Dosen Pembimbing:
Ida Prijatni, S.Pd.,M.PH.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Nidia Salwa Tauriska (P17331181002)
2. Rizkiyah Firda Safilla (P17331181008)
3. Meliana Ratnasari (P17331181013)
4. Arini Ning Rosita (P17331181018)
5. Catharina Yoan Puspita (P17331183023)
6. Ainiyah Khoirunissa (P17331183028)
7. Afkaina Kumala (P17331183033)
8. Silvia Putri Mayangsari (P17331183038)
9. Maretha Risky Utami (P17331183043)
10. Arrifna Ahadyah (P17331183044)
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul : Remaja dan Kontrasepsi. Makalah ini
kami selesaikan untuk memenuhi salah satu tugas dengan Mata kuliah Asuhan Kebidanan KB
dan Kesehatan Reproduksi
dalam rangka pembelajaraan pada Program Studi DIV Kebidanan Jember Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak, untuk
itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ida Prijatni,S.Pd.,M.PH. selaku dosen pembimbing mata kuliah Asuhan
Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi
2. Teman teman yang mendukung dengan memberikan dorongan dan semangat agar
makalah ini segera terselesaikan.
Penulis menyadari oleh karena ketidaksempurnaan makalah ini, maka kami
mengharapakan masukan, saran, dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca serta
menjadi referensi yang dapat dijadikan dasar pengetahuan khususnya bagi kami dalam
mengarungi masa
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Remaja dan Fenomenanya ............................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
melakukan aborsi, selain itu tanpa disadari pula maka penularan penyakit menular seksual
( PMS ) akan meningkat terutama di kalangan remaja termasuk HIV.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui remaja dan fenomenanya
2. Untuk mengetahui pengertian kontrasepsi
3. Untuk mengetahui fase kontrasepsi
4. Untuk mengetahui macam metode kontrasepsi
5. Untuk mengetahui dinamika kontrasepsi bagi remaja
6. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian layanan
kontrasepsi pada remaja
7. Untuk mengetahui metode kontrasepsi yang tepat bagi remaja
8. Untuk mengetahui pro dan kontra penggunaan kontrasepsi pada remaja
4
BAB II
PEMBAHASAN
Masa remaja merupakan masa yang selalu dialami oleh setiap manusia. Namun dalam
usia remaja ini manusia sedang mengalami proses pembentukan diri menjadi dewasa. Masa
remaja memang masa yang riskan akan kegoncangan jiwa dalam arti pada masa ini
merupakan masa yang penuh dengan pengaruh untuk memasuki masa dewasa dari masa
anak-anak. Pada usia remaja inilah terjadi proses perubahan menuju kepada proses
pematangan kepribadian yang penuh dengan pemunculan sifat-sifat pribadi yang
sesungguhnya yang harus berbenturan dengan rangsang-rangsang dari luar. Benturan-
benturan inilah yang sering menimbulkan persoalan bagi remaja yang lemah mental, jiwa dan
rohaninya yang kadang-kadang diwujudkan pada suatu tindakan yang menyimpang.
1. Problem pertama adalah problen intern, ini secara alami akan terjadi pada diri remaja.
Hasrat seksual yang berasal dari naluri seksualnya, mulai mendorong untuk dipenuhi.
Hal ini sangat fitrah karena fisiknya secara primer maupun sekunder sudah mulai
berkembang. Misalnya mulai berfungsinya hormon testosteron pada laki-laki
menyebabkan pertumbuhan bulu pada daerah fisik tertentu, berubahnya suara menjadi
lebih besar. Atau mulai berfungsuinya hormon progesteron pada perempuan
menyebabkan perubahan fisik di dadanya, dan sekaligus mengalami menstruasi.
Mengapa ini bisa dikatakan problem? Karena apabila remaja tersebut tidak paham
tentang hal ini maka ia tidak mengerti cara merawat dirinya sehingga bisa tumbuh
menjadi remaja yang tidak sehat secara fisik. Banyak orang tua yang tidak merasa perlu
memahamkan anak remajanya, sehingga ia memiliki kendala dalam berinteraksi dengan
temantemannya.
5
2. Problem eksternal. Inilah yang terkatagori dalam pembentukan lingkungan tempat
remaja berkiprah. Faktor penting yang membuat remaja memiliki masalah dalam
pergaulannya adalah faktor pemikiran dan faktor rangsangan. Pemikiran adalah
sekumpulan ide tentang kehidupan yang diambil dan dipenetrasikan oleh remaja itu ke
dalam benaknya sehingga menjadi sebuah pemahaman yang mendorong setiap
perilakunya. Pemikiran penting yang membentuk remaja adalah: makna kehidupan,
standar kebahagiaan hidup, dan standar perilaku. Misalnya ketika seorang remaja
memahami bahwa makna kehidupan ini adalah materi, kebahagiaan adalah kekayaan,
dan standar perilaku adalah yang penting, maka kita akan menemukan remaja seperti ini
tidak akan memahami resiko perbuatannya. Baginya mencuri, narkoba sambil
mendagangkannya, seks bebas adalah kenikmatan dan tujuan hidupnya. Remaja seperti
ini akan banyak kita temukan dalam lingkungan masyarakat sekuler (menjauhkan diri
dari agama). Ia hidup diliputi dengan hal-hal yang berbau Materialisme. Bagaimana
tontonan kesehariannya adalah acara konters-kontes agar menjadi tenar dan kaya, tanpa
perlu ilmu apalagi intelektualitas tinggi. Rangsangan pornografi dan pornoaksi menjadi
konsumsi kesharian. Maka dari sinilah muncul problem besar remaja. Ada tiga pihak
yang harus diberikan jalan keluar masalah remaja. Pihak pertama adalah orang tua atau
keluarga. Orang tua wajib membekali diri dengan ilmu dalam mendidik anak. Pihak
kedua adalah remaja itu sendiri. Remaja harus membiasakan diri dengan perilaku selektif
dalam memilih tempat bergaul. Ini penting karena perkembangan seksual yang alami
dalam dirinya akan berkaitan erat dengan kadar informasi seksual yang ia dapatkan
dalam kehidupannya. Apabila ia memilih pergaulan yang tidak pernah absen menonton
vcd porno, berkata jorok, campur baur laki-laki dan perempuan tanpa aturan, dan terbiasa
mengkoleksi bukubuku bacaan porno, maka remaja ini akan jatuh ke dalam pergaulan
seks bebas. Pihak ketiga adalah negara. Negara adalah kepemimpinan masyarakat secara
umum. Wewenang besar ada pada negara dalam menerapkan model dan macam aturan
untuk masyarakatnya. Apabila sebuah negara lebih memilih model negara korporasi
(kapitalis, pedagang dan pebisnis untuk rakyatnya), maka ia akan menerapkan aturan
yang berdampak pada keuntungan bisnis dengan dalih untuk masukan negara. Misalnya
dibolehkannya majalah porno semacam play boy dan tayangan porno dalam bidang
hiburan, ini tidak dapat dilepaskan dari aturan yang sudah disahkan oleh pemerintah itu
sendiri. Bagi negara semacam ini masalah dampak kepada masyarakat bukanlah suatu
yang diperhitungkan.
6
Kenakalan remaja yang kerap terjadi terdiri dari empat jenis yaitu:
Perkelahian termasuk jenis kenakalan remaja akibat kompleksinya kehidupan kota yang
disebabkan karena masalah sepele. Tawuran pelajar sekolah menjadi potret buram dalam
dunia pendidikan Indonesia.
Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan narkotika dan narkoba tanpa izin dengan
tujuan untuk memperoleh kenikmatan. Kenakalan remaja yang satu ini dapat
menimbulkan tindakan kriminal lainnya seperti pemerkosaan, pembunuhan, pencurian dan
perampokan. Menurut Psikolog Adelina Syarief SE, Mpsi, penggunaan narkoba akan
memicu timbulnya tindakan kriminal lainnya.
Fenomena kasus seks di luar nikah di Indonesia menurut Direktur Bina Kesehatan Anak
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH
mengalami peningkatan sebanyak 14,6 persen pada pria dan 4,5 persen pada perempuan.
Hubungan seks di luar nikah memicu penyebaran AIDS.
4. Tindak Kriminal
Tindak kriminal merupakan tindak kejahatan yang merugikan orang lain dan melanggar
norma hukum, sosial dan agama.
7
Menurut Wikjosastro (2002) mengungkapkan bahwa kontrasepsi berasal dari kata
kontra yang berarti mencegah dengan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan
sel sperma yang mengakibatkan kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi
ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma.
2.3 Fase-fase kontrasepsi
Fase menunda kehamilan bagi Pasangan Usia Subur yang istrinya berusia kurang dari 20
tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Hal ini karena kehamilan pada usia kurang
dari 20 tahun merupakan kehamilan resiko tinggi. Pada pasangan ini frekuensi sanggamanya
masih tinggi sehingga dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi.
Pada pasangan yang usia istrinya antara 20-35 tahun merupakan periode yang paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.
Pada pasangan ini, segera setelah anak pertama lahir dianjurkan untuk menggunakan alat
kontrasepsi yang efektifitasnya cukup tinggi dan resersibilitas cukup tinggi, karena masih
mengharapkan punya anak lagi.
Periode umur istri diatas 35 tahun sebaiknya menghentikan kehamilan setelah mempunyai 2
orang anak. Hal ini karena kehamilan pada usia diatas 35 tahun merupakan resiko tinggi.
Pada pasangan ini dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi,
dapat dipakai jangka panjang serta tidak mengganggu kesehatan pada masa tua.
• Cara KB melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi dari 0 s/d 6 bulan tanpa makanan
tambahan).
8
- Menyusui secara penuh atau bayinya tidak mendapat makanan tambahan, ibu sering
memberikan ASI, siang dan malam;
- Wanita sebaiknya sudah merencanakan penggunaan cara KB lain, bila tidak menggunakan
LAM.
1. Senggama Terputus, Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan
sebagaimana biasa,tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari
liang vagina dansperma dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering
gagal, karena suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar.
2. Pantang Berkala (Sistem Kalender), Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan
senggama pada saat istri dalam masa subur. Selain sebagai sarana agar cepat
hamil,kalender juga difyngsikan untuk sebaliknya alias mencegah kehamilan. Cara ini
kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk
'puasa'. Selain itu, kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya
setiap bulan.
1. Kondom, Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang
sudah popular di masyarakat . Kondom adalah suatu kantung karet , tipis , biasanya
terbuat dari lateks , tidak berpori dipakai untuk menutupi penis yang berdiri ( tegang )
sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina, kondom sudah dibuktikan dalam penelitian
di laboratorium dehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual, termasuk
HIV/AIDS
2. Kontrasepsi diafragma, Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
lateks (karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks
9
c. Arhing spring
3. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia biasanya nonoxynol-9 digunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh sperma
Menyebabkan sel membran sel sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
3. KONTRASEPSI MODERN
10
● Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung 2 hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan progesteron.pil
gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang mencegah
kehamilan dan hampir 100% efektif bila diminum secara teratur.
● Pil khusus- progestin( pil mini )
pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah
kehamilan terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi
pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma selain itu juga
mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga menghambat
peletakan telur yang telah dibuahi
B. KB suntik,
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal
C. Kontrasepsi implant
kontrasepsi implant adalah kapsul plastik yang mengandung progestin yang bekerja
dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui lendir
serviks yang kental.
D. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
AKDR atau IUD bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang baik. Alat
ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil.bagi ibu yang
menyusui AKDR tidak akan mempengaruhi isi kelancaran ataupun kadar air susu
ibu.namun ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini
karena itu setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap
tentang seluk beluk alat kontrasepsi ini
2. Kontrasepsi permanen
a. Kontrasepsi tubektomi, tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan
lagi.sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria yaitu vasektomi dengan demikian jika salah
satu pasangan telah mengalami sterilisasi maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi
yang konvensional.cara kontrasepsi ini baik sekali karena kemungkinan untuk menjadi
hamil kecil sekali faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah
kesukarelaan dari akseptor
11
b. Kontrasepsi vasektomi, vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan
kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi fase deferensia alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi indikasi kontrasepsi vasektomi
merupakan upaya untuk menghentikan fertilisasi di mana fungsi reproduksi merupakan
ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga.
