien yang
memiliki gangguan
penglihatan
Berikan pengalas
makan
Berikan sedotan
21
minuman sesuai
kebutuhan
Berikan peralatan
yang mendukung
Gunakan cangkir
dengan pegangan
yang besar
Fasilitasi kebersihan
22
toilet setelah
eliminasi
Monitor integritas
kulit pasien dan
laporkan petugas bila
ada kelainan atau
keluhan
Sediakan barang
pribadi yang
diinginkan
(deodoran, sikat
gigi, sabun, sampo,
lotion aromaterapi)
Sediakan lingkungan
yang terapeutik
dengan memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi, dan
pengalaman pribadi
23
Fasilitasi klien untuk
menggosok gigi
dengan tepat
Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kammpuan merawat
diri pasien
Monitor integritas
kulit pasien
Jaga ritual
kebersihan
Sediakan pakaian
klien pada tempat
yang terjangkau
Sediakan pakaian
pribadi dengan tepat
Berikan bantuan
berpakaian sesuai
kebutuhan (misal
24
nya mengancingkan
baju, menutup
resleting)
Letakkan pakain
kotor pada tempat
yang tersedia
Fasilitasi kebutuhan
untuk bercukur atau
merias ( lapor
petugas)
Pilih teknik
berpindah yang tepat
dan aman
Instruksikan klien
mengenai teknik
perpindahan yang
25
untukmencapai
tingkat kemandirian
tertinggi yang mampu
dicapai klien
Fasilitasi penggunaan
alat bantu yang sesuai
(misalnya, kruk, kursi
roda, tongkat, walker
dll)
Identifikasi metode-
metode untuk
mencegah cidera
selama proses
perpindahan
26
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas
sedapatnya.
3. Latihan tangan
a. Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan
tekan ke meja
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan
telapak tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik
kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu
jari dan kemudian setelah menyentuh tiap jari.
c. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari
selurus mungkin.
4. Latihan punggung
a. Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu Sisi kemudian
kesisi yang Iain.
b. Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh
dengan melihat bahu kekiri dan kekanan..
c. Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke
belakang.
5. Latihan paha
a. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang
sandaran kursi atau dengan posisi tiduran.
b. Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang Iain tetap
lurus, dan tahan beberapa waktu.
c. Duduklah dengan kedua kaki Iurus kedepan. Tekankan kedua
lutut pada tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh
tempat tidur.
d. Pertahankan kaki Iurus tanpa membengkokan lutut, kemudian
tarik telapak kaki kearah kita dan regangkan kembali.
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.
f. Pertahankan lutut tetap Iurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi.
27
g. Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang
kursi. Angkat tumit tinggitinggi kemudian putarkan.
6. Latihan pernafasan
Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-
dalam maka terasa dada mengambang. Sekarang keluarkan nafas
perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup kembali.
7. Latihan Muka
a. Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas
b. Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
c. Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam
d. Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul
Beberapa contoh Olah raga yang dapat dilakukan oleh usia Ianjut dalam
Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia, antara Iain:
28
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik
lagi untuk orang — orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku
sendi, asalkan dilakukan secara teratur.
4. Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan (menggerakkan tali
secara berirama menggerakkan tubuh bagian atas lebih banyak daripada
lari perlahan.
M. Asuhan Keperawatan Pada Lansia
1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan
sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat
dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan
pemberi pelayanan interdisipliner.
Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan
kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar
untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien
untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial,
dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan pemeriksaan (CGA: comprehensive geriatric
assessment).
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan
melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang
masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di
panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan penanggung
jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta petugas
kesehatan.
29
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format
pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan
lansia. Format yang dikembangkan minimal terdiri atas: data dasar
(identitas, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa);
data biopsikososial, spiritual, kultural; lingkungan; status fungsional;
fasilitas penunjang kesehatan yang ada; serta pemeriksaan fisik.
2. Diagnosis Keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan
individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan Iansia, ataupun diagnosis
keperawatan pada kelompok Iansia.
Masalah keperawatan yang dijumpai antara Iain gangguan nutrisi:
kurang/lebih; gangguan persepsi sensorik; pendengaran, penglihatan;
kurangnya perawatan diri; intoleransi aktivitas;gangguan pola tidur;
perubahan pola eliminasi; gangguan mobilitas fisik; risiko cedera; isolasi
sosial; menarik diri; harga diri rendah; cemas; reaksi berduka; marah; serta
penolakan terhadap proses penuaan.
