Anda di halaman 1dari 35

AKTIVITAS SEHARI HARI (ADL) PADA LANSIA

Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata ajar keperawatan gerontik yang di ampu oleh
Bapak Agus Hendra, S.Kp., M.Kep

Oleh Kelompok 3:
Anak Agung Ayu Ratih Satya Utami 2119001
Mochamad Miftah Hakim 2119009
Nandi Sunadar Sunarya 2119011
Ratna Nurul Komariah 2119012
Rika Meidarahman 2119013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


S.W.T yang telah mengaruniakan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Aktivitas Sehari Hari (Adl) Pada
Lansia” dengan baik.
Dalam penyusunan tugas makalah ini penulis banyak mengalami berbagai
hambatan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi berkat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dalam
kesempatan yang berbahagia ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Agus Hendra, S.Kp., M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Gerontik.
2. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah bersangkutan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih mengandung
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati untuk perbaikan kedepannya.
Akhirnya, Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.
Bandung, 01 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3
A. Definisi Lansia ......................................................................................................3
B. Proses Penuaan .....................................................................................................4
C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan.....................................................7
D. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ...................................................................7
E. Pengertian ADL ..................................................................................................13
F. Macam – Macam ADL .......................................................................................13
G. Manfaat ADL ......................................................................................................14
H. Cara Mengukur ADL ..........................................................................................14
I. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi ADL........................................................16
J. Pelaksanaan Pemenuhan ADL ............................................................................17
K. Langkah – Langkah Mempertahankan ADL Lansia ..........................................22
L. Jenis Olahraga Latihan .......................................................................................24
M. Asuhan Keperawatan ADL Pada Lansia.............................................................25
BAB III PENUTUP ......................................................................................................30
A. Kesimpulan ........................................................................................................30
B. Saran....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................31

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional
telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan
keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk
serta meningkatkan usia harapan hidup.
Diseluruh dunia 500 juta Ianjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai milyar. Sedangkan
menurut Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia
pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat
28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah
penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS)).
Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan
pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok
lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua
dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal
tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih
banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan
dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih
ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam gangguan
fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi,
akan mengalami kemunduran (Brunner & Suddart, 2001 ).
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu
mendapat perhatian khusus dengan tetap memelihara dan meningkatkan
agar selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai kemampuannya.
Pada lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi,
lansia harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak
dari pada otot, kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily
Living/ ADL) juga sudah mengalami penurunan.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakan diatas, maka rumusan masalah

yang diambil yaitu bagaimanakah aktifitas sehari-hari (Activity Daily

Living/ ADL) pada lansia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini yaitu

untuk mengetahui aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) pada

lansia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Lansia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi,
2008). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua
akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran
fisik, mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain
(Kholifah, 2016). Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat
mempertahankan tubuh dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki jaringan
yang rusak ( Constantinides, 1994 dalam Sunaryo, et.al, 2106) Penggolongan

6
lansia menurut Depkes dikutip dari Aziz (1994) (dalam Linda, 2011) menjadi
tiga kelompok yakni:

Kelompok lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok baru memasuki


lansia.

1. Kelompok lansia (65 tahun ke atas) Kelompok lansia resiko


tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Beberapa
pendapat ahli dalam Efendi (2009) (dalam Sunaryo, et.al, 2016)
tentang batasan-batasan umur pada lansia sebagai berikut:

2. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat


2 yang berbunyi “ lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas”.

3. World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi 4


kriteria yaitu usia pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) dari umur 60-74 tahun, lanjut usia (old) dari umur
75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) ialah umur diatas 90 tahun.

4. Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase
invenstus dari umur 25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55
tahun, fase prasenium dari umur 55-65 tahun dan fase senium dari 65
tahun sampai kematian, Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa
lanjut usia (geriatric age) dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu young old
dari umur 75-75 tahun, old dari umur 75-80 tahun dan very old 80
tahun keatas.

7
B. Proses Penuaan

Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah dan


mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi organ juga
mengalami penurunan. Banyak factor yang dapat mempengaruhi terjadinya
penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor genetik yang
melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stres dan pertahanan terhadap
antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan meliputi pemasukan kalori,
berbagai macam penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-
bahan kimiawi. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas
metabolism sel yang menyebabkan stres oksidasi sehingga terjadinya
kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan (Sunaryo, et.al, 2016).
Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat
beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:
1. Teori Biologis

Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan


seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi
pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi.
Proses menua merupakan terjadinya perubahan struktur dan fungsi
tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada
perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk pengaruh agen
patologis.

2. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)

Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon


perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan
walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari
teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy of

8
human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat
yang paling rendah (kebutuhan
biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri) sampai
tingkat paling tinggi (aktualisasi diri).
Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme),
yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver.
Pada lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori
delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life),
yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang
adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang mampu
mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang
bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti,
menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupannya berhasil).

3. Teori Kultural

Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992)


yang menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh
pada budaya yang dianutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan, nilai
dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh
kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia lahir akan selalu
dipertahankan sampai tua.
4. Teori Sosial

Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori


aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori
pembebasan (perubahan usia seseorang
mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan
teori kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan

9
lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses
penuaan).
5. Teori Genetika

Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses


penuaan memiliki komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan bahwa
anggota keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama dan
mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikutsertakan
meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.
6. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun untuk


mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel,
perubahan ini disebut peristiwa autoimun (Hayflick,
1965).

7. Teori Menua Akibat Metabolisme

Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak,


kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut dengan
“budeg” bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin (Martono, 2006).
8. Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan bahwa


lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social.
Continuity theory adalah perubahan yang terjadi pada lansia
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya, dan
disengagement theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang
mereka mulai menarik diri dari pergaulan.

C. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan

10
1. Hereditas atau ketuaan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalamn hidup
5. Lingkungan
6. Stress

D. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).
1. Perubahan Fisik

a. Sistem Indra

Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran)


disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahuhn.

b. Sistem Intergumen

Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering


dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis
dan bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea
dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot.

c. Sistem Muskuloskeletal

11
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
pesendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi


yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang:
berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan
lebih lanut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tondon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

d. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa


jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

e. Sistem Respirasi

12
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
perenggangan torak berkurang.

f. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan


produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun
(kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

g. Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan.


Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

h. Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan atropi


yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.

i. Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya


ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih

13
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.

2. Perubahan Kognitif

a. Memory (daya ingat, Ingatan).

b. IQ (Intellegent Quotient).

c. Kemampuan Belajar (Learning).

d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension).

e. Pemecahan Masalah (Problem Solving).

f. Pengambilan Keputusan (Decision Making).

g. Kebijaksanaan (Wisdom).
h. Kinerja (Performance).

i. Motivasi.

3. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Keturunan (hereditas).

e. Lingkungan.

f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.

14
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan family.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan kensep diri.
4. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam


kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan
keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

5. Perubahan Psikososial

Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi


kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan
aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:

a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Constuction personality), biasanya

tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, ten)ang dan mantap

sampai sangat tua.

b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini

ada kecenderungan mengalami post powe sindrome, apalagi jika

15
pasa masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat

memberikan otonomi pada dirinya.

c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe

ini biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak

bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan

yang ditinggalkan akan merana,apalagi jika tidak segera bangkit

dari kedukaanya.

d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe

ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehinggal menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada lansia


tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
E. Pengertian ADL ( Activity Daily Living)
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin atau aktivitas pokok bagi
perawatan diri yang meliputi : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan),
mandi, dan berpindah tempat (Hardywinoto & Setiabudi, 2005). Sedangkan
menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang
harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki

16
seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang
sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya
sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005).
F. Macam-macam ADL
1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi
buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)

2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat


atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan
makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang
kertas

3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau


kegiatan sekolah.

4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan
mengisi waktu luang.