Usia remaja termasuk rentang usia ketika organ reproduksi sudah aktif. Oleh karena
itu, informasi mengenai kesehatan seksual, termasuk penggunaan kontrasepsi, menjadi sangat
penting. Seperti penelitian yang diungkapkan oleh Journal of Sociological Research,
kehamilan dan infeksi penyakit menular seksual sangat rentan dialami oleh remaja. Penyakit
seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan bisa memicu masalah kesehatan fisik maupun
psikis. Pembicaraan tentang seks dan kontrasepsi sebaiknya tidak menjadi tabu, untuk
menghindari risiko yang tidak diinginkan. Pengetahuan mengenai kontrasepsi adalah satu hal
yang perlu menjadi bagian penting bagi remaja. Organ reproduksi yang berkembang dan
mengalami perubahan, tentunya mengundang rasa penasaran bagi remaja. Ini adalah hal yang
normal. Namun, sebelum bergerak di luar batas, ada baiknya remaja mengetahui risiko di
balik melakukan hubungan seks di usia yang masih dini. Banyak anak muda terlibat dalam
perilaku dan pengalaman risiko seksual yang dapat menyebabkan dampak kesehatan yang
tidak diinginkan.
Menurut data kesehatan yang diperoleh Centers for Disease Control and Prevention,
pada 2017, 10 persen remaja SMA di AS memiliki empat atau lebih pasangan seksual, 46
persen tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks, 14 persen remaja di AS tidak
menggunakan metode apapun untuk mencegah kehamilan, serta 19 persen menggunakan
narkoba dan alkohol saat melakukan hubungan seksual. Bisa dikatakan, seks di usia dini
kerap tidak diiringi tanggung jawab, sehingga risikonya jauh lebih besar. Tercatat, pada 2017,
21 persen pengidap HIV di AS berusia 13-24 tahun. Pengidap penyakit menular seks di
rentang usia 15–24 tahun berjumlah 10 juta orang. Kemudian, sekitar 210.000 bayi dilahirkan
di usia 15-19 tahun. Data yang diungkap tersebut masih menyinggung risiko penyakit fisik
dan kehamilan yang tidak diinginkan. Belum lagi kondisi mental dan kejiwaan yang
mengiringi seperti menurunnya penghargaan terhadap diri sendiri, tidak memiliki konsep
hubungan yang benar, serta tekanan sosial dan ekonomi. Pengetahuan mengenai seks sangat
12
penting di usia remaja. Namun, mendapatkan informasi mengenai seks yang benar jauh lebih
penting.
Remaja memiliki hak untuk mendapatkan hidup yang sehat. Mereka memerlukan
akses terhadap alat yang dapat melindungi kesehatannya, seperti kondom, alat kontrasepsi
dan layanan kesehatan ramah remaja yang komprehensif. Hal ini telah tertuang pada UU no.
36/2009 pasal 4 dan 5 yang menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses kesehatan dan peraturan ini tidak melihat status pernikahan. Meski
sudah jelas dalam UU, pada kenyataannya saat ini PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja) tidak memberikan kontrasepsi bagi remaja yang tidak menikah. Di sinilah letak
perubahan yang harus dilakukan, PKPR perlu menyadari bahwa akses kesehatan dan
kontrasepsi ini bersifat universal, mencakup semua remaja. Untuk akses kontrasepsi, yang
PKPR perlu ketahui lebih lanjut adalah segmentasi remaja, yakni belum aktif seksual, seksual
aktif, dan seksual berisiko agar dapat memberikan pelayanan tepat sasaran.
Fakta di lapangan yang menunjukan tingginya faktor risiko KTD (kehamilan tidak
diinginkan), penularan HIV serta IMS (infeksi menular seksual) juga telah membayangi
remaja seksual aktif. Penggunaan alat kontrasepsi beserta pemberian informasi melalui
konseling dinilai dapat menjadi pertimbangan untuk tindakan preventif dari berbagai risiko
seksual tersebut.
Berikut peran yang bisa dilakukan oleh pengambil kebijakan dan petugas kesehatan:
1. Mengkaji ulang peraturan dan undang-undang yang ada (UU No. 23 tentang kesehatan,
UU No. 10 tentang kependudukan, dan isi KUHP), aspek sosial, adat, serta budaya
masyarakat yang kerapkali menghambat pemberian pelayanan bagi remaja.
13
2. Petugas kesehatan (baik pemerintah, swasta, maupun LSM) yang berkomitmen terhadap
kesehatan remaja perlu memahami bahasa serta perilaku remaja agar dapat memberikan
pelayanan yang tepat, sesuai dengan karakteristik serta keinginan remaja.
3. Memberikan pelayanan konseling sebelum memberikan pelayanan kepada remaja sebagai
pemenuhan hak mereka untuk mendapatkan informasi dan pelayanan. Konseling
memegang peranan sangat penting untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan,
sikap, dan perilaku yang bertanggung jawab dalam kehidupan seksual mereka.
2.6 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Layanan Kontrasepsi pada
Remaja
1. Pelajari perilaku seksual remaja tersebut. Misalnya mengenai apakah ia telah berhubungan
seksual sejak masih sangat muda, apakah ia berganti-ganti pasangan, adakah riwayat IMS,
adakah riwayat kehamilan dan aborsi, serta lain sebagainya.
2. Dasar pemberian kontrasepsi pada remaja adalah untuk pencegahan kehamilan dan
pencegahan IMS, sebelum remaja siap untuk merubah pola perilaku seksualnya pada fase
abstinensi atau sebelum mereka siap membentuk sebuah keluarga dan mempunyai anak.
3. Kontrasepsi pada remaja bersifat temporer dan harus tidak memberikan efek samping dan
kesulitan pada pengembalian kesuburan.
4. Pelayanan pap smear dan pemeriksaan laboratorium untuk skrining IMS perlu dilakukan,
terutama bagi remaja yang sudah aktif berhubungan seksual lebih dari setahun dan ada
riwayat berganti-ganti pasangan.
Memberikan dan mengenalkan tentang alat Kontrasepsi kepada Remaja, bukan lantas lalu
kita melegalkan untuk remaja bisa dengan bebas melakukan hubungan seks pra-nikah dengan
tanpa tanggung jawab. Perlu di pahami juga jika melakukan hubungan seks itu merupakan
hak dan pilihan dari diri kita masing-masing. Kematangan seksual pada diri kita yang sudah
mulai terus berkembang seiring dengan pertumbuhan dalam diri kita, seakan menjadi suatu
bukti jika proses pubertas merupakan awal pertanda jika kita sudah siap untuk melakukan
hubungan seksual.
14
1. Pendidikan seks yang sehat, sehingga dapat menghindari kehamilan dan penyakit
hubungan seksual
2. Kondom merupakan pilihan utama karena efek sampingnya tidak ada dan dapat
dipergunakan untuk menghindari PMS
3. Pil dapat dibenarkan karena efek sampingnya ringan dan tidak banyak mempengaruhi alat
genitalia
4. Suntikan KB masih dapat dipakai karena pengaruhnya kecil terhadap perubahan hormonal
5. AKDR pilihan yang paling akhir bila metode lainnya sulit diterima mengingat
pengaruhnya terhadap alat genital
6. Bila berhadapan dengan kehamilan yang tidak diinginkan, maka upaya aborsi masih
dipertimbangkan karena berkaitan dengan UU Kesehatan no.30/tahun 1992 tetapi
bertentangan dengan filsafat dan dasar Negara “Pancasila”
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Wikjosastro (2002) mengungkapkan bahwa kontrasepsi berasal dari kata kontra
yang berarti mencegah dengan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi,
melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma.
Usia remaja termasuk rentang usia ketika organ reproduksi sudah aktif. Oleh karena itu,
informasi mengenai kesehatan seksual, termasuk penggunaan kontrasepsi, menjadi sangat
penting. Seperti penelitian yang diungkapkan oleh Journal of Sociological Research,
kehamilan dan infeksi penyakit menular seksual sangat rentan dialami oleh remaja
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan, sangat penting untuk
mempelajari tentang kontrasepsi. Agar saat kita sudah bekerja nanti kita akan memberikan
pelayanan kontrasepsi yang baik bagi klien atau pasien
16
DAFTAR PUSTAKA
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde, Memahami Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : EGC
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/04b22543eeca6000fc9c6e288d467e0
1.pdf Diakses tanggal 23 Agustus 2020, pukul 20.15 WIB
https://www.google.com/amp/s/sebayapkbijatim.wordpress.com/2015/04/14/dinamika-
kontrasepsi-bagi-remaja/amp/ Diakses tanggal 24 Agustus 2020, pukul 21.00 WIB
17