Contoh diagnosis keperawatan Iansia dengan masalah keperawatan
gangguan sensori persepsi: penglihatan adalah sebagai berikut:
a. Diagnosis keperawatan pada Iansia secara individu: gangguan sensori-
persepsi: penglihatan yang berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan.
b. Diagnosis keperawatan pada keluarga dengan Iansia: gangguan sensori
persepsi: pada ibu S di keluarga bapak A yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat Iansia dengan katarak.
c. Diagnosis keperawatan pada kelompok Iansia di panti: risiko cedera
pada kelompok Iansia di panti X yang berhubungan dengan penurunan
penglihatan ditandai dengan 80% Iansia di panti X mengatakan tidak
30
dapat melihat jauh, 20% Iansia di panti X pernah jatuh diselokan
karena tidak melihat jalan dengan jelas, 800 0 Iansia di panti X tampak
lensa matanya keruh.
3. Rencana Keperawatan
Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan
dengan Iansia dan halhal Iain yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta
pendekatan keperawatan yang digunakan dalam rencana perawatan
termasuk didalamnya kepentingan terapeutik, promotif, preventif, dan
rehabilitatif.
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan
mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi,
kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga halnya
untuk menjelang kematian secara damai. Rencana dibuat untuk
keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan
respons atau kebutuhan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun rencana keperawatan.
a. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di mana diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan dasar.
b. Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan.
c. Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait.
d. Tentukan prioritas.klien mungkin sudah puas dengan kondisinya,
bangkitkan perubahan tetapi jangan dipaksakan, rasa aman dan
nyaman adalah yang utama
e. Sediakan waktu yang cukup untuk klien.
f. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.
4. Tindakan Keperawatan
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
31
perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan
untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah
komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan keperawatan
berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang
telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan
gerontik. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia:
a. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara
memanggil nama klien.
b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi
rumah, hindarkan dari cahaya yang silau, penerangan di kamar mandi,
dapur, dan ruangan lain sepanjang waktu
c. Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-buku yang dicetak
besar dan berikan warna yang dapat dilihat.
d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam,
foto-foto, serta banyaknya jumlah kunjungan.
e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung untuk melakukan
aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi.
f. Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung,
melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan
latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen,
perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan
penglihatan, kejang otot, dan hipotensi.
g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil
tapi sering, beri makan yang menarik dan dalam keadaan hangat,
sediakan makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan, banyak
makan sayur dan buah, berikan makanan yang tidak membentuk gas,
serta sikap fowler waktu makan.
32
h. Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia
dengan menjelaskan dan memotivasiklien untuk BAK tiap 2 jam serta
observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas,
sediakan waktu untuk konsultasi.
i. Memberikan perawatan kulił. Mandi: gunakan sabun yang
mengandung lemak, hindari menggosok kulił dengan keras, potong
kuku tangan dan kaki, hindari menggarukdengan keras, serta berikan
pelembap (lotion) untuk kulił.
j. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan
keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan
aktif/pasif, serta anjurkan keluarga untuk membuat klien mandiri.
k. Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk
sosialisasi, bantu dałam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi
pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa percaya,
berikan penghargaan, serta bersikap empati.
l. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur
(pengaman) tetap dipasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar
dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk
berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan.
33
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan, Proses menjadi tua akan
dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran
fisik, mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). ADL adalah keterampilan dasar
dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya
secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan
untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam
keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005). Macam macam ADL : ADL
dasar, ADL instrumental, ADL vokasional, ADL non vokasional.
B. Saran
Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang kegiatan
sehari – hari (ADL). Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami
kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh
karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya
masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar
tidak menyesal di masa tua.
34
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
American Psychiatric. 2004. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental
Disorders Fouth Edition. Washington DC: American Psychiatric
Association
Amir. 2005. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Depresi Pasca Stroke. Jakarta:
Cermin Dunia Kedokteran
Ardiana, Anisah. 2007. Konsep Pertumbuhan dan perkembangan
Manusia. Jember: Bagian Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar
(DKKD) Program Studi Ilmu Keperawatan.
Auryn.2007. Mengenal Dan Memahami Stroke. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Bethesda Stroke. 2005. Stroke Depression. Portugal : Journal of Psychiatry
Neuroscience Vol.31(6)
BJ, Sadock VA. 2009. Comprehensive Textbook Of Psychiatry, 7th ed,
Philadelphia: Williams & Wilkins
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume
1.Jakarta:EGC
Carod-Artal FJ. 2010. Depresi Pasca Stroke : Bias Prediksi Bantu
Pencegahan? Cerebrovas Dis
28. http://www.medscape.com/viewarticle/727042.Diakses tanggal 01
oktober 2020, jam 12.00 WIB.
Dharmady, Agus. 2009. Stroke dan Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran
Damianus Vol.8 No.1. Jakarta : FK Unika Atma Jaya
Shuliz, Wanto. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Bulan Bintang
35