BAB II
LANDASAN TEORI
Novri Rezky Alfino, Aswardi (2020) pada hasil perancangan yang berjudul
meneliti waktu yang dibutuhkan alat untuk memotong 0,25 Kg kentang. Dalam
pneumatik untuk mendorong kentang ke arah mata pisau yang digerakkan oleh
ATMega 328 sebagai pusat kontrol pada sistem kerja alat secara keseluruhan. [1]
Ageng Aldrianto dan Arya Mahendra Sakti (2015) pada hasil perancangan
dengan kecepatan putar 2900 rpm, daya yang dihasilkan motor listrik sebesar 0,89
kw, sistem transmisi memutar dengan kecepatan 302 rpm. Mesin menggunakan
sabuk V dengan tipe B dengan ukuran diameter puli sebesar 304,8 mm, dan
diameter puli kecil 31,75 mm, panjang keliling sabuk1055,6 mm. poros dengan
Muhammad Sayyid Sufyan dan Arya Mahendra Sakti (2014) spesifikasi dari
mesin pengiris kentang spiral otomatis ini adalah dengan spesifikasi puli diameter
45 mm dan 300 mm, V-belt jenis FM 5D, daya motor 220 volt, 120 Watt, 1/12
HP, 6/10 Ampere, 50/60 Hz, kecepatan 7000 rpm, berat 0,75 kg, kecepatan putar
mesin 1050 rpm, tegangan yang diijinkan 9,25 kg/mm2, daya rencana mesin
0,144 Kw, momen puntir 133,5 kg.mm, tegangan geser yang diijinkan 22,4
16,48 m/s, panjang keliling sabuk 1330,79 mm, besar sudut kontak 149,4 o, ukuran
mm.[3]
Seperti terlihat pada gambar 2.1. Berdasarkan jenis dan karakteristiknya arus
listrik yang masuk dan mekanisme operasinya motor listrik dibedakan menjadi 2,
a. Motor sinkron, yaitu motor AC (arus bolak - balik) yang bekerja pada
kecepatan tetap atau konstan pada frekuensi tertentu. Kecepatan putaran motor
sinkron tidak akan berkurang (tidak slip) meskipun beban bertambah, namun
untuk menghasilkan medan magnet rotor. Motor ini disebut motor sinkron karena
kutup medan rotor mendapat tarikan dari kutup medan putar stator sehingga turut
b. Motor Asinkron atau dikenal sebagai motor induksi, yaitu motor AC yang
paling umum digunakan atau diaplikasikan pada mesin – mesin indsutri, motor
induksi sangat berbeda dengan motor DC, jika pada motor DC arus listrik
pada motor AC, rotor tidak menerima sumber listrik secara konduksi tapi dengan
induksi. Oleh karena itu motor AC jenis ini disebut juga sebagai motor induksi.
dipasok dari sumber terpisah maka disebut motor DC sumber daya terpisah.
20
daya sendiri ini terbagi menajdi 3 tipe, yaitu motor seri, motor shunt, dan motor
kompon/gabungan. [4]
3. Adapun untuk perhitungan harga torsi, daya, daya design, dan berat motor
a. Mencari torsi.
T = F×L...................................................................................................(2.1)
T : torsi (N.m)
F : beban (kg)
n(rpm)× T (lb . ft )
P(hp )= ..........................................................................(2.2)
5252
Dimana :
P : daya (hp)
T : torsi (N.m)
Pd=Fc × P..........................................................................................(2.3)
Dimana :
21
Fc : faktor koreksi.
2.2.2 Poros.
Poros merupakan salah satu komponen terpenting dari suatu mesin yang
untuk meneruskan daya dan putaran. Poros dapat diklasifikasikan atas beberapa
Poros yang berputar atau diam, yang memikul satu beban tertentu atau
berubah. Misalnya poros gerbong kereta api, poros tokal, poros gerobak, dan lain
lain dimana tidak mendapatkan beban puntir, bahkan kadang – kadang tidak
boleh berputar, disebut gardar. Gardar ini hanya mendapatkan pembebanan lentur
kecuali digerakan oleh penggerak mula, dimana akan mengalami beban puntir
2. Poros Transmisi.
jenis ini berfungsi meneruskan daya yang diberikan oleh sumber daya.
Poros ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Seperti terlihat pada
gambar 2.3. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk atau sproket rantai. Seperti poros mesin perkakas, poros transmisi roda gigi,
penerus daya dan juga memikul satu beban tertentu. Seperti terlihat pada gambar
2.4. Poros transmisi relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel, syarat yang harus dipenuhi
poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk ukurannya harus teliti.
1. Poros Radial.
Poros yang arah kerja gayanya tegak lurus dengan sumbu poros. Misalnya
2. Poros Aksial.
Arah gaya yang bekerja menurut arah sumbu poros, misalnya poros baling
Arah gaya yang bekerja adalah aksial – radial. Misalnya poros transmisi,
Misalnya poros – poros kilang, poros transmisi beban dan lain – lain.
2. Poros pejal.
1. Kekuatan Poros.
Suatu proses transmisi dapat mengalami beban puntir atau entur atau gabungan.
Juga ada poros yang dapat beban tarik atau tekan seperti poros baling – baling
2. Putaran kritis.
Bila putaran suatu mesin dinaikan pada suatu harga putaran tertentu dapat
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini
dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dan lain – lain. Dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian – bagian lainnya. Jika mungkin
poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah
3. Kekakuan poros.
mesin perkakas) atau getaran dan suara (pada turbin dan kotak roda gigi). Karena
itu disamping kekuatan poros, kekakuan juga harus diperhatikan dan disesuaikan
4. Korosi.
Bahan – bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros
propeler dan pompa. Bila terjadi kontak dengan fluida yang koresif. Demikian
pula poros – poros yang terancam kavitas, dan poros – poros mesin yang sering
berhenti lama, sampai batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap
korosi.
5. Bahan poros.
Poros untuk mesin umumnya biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difinis. Baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang
dihasilkan dari ingot yang di “Kill (baja yang dideoksidasikan dengan ferosilikon
25
dan cor kadar karbon terjamin (jis 63123) tabel 2.1 poros – poros yang dipakai
untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari bahan
baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Seperti
Berikut tabel yang sangat penting sehubungan dengan bahan poros. Pada
umumnya baja diklasikfikan atas baja lunak, baja liat, dan baja agak keras.
Diantaranya baja liat dan baja agak keras banyak dipilih untuk poros.
7. Untuk dapat menentukan dimensional dari poros yang kita perlukan dapat
T τ
= ....................................................................................................(2.4)
J r
T : torsi (N-m)
a. Poros pejal.
M σb
= .....................................................................................(2.5)
1 y
b. Poros berlubang.
π d
I= ( d o4 −d i4 ) . K= i .......................................................................(2.6)
64 do
π 4
I= d o ( 1−k 4 )
64
27
M σb
=
π d
. d o4 ( 1−k 4 )
64 2
π
M= . σ b . d o3 ( 1−k 4 )
32
a. Poros pejal.
P ×60
T= .........................................................................................(2.7)
2× π × n
Dimana :
T : torsi (N.m)
P : daya (kw)
Momen lentur.
M =F × L.............................................................................................(2.8)
F : beban (N)
Maka :
2 2
√
T e = ( K t .T ) + ( K m . M ) ................................................................(2.9)
28
1
M e= [
2 m √ ]
K . M + ( K t .T )2 + ( K m . M 2 ) .................................................(2.10)
with shock
M σ
= ..................................................................................(2.11)
I y
d
M.
M.y 32 M2
σ= = =
I π 2 π d2
d
64
a. Poros solid.
29
F F 4F
σ= = = 2
A π 2 π d .............................................................................(2.12)
d
4
b. Poros berlubang.
F 4F
σ= =
π 2 2 2 ................................................(2.13)
( d o −d i2 ) π ( d o −d i )
4
4F di
σ= untuk k =
2 2
π d o ( 1−k ) do
a. Poros pejal.
32 M 4 F
σ1= + .....................................................................(2.14)
π d 3 πd2
32 F .d
=
πd 3
M+( 8 )
32 M1 F .d
= π d jika M 1=M + 8
3
b. Poros berlubang.
4F
σ1= .........................................................(2.15)
3 3 2
πd o ( π d o ( 1−K ) )
F . d o ( 1+ K 2 )
¿ 3
32
4
πd o ( 1−K )
M+ [ 8 ]
32 M 1 Fd o ( 1+ K 2 )
= jika M i=M +
πd o3 ( 1−k 4 ) 8
30
Pada kasus poros yang panjang (slender shaft) perlu diperhitungkan adanya
column
factor (α ¿.
a. Poros pejal.
α .4 F
σ c= . ........................................................................................(2.16)
πd 2
8. Poros berlubang.
α.F
σ c= .................................................................................(2.17)
πd o ( 1−K 2 )
3
1 L
α= jika < 115
K
1−0,0044 ( KL )
σy 2
α= 2
L
C.π . E K ( ) jika KL > 115
Keterangan :
K : jari – jari.
: 1 (engsel).
: 2,25 (jepit).
:1,6 (bantalan).
31
√[
T e = km M +
α . F . do (k2 )
8 ] π
+ ( k t T 2 ) = τ . d o3 ( 1−k 2) .......................(2.18)
16
2
α . F . d o ( 1+k 2 )
1
[
M e = km M +
2 8 ] √{ 8
( 2)
+ km M + α . F . d o k + ( k t T )2......(2.19)
}
π 2
= d ( 1−k 2)
32 o
Catatan :
Adapun untuk diameter standar poros dapat kita pada tabel 2.3 dibawah ini.
24 (105) 240
260 440
35 55
*5, 14
14 *35,5 56 140 *355 560
32
6 (17) 170
18 63 180 630
*6, 19 190
3 20 200
22 65 220
70
71
7 75
*7, 80
1 85
90
yang mempunyai beban tertentu, sehingga gerak putar atau gerakan bolak – balik
dapat berlangsung dengan halus, aman dan komponen tersebut dapat tahan lama.
Seperti terlihat pada gambar 2.5. Bantalan harus cukup kuat dan kokoh agar
1. Bantalan luncur, bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola
1. Bantalan radial, arah bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
a. Bantalan luncur.
2. Dapat menyesuaikan diri terhadap lenturan poros yang tidak terlalu besar
3. Mempunyai sifat anti las (tidak menempel) terhadap poros jika terjadi
bantalan.
7. Murah harganya.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.4. sifat – sifat bantalan
b. Bantalan Gelinding.
Cincin dan elemen bantalan gelinding pada umumnya dibuat dari baja
bantalan khrom karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek stabil pada
perlakuan panas. Baja ini dapat memberikan umur panjang dengan keausan sangat
kecil. Untuk baja yang memerlukan ketahanan khusus terhadap kejutan, dipakai
baja paduan karbon rendah yang kemudian diberi perlakuan panas dengan
sementasi. Baja semen yang kedalaman sementasinya dan kekerasan dari inti dan
a. Bantalan luncur.
36
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena
beban yang besar. Seperti terlihat pada gambar 2.7. Dengan konstruksi yang
sederhana maka bantalan ini mudah untuk dibongkar pasang. Akibat adanya
gesekan pada bantalan dengan poros maka akan memerlukan momen awal yang
besar untuk memutar poros. Pada bantalan luncur terdapat pelumas yang
khusus.
37
1. Kekuatan bantalan.
6. Kenaikan temperatur.
1. Hitung panjang bantalan dengan memilih L/d dari tabel bantalan luncur
2.4.
F
p= ............................................................................................(2.20)
L ×d
Z ×n
..................................................................................................(2.21)
p
c
.........................................................................................................(2.22)
d
33 Z . n
( μ ¿=
108 p( )( dc )+k .......................................................................(2.23)
K : faktor koreksi = 0,002 untuk L/d dengan nilai (0,75 – 2,8)
HG = μ F v...........................................................................................(2.24)
HD = C.A.(tb - ta)..................................................................................(2.25)
A : luas proyeksi = d x L.
tb : temperatur bantalan.
ta : temperatur udara.
1) Modulus bantalan :
Z .n
=k ............................................................................................... (2.26)
P
Z .n
normal=3 K .
P
Z .n
beban berat=15 K .
P
1) Makin kecil L/d, maka makin rendah pula kemampuan bantalan menahan
beban.
8) L/d tergantung dari jenis bahan bantalan, makin lunak maka L/d makin
besar.
tb : temperatur bantalan.
ta : temperatur udara.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.5. Besaran desain bantalan peluncur
dibawah ini.
turbines –
0,016
11 Generators, Rotor 0,7 – 1,4 0,025 28 0,001 1–2
motors, 3
centrifugal
pumps
12 Transmissi Light 0,175 0,025 7 0,001 2–3
on shaft Fixed, –
Self 1,05 0,060 2,1 2,5 – 4
aligning
Heavy 1.05 2,1 2–3
13 Machine Main 2,1 0,040 0,14 0,001 1–4
tools
14 Punching Main 28 0,10 - 0,001 1–2
and
shearing crank pin 56
machine.
15 Rolling Main 21 0,050 1,40 0,0015 1 – 1,5
mills
Resistanse
Tin base Poor Good Excellent Excellent Excellent Poor
babbit
Lead Poor to Good Good Good to Fair to Poor
base fair excellent good
babbit
Lead Fair Poor Poor Poor Good Fair
bronze
42
d. Bantalan Gelinding.
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol
atau rol jarum atau rol bulat. Seperti terlihat pada gambar 2.7. Bantalan gelinding
lebih cocok untuk beban kecil. Putaran pada bantalan gelinding dibatasi oleh gaya
sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut. Apabila ditinjau dari segi
4) Mudah penggantiannya.
saja.
1) Gesekan sangat besar pada start sehingga memerluka torsi yang besar.
3) Lebih mahal.
Beban yang dapat ditahan oleh bantalan tidak berputar disebut adalah
beban statis. Beban statis dasar didefinisikan sebagai beban radial atau beban axial
pada deformasi permanen pada bola, beban terbesar mencapai 0,00001 kali
diameter. Pada bantalan bola satu alur, beban statis dasar berhubungan pada
komponen radial pada beban yang terjadi karena perpindahan letak radial ring
permanen lebih besar dapat diijinkan. Dengan kata lain dimana kehalusan
diperlukan atau gesekan sangat diperlukan, deformasi permanen total yang kecil
dapat diijinkan.
44
sebagai berikut :
1) Untuk bantalan bola radial, beban dasar statis radial (Co) dapat diperoleh
dengan :
Co = fo . i . z . D2 . cos α....................................................................(2.27)
Dimana :
α: sudut kontak, nilai sudut antara garis aksi pada beban bola dengan
2) Untuk bantalan roller radial, beban statis dasar radial dapat diperoleh
dengan :
Co = fo . i . Z. Le . D . cos α..............................................................(2.28)
Dimana :
utamanya.
45
α : sudut kontak. Sudut antara garis aksi pada beban resultan roller dan
Co = fo . Z . D2 sin α..........................................................................(2.29)
Dimana :
4) Untuk bantalan roller axial beban statis dasar radial dapat diperoleh
dengan
Co = fo . i . Z . Le . D . sin α..............................................................(2.30)
Dimana :
Beban ekuivalen statis dapat didefinisikan sebagai beban radial statis atau
beban aksial dimana jika ditambahkan pada persamaan, maka persamaan menjadi
sama seperti deformasi permanen total yang terjadi pada bola yang menerima
beban terbesar.
Beban ekuivalen radial statis untuk bantalan radial atau bantalan rol dalam
kondisi menerima kombinasi antara beban radial dan beban aksial atau beban
tekan yang diberikan dengan pembesaran yang didapatkan persamaan dibawah ini
:
46
Dimana :
Ks : faktor service.
dari pembebanan radial bergerak dimana jika diberikan kepada sebuah bantalan
dengan cincin dalam yang berputar dan cincin luar yang diam akan memberikan
umur kerja yang sama dan mencapai harga kondisi sebenarnya pada pembebanan
dan rotasinya.
Dimana :
V : faktor rotasi.
: 1,2 untuk semua bantalan kecuali self aligning ketika cincin dalam diam.
Ks : faktor service.
6. Umur Bantalan.
Dalam putaran.
C k
L= ( )
Fe
×106.....................................................................................(2.33)
L 1k
C=F e
106( ).......................................................................................(2.34)
Keterangan :
48
n : putaran (r/min).
hubungan pendekatan antara umur pakai dalam putaran dengan jam kerja bantalan
dalam putaran.
L=60 × n × LH .....................................................................................(2.35)
300 35 11
201 12 32 10
301 37 12
203 17 35 11
302 42 13
402 62 17
204 20 47 14
304 52 15
404 72 19
205 25 52 15
305 62 17
405 80 21
206 30 62 16
306 72 19
406 90 23
207 35 72 17
307 80 21
407 100 25
208 40 80 18
308 90 23
51
408 110 27
209 45 85 19
309 100 25
409 120 29
210 50 90 20
310 110 27
410 130 31
211 55 100 21
311 120 29
411 140 33
212 60 110 22
312 130 31
412 150 35
213 65 120 23
313 140 33
413 160 37
214 70 125 24
314 150 35
414 180 42
215 75 130 25
315 160 37
415 190 45
216 80 140 26
316 170 39
416 200 48
217 85 150 28
317 180 41
417 210 52
218 90 160 30
318 190 43
52
418 225 54
komplek. Sampai saat ini solusi persamaan diferensial yang mengatur mekanisme
yang ada adalah masih pendekatan. Tipe pelumasan dapat berbentuk gas, cair,
boundary dan full film lubrication. Hal ini didasarkan pada karakteristik gesekan
dari lapisan pelumas antara permukaan yang bergesekan. Aplikasi pelumas pada
1. Jenis Pelumas.
dan keausan serta memberikan smooth running dan umur yang memuaskan untuk
suatu elemen mesin. Pelumas dapat berwujud gas, cair maupun padat. Semua jenis
pelumas ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pelumas alami dan pelumas
buatan (sintetic). Dalam aplikasinya, pelumas cair adalah pelumas yang paling
54
banyak digunakan. Pelumas cair memiliki kelebihan yaitu kekuatan geser yang
rendah dan kekuatan tekan yang tinggi. Pelumas padat biasanya digunakan pada
kondisi dimana pelumas cair tidak dapat bertahan pada permukaan atau pada
situasi khusus seperti pada temperatur yang sangat rendah atau tinggi. Sedangkan
pelumas terwujud gas atau udara digunakan pada kondisi yang sangat khusus
menunjukan jenis pelumas cair dan tabel 2.13 jenis pelumas padat, termasuk sifat
Umumnya adalah minyak oli mineal (alam), minyak oli dari tumbuhan
atau binatang, dan oli sintetis. Kadang – kadang air juga digunakan pada peralatan
diperlukan pada pelumas untuk roda gigi dimana pelumas akan mengalami beban
tekanan yang tinggi, aditif anti oksidasi dan tahan temperatut tinggi diperlukan
untuk oli pelumas engine. Oli pelumas diklasifikasikan berdasarkan viskositas dan
kandungan aditifnya.
permukaan.
2) Coating seperti misalnya phosfat, oksida atau sulfida yang dapat terbentuk
pada suatu permukaan. Garfit dan MoS2 biasanya tersedia dalam bentuk bubuk
56
dan dapat dibawa ke permukaan dengan “binder” seperti misalnnya grease atau
material lain. Pelumas padat ini memiliki kelebihan dalam hal koefisien gesek
dengan reaksi kimia atau elektrokimia. Coating ini biasanya sangat tipis dan akan
mengalami keausan dalam jangka waktu tertentu. Beberapa aditif pada oli dapat
membentuk coating sulfida pada permukaan secara terus menerus melalui reaksi
kimia.
Tabel 2.13 menunjukan beberapa tipe pelumas padat termasuk sifat – sifat
dan penggunaannya.
cycles)
Teflon + binder Life not as long as previous As above
liquids better.
Rubbed graphite or Friction very low (0,10 – 0,04), Deep drawing ang other
cycles)
Soft metal (lead, Friction higher (0,30 – 0,15) and Running-in protection
types.
Phosphate, Fricton (0,20) galling Undercoating for resin-
57
coating
2.2.4 Pasak.
menetapkan atau mengunci bagian – bagian mesin seperti : roda gigi, puli,
kopling, dan sprocket pada poros, sehingga bagian – bagian tersebut ikut berputar
dengan poros.
Prinsip kerja dari pasak adalah pengunci yang disisipkan diantara poros
dan hub sebuah roda puli atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti,
dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara
poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar
sumbu poros.
a. Pasak Benam.
58
Pasak jenis ini dipasang terbenam setengah pada bagian poros dan
setengah pada bagian hub. Terdapat beberapa jenis pasak yang digolongkan
1. Pasak benam persegi panjang (rectagular sunk key) pada pasak benam
dan h : tinggi. Ukuran pasak akan disesuaikan dengan diameter poros (d) atau
diameter pada lubang hub. Seperti terlihat pada gambar 2.9 dibawah ini.
Pasak benam persegi memiliki penampang berbentuk persegi atau square. Seperti
Pasak benam paralel adalah pasak benam persegi atau persegi panjang yang
memiliki bentuk penampang seragam tanpa adanya sudut atau bagian meruncing.
Berbeda dengan pasak benam persegi atau persegi panjang yang memiliki bentuk
menyudut atau runcing disepanjang pasak. Seperti terlihat pada gambar 2.11
dibawah ini.
Adalah jenis pasak persegi dengan tambahan kepala atau bagian yang menonjol
pasang pada pasak. Seperti terlihat pada gambar 2.12 dibawah ini.
Adalah jenis pasak paralel yang diikat pada satu bagian hub atau poros
dengan bantuan skrup. Pada pasak jenis ini dapat mentransmisikan gerakan
memutar, selain itu dapat juga memungkinkan terjadinya gerakan aksial. Seperti
pasak. Pasak benam jenis ini umumnya digunakan pada kontruksi otomotif
beberapa peralatan mesin tertentu. Seperti terlihat pada gambar 2.14 dibawah ini.
61
Saddle key jarang digunakan pada komponen mesin dengan beban yang
berat karena ini tidak dapat digunakan untuk mentransmisikan torsi tinggi. Saddle
key tidak akan memiliki pengikat yang kuat pada poros, karena permukaan pasak
Pasak pelana datar adalah pasak terkunci pada hub saja dan akan melayang
diatas poros dan memegang poros melalui gesekan yang terjadi. Jenis pasak ini
umumnya digunakan untuk beban ringan dan sebagai pengikat yang bersifat
Pasak pelana hallow adalah pasa terkunci pada hub saja dan akan
melayang diatas poros dan memegang poros melalui gesekan yang terjadi, tetapi
terdapat perbedaan dengan pasak pelana datar yaitu pada bagian kontak antara
Pasak tangen adalah pasak yang digunakan pada aplikasi dengan siklus
kerja dan tugas yang berat. Pasak tangen terdiri dari sepasang kunci yang
ditempatkan saling siku – siku satu sama lain dan bersinggungan dengan
permukaan poros atau arah tangensial. Setiap pasak tangen yang terpasang akan
menahan torsi hanya dalam satu arah saja. Seperti terlihat pada gambar 2.17
dibawah ini.
63
Pasak bulat adalah pasak yang berbentuk bulat memanjang dengan ukuran
yang sesuai dengan lubang. Pasak bulat ditempatkan setengah bagian lubang
diporos dan setengah bagian lubang lainnya di hub. Jenis pasak ini biasanya
digunakan untuk drive berdaya rendah. Seperti terlihat pada gambar 2.18 dibawah
ini.
Pasak alur adalah bagian dari integral dari pasak atau hub yang terpasang
secara bersamaan. Pasak alur digunakan dalam aplikasi khusus seperti dimana
64
membutuhkan torsi lebih besar dalam porsi dari pada ukuran poros. Pasak alur ini
umumnya digunakan dalam transmisi gigi geser pada mobil. Seperti terlihat pada
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam desain sebuah pasak sebagai
berikut :[10]
a. Bahan pasak yang dipilih lebih lemah daripada bahan poros atau bahan
d
T =F t . .............................................................................................(2.36)
2
Dimana :
T : torsi (N/mm)
Fs
τ= ................................................................................................. (2.37)
As
Dimana :
Fs : gaya geser.
b : lebar (mm).
L : panjang (mm).
Fs Fs
Maka : τ = =
As b . L
d. Panjang pasak.
Untuk menghitung panjang pada pasak perlu kita perhatikan seperti kita lihat pada
π × d2
L= ............................................................................................(2.38)
8× b
Dimana :
66
t : tebal 2/3 b
b : lebar = d/4
L : panjang (mm)
d : diameter poros.
d d
T =F t . =L .b . τ . ...........................................................................(2.40)
2 2
crushing
1
F t=L . . σ c........................................................................................(2.41)
2
d 1 d
T =F t . =L . σ c .
2 2 2
d 1 d
L .b . τ . =L . σ c . ..........................................................................(2.42)
2 2 2
b σc
=
τ 2τ
67
d
T =L .b . τ c . .....................................................................................(2.43)
2
π
T= τ s .d 3 ........................................................................................(2.44)
16
Maka :
d π
L .b . τ k . = . τ . d3
2 16 s
3
π τs . d
L= .
8 b . τk
π .d τs
¿ .
2 τk
d
jika b=
4
τs
1) Panjang pasak. L=1,571 d .
τk
τ s: bahan poros.
τ k: bahan pasak.
π . d2
Jika bahan poros = bahan pasak atau τ s=τ k =τ maka L= =1,57 d
8. b
2) Jika pasak hasil perhitungan terlalu kecil dan tidak ada ditabel pasak, maka
d
b= mm .
4
Dimana :
L. b τ d
k
kekuatan geser 2
= dengan τ k =τ s ........................................(2.45)
kekuatannormal π 3
τ .d
16 s
8. L . b
¿
π . d2
σc
Syarat keamanan =2 , maka desain pasak aman.
τ
dalam desain pasak harus dicari panjang pasak berdasarkan tegangan geser
yang terjadi (shearing stress) dan tegangan crushing (crushing stress) kemudian
16,20, 22, 25, 28, 32, 36, 40, 45, 50, 56, 63, 70, 80, 90, 100, 110, 125, 140, 160,
Shaft diameter Key cross section Shaft diameter Key cross section
(mm) upto and Width Thickness (mm) upto and Width Thickness
including (mm) (mm) including (mm) (mm)
6 2 2 85 25 14
8 3 3 95 28 16
10 4 4 110 32 18
12 5 5 130 36 20
17 6 6 150 40 22
22 8 7 170 45 25
30 10 8 200 50 28
38 12 8 230 56 32
44 14 9 260 63 32
50 16 10 290 70 36
58 18 11 330 80 40
65 20 12 380 90 45
75 22 14 440 100 50
Sabuk adalah bahan fleksibel yang melingkar tanpa ujung, yang digunakan
untuk menghubungkan secara mekanis dua poros yang berputar. Seperti terlihat
pada gambar 2.21. Sabuk digunakan sebagai sumber penggerak, penyalur daya
a. Sabuk Rata.
Sabuk rata terbuat dari kulit kain, plastik, atau campuran sintetik. Sabuk
ini dipasang pada silinder rata dan meneruskan pada poros yang berjarak kurang
Sabuk ini dipergunakan untuk alat – alat kecil, alat laboratorium yang
digerakkan oleh motor kecil jarak antara kedua poros pendek 30 cm maksimum.
c. Sabuk V.
Sabuk ini mempunyai penampang trapesium sama kaki, bahan terbuat dari
karet permukaan diperkuat dengan pintalan lain. Bagian dalam sabuk diberi serat
polister jarak antara kedua poros dapat mencapai 5 meter dengan perbandingan
d. Sabuk Gilir.
Merupakan penemuan baru dalam hal transmisi sabuk. Sabuk ini dapat
putaran seperti pada roda gigi. Penggunaan pada mesin jahit, foto copy, computer.
a. Jenis sabuk V.
Agar lebih jelas bisa kita lihat pada gambar 2.22 sabuk tipe standar dibawah ini.
4. Jarak poros.
5. Pemakaian sabuk.
Sabuk V hanya bisa digunakan untuk poros yang sejajar dengan arah putar
yang sama. Transmisi sabuk lebih halus suaranya bila dibandingkan dengan
72
transmisi roda gigi atau rantai. Ukuran diameter puli harus tepat, karena kalau
terlalu besar akan terjadi slip karena bidang kontaknya lebih besar/banyak. Kalau
terlalu kecil sabuk akan terpelintir atau menderita tekukan tajam waktu sabuk
bekerja. Kalau sabuk sudah terpasang maka akan terjadi difleksi bagian atas
(bagian menarik) difleksi ini ada harga batasnya. Besar kecilnya tergantung juga
oleh tegangan pada sabuk tersebut difleksi dianggap normal kalau besarnya 1,6
π .d. N
V= ........................................................................................(2.46)
60
Dimana :
d. Panjang sabuk V.
Dimana :
L : panjang (mm).
Sabuk V dibelitkan dikeliling alur puli yang berbentuk V pula. Gaya gesekan juga
akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi
daya besar pada tegangan yang relatif rendah. Maka persamaan tegangan sisi
kencang dan sisi kendor sabuk V secara sistematis dapat ditunjukan pada
persamaan :
T 1 μθ
2 .3 log = ..............................................................................(2.50)
T 2 sinβ
Dimana :
μ : koefisien gesek.
β : sudut alur.
74
Sudut kontak adalah sudut antar muka V yang berbentuk trapesium, untuk
Dimana :
α : sudut kerja.
P= (T 1−T 2 ) ×V ................................................................................(2.53)
Dimana :
P : daya (watt).
) )
10 254 45 1143 80 2032 115 2921
2.2.6 Pulley.
pulley adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dari
satu poros ke poros yang lain dengan menggunakan sabuk. Seperti terlihat pada
gambar 2.23. Pulley bekerja dengan mengubah arah gaya yang diberikan,
persamaan berikut :
N 1. d 1
d 2= ......................................................................................(2.54)
N2
Dimana :
2.2.7 Rangka.
F
τs= ................................................................................(2.55)
2.t . w
dimana :
78
t = tebal (in)
w = lebar (in)
Pengelasan adalah metode penyambungan logam dengan cara tarik menarik atom
(H. Sunaryo,2008:127).
2.2.8.1 Macam – macam sambungan las dan perhitungan sambungan las untuk
beban statis.
dibawah ini.
memperlihatkan sebuah alur las bentuk V tunggal yang dibebani oleh gaya tarik F
untuk pembebanan tarik ataupun tekan, tegangan normal rata – rata adalah :
F (lb )
¿ σ t ∨≥ .....................................................................(2.56)
h ( ¿ ) . I (¿)
Dimana :
Tipe sambungan las yang sering digunakan untuk pengelasan spot atau
seam. Karena materialnya ini ditumpuk atau disusun sehingga sering digunakan
untuk aplikasi pada bagian body kereta dan cenderung untuk plat – plat tipis.
