HORMON TUMBUHAN
(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah kuliah Fisiologi Tumbuhan yang
diampu oleh Dr. Jusna Ahmad, , M.Si
Oleh :
Kelas B
Pendidikan Biologi
JURUSAN BIOLOGI
2020
1. Deksripsikan karakteristik dari 6 hormon pada tumbuhan: auksin,
Giberalin, Sitokinin, Etilen, Asam absisat, dan Brasinosteroid
Jawaban
a. Auksin: dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh), Jika terkena
cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif., bagian yang tidak terkena
cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat, mempengaruhi pemanjangan,
pembelahan, dan siferensiasi sel tumbuhan (Suwasono, 1989 ).
b. Giberalin, Karakteristik Giberalin: Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain
yang sering ditambahkan kedalam medium adalah Giberellin, ZPT yang
dalam bentuk larutan pada temperatur tinggi mudah kehilangan sifatnya
sebagai ZPT. Giberellin (asam Giberellate) dalam dosis tinggi
menyebabkan gigantisme, sesuai dari penemuan awal yang
menunjukkan bahwa ZPT ini berefek meningkatkan pertumbuhan
sampai beberapa kali. GA ini terdapat pada berbagai organ dan jaringan
tumbuhan seperti akar, tunas, mata tunas, daun, bunga, bin til akar, buah
dan jaringan kalus., berpengaruh terhadap perkembangan dan
perkecambahan embrio., Giberelin akan merangsang pembentukan
enzim amylase, . Hormone giberelin dapat dibagi menjadi berbagai
jenis, yaotu giberelin A, giberelin A2, dan giberelin A3 yang memiliki
struktur molekul dan fungsi yang sangat spesifik, hormone yang
berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan hormone auksin.
c. Sitokinin, dibentuk pada bagian akar dan ditrasportasikan ke seluruh
bagian sel tanaman, diperlukan bagi pembentukan organel-organel
semacam kloroplas, merangasang proses serta transportasi garam-garam
mineral dan asam amino ke daun (Suwasono, 1989 ).
d. Etilen, Karakteristik etilen : Etilen adalah suatu gas dari pembakaran
gas yang tidak sempurna dari senyawa- senyawa yang kaya akan ikatan
karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam. Merupakan
komponen dari asap- asap yang dikeluarkan oleh kendaraan- kendaraan
bermotor dan industri-industri yang mempergunakan bahan bakar gas.
Segera setelah diperkenalkan "illuminating gas" untuk penerangan
rumah danjalan-jalan raya, maka terlihat gejala-gejala kerusakan etilen
pada tumbuhan- tumbuhan di sekitar tempat-tempat penerangan tersebut.
Gejala-gejala itu antara lain, keguguran daun, keriting daun, hilangnya
warna tajuk bunga, pembengkakan batang, penghambatan elongasi dan
penghambatan per- tumbuhan akar. Setelah ditelusuri ternyata penyebab
gejala-gejala tersebut adalah etilen. Selanjutnyajuga diketahui bahwa
tanaman sendiri memproduksi etilen melalui proses metabolisme
selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Buah yang
dalam proses pemasakan memproduksi etilen dalamjumlah sangat
tinggi. Selain itu etilenjuga diproduksi padajaringan- jaringan dan organ
tanaman lainnya seperti bunga, daun, batang, akar, umbi dan biji.
Jumlah yang normal dalamjaringan tanaman adalah rendah biasanya
kurang dari 0,1 ppm (Fauziyah Harahap, 2012).
e. Asam absisat, Karakteristik: ABA berinteraksi dengan zat - zat
pengatu~ tumbuh tanaman yang lain pada proses tersebut, biasanya
interaksi ini bersifat menghambat (antagonisma). Sangat menarik
adalah interaksi antara ABA dan GA. GA mendorong pembentukan
enzim amylase dan enzim-enzim hidrolisis lainnya pada lapisan aleuron
dari biji barley, Pada kebanyakan hal, sifat menghambat ABA dapat
diatasi dengan pemberian lebih banyak zat- zat tumbuh terse but.
Sebagai contoh, pengaruh IAA dalam mendorong pembengkakan
koleptil Avena dihambat oleh ABA. Jika lebih banyak IAA diberi lagi,
maka pengaruh ABA ini dapat dihilangkan. Penghambat ABA terhadap
perkecambahan biji selada tidak dapat diatasi dengan pemberian IAA,
di sini diperlukan zat tumbuh lain dari pada IAA (asam giberelat dan
sitokinin) (Salisbury,1992).
f. Brasinosteroid, Brasinosteroid berinteraksi dengan hormon tanaman
yang lain contohnya auksin, hormon endogen berupa steroid yang dapat
memacu pertumbuhan (Vreugdenhil D. 1992).
2. Uraikan peran dari masing-masing hormon tersebut terhadap
pertummbuhan dan perkembangan tanaman!
Jawaban
a. Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan
sel. Hormone auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh). Jika
terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini
mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh
lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan
akan memmbengkok ke arah cahaya matahri. Auksin yang diedarkan ke
seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan
siferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apical (ujung)
batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) atau tunas
ketiak. Bila tunas apical batang dipotong, tunas lateral akan menumbuhkan
daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi apical.
Fungsi lain dari auksin adalah merangsang cambium untuk
membentuk xylem dan floem, memelihara elastisitas dinding sel,
membentuk dinding sel primer (dinding sel yang pertama kali dibentuk pada
sel tumbuhan), menghambatnya rontoknya buah dan gugurnya daun, serta
mampu membantu proses partenokarpi. Partenokarpi adalah proses
pembuahan tanpa penyerbukan.
Pemberian hormone auksin pada tumbuhan akan menyebabkan
terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar lateral (samping), dan serabut
akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar menyebabkan proses
penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum (Suwasono, 1989 ).
a) Pembesaran sel , Studi mengenai pertumbuhan koleoptil menunjukkan
bahwa IM dan auksin- auksin yang lain mendorong pembesaran sel terse
but. Perpanjangan koleoptil atau batang merupakan hasil dari pembesaran
sel tersebut. Penyebaran yang tidak sama dari auksin ini menyebabkan
pembesaran sel yang tidak merata dan terjadi pembengkokan dari koleoptil
atau organ tanaman (geotropisma dan fototropisma)
b) Penghambatan mata tunas samping, Pertumbuhan dari mata tunas samping
dihambat oleh IAA yang diproduksi pada meristem apical yang diangkut
secara basepetal. Konsentrasi auksin yang tinggi menghambat
pertumbuhan mata tunas terse but. Jika sumber auksin ini dihilangkan
denganjalan memotong meristem apical itu maka tunas samping ini akan
tumbuh menjadi tunas.
c) Absisi (pengguguran daun) , Pengguguran daun terjadi sebagai akibat dari
proses absisi (proses-proses fisik dan biokimia) yang terjadi di daerah absisi.
Daerah absisi adalah kumpulan sel yang terdapat pada pangkal tangkai daun.
Proses absisi ada hubungannya dengan IM pada sel-sel di daerah absisi.
d) Aktivitas daripada kambium , Pertumbuhan sekunder termasuk
pembelahan sel-sel di daerah kambium dan pembentukan jaringan xylem
dan floem dipengaruhi oleh IM. Pem- belahan sel-sel di daerah kambium
dirangsang oleh IM.
b. Pertumbuhan akar , Selang konsentrasi auksin untuk pembesaran sel-sel
pada batang, menjadi penghambat pada pembesaran sel-sel akar (Fauziyah
Harahap, 2012).
c. Giberelin, Giberelin merupakan hormone yang berfungsi sinergis (bekerja
sama) dengan hormone auksin. Giberelin berpengaruh terhadap
perkembangan dan perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang
pembentukan enzim amylase. Enzim tersebut berperan memecah senyawa
amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan makanan) menjadi
senyawa glukosa. Glukosa merupakan sumber energy pertumbuhan.
Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh
normal kembali.
Giberelin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji, yaitu
merangsang pembentukan serbuk sari (polen), memperbesar ukuran buah,
merangsang pembentukan bunga, dan mengakhiri masa dormansi biji.
Giberelin dengan konsentrasi rendah tidak merangsang pembentukan akar,
tetapi pada konsentrasi tinggi akan merangsang pembentukan akar.
Giberelin pertama kali diisolasi dari jamur Giberrella fujikuroi.
Hormone giberelin dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaotu giberelin A,
giberelin A2, dan giberelin A3 yang memiliki struktur molekul dan fungsi
yang sangat spesifik. Misalnya, hormone giberelin yang satu berpengaruh
terhadap pertumbuhan, sedangkan yang alin berpengaruh terhadap
pembentukan bunga.
Giberellin berpengaruh terhadap pembesaran dan pembelahan sel,
pengaruh Giberellin ini mirip dengan auksin yaitu antara lain pada
pembentukan akar. Giberellin dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
jumlah auksin endogen (Fauziyah Harahap, 2012).
.
DAFTAR PUSTAKA
Davies PJ. 2007.Plant Hormones: Biosynthesis, Signal Trasnduction, Action!.
Dordrecht: Springer. Hal 413 ISBN 978-1-4020-2686-7
Fauziyah Harahap.2012. Fisiologi tumbuhan: suatu pengantar. Medan: Unemed
Press.
Heddy, Suwasono. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta : Rajawali.
Karssen CM, Loon LC, Vreugdenhil D. 1992.Current Plant Science and
Biotechnology in Agriculture: Progress in Plant Growth Regulation.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Hal:323
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 3. terjemahan Lukman
DR, Sumaryono. Bandung: Penerbit ITB. Hal:85 ISBN 979-8591-37-2
Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB
.
3. Analisis jurnal hormon tuumbuhan (Jurnal Nasional)
1. JUDUL : Regenerasi Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii (Doty) Melalui
Induksi Kalus Dan Embrio Dengan Penambahan Hormon Perangsang
Tumbuh Secara In Vitro
TAHUN : 2009
Pada regenerasi rumput laut K. Alvarezii Melalui induksi kalus dan embrio
perlu Diketahui pengaruh dan konsentrasi hormon Yang dapat digunakan serta
pemanfaatan Lainnya pada kultur jaringan rumput laut Terhadap pembentukan
embrio, serta sintasan Embrio pada media padat dan cair serta Pemeliharaan anakan
hingga mencapai ukuran Yang dapat diaklimatisasikan di lapangan.
METODE PENELITIAN:
Persiapan Eksplan
Embrio somatik kecil yang dihasilkan dar Kalus yang berkembang menjadi
anakan, diiris Dengan pisau steril, dibilas dengan air laut Steril kemudian
dimasukkan ke dalam botol Kultur yang berisi 20 ml media kultur yang Diperkaya
dengan hormon perangsang Tumbuh dengan konsentrasi tertentu. Botol Kultur
ditempatkan pada shaker dengan Kecepatan 100 rpm selama 1 bulan, kemudian
Pindahkan ke dalam botol nonaxenic, hingga Tumbuh sampai anakan mencapai 3-
5 cm. Selama kultur micropropagule, media diganti Dengan interval mingguan
Sintasan eksplan rumput laut pada media kultur Yang dipadatkan dengan agar
berkisar 0,6%- 1,2%. Pada kepadatan 0,6% eksplan mengalami Kematian setelah
3-4 hari yang diawali dengan Pemucatan dari pigmen rumput laut dan pada
Akhirnya akan mengalami kematian, sekitar 30% Masih hidup namun kondisinya
kurang sehat. Demikian juga pada konsentrasi 1,2% eksplan Mengalami dehidrasi,
kemudian terjadi pemucatan dan akhirnya juga mengalami Kematian.
Intensitas cahaya dibutuhkan dalam Pertumbuhan dan sintasan dari eksplan rumput
(Amini et al., 1995), terutama dalam proses Fotosintesis dan induksi
kaluspemucatan dan akhirnya juga mengalami
KESIMPULAN:
1. Media kultur yang paling baik untuk induksiKalus pada rumput laut K.
Alvarezii adalah Media kultur yang diperkaya dengan pupuk Conwy
2. Kepadatan media kultur yang paling baik Untuk pemeliharaan embrio
adalah 0,8
3. Intensitas cahaya yang paling optimal pada Pemeliharaan embrio adalah
pada 1.500 lux
4. Hormon perangsang tumbuh yang paling Baik pada rumput laut K.
Alvarezii adalah IAA dengan konsentrasi 0,4 mg/L
TAHUN:2016
PENDAHULUAN:
Salah satu zat kimia yang diperlukan dalam proses partenokarpi adalah
giberelin. Dalam peristiwa partenokarpi, terbentuknya biji dapat dicegah dengan
menggunakan ZPT giberelin dengan cara menghambat proses fertilisasi. Dalam
kasus ini, hormon giberelin akan mencegah buluh serbuk sari sampai ke celah
mikropil yang mengakibatkan sel telur tidak akan bertemu dengan sel sperma
sehingga tidak dihasilkan embrio. Perkembangan bakal biji akan terhenti apabila
pembentukan embrio tidak terjadi sehingga tidak akan terbentuk biji. Partenokarpi
dikatakan berhasil apabila pembentukan buah tidak didahului dengan proses
fertilisasi, dengan kata lain peran giberelin pada peristiwa partenokarpi adalah
menggantikan proses fertilisasi (Salisbury dan Ross, 1995).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman tomat varitas
Tombatu F1, hormon giberelin sebagai induktor, pupuk kandang dan urea sebagai
pupuk dasar dan pupuk susulan, insektisida untuk menghindarkan tanaman dari s
erangan hama serangga, fungisida untuk menghindarkan tanaman dari serangan
jamur pada saat perendaman bibit dan pertumbuhan, air sebagai pelarut, media
tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul yang digunakan
untuk mencampur semua bahan-bahan media tanam, gembor untuk menyiram
tanaman, sprayer untuk menyemprotkan insektisida dan fungisida untuk
disemprotkan ke tanaman, soil tester dan pH meter untuk mengetahui kelembaban
serta pH tanah, soil thermometer untuk mengukur suhu tanah, gunting untuk
memanen buah, timbangan untuk mengukur bobot.
Langkah kerja penelitian ini meliputi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
tahap penyemaian yaitu dengan merendam biji dalam larutan fungisida selama 1
jam kemudian dikeringanginkan setelah itu biji disemai pada polybag kecil berisi
media tanam 100 gram dengan perbandingan tanah dan pupuk kandang. . Tahap
selanjutnya adalah tahap menumbuhkan tanaman tomat dengan cara memindahkan
tanaman tomat yang sudah berusia 30 hari ke polybag berisi media tanam yang
telah disiapkan dengan perbandingan tanah dan pupuk kandang 1:1. Pengendalian
hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang konsentrasinya 0,2 ml/L.
Tanaman disiram 2 kali sehari tiap pagi dan sore. Tahap ketiga, yaitu aplikasi
hormon giberelin dilakukan pada saat bunga hari ke-3 dengan cara mencelupkan
bunga kedalam larutan giberelin dengan konsentrasi 0 ppm, 60 ppm, 80 ppm dabn
100 ppm selama 5 detik pada pagi hari. Pencelupan dilakukan 2 kali dengan selang
waktu 24 jam. Tahap terakhir adalah tahap pemanenan buah dilakukan jika buah
sudah berwarna merah dan tangkainya coklat, yakni sekitar ±60 HST.
Tabel 2. Perbedaan buah tomat yang dihasilkan akibat pemberian hormon giberelin
dalam berbagai konsentrasi
diketahui dari nilai nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel yakni 1747 > 3,10.
Analisis data kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan.
Gambar biji buah tomat dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
KESIMPULAN:
TAHUN: 2013
PENDAHULUAN:
Tanaman buah naga yang dipilih adalah buah naga daging putih
(Hylocereus undatus). Pemilihan buah naga putih ini karena memiliki syarat
tumbuh yang cocok untuk ditanam di dataran rendah yakni dengan suhu yang tidak
terlalu sejuk, jika buah naga putih ditanam pada suhu yang relatif sejuk maka
produktivitasnya akan berkurang karena akan lebih banyak tumbuhnya tunas
daripada buah.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah timbangan elektrik, gelas
ukur 100 ml, gelas kimia 100 ml, gelas kimia 1000 ml, penggaris (cm), spidol,
kertas label, polybag, hand spayer, dan kamera digital. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini ialah stek batang buah naga, larutan hormon IBA dengan
berbagai konsentrasi, tanah sebagai media tanam, pasir dan pupuk organik sebagai
campuran media tanam, fungisida untuk mencegah tumbuhnya jamur, alkohol 70%,
aquades, dan kertas tissue.
Penelitian ini terdiri dari 5 variasi konsentrasi hormon IBA, yaitu 0 ppm,
500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm dengan setiap perlakuan diulang 5
kali sehingga didapatkan 25 unit eksperimen. Prosedur kerja yang dilakukan
pertama kali yaitu pemilihan batang, batang yang digunakan untuk stek harus
dalam keadaan sehat, keras, tua, tanaman sudah pernah berbuah dan berwarna
hijau tua. Perendaman batang pada larutan hormon dilakukan pada masing-masing
konsentrasi dengan lama waktu perendaman selama 2 jam. Selanjutnya stek yang
sudah diberi perlakuan hormone ditaman dalam polybag yang berisi campuran
tanah, pasir dan pupuk organik sebagai media pertumbuhan dengan perbandingan
tanah : pasir : pupuk ialah 2 : 1 : 1. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian
yakni pada minggu ke-3. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan akar yang
meliputi persentase stek yang berakar, panjang akar dan biomassa akar
HASIL PENELITIAN:
PEMBAHASAN
Pada konsentrasi 4000 ppm terjadi penurunan nilai pada panjang akar,
biomassa akar, dan persentase stek yang berakar, yang semula mengalami
peningkatan sampai pada konsentrasi 2000 ppm. Hal ini dikarenakan pada stek
batang buah naga mempunyai batas optimal terhadap konsentrasi IBA, sehingga
jika konsentrasinya melebihi batas optimal maka justru akan menghambat proses
pertumbuhan Proses perakaran sangat dipengaruhi oleh impermeabilitas kulit
batang terhadap air, dengan kemampuan auksin (IBA) yang dapat memutus ikatan
hidrogen dan menyebabkan pelenturan dinding sel epidermis pada batang. Hormon
auksin mampu mengendurkan dinding sel epidermis, sehingga dinding sel
epidermis yang sudah kendur menjadi mengembang, kemudian sel epidermis ini
membentang dengan cepat, dan pembentangan ini menyebabkan sel sub epidermis
yang menempel pada sel epidermis juga mengembang. Hal ini dapat memudahkan
air masuk ke dalam batang. Masuknya air ke dalam batang akan memacu proses
perakaran, selain itu masuknya hormon IBA ke dalam dinding sel epidermis
mampu mempengaruhi aktivitas gen dalam memacu transkipsi berulang DNA
menjadi m-RNA. Tersedianya m-RNA ini maka akan terjadi tranlasi m-RNA
menjadi enzim yang mempunyai aktivitas katalis tinggi pada konsentrasi yang
rendah. Tersedianya enzim ini maka bahan-bahan protein atau polisakarida yang
menyebar pada dinding sel epidermis dapat dipecah dengan segera untuk
menghasilkan energi yang akan mendukung proses pembentangan dan
pembesaran sel, sehingga mendorong pembelahan sel dan terjadi pertumbuhan
akar. Efek seluler auksin meliputi peningkatan dalam sintetis nukleotida DNA dan
RNA, pada akhirnya peningkatan sintetis protein dan produksi enzim, peningkatan
pertukaran proton, muatan membran dan pengambilan kalium (Salisbury dan Ross,
1995).
KESIMPULAN :
PENDAHULUAN:
Zaitun (Olea europaea) milik keluarga Oleaceae. Ini adalah salah satu
tanaman paling berguna dengan bahaya unik. Tidak diragukan lagi, zaitun adalah
salah satu tanaman paling kuno di daerah Mediterania, terutama di Timur Tengah
(Isfendiyaroğlu dan Ozeker, 2009). Sangat umum untuk menggunakan pengatur
tumbuh (hormon) untuk menginduksi pembentukan akar dalam sistem mikroskopi.
Aplikasi mereka ke bagian bawah stek hampir selalu menghasilkan perakaran lebih
cepat dan lebih. Tidak ada keraguan bahwa IBA dianggap sebagai hormon buatan
terbaik yang digunakan. Namun, penerapan hormon lain juga telah memberikan
hasil yang baik seperti asam asetat indol (IAA) dan asam naftalenaasetat (NAA)
(Isfendiyaroğlu dan Ozeker, 2009; Muller et al., 2005).
Kuchenbuch, 1994). Perawatan stek sebagian besar spesies tanaman dengan IBA
menginduksi rooting adventif dan itu lebih efektif daripada IAA dalam banyak
kasus (Epstein dan Ludwing-M¸ller, 1993). Kemampuan IBA yang lebih tinggi di
meningkatkan rooting adventif daripada IAA terkait stabilitas IBA yang lebih
tinggi daripada jaringan dan larutan tanaman (Nordstram et al., 1991). Harbage
and Stimart (1996) mengungkapkan bahwa akumulasi rendah IBA pada pH rendah
tanam diinduksi rooting stek apel.
Muller et Al. (2005) menemukan bahwa penerapan IBA pada tingkat 0,1
dan 1 mM tidak memiliki efek penghambatan pada rooting dan meningkatkannya,
tetapi kecepatan 100 mM menghambat rooting sama sekali. Nordstram et al. (1991)
melaporkan bahwa IBA ada di tanaman secara alami dan lebih stabil daripada IAA
selama pemeriksaan rooting yang mempengaruhi keduanya dekomposisi dan
metabolisme
Mengingat bahwa zaitun adalah salah satu tanaman yang sulit di-rooting,
maka percobaan split-plot saat ini dilakukan di rumah kaca di Jiroft, Iran pada
musim dingin dan musim semi 2012-2013 berdasarkan Blok Lengkap Acak Desain
untuk menyelidiki pengaruh yang berbeda konsentrasi hormon IBA pada rooting
zaitun stek. Potongan kayu zaitun cv. Manzanilla diambil dari cabang satu tahun
digunakan. Utama plot (A) terdiri dari musim pemotongan di dua tingkat musim
semi dan musim panas dan sub-plot (B) disusun pengobatan hormon IBA
(Indulebuyric acid) pada usia lima tahun level 0, 1000, 2000, 3000 dan 400 ppm.
Pembelajaran dilakukan pada akhir Februari dan akhir April. Setiap musim
termasuk lima perawatan dan tiga replikasi. Ranjang tanam terdiri dari perlite dan
pasir di rasio 1: 1. Dua sentimeter dari bagian bawah stek direndam dalam larutan
yang dirawat selama 10 detik kemudian, itu direndam dalam bubuk bedak menjadi
lebih baik retensi hormon. Setelah itu, mereka dipindahkan ke pot penanaman.
Menetas pot itu diameter 20 cm dan ketinggian pot adalah 25 cm. Tiga stek
ditanam di setiap pot secara diagnostik. Stek memiliki 2-3 daun terminal. Setelah
secara acak menempatkan stek di rumah kaca panas, mereka diairi setiap hari dan
pengambilan sampel dimulai 75 hari setelah penanaman stek. Persentase stek
berakar dan jumlah akar per stek diukur. Panjang akar dan cabang diukur dengan
caliper. Bobot akar segar dan kering ditentukan oleh skala presisi digital 0,01. Data
dianalisis dan sifat-sifat yang ditargetkan dibandingkan dengan perangkat lunak
MS-TAT dan grafik digambar oleh perangkat lunak MS-Excel.
IBA pada tingkat 3000 ppm memiliki efek tertinggi pada persentase stek
berakar (84,5%) dan persentase terendah diamati pada kontrol (46,667%). Perlu
dicatat bahwa peningkatan hormon berlebihan Konsentrasi menurunkan persentase
stek berakar. Terakhir et al. (1991) dan Rose et al. (1992) menunjukkan bahwa
menginduksi rooting adventif di bawah konsentrasi IBA 3-10 M dapat menginduksi
rooting. Rahman et al. (2002) melaporkan bahwa IBA pada konsentrasi 3000 ppm
menghasilkan 70% rooting stek zaitun. Musim pemotongan memiliki pengaruh
signifikan terhadap persentase stek berakar.
Hasil rata-rata berat segar akar mengungkapkan bahwa hormon IBA pada
tingkat 3000 ppm memiliki efek tertinggi pada berat segar akar (10,317 g) dan efek
terendah diamati pada kontrol (4,567 g). Rahman et al. (2002) melaporkan bahwa
jumlah maksimum akar dalam setiap pemotongan dicatat ketika stek dirawat
dengan 300 ppm IBA sedangkan yang minimum diamati dalam kontrol
menyiratkan bahwa hormon IBA mempengaruhi potensi ketahanan dinding seluler
dan percepatan pembelahan sel. Berat segar akar dari stek akar zaitun dipengaruhi
oleh musim tanam. Berat segar akar lebih tinggi di musim semi (7,641 g) daripada
di musim dingin (6,2 g).
Di antara interaksi antara tingkat IBA dan musim tanam, bobot segar akar
tertinggi (11,8 g) diperoleh pada musim semi di bawah perlakuan IBA 3000 ppm
dan yang terendah (4,133 g) pada musim dingin di bawah perlakuan terkontrol.
Efek IBA adalah sehingga berat kering akar rata-rata tertinggi (2,097 g) diamati di
bawah perlakuan 4000 ppm IBA. Konsentrasi hormon ini menghambat
pertumbuhan akar tetapi dapat menyebabkan akumulasi bahan kering di akar dan /
atau pucuk. Kontrol memiliki bobot kering akar terendah (0,828 g). Musim tanam
juga dapat memengaruhi berat kering rata-rata akar stek zaitun yang berakar. Stek
yang berakar di musim semi memiliki bobot kering akar tertinggi (1,5227 g),
sedangkan stek yang berakar di musim dingin memiliki yang terendah (1,17 g) yang
dapat dikaitkan dengan lingkungan yang lebih panas dan evapotranspirasi daun dan
akibatnya, peningkatan konsentrasi mineral di bagian tanaman, terutama di akar.
KESIMPULAN:
PENDAHULUAN:
c. Regenerasi In Vitro
Eksplan batang (panjang 1 cm) aseptik berumur 5 minggu
bibit dibiakkan ke media regenerasi. Itu kultur diinkubasi dalam
kelembaban relatif 70-85%, suhu 24 ± 2˚C dan fotoperiode 16 jam dalam a
kerapatan fluks foton fotosintesis 250-350 μmol m-2 s-1 Pengamatan
dilakukan dalam waktu 5 minggu budaya. Semua perawatan disiapkan
setidaknya 10 replikasi.
d. Penentuan Kriteria Pertumbuhan untuk In Vitro
Regenerasi Oryza Oryza sativa L. Var. MRIA 1. L. Var MRIA Ada
beberapa parameter yang sudah direkam setelah 5 minggu untuk
mengevaluasi kemampuan eksplan Oryza Oryza sativa L. Var. MRIA 1.
Var. MRIA 1 untuk regenerasi pada media regenerasi yang disiapkan. Itu
parameter pertumbuhan yang digunakan adalah jumlah tunas, daun, dan
akar, panjang pucuk, berat segar dan kering berat, dan persentase
kelangsungan hidup.
e. Penentuan Berat Segar dan Berat Kering
Pertumbuhan dan perkembangan planlet regenerasi secara acak
sampel dalam hal segar dan kering bobot. Setelah 5 minggu periode kultur,
5 sampel adalah diambil secara acak untuk evaluasi segar dan keringnya
bobot. Tanaman diambil. Tumbuhan itu dulu kering menggunakan
sepotong tisu sebelum ditempatkan di dalam oven pada suhu 50 ° C. Planlet
yang ditumbuhkan ditimbang sampai bobot konstan diperoleh.
f. Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-
way ANOVA yang dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS versi
21.0. Data yang dikumpulkan dianalisis untuk setiap perbedaan signifikansi
antara perawatan berarti (p <0,05). Semua grafik tadinya disajikan dan
diplot menggunakan Windows Excel.
KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa regenerasi
langsung Oryza Oryza sativa L. Var. MRIA 1. L. Var. MRIA 1 tanpa
memerlukan fase kalus menengah. Berhasil dibuktikan itu hormon
pertumbuhan tanaman yang dipasok dapat menginduksi sel pembagian dan
diferensiasi SAM Oryza Oryza sativa L. Var. MRIA 1. L. Var. MRIA 1.
Faktanya, eksogen PGR diperlukan untuk mempromosikan aktivitas
mitosis dan diferensiasi yang akhirnya dapat merangsang organogenesis
pada apikal pucuk meristem apikal pucuk meristem. Selain itu, regenerasi
tanpa perantara Fase kalus penting untuk menghasilkan kualitas tinggi dari
planlet tanpa memakan waktu lama. Ini karena induksi kalus
dipertimbangkan langkah-langkah membosankan yang membutuhkan
subkultur itu melelahkan dan memakan waktu.