G. Manfaat ADL
Manfaat Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia dapat
dirasakan secara fisiologis, psikologis dan sosial.
1. Manfaat Fisiologis
a. Mengatur kadar gula darah
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
c. Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan (jatuh)
2. Manfaat Psikologis
a. Mengurangi ketegangan dan kecemasan

17
b. Meningkatkan perasaan senang
c. Kesehatan jiwa
3. Manfaat Sosial
a. Pemberdayaan usia lanjut
b. Jaringan kerja sama sosial budaya
c. Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru
H. Cara Mengukur ADL
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau
besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari lansia.
Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara
kuantitatif dengan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai
penulis. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.
Berikut ini beberapa instrumen pengukuran ADL atau Indeks kemandirian
ADL ( Sugiarto, 2005) sebagai berikut :

Skala Deskripsi & Kehandalan, Waktu & Komentar


jenis skala kesahihan & pelaksanaan
sensivitas
Indeks Skala ordinal Sangat <10 Skala ADL
barthel dengan skor handal & menit,sangat yang sudah
0(total sangat sahih, ssuai untuk diterima secara
dependent)- dan cukup skrining, luas,
100(total sensitif. penilaian kehandalan
independent) formal, dan kesahihan
: 10 item pemantauan & sangat baik.
:makan, pemeliharaan
mandi, terapi.
berhias,
berpakaian,
kontrol
kandung
kencing,dan

18
kontrol anus,
toileting,
transfer
kursi/tempat
tidur,
mobilitas dan
naik tangga.

Indeks Penilaian Kehandalan < 10 menit, Skala ADL


Katz dikotomi & kesahihan sangat sesuai yang sudah
dengan cukup; untuk skrining, diterima secara
urutan kisaran ADL penilaian luas,
dependensi sangat formal, kehandalan
yang terbatas (6 pemantauan & dan kesahihan
hierarkis : item) pemeliharaan cukup, menilai
mandi, terapi. keterampilan
berpakaian, dasar, tetapi
toileting, tidak menilai
transfer, berjalan &
kontinensi, naik tangga
dan makan.
Penilaian dari
A (mandiri
pada keenam
item) sampai
G (dependent
pada keenam
item).
FIM Skala ordinal Kehandalan < 20 menit, Skala ADL
(Functi dengan 18 & kesahihan sangat sesuai yang sudah
onal item, 7 level baik, sensitif untuk skrining, diterima secara
Indepe dengan skor dan dapat penilaian luas. Pelatihan
ndence berkisar mendeteksi formal, untuk petugas
Measur antara 18- perubahan pemantauan & pengisi lebih
e) 126; area kecil dengan pemeliharaan lama karena
yang 7 level. terapi serta item banyak.
dievaluasi; evaluasi
perawatan program.
diri, kontrol
stingfer,
transfer,
lokomosi,

19
komunikasi,
dan kognitif
sosial.

I. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL.


ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang
terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang
dilakukan. ADL dasar dipengaruhi oleh :
1. ROM sendi
2. Kekuatan otot
3. Tonus otot
4. Propioseptif
5. Persepti visual
6. Kognitif
7. Koordinasi
8. Keseimbangan (Sugiarto,2005)
Menurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities
Daily Living adalah:
1. Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga
2. Kapasitas mental
3. Status mental seperti kesedihan dan depresi
4. Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
5. Dukungan anggota keluarga
J. Pelaksanaan Pemenuhan ADL
Matriks pemenuhan kebutuhan ADL ini disusun berdasarkan sumber dari
Nursing Intervention clasification (2013) sebagai berikut :
No Macam Alat & bahan Intervensi /Tindakan
Kebutuhan ADL
dan Pengertian

20
1 Defisit perawatan Makanan dan  Monitor kemampuan
diri : makan minuman sesuai klien untuk menelan
Adalah hambatan diit panti,
kemampuan Piring, gelas dan  Identifikasi diit yang
untuk melakukan sendok dari disarankan
atau plastik,
menyelesaikan pengalas,  Atur meja makan
aktivitas makan nampan atau nampan agar
sendiri
terlihat menarik

 Ciptakan lingkungan
yang nyaman ( misal
jauhkan pispot, urinal
dll)

 Berikan bantuan fisik


sesuai kebutuhan

 Berikan penurunan
nyeri secukupnya
sebelum makan

 Lakukan kebersihan
mulut sebelum makan

 Letakkan makanan
pada sisi yang mudah
dilihat dan dijangkau
klien

 Gambarkan lokasi
makanan yang ada
untuk klien yang
memiliki gangguan
penglihatan

 Berikan pengalas
makan

 Berikan sedotan

21
minuman sesuai
kebutuhan

 Dukung pasin untuk


makan diruang
makan bila tersedia
dan memungkinkan

 Berikan peralatan
yang mendukung

 Gunakan cangkir
dengan pegangan
yang besar

 Gunakan alat makan


dan minum yang
tidak mudah pecah
dan tidak berat

2 Defisit perawatan Pispot, urinal,  Pertimbangkan


diri :eliminasi selimut penutup, budaya klien saat
(BAB/BAK) air cebok, membantu aktivitas
Adalah hambatan sarung tangan
eliminasi
kemampuan
untuk melakukan
 Jaga privasi klien
atau
menyelesaikan  Lepaskan baju yang
aktivitas eliminasi
diperlukan sehingga
sendiri
memudahkan
aktivitas eliminasi

