Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEBIDANAN KOMREHENSIF

KEGAWAT DARURATAN MATERNAL IBU BERSALIN


PADA Ny “E” GIIP1001Ab000 Uk 38-39 minggu DENGAN
PLASENTA PREVIA LETAK RENDAH
DI RS SAIFUL ANWAR, MALANG

OLEH :
DAHNIA AFRIS SANTININGRUM
Nim. P17310171006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
KEGAWAT DARURATAN MATERNAL IBU BERSALIN
PADA Ny “E” GIIP1001Ab000 UK 38-39 minggu DENGAN
PLASENTA PREVIA LETAK RENDAH
DI RS SAIFUL ANWAR, MALANG

Mahasiswa

Dahnia Afris Santiningrum


Nim. P17310171006

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Surachmindari , SST., M.Pd


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu penilaian indikator. Status
kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan diseluruh dunia lebih
dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada
satu perempuan yang meninggal. Di Indonesia menurut SDKI tahun 2009 AKI 390 per
100.000 kelahiran hidup.
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Salah satu penyebab peradarahan tersebut adalah
plasenta previa yaitu plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim, sedemikian
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Pada beberapa
rumah sakit umum angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9% sedangkan
di negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu <1% (Prawirohardjo, sarwono 2008)
Penyebab terjadinya plasenta previa masih sulit ditentukan, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas
tinggi, dan usia lebih dari 35 tahun (Prawirohardjo, sarwono 2008). Menurut hasil
penelitian (Wardana, 2001) plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah
beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali melahirkan
(primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan terjadi plasenta previa lebih besar.
Pada ibu yang melahirkan dalam usia >40 tahun beresiko terjadinya plasenta previa
(santoso,2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal . uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang
mempunyai riwayat SC minimal 1 kali mempunyai resiko untuk plasenta previa pada
kehamilan selanjutnya (Santoso,2008)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan komprehensif. Pada persalinan
patologis dengan plasenta previa menggunakan pola pikir varney dan pendokumentasian
varney,
1.2.2 Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada persalinan dengan plasenta previa
- Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan masalah pada persalinan dengan
plasenta previa
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial persalinan
dengan plasenta previa
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada persalinan dengan
plasenta previa
- Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan pada persalinan dengan plasenta
previa
- Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada persalinan dengan
plasenta previa
- Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada ibu bersalin
dengan plasenta previa.
1.3 Metode Penulisan
a. Studi pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan kasus yang diambil
b. Observasi
Yaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung
kepada pasien
c. Wawancara
Menanyakan secara langsung kepada petugas, klien dan keluarga
d. Studi dokumentasi
Melihat secara langsung catatan medis klien
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 tujuan umum
1.2.2 tujuan khusus
1.3 Metode penulisan
1.4 Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Identifikasi diagnosa dan masalah
3.3 Identifikasi diagnosa masalah potensial
3.4 Identifikasi kebutuhan segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.        Konsep Dasar Plasenta Previa


2.1  Definisi
Plasenta   previa    berasal    dari kata  prae  yang    berarti    depan   dan vias yang berarti
jalan, jadi artinya di depan jalan lahir atau menutupi jalan lahir (Marta adi soebrata, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Jurnal kesehatan
Poltekkes Surakarta. Agustus (2015).
Sejalan dengan bertambah membesarnya segmen bawah rahim ke arah proksimal
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti
perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara
dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks
yang tertutup oleh plasenta (Ari, 2009).

2.2  Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis    : Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis : Hanya sebagian dari ostium yang tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis: Han ya pada pinggir ostium internum yang terdapat jaringan
plasenta.
4. Plasenta letak rendah       : Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang dari 2cm dariostium
uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap sebagai plasenta letak normal.
Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm

a.   Plasenta pervia sentralis (totalis).


Bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
b.   Plasenta previa lateralis
Bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta.
c.   Plasenta previa lateralis  dibagi menjadi 3, yaitu :
1)           Plasenta lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian belakang.
2)           Plasenta previa leteralis anterior bila menutupi ostium bagian depan.
3)           Plasenta previa marginalis bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
yang ditutupi plasenta (Norma, dkk., 2013).
2.3         Etiologi Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implamantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperluaskan plasenta untutk mampu memberikan
nutrisi pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
menigkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi,
kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.
Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu:
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu:
1.  Endometrium yang inferior.
2.  Chorion leave yang persesiten.
3.   Korpus luteum yang bereksi lambat.

2.4       Faktor Resiko Plasenta Previa

Menurut Mochtar yang dikutip pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko
yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1. Usia >35 tahun atau <20 tahun.
2.  Paritas.
3.  Riwayat pembedahan rahim.
4.  Jarak persalinan yang dekat <2tahun.
5.   Korpus luteum bereaksi lambat.
Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya yang
berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
a.    Terdapat jaringan perut.
b.    Riwayat plasenta previa sebelumnya.
c.    Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri.
d.    Kehamilan ganda.
e.    Merokok.

2.5         Patofisiologi Plasenta Previa
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar
lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu
mulailah terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan
pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah yang
mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Sumapraja S, 2009).

2.6       Gambaran Kinik Plasenta Previa


Tanda dan gejala plasenta previa menurut Sarwono Prawihardjo (2009) yaitu, Ciri
yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa
rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan
pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa
suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian jadi berulang. Pada setiap
pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan,
perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta. Perdarahan
diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen
atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan.
Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada
plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi
pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta, sebagai
komplikasi plasenta akreta.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, pada palpasi abdomen sering
ditemui bagian bawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam
letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut
tidak tegang. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang
singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok. Pada janin turunnya bagian terbawah
janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan
letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim.

2.7 Komplikasi Plasenta Previa


Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik ibu maupun pada janin
yang dikandungnya, yaitu
1.      Komplikasi pada ibu
a.       Dapat terjadi anemi bahkan syok
b.      Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
c.       Infeksi pada perdarahan yang banyak
2.    Komplikasi pada janin
a.       Kelainan letak janin
b.      Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
c.       Asfiksia intauterine sampai dengan kematian

2.8 Penanganan Plasenta Previa


Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :
1.        Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di rumah sakit.
Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan
darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid
dalam perawatan antenatal untuk perawatan paru janin.
2.        Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena perdarahan
ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik seperti hipotensi, pasien
tersebut mungkin mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat dari pada
penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3.        Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit, hubungan
suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah pemeriksaan ultrasonografi
ulangan dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta
menjauhi ostiun uteri internum (OUI)
4.        Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat
baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang cukup serius untuk
merawatnya sampai melahirkan.
5.        Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan ultrasonografi,
color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta atau
perkreta.

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

A. Manajemen Asuhan Kebidanan


Terdapat 7 langkah manajemen asuhan kebidanan yang telah diterapkan menurut
Varney, antara lain :
a. Pengkajian.
b. Identifikasi masalah / diagnosa.
c. Antisipasi masalah potensial.
d. Identifikasi kebutuhan segera.
e. Penyusunan rencana / intervensi.
f. Pelaksanaan / implementasi.
g. Evaluasi.

1. Pengkajian Data
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adal mengumpulkan informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien (Muslihatun, 2013)
Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian, kapan melakukan
pengkajian, serta dimana dilakukan pengkajian.
Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Oleh :

(1) Data Subyektif


Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi
dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara
independent tetapi melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi, data yang diperoleh yaitu
sebagai berikut:.
Data subjektif adalah data yang diperoleh dan hasil bertanya dari pasien, suami, atau
keluarga (Rukiyah, dkk, 2009).
Pada data subyektif meliputi :
1. Biodata
yang mencakup identitas pasien dan suami meliputi :
a. Nama
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap untuk membedakan pasien yang satu
dengan pasien yang lain dan mengenal pasien serta menghindari kekeliruan atau nama
panggilan akrabnya (Matondang,2009).
b. Umur
Untuk mengetahui adanya faktor resiko dan untuk mengantisipasi diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang dilakukan. pada perdarahan antepartum dengan plasenta
previa umur >25 dan <35 tahun dapat menjadi penyebab terjadinya plasenta previa
(Sarwono, 2006; h:367).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan
pasien dalam berdoa (Ambarwati, 2009; h:132).
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya
(Ambarwati, 2009; h:132).
e. Suku/bangsa
Berpengaruh terhadap adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2009; h:132).
f. Pekerjaan
untuk mengetahui dan mengukur tingkat ekonominya, karena mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut (Ambarwati, 2009; h:132).
g. Alamat rumah
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2009;
h:132).

a. Alasan datang dan atau keluhan utama


Keluhan utama adalah masalah utama yang diuraikan dengan kata-katanya sendiri, dengan
kepentingan menurut pasien sendiri yang berkaitan dengan plasenta previa pada waktu
pengkajian, ibu mengatakan yang dirasakan oleh ibu adalah keluar darah tanpa rasa sakit dari
jalan lahir yang tidak bisa ditahan oleh ibu (Ralph, 2009; h: 334-467).

b. Riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang


Riwayat kesehatan dahulu, sekarang, dan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui adanya
penyakit yang menyertai kehamilan yang bisa menyebabkan terjadinya perdarahan
antepartum dengan plasenta previa ibu atau keluarga pernah mengalami perdarahan sewaktu
hamil, dan apakah ibu ada riwayat kuret atau sesar yang menjadi penyebab terjadinya plasenta
previa (Sulaiman Sastra Winata, 2005; h:85).
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemugkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti : DM, eritroblastosis, ini dapat menyebabkan plasenta menjadi lebih
besar dan luas sehingga mendekati ostium uteri internum, pada kehamilan multiple
akan menyebabkan aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak
sehingga memperluas permukaannya yang akan mendekati atau menutupi sama sekali
pembukaa jalan lahir, bekas seksio sesaria (yang dapat menyebabkan cacat atau
jaringan parut pada endometrium pada ibu atau wanita yang pernah menjalani operasi
cesar sebelumnya), mioma uteri menyebabkan keadaan endometrium menjadi kurang
baik yang akan menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik yaitu di
tempat yang rendah ostium uteri internum, kuretase juga dapat menyebabkan keadaan
endometrium kurang baik yaitu menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin, plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau
menutupi ostium uteri internum dan riwayat kehamilan sebelumnya dengan
perdarahan antepartum karena plasenta previa akan timbul kembali pada kehamilan
berikutnya (Sulaiman sastra winata, 2005; h: 85)

(2) Riwayat kesehatan sekarang


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
sekarang, seperti DM, eritroblastosis, kehamilan multiple, mioma uteri, yang mampu
mempengaruhi kesehatannya yaitu kemungkinan terjadi plasenta previa (Sulaiman
sastra winata, 2005; h: 85).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk megetahui riwayat keluarga, apakah keluarga mempunyai
riwayat penyakit genetik yang dapat menurun pada klien seperti DM, mioma uteri,
plasenta previa, dan kehamilan multiple/kembar perlu di tanyakan untuk mengetahui
apakah kehamilan ini ibu kemungkinan kembar atau tidak (Sulaiman sastra winata,
2005; h: 85).

c. Riwayat haid/ menstruasi


Hari pertama haid terakhir dikaji untuk mengetahui haid terakhir ibu agar bisa diketahui
perkiraan kelahiran bayi, untuk mengetahui usia kehamilannya apakah sudah aterm atau
masih preterm karena biasanya plasenta previa akan timbul pada usia > 22 minggu.
d. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah pernikahan keberapa,lama pernikahan, status menikah sah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
(Ambarawati dan Wulandari, 2009)
e. Riwayat Obstetri yang Lalu dan atau yang Sekarang
Kehamilan : Riwayat kehamilan,ditanyakan untuk mengetahui jumlah kehamilan
yang lalu yaitu: plasenta previa biasanya timbul pada usia ibu hamil
baik primigravida maupun multigravida < 25 tahun dan > 35 tahun,
lebih sering pada paritas tinggi dan paritas rendah apakah pernah
mengalami keguguran dan di curetase, keluar darah yang mengarah
terjadinya plasenta previa, adanya plasenta previa pada saat hamil.

Persalinan : Data ini perlu ditanyakan karena riwayat persalinan


dapat mempengaruhi masa nifas ibu, misalnya saat
persalinaterjadi , perdarahan, preeklampsia atau
eklampsia. Selain itu yang perlu ditanyakan adalah
tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PBL, BBL, penolong
persalinan untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati
dan Wulandari, 2010)
Nifas Apakah ibu pernah mengalami pusing berlebihan,
kaki bengkak, lemas, perdarahan atau masalah –
masalah lain yang dapat mempengaruhi masa nifas
selanjutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010)

f. Riwayat keluarga berencana


Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan menanyakan metode KB
yang pernah dipakai, berapa lama dan komplikasi/efek samping dari KB (Ambarawati dan
Wulandari, 2009).
g. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ibu hamil perlu dikaji karena faktor lain penyebab plasenta previa
adalah kekurangan gizi terutama yang menyebabkan aliran darah ke plasenta tidak
cukup sehingga akan memperluas permukaannya yang akan mendekati atau menutupi
pembukaan jalan lahir (Sarwono, 2006; h: 367).
b. Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ada gangguan saluran pencernaan atau saluran
kencing. Ditanya sebelum hamil dan selama hamil tentang bak/bab, berapa kali,
konsistensinya, jumlahnya, warnanya dan baunya.
c. Istirahat
Data ini dikaji untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan istirahat pasien,
untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul, pengkajiannya meliputi berapa
lama pasien tidur siang dan tidur malam. Pada ibu hamil dengan plasenta previa harus
dianjurkan banyak istirahat karena untuk menghindari keluar perdarahan yang
semakin banyak dan dianjurkan istirahat berbaring total dengan menghadap kekiri
untuk mengurangi perdarahan (Saefudin, 2002; h: 21). Akan tetapi perlu di waspadai
karena perdarahan plasenta previa biasanya timbul setelah bangun tidur dan tidak
merasakan nyeri.
d. Personal hygine
Data ini perlu dikaji karena dapat mempengaruhi kesehatan pasien dan janinnya. Jika
pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan dirinya maka pasien
dapat diberika konseling tentang cara perawatan kesehatan diri sedini mungkin, seperti
mandi, keramas, gosok gigi, ganti baju, celana dalam, pada seorang wanita hamil yang
mengalami perdarahan antepartum dengan plasenta previa akan terjadi perdarahan
yang sering menyebabkan celana dalam ibu basah sehingga ibu harus menjaga
kebersihan dirinya. Karena menjaga kebersihan personal hygine itu sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting (Sulaiman sastra winata, 2005; h: 85).
e. Pola seksual
Data ini dikaji untuk mengetahui keluhan dalam aktifitas seksual yang cukup
mengganggu pasien, seperti frekuensi dan gangguan saat melakukan hubungan
seksual. Wanita hamil dengan plasenta previa sebaiknya menghindari hubungan
seksual sampai flow up USG menunjukkan perpindahan plasenta ke tempat
sebenarnya (Sujiyati, 2009; h: 70).
h. Riwayat psikososial, sosial dan spiritual
a. Psikososial
Respon ibu dan keluarga, ibu biasanya sangat cemas dengan kehamilannya karena ibu
mengalami keadaan yang mungkin membuat membuat ibu mencemaskan janinnya
sehingga ibu selalu bertanya-tanya bagaimana keadaan janinnya. Bagaimana
persalinannya nanti sampai ibu tidak bisa tidur nyenyak karena selalu dibayangi rasa
cemas dan ibu terkadang sampai bermimpi buruk tentang bayinya. Ibu selalu merasa
tidak nyaman bila tinggal di tempat yang menurut dia tidak nyaman, ibu cenderung
ingin memilih tempat tinggal yang bagi dirinya nyaman (Linda V W, 2008; h: 128-
190). Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini keluarga sangat mendukung, serta
selalu memberi support kepada ibu untuk selalu tenang dan pasrah kepada allah apa
yang akan terjadi nanti. ibu dan keluarga sudah mulai mencari nama buat bayinya
nanti dan ibu mulai mempersiapkan baju bayinya serta perlengkapan bayinya (Linda
V W, 2008; h: 128-190).
b. Kultural
Pantangan/adat istiadat, kebiasaan yang berhubungan dengan kehamilan. Pengambilan
keputusan dalam keluarga , kebiasaan hidup merokok dan minum-minuman keras
dapat menyebabkan terjadinya perubahan inflansi atau atrofi yang mengakibatkan
timbulnya hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida yang akan dikompensasi
dengan hiperterofi plasenta hal ini terjadi terutama pada perokok berat (Sulaiman
sastra winata, 2005; h: 85).
c. Spiritual
Ketaatan dalam menjalankan ibadah, aktivitas keagamaan yaitu sholat.

(2) Data Obyektif


a. Keadaan umum
pada pasien plasenta previa keadaan umum ibu lemah (Sulistyawati, 2012).
b. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah
Normalnya systole tidak boleh lebih 120 mmHg dan diastole > 80 mmHg
pada kasus plasenta previa tekanan darah rendah antara 90/70 mmHg – 120/80
mmHg karena adanya perdarahan.
 Nadi
untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung 1 menit, denyut nadi normal 60-
90 x/menit.
 Respirasi
untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung 1 menit, denyut nadi normal 18-
22 x/menit.
 Suhu
Digunakan untuk mengetahui keadaan suhu tubuh. Normal 36,5°C – 37,5°C.
pada pasien plasenta previa suhu tubuh meningkat tidak lebih dari 38 0C
(Saiffudin, 2006).
c. Berat badan
Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara 6.5-16kg. kenaikan berat
badan pada ibu hamil digunakan sebagai indicator untuk menilai kesejahteraan
ibu (Wiknjosastro, 2005).
d. Lila
untuk mengetahui status gizi ibu hamil dengan batas normal >23,5 cm
(Mandriwati, 2008).

a. Pemeriksaan Sistematis
Inspeksi
a. Muka
pada pasien plasenta previa muka terlihat pucat (Jannah, 2012).
b. Mata
pada pasien plasenta previa konjungtiva terlihat anemis, ini dikarenakan
perdarahan yang dialami oleh ibu sehingga menyebabkan ibu terlihat anemis,
sklera berwarna putih (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
c. Mulut dan gigi
pada ibu hamil dengan plasenta previa lidah terlihat kering (Manuaba, 2010),
bibir pucat dan kering, tidak ada karies gigi.
d. Leher
Untuk mengetahui ada/tidak pembengkakan kelenjar limfe atau pembengkakan
kelanjar tiroid dan pelebaran vena jugularis (Rukiyah dkk, 2009).
e. Payudara
Untuk mengetahui keadaan payudara Simetris, membesar, putting susu menonjol,
tidak ada benjolan abnormal, hyperpigmentasi.
f. Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi, arah pembesaran perut, adanya
linea dan striae (Prawirohardjo, 2010),
g. Genetalia
Untuk mengetahui adanya pengeluaran pervaginam,banyak atau sedikit, warnanya
kehitahaman dan darah segar atau tidak.
h. Anus
Hemoroid atau tidak.

Palpasi
a. Leher
b. tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan tidak terdapat
bendungan vena jugularis
c. Payudara
Tidak teraba benjolan abnormal
d. Abdomen
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi abdomen yang didapat
yaitu :

a) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah

b)   Sering dijumpai kesalahan letak janin

c)   Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
goyang atau terapung (floating) atau di atas pintu atas panggul (sofian,2012)

Auskultasi
Secara auskultasi kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin, frekuensi teratur
atau tidak
DJJ : 120-160x/menit
Perkusi
Reflek Pattela +/ -

b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan inspekulo
Pada klien dengan plasenta previa pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk memastikan
apakah perdarahan berasal dari segmen bawah Rahim atau kelainan serviks,vagina dan
varises pecah (yeyeh 2010)

Pemeriksaan dalam

Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam adalah senjatayang paling ampuh di bidang
obstetrik untuk mendiagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh, namun harus berhati-hati
karena bahaya yang besar (sofian, 2013).Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja
operasi dan siap untuk mengambil tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta di
sekitar ostium uteri internum (norma, dkk. 2013)

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan plasenta previa yaitu:
1. Ultrasonografi (USG)   : pemeriksaan dilakukan untuk penentuan lokasi plasenta dan
tidak menimbulkan bahaya radiasi pada janin(sofian, 2012)
2.Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3. Labolatorium                : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis (norma, dkk. 2013)

ii. Interpretasi data


D : G……P……Ab……., UK > 22 Minggu, Tunggal / Ganda, Hidup / Mati,
X Letak Kepala / Bokong / Lintang, Intra / Ekstra Uterin, Inpartu Kala I Fase
Laten / Aktif dengan plasenta previa.
DS : Ibu bersalin dengan plasenta previa datang dengan mengeluhkan
keluar darah tanpa rasa sakit dari jalan lahir yang tidak bisa ditahan
oleh ibu
Ibu mengatakan HPHT …..
Ibu mengatakan Usia kehamilannya …..
Ibu mengatakan kehamilan ke …..

D : (1) Tanda-tanda Vital


O Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
N : normal sampai meningkat (jika terjadi infeksi).
S: normal sampai meningkat (> 38oC jika terjadi infeksi)
(2) Inspeksi
Muka : Pada kasus plasenta previa muka tampak pucar
Mata : pada kasus plasenta previa konjungