Anda di halaman 1dari 9

LITERATURE JURNAL REVIEW METODEIDENTIFIKASI BAKTERI VIBRIO Commented [L1]: hilangkan

CHOLERAE Commented [L2]: deteksi Vibrio cholerae

Rizka Khoirunnisa Guntina, Sri Agung Fitri Kusuma

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21, Jatinangor 45363
Telepon (022)7796200, Faksimile (022)7796200, E-mail:fmunpad@telkom.net

Abstrak

Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif anggota genus Vibrio. Vibrio cholerae banyak Commented [L3]: G nya pake huruf besar
Commented [L4]: Ini gak perlu
ditemukan pada permukaan air yang telah terkontaminasi oleh tinja yang mengandung bakteri
V. cholerae. Diagnosa V. cholerae dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan metode Commented [L5]: Ceritakan patogenisitas V. cholera sedikit

konvensional dan metode molekuler menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Sampel Commented [L6]: Apa aja metode nya?

yang digunakan berasal dari sampel cair (lingkungan sekitar) dan hasil kultur bakteri. Deteksi
bakteri V. cholera dapat dilakukan dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR).
Hasil dari review ini disimpulkan bahwa metode deteksi bakteri V. cholerae dengan Commented [L7]: Lupakan bahwa ini tugas review..jadi focus lah
ke metod deteksi nya
menggunakan PCR adalah yang paling efektif dan akurat.

Kata Kunci: Vibrio cholerae, konvensional, PCR, efektif Commented [L8]: Ganti pake contoh metode konvensionalnya
apa

Abstract

Vibrio cholerae is a gram-negative bacterium belong to Vibrio genus. Vibrio cholerae is


commonly found on water surfaces that have been contaminated by stools containing V.
cholerae bacteria. Detection of V. cholerae is done in several ways such as conventional
method and molecular method using polymerase chain reaction (PCR). The sample used is
derived from the liquid sample (surrounding environment) and the result of bacterial culture.
Detection of V. cholera bacteria can be done by using polymerase chain reaction (PCR). The
results of this review concluded that the method of detection of V. cholerae bacteria using PCR
was the most effective and accurate. Commented [L9]: Sesuaikan dengan abstrak

Keywords: Vibrio cholerae, conventional, PCR, effective Commented [L10]:


PENDAHULUAN PCR dan metode deteksi
molekuler lainnya menawarkan
Vibrio cholerae merupakan
alternatif yang berguna untuk
bakteri yang berbentuk batang
pembiakan dan mikroskopi, terutama
bengkok seperti koma berukuran (0,5
untuk sampel lingkungan [3].
μm x 1,5–3,0 μm), gram negatif, tidak
berspora, hidup secara aerob atau Berbagai metode berbasis
anaerob fakultatif, bergerak melalui polymerase chain reaction (PCR)
flagel yang monotrik, tidak telah dilaporkan untuk identifikasi
membentuk spora, dan pada biakan spesies Vibrio. Metode ini mencakup
tua dapat menjadi berbentuk batang PCR real-time, microarray dan PCR
lurus. Morfologi dan sifat-sifat V. multiplex. Namun, dua metode
cholerae ini dapat dijadikan pedoman pendeteksian pertama mahal karena
dalam diagnosa atau identifikasi V. persyaratan untuk instrumen yang
cholerae secara konvensional. mahal, sedangkan metode PCR
Keberadaan cholera enterotoksin multipleks yang mendeteksi target
yang spesifik hanya terdapat pada V. spesies tunggal atau multipel
cholerae patogen dapat menjadi terhitung efektif [4]
target dalam pemeriksaan
Deteksi bakteri patogen secara
laboratorium untuk diagnosa bakteri
konvensional terutama didasarkan
V. cholerae patogen dengan
pada prosedur budidaya,
menggunakan teknik biomolekuler
menggunakan enrichment broth yang
seperti metode polymerase chain Commented [L11]: Kenapa gak diceritakan bagaiman kasus
dilanjutkan dengan isolasi koloni kolera di Indonesia, sehingga metod deteksi bakteri ini menjadi
reaction (PCR) [1]. penting
pada media selektif, identifikasi
Meskipun Vibrio dan biokimia dan konfirmasi
Aeromonas adalah penghuni alami patogenisitas. Metode kultur ini
lingkungan perairan, beberapa spesies selektif untuk menentukan satu jenis
dikenali sebagai pathogen bagi patogen. Teknologi molekuler, yang
manusia yang menyebabkan patologi terutama didasarkan pada amplifikasi
enterik, septikemia primer dan DNA dengan uji polymerase chain
sekunder, dan infeksi luka [2]. reaction (PCR), dapat digunakan
untuk melengkapi atau mengganti memerlukan tes yang cepat, dan
pendekatan berbasis budaya dan waktu merupakan faktor penting
melewati beberapa bias dan dalam menentukan kegunaan metode
keterbatasan intrinsiknya. Deteksi deteksi apapun. Selain itu, teknisi ahli
patogen dengan menggunakan PCR diperlukan untuk melakukan tes ini,
dianggap sebagai metode sensitif namun keahlian semacam itu tidak
untuk diterapkan pada sampel tersedia di semua laboratorium [8].
lingkungan dan produk makanan [5].
Deteksi berbasis PCR adalah
Metode konvensional yang teknik yang cepat dan sensitif untuk
digunakan untuk mendeteksi dan diagnosis primer dan kontrol
mengklasifikasikan vibrio penyebab patogenisitas di mana gen spesifik
kolera yang diisolasi dari sampel biotipe, seperti ctxA dan tcpA,
klinis dan lingkungan memerlukan digunakan untuk mengidentifikasi
beberapa hari untuk menyelesaikan adanya V. cholerae.
dan melibatkan kultur dalam air
METODE
peptone alkali, agar suap empedu
asam tiosulfat sitrat, aglutinasi geser Metode yang digunakan
dalam penulisan review ini adalah Commented [L12]: Ininjuga..jangan bahas ttg ini adalah tugas
dengan antisera spesifik, dan uji review..pleaasseee

untuk produksi toksin kolera [6]. metode cochrane collaboration


review atau pengumpulan informasi
Metode mikrobiologi
dan data dari literature terpilih yang
konvensional untuk mengidentifikasi
berkaitan dengan topik penulisan. Commented [L13]: Hilangkan
V. cholerae melibatkan tes biokimia
dan imunologi yang seringkali Latar belakang dilakukannya

memerlukan waktu beberapa hari penulisan review ini adalah


banyaknya metode untuk mendeteksi Commented [L14]: Ah jangan bahas2 ttg review ah
untuk menyelesaikannya [7].
bakteri patogen Vibrio cholera baik
Metode biokimia untuk
secara konvensional maupun
mendeteksi V. cholerae memakan
molekuler. Hasil yang diperoleh pun
waktu. Antara 2 hingga 7 hari
berbeda pada setiap metode
diperlukan untuk diagnosis pasti V.
cholerae. Deteksi V. cholerae
tergantung pada selektivitas dan laboratory Iran, Vibrio cholerae
sensitivitas metode yang digunakan. strain NCTC 5941, didapat dari
National Collection of Type Cultures,
Dari berbagai metode yang
Inggris [11, 7].
telah dilakukan, penulis akan
membandingkan dan memilih metode Metode pertama yang dapat
yang paling baik dan akurat. digunakan dalam mendeteksi bakteri
V. cholera adalah metode
Selain itu, penulis berharap
konvensional [9].
review ini dapat memberikan
informasi kepada pembaca mengenai Metode konvensional dengan
kelebihan dan kekurangan setiap medium kultur merupakan baku emas
metode yang ada. Sehingga dapat dalam mendiagnosa penyakit diare Commented [L15]: Focus…sednag membahas vibrio kloera..jadi
tidak ada kata2 :penulis dan review
mengurangi kesalahan dan hal-hal yang disebabkan oleh infeksi bakteri
yang diperlukan pada proses V. cholerae. Pemeriksaan dengan
pengujian. Serta dapat menjadi acuan medium kultur mempunyai
atau saran untuk penentuan metode sensitivitas dan spesifisitas yang
deteksi bakteri Vibrio cholera di masa cukup tinggi, akan tetapi proses
yang akan datang. pemeriksaan memerlukan waktu yang
cukup lama [12].
PEMBAHASAN Commented [L16]: Kenapa sih hanya bahas ttg PCR..kan banyak
atuh metode lainnya..kan tadi juga udah dijelaskan sendiri..pcr
Sensitivitas metode tersebut mahal..juga memerlukan tenaga khusus untuk bias
Deteksi V. cholera dilakukan mengoperasikannya..jadi jelaskan semua metod deteksi bakteri
mendekati 100% dan pemeriksaan ini..bagaimana hasilnya..caranya..trus..bagus lagi…harus dicari ada
terhadap beberapa sampel yang ngga kit diagnostic untuk bakteri ini..contoh uji strip
dapat dilakukan terhadap sampel
terkontaminasi oleh bakteri tersebut.
klinis yang mempunyai kandungan
Sampel penelitian yang dapat dipilih
bakteri 10-100 sel. Meskipun metode
sebagai objek deteksi V. cholera
kultur merupakan metode baku,
diantaranya adalah sampel air (dari
namun metode konvensional
langkungan sekitar seperti air sumur,
memiliki kekurangan karena untuk
sungai, atau penampungan air) [9],
identifikasinya memerlukan waktu
kotoran [10], strain bakteri V.
yang lebih lama yaitu 2–3 hari.
cholerae O1 and non-O1 stains yang
Metode konvensional juga harus
disediakan oleh Bu-Ali reference
dilakukan oleh tenaga laboratorium
yang sudah terlatih dan hal lain yang bebas yang berfungsi sebagai
menjadi kendala adalah umumnya prekursor (primer), sumber basa
tidak tersedianya fasilitas nukleotida berupa empat macam
laboratorium mikrobiologi pada dNTP tahap selanjutnya, masing-
kasus kejadian luar biasa kolera [13]. masing untai tunggal (dATP, dGTP,
dCTP, dTTP), dan enzim DNA
Metode selanjutnya dalam
polymerase [9].
deteksi V. cholerae adalah deteksi
bakteri dengan amplifikasi DNA Pemeriksaan V. cholerae
menggunakan Polymerase Chain dengan menggunakan metode PCR
Reaction (PCR). dan kemudian dikonfirmasi dengan
gel elektroforesis berhasil
Polymerase Chain Reaction
mendapatkan bahwa sampel tersebut
(PCR) merupakan suatu metode yang
merupakan mengandung bakteri V.
digunakan untuk amplifikasi urutan
cholerae patogen karena positif
basa DNA tertentu (selektif). Metode
mengandung gen ctx. Gen ctx
ini pertama kali ditemukan oleh Kary
merupakan gen yang terdapat pada
Mullis pada tahun 1987. Metode PCR
bakteri V. cholerae patogen yang
dapat digunakan untuk
menghasilkan toksin kolera (cholera
menggandakan urutan basa
toxin = CT). Toksin kolera sangat
nukleotida tertentu secara in vitro.
berperan dalam menyebabkan
Penggandaan urutan bas nukleotida
terjadinya diare. Gen ctx ini hanya
berlangsung melalui reaksi
dimiliki oleh V. cholerae patogen
polimerisasi yang dilakukan
sehingga untuk mengidentifikasi
berulang-ulang secara berantai
bakteri ini hanya dapat dilakukan
selama beberapa putaran (siklus).
dengan melihat gen spesifik yang
Setiap reaksi polimerisasi
dimilikinya. Gen spesifik tersebut
membutuhkan komponen-komponen
dapat dilihat dengan pemeriksaan
sintesis DNA seperti untai DNA yang
menggunakan metode PCR. Tidak
akan digunakan sebagai cetakan
semua bakteri V. cholerae
(template), molekul oligonukleotida
mempunyai gen ctx dan hanya bakteri
untai tunggal dengan ujung 3'-OH
V. cholerae patogen yang mempunyai
gen ini yaitu V. cholerae serogroup dibandingkan, metode konvensional
O1 dan O139 [14]. lebih murah atau tidak memerlukan
biaya banyak daripada metode PCR.

Metode lain yang digunakan


untuk deteksi bakteri V. cholerae
adalah PCR multipleks.

PCR multipleks adalah teknik


biologi molekuler yang terkenal

Gambar Hasil elektroforesis untuk memperbanyak beberapa target

amplifikasi dalam percobaan PCR tunggal.


Dalam uji multiplexing, lebih dari
Kelebihan metode deteksi V.
satu urutan target dapat diamplifikasi
cholerae menggunakan metode PCR
dengan menggunakan beberapa
adalah pada waktu yang diperlukan
pasangan primer dalam campuran
untuk proses pemeriksaan. Selain itu,
reaksi [11].
metode PCR merupakan metode yang
sensitif dan spesifik bila Metode ini mampu

dibandingkan dengan metode mendeteksi V. cholerae dalam sumber

konvensional (pembiakan) yang air dan makanan dalam waktu yang

merupakan metode baku emas (gold singkat. Berdasarkan hasil penelitian

standard) pada identifikasi bakteri. dan studi sebelumnya, metode PCR

Dengan deteksi metode PCR, sampel multipleks merupakan pendekatan

yang diperiksa atau identifikasi paling ideal untuk deteksi cepat

bakteri penyebab infeksi dapat bakteri dalam jumlah kecil.

diketahui hasilnya dalam waktu satu Metode lain yang dapat


hari. Tentunya hal ini sangat berbeda digunakan untuk deteksi bakteri V.
dengan metode pemeriksaan secara cholerae adalah Direct
konvensional yang membutuhkan immunofluorescence of Vibrio
waktu lebih dari satu hari agar dapat cholerae O1 (DFA-DVC). Metode ini
diketahui hasilnya. Bila merupakan metode presumtif atau
pendugaan keberadaan bakteri V. diagnostik yang akurat untuk kolera
cholerae [15]. sangat dibutuhkan untuk surveilans
kolera di daerah epidemi dan
endemik. Namun teknik seperti kultur
bakteri biasanya tidak layak di setting
sumber daya rendah.

Dari hasil tersebut dapat


disimpulkan jika metode paling
akurat, sensitif, dan efektif adalah
Gambar deteksi V. cholerae dengan metode identifikasi menggunakan
direct immunofluorescence polymerase chain reaction (PCR).

Metode ini dapat menunjukan SIMPULAN


keberadaan bakteri V. cholerae yang
Dari hasil review beberapa
tidak dapat dideteksi dengan metode
literature metode identifikasi bakteri
konvensional.
V. cholerae menggunakan PCR
Metode selanjutnya yang multipleks merupakan metode paling
digunakan untuk mendeteksi efektif dibandingkan dengan metode
keberadaan V. cholerae dalam lain karena metode ini dapat
specimen kotoran adalah Dipstick Kit. mendeteksi bakteri Vibrio secara

Dipstick Kit memiliki antibodi spesifik dan dalam jumlah yang kecil.

monoklonal yang spesifik untuk SARAN


V.Cololerae (VC) O1 dan O139
Metode polymerase chain reaction
lipopolisakarida (LPS) dan
(PCR) mutipleks memungkinkan
menggunakan imunokromatografi
deteksi bakteri V. cholerae dari
aliran vertikal. Deteksi LPS kit adalah
sampel biologis, alami, maupun hasil
10 ng / ml untuk VC O1 dan 50 ng / l
kultur (biakan) dengan jumlah yang
untuk VC 0139 [16].
kecil sehingga sangat sesuai untuk
Untuk deteksi bakteri V. diterapkan di laboratorium diagnostic
cholerae pada sampel biologi, alat
rutin maupun laboratorium untuk parahaemolyticus and Vibrio
tingkat isolasi tinggi. vulnivicus,” Journal of Applied
Microbiology, vol. 144, pp. 448-
456, 2012.

Daftar Pustaka [5] J. R. Thompson, L. A.


Marcelino and M. F. Polz,
[1] C. Chomvarin, W. Namwat, S. “Diversity, sources and
Wongwajana, M. Alam, K. detection of human bacterial
Thaew-Nonningiew and C. pathogens in the marine
Engchanil, “Application of environment,” in Oceans and
duplex-PCR in rapid and Health: Pathogens in the
reliable detection of toxigenic Marine Environment, New
Vibrio cholerae in water York, S, 2005, p. 29–68.
samples in Thailand,” J. Gen.
Appl. Microbiol, vol. 53, pp. [6] D. V. Singh, S. R. Isac and R. R.
229-237, 2007. Colwell, “Development of a
Hexaplex PCR Assay for Rapid
[2] C. Gugliandolo, V. Lentini , A. Detection of Virulence and
Spano and T. L. Maugeri, Regulatory Genes in Vibrio
“Conventional and molecular cholerae and Vibrio mimicus,”
methods to detect bacterial JOURNAL OF CLINICAL
pathogens in mussels,” Applied MICROBIOLOGY, vol. 40, no.
Microbiology, vol. 52, pp. 15- 11, pp. 4321-4324, 2002.
21, 2010.
[7] J. Theron, J. Cilliers, M. Du
[3] E. K. Lipp, I. N. Rivera, A. I. Preez, V. S. Brozel and S. N.
Gil, E. M. Espeland, N. Venter, “Detection of toxigenic
Choopun, V. R. Louis, E. Vibrio cholerae from
Russek-Cohen, A. Huq and R. environmental water samples by
R. Colwell, “Direct Detection of an enrichment broth cultivation-
Vibrio cholerae and ctxA in pit-stop semi-nested PCR
Peruvian Coastal Water,” procedure,” Journal of Applied
Applied and Environmental Microbiology, vol. 89, pp. 539-
Microbiology, vol. 60, no. 6, pp. 346, 2000.
3676-3680, 2003.
[8] C. L. Tarr, J. S. Patel, N. D.
[4] M. T. Hossain, E. Y. Kim, Y. R. Puhr, E. G. Sowers, C. A. Bopp
Kim, D. G. Kim and I. S. Kong , and N. A. Strockbine, “
“Development of a groEL gene– Identification of Vibrio isolates
based species-specific multiplex by a multiplex PCR assay and
polymerase chain reaction assay rpoB sequence determination,”
for silmutaneous detection of Journal of Clinical
Vibrio cholerae, Vibrio
Microbiology, p. 134—40, (PCR).,” Jurnal Ilmu Ternak
2007. dan Veteriner, 2000.

[9] Kharirie, “Diagnosa Vibrio [14] J. B. Kaper , J. G. Morris and M.


Cholerae dengan Metode Kultur M. Levine, “Cholera. Clinical
dan Polimerase Chain Reaction Microbiology Reviews,” Clin.
(PCR) pada Sampel Sumber Air Microbiol. Rev, vol. 8, no. 1, p.
Minum,” Jurnal Biotek 48, 1995.
Medisiana Indonesia, vol. 2, no.
2, pp. 51-58, 2013. [15] O. Autlet, C. Silva, S. G. Fraga,
M. Pichel, R. Cangemi, C.
[10] P. Varela, G. D. Pollevick, M. Gaudioso, N. Porcel, M. A. Jure,
Rivas, I. Chinen, N. Binsztein, M. C. de Castillo and N.
A. C. Frasch and R. A. Ugalde, Binsztein, “Detection of viable
“Direct Detection of Vibrio nonculturable Vibrio cholerae
cholerae in Stool Samples,” O1 through cultures and
Journal of Clinical Biology, vol. immunofluorescence in the
32, no. 4, pp. 1246-1248, 1994. Tucuman rivers, Argentina,”
Revista da Sociedade Brasileira
[11] J. F. Mehrabadi, P. Morsali, H. de Medicina Tropical, vol. 40,
R. Nejad and A. A. Fooladi, no. 4, pp. 385-390, 2007.
“Detection of toxigenic Vibrio
cholerae with new multiplex [16] C. M. George, M. Rashid, D. A.
PCR,” Journal of Infection and Sack, R. B. Sack, K. M. Saif-Ur-
Public Health, vol. 5, pp. 263- Rahman, S. Monira, S. I.
267, 2012. Bhuyian, K. M. Rahman, M. T.
Mahmud, M. Mustafiz and M.
[12] E. W. Koneman, S. D. Allen, W. Alam, “Evaluation of
M. Janda, P. C. Schreckenberger Enrichment Method for
and W. C. Winn, Color atlas and Detection of Vibrio cholerae O1
textbook of diagnostic using a Rapid Dipstick Test in
microbiology. 4th ed, Bangladesh,” Trop Med In
Philadelphia: JB Lippincott Health, vol. 19, no. 3, pp. 301-
Company, 1990. 307, 2014.
[13] A. Priadi and L. Natalia,
“Patogenesis Septicaemia
Commented [L17]: Judul jurnal itu hasru disingkat sesuai
Epizoqtica (Se) Pada dengan singkatannya masing2..googling aja..ketik nama jurnalnya
Sapi/Kerbau: Gejala Klinis, apa trus diketik juga abbreviation..ntar akan tau singkatan jurnalnya
apa
Perubahan Patologis, Reisolasi,
Deteksi Pasteurella Multocida
dengan Media Kultur dan
Polymerase Chain Reaction

Anda mungkin juga menyukai