 Bantu klien ke toilet


untuk eliminasi pada
interval tertentu atau
fasilitasi penggunaan
alat bantu eliminasi
(pispot, urinal)

 Fasilitasi kebersihan

22
toilet setelah
eliminasi

 Monitor integritas
kulit pasien dan
laporkan petugas bila
ada kelainan atau
keluhan

3 Defisit perawatan Handuk, sabun,  Pertimbangkan


diri : mandi sampo, ember, budaya klien saat
Adalah hambatan gayung membantu mandi
kemampuan
untuk melakukan  Tentukan tipe dan
atau menyelesai
terkait dengann
kan mandi/akti
vitas perawatan bantuan yang
diri untuk diri diperlukan
sendiri
 Letakkan handuk,
sabun, alat cukur,
dan asesoris lain
yang diperlukan
disisi tempat tidur
atau kamar mandi

 Sediakan barang
pribadi yang
diinginkan
(deodoran, sikat
gigi, sabun, sampo,
lotion aromaterapi)

 Sediakan lingkungan
yang terapeutik
dengan memastikan
kehangatan, suasana
rileks, privasi, dan
pengalaman pribadi

23
 Fasilitasi klien untuk
menggosok gigi
dengan tepat

 Monitor kebersihan
kuku, sesuai dengan
kammpuan merawat
diri pasien

 Monitor integritas
kulit pasien

 Jaga ritual
kebersihan

4 Defisit perawatan Pakaian bersih,  Pertimbangkan


diri : sisir, alat rias faktor budaya klien
berpakaian/berda (bila perlu), saat membantu
n dan cermin
aktivitas
Adalah hambatan
kemampuan berpakaian/berdanda
untuk melakukan n
atau menyelesai
kan aktivitas  Informasikan kepada
berpakaian dan klien untuk
berhias diri ketersediaan pilihan
pakaian

 Sediakan pakaian
klien pada tempat
yang terjangkau

 Sediakan pakaian
pribadi dengan tepat

 Fasilitasi klien untuk


menyisir rambut

 Berikan bantuan
berpakaian sesuai
kebutuhan (misal

24
nya mengancingkan
baju, menutup
resleting)

 Letakkan pakain
kotor pada tempat
yang tersedia

 Fasilitasi kebutuhan
untuk bercukur atau
merias ( lapor
petugas)

5 Defisit perawatan Tempat tidur,  Pertimbangkan


diri : Transfering kursi roda, kruk, kemampuan klien
Adalah hambatan tongkat untuk berpindah
kemampuan
( tingkat mobilitas,
untuk melakukan
gerak atau keterbatasan gerak,
berubah lokasi ketahanan berdiri,
atau posisi tubuh menahan berat,
kesadaran,
kemampuan
bekerjasama,
kemampuan
menerima perintah)

 Pilih teknik
berpindah yang tepat
dan aman

 Ukur kemampuan diri


( pemberi bantuan)
dan bantuan yang
diperlukan sebelum
membantu klien

 Instruksikan klien
mengenai teknik
perpindahan yang

25
untukmencapai
tingkat kemandirian
tertinggi yang mampu
dicapai klien

 Fasilitasi penggunaan
alat bantu yang sesuai
(misalnya, kruk, kursi
roda, tongkat, walker
dll)

 Identifikasi metode-
metode untuk
mencegah cidera
selama proses
perpindahan

K. Langkah-Langkah Mempertahankan ADLPada Lansia


1. Latihan kepala dan leher
a. Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri
c. Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
2. Latihan bahu dan lengan
a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian turunkan
kembali perlahan-lahan
b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan
lurus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap Iurus dan kedua tangan
bertepuk kemudian angkat lengan keatas kepala.
c. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian
raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai. Bergantian
tangan kanandan kiri.

26
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas
sedapatnya.
3. Latihan tangan
a. Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan
tekan ke meja
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan
telapak tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik
kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu
jari dan kemudian setelah menyentuh tiap jari.
c. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari
selurus mungkin.
4. Latihan punggung
a. Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu Sisi kemudian
kesisi yang Iain.
b. Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh
dengan melihat bahu kekiri dan kekanan..
c. Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke
belakang.
5. Latihan paha
a. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang
sandaran kursi atau dengan posisi tiduran.
b. Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang Iain tetap
lurus, dan tahan beberapa waktu.
c. Duduklah dengan kedua kaki Iurus kedepan. Tekankan kedua
lutut pada tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh
tempat tidur.
d. Pertahankan kaki Iurus tanpa membengkokan lutut, kemudian
tarik telapak kaki kearah kita dan regangkan kembali.
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.
f. Pertahankan lutut tetap Iurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi.

27
g. Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang
kursi. Angkat tumit tinggitinggi kemudian putarkan.
6. Latihan pernafasan
Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-
dalam maka terasa dada mengambang. Sekarang keluarkan nafas
perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup kembali.
7. Latihan Muka
a. Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas
b. Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
c. Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam
d. Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul

L. Jenis Olah Raga Latihan

Beberapa contoh Olah raga yang dapat dilakukan oleh usia Ianjut dalam
Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia, antara Iain:

1. Pekerjaan Rumah dan Berkebun


Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk
menjaga kesegaran jasmani, tetapi harus dilakukan secara tepat, agar nafas
sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat dan otot menjadi lelah. Akan
tetapi perlu selalu dikontrol terhadap peningkatan denyut nadi jangan
sampai melebihi batas maksimal.
2. Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot — otot kaki dan bila jalannya makin
lama makin cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda
memilih jenis ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5 — 6,
dikala udara masih bersih dan segar. Lokasi terbaik adalah daerah
perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asap kendaraan bermotor,
pabrik yang menyebabkan polusi udara.
3. Berenang

28
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik
lagi untuk orang — orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku
sendi, asalkan dilakukan secara teratur.

4. Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan (menggerakkan tali
secara berirama menggerakkan tubuh bagian atas lebih banyak daripada
lari perlahan.
M. Asuhan Keperawatan Pada Lansia

1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan
sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat
dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan
pemberi pelayanan interdisipliner.
Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan
kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar
untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien
untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial,
dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan pemeriksaan (CGA: comprehensive geriatric
assessment).
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan
melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang
masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di
panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan penanggung
jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta petugas
kesehatan.

29
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format
pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan
lansia. Format yang dikembangkan minimal terdiri atas: data dasar
(identitas, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa);
data biopsikososial, spiritual, kultural; lingkungan; status fungsional;
fasilitas penunjang kesehatan yang ada; serta pemeriksaan fisik.

2. Diagnosis Keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan
individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan Iansia, ataupun diagnosis
keperawatan pada kelompok Iansia.
Masalah keperawatan yang dijumpai antara Iain gangguan nutrisi:
kurang/lebih; gangguan persepsi sensorik; pendengaran, penglihatan;
kurangnya perawatan diri; intoleransi aktivitas;gangguan pola tidur;
perubahan pola eliminasi; gangguan mobilitas fisik; risiko cedera; isolasi
sosial; menarik diri; harga diri rendah; cemas; reaksi berduka; marah; serta
penolakan terhadap proses penuaan.
Contoh diagnosis keperawatan Iansia dengan masalah keperawatan
gangguan sensori persepsi: penglihatan adalah sebagai berikut:
a. Diagnosis keperawatan pada Iansia secara individu: gangguan sensori-
persepsi: penglihatan yang berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan.
b. Diagnosis keperawatan pada keluarga dengan Iansia: gangguan sensori
persepsi: pada ibu S di keluarga bapak A yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat Iansia dengan katarak.
c. Diagnosis keperawatan pada kelompok Iansia di panti: risiko cedera
pada kelompok Iansia di panti X yang berhubungan dengan penurunan
penglihatan ditandai dengan 80% Iansia di panti X mengatakan tidak

30
dapat melihat jauh, 20% Iansia di panti X pernah jatuh diselokan
karena tidak melihat jalan dengan jelas, 800 0 Iansia di panti X tampak
lensa matanya keruh.

3. Rencana Keperawatan
Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan
dengan Iansia dan halhal Iain yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta
pendekatan keperawatan yang digunakan dalam rencana perawatan
termasuk didalamnya kepentingan terapeutik, promotif, preventif, dan
rehabilitatif.
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan
mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi,
kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga halnya
untuk menjelang kematian secara damai. Rencana dibuat untuk
keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan
respons atau kebutuhan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun rencana keperawatan.
a. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di mana diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan dasar.
b. Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan.
c. Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait.
d. Tentukan prioritas.klien mungkin sudah puas dengan kondisinya,
bangkitkan perubahan tetapi jangan dipaksakan, rasa aman dan
nyaman adalah yang utama
e. Sediakan waktu yang cukup untuk klien.
f. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.
4. Tindakan Keperawatan
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

31
perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan
untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah
komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan keperawatan
berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang
telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan
gerontik. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia:
a. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara
memanggil nama klien.
b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi
rumah, hindarkan dari cahaya yang silau, penerangan di kamar mandi,
dapur, dan ruangan lain sepanjang waktu
c. Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-buku yang dicetak
besar dan berikan warna yang dapat dilihat.
d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam,
foto-foto, serta banyaknya jumlah kunjungan.
e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit,
mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung untuk melakukan
aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi.
f. Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung,
melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan
latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen,
perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan
penglihatan, kejang otot, dan hipotensi.
g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil
tapi sering, beri makan yang menarik dan dalam keadaan hangat,
sediakan makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan, banyak
makan sayur dan buah, berikan makanan yang tidak membentuk gas,
serta sikap fowler waktu makan.

32
h. Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia
dengan menjelaskan dan memotivasiklien untuk BAK tiap 2 jam serta
observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas,
sediakan waktu untuk konsultasi.
i. Memberikan perawatan kulił. Mandi: gunakan sabun yang
mengandung lemak, hindari menggosok kulił dengan keras, potong
kuku tangan dan kaki, hindari menggarukdengan keras, serta berikan
pelembap (lotion) untuk kulił.
j. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan
keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan
aktif/pasif, serta anjurkan keluarga untuk membuat klien mandiri.
k. Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk
sosialisasi, bantu dałam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi
pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa percaya,
berikan penghargaan, serta bersikap empati.
l. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur
(pengaman) tetap dipasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar
dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk
berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan.

33
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan, Proses menjadi tua akan
dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran
fisik, mental dan social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). ADL adalah keterampilan dasar
dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya
secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan
untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam
keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005). Macam macam ADL : ADL
dasar, ADL instrumental, ADL vokasional, ADL non vokasional.
B. Saran
 Setelah membuat makalah ini, agar pembaca menjadi tahu tentang kegiatan
sehari – hari (ADL). Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami
kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh
karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya
masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar
tidak menyesal di masa tua.

34
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
American Psychiatric. 2004. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental
Disorders Fouth Edition. Washington DC: American Psychiatric
Association
Amir. 2005. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Depresi Pasca Stroke. Jakarta:
Cermin Dunia Kedokteran
Ardiana, Anisah. 2007. Konsep Pertumbuhan dan perkembangan
Manusia. Jember: Bagian Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar
(DKKD) Program Studi Ilmu Keperawatan.
Auryn.2007. Mengenal Dan Memahami Stroke. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Bethesda Stroke. 2005. Stroke Depression. Portugal : Journal of Psychiatry
Neuroscience Vol.31(6)
BJ, Sadock VA. 2009. Comprehensive Textbook Of Psychiatry, 7th ed,
Philadelphia: Williams & Wilkins
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume
1.Jakarta:EGC
Carod-Artal FJ. 2010. Depresi Pasca Stroke : Bias Prediksi Bantu
Pencegahan?  Cerebrovas Dis
28. http://www.medscape.com/viewarticle/727042.Diakses tanggal 01
oktober 2020, jam 12.00 WIB.
Dharmady, Agus. 2009. Stroke dan Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran
Damianus Vol.8 No.1. Jakarta : FK Unika Atma Jaya 
Shuliz, Wanto. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Bulan Bintang

35

Anda mungkin juga menyukai