τ s ≤∨τ s∨¿
F
≤∨τ s ∨¿..............................................................................(2.57)
A
Dimana :
dan jenis konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang digunakan untuk
sambungan fillet adalah double level, namun hal tersebut sangat jarang kecuali
plat atau materialnya sangat tebal. Seperti dapat dilihat pada gambar 2.26, 2.27,
F
Teganan geser τ 1 = dimana A = 2.α . l
0,7 A
σ 2=
P.H 2. a. l 2 l
dimana W = =A
0,7 W 6 6
F 6H 2
2 2
τ =√ τ 1 +τ 2 =
0,7 A √
1+
l( )≤∨τ∨¿ .................................(2.58)
Bila pada sambungan tersebut bekerja gaya F dan momen seperti gambar
M F
τ= + ≤∨τ ∨¿....................................................................(2.59)
0,7 W 0,7 A
2 Mt
τs= ≤∨τs∨¿...........................................................................(2.60)
0,7 ad 2
pemanasan dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan permukaan
benda kerja. Busur listrik dibangkitkan dari suatu mesin las. Elektroda yang
đigunakan berupa kawat yang dibungkus pelindung atau fluks. Elektroda ini
dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi. Bila
digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam Cair yang terbawa menjadi
halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butiranya menjadi besar. Seperti terlihat
cair dilindungi oleh fluks selama pengelasan. Busur listrik yang digunakan untuk
mencairkan logam tertutup oleh serbuk fluks yang diberikan disepanjang alur las
dan proses pengelasan berlangsung didalam fluks tersebut. Seperti terlihat pada
Plasma adalah gas yang terionisasi dengan jumlah ion sama dengan jumlah
Arus listrik yang digunakan mencapai 100 ampere dengan suhu plasma hingga
Metode ini menghasilkan penetrasi yang sangat baik. Biasanya digunakan untuk
pemotong (plasma cutting). Seperti terlihat pada gambar 2.31 dibawah ini.
85
Gas (TIG). Gas Inert yang biasa digunakan adalah wolfram untuk pelindung yang
bagus sehingga atmosfir udara tidak masuk ke daerah lasan. Namun sekarang
digunakan Co2 (tidak inert) karena lebih murah dan stabil. Elektroda tungsten
bukan sebagai filler metal, sehingga perlu filler metal dari luar untuk mengisi gap
sambungan. Filler metal bersama logam induk akan dicairkan oleh busur listrik
terhadap oksigen seperti paduan alumunium, magnesium dan titanium. Metode ini
juga cocok untuk pelat tipis sampai dengan 5mm. Straight polarity (dengan arus
hingga 500 ampere, Voltase 20-40 volt) lebih sering digunakan daripada reverse
sangat cocok digunakan untuk spot welding. Seperti terlihat pada gambar 2.32
dibawah ini.
86
Sebelumnya dikenal dengan nama Metal Inert Gas (MIG). Pada metode
pengelasan ini, gas pelindung juga berfungsi sebagai filler metal. Gas yang
digunakan sebagai pelindung sama dengan gas yang digunakan pada GTAW,
yaitu Ar, He, dan CO2, dialirkan selama proses pengelasan. Elektroda kontinyu.
sumber arus DC dengan reverse polarity untuk menaikkan penetrasi lasan. Seperti
Pemilihan sifat elektroda dengan sifat logam yan dilas biasanya tidaklah
sambungan yang dihasilkan. Sifat – sifat elektroda dpat dilihat pada tabel 2.16
dibawah ini.
E60XX 62 56 17 – 25
E70XX 70 57 12
E80XX 80 67 19
E90XX 90 77 14 – 17
E100XX 100 87 13 – 16
ditentukan di dalam perencanaan. Salah satu standar yang terbaik untuk dipakai
berkisar antara 33 sampai 50 Ksi. Asal saja pembebanannya sama, kose tersebut
88
memungkinkan tegangan yang sama pada logam las maupun pada logam yang
dilaskan.
Tabel 2.17 berisi rumus yang ditetapkan oleh kode tersebut untuk
Tabel 2.17 tegangan yang diijinkan oleh kode AISC untuk logam las.
yang diusulkan oleh jenning. Disarankan untuk dipakai. Faktor – faktor ini harus
Jenis sambungan Kf
jumlah output pada satu periode waktu tertentu. Kapasitas juga mempengaruhi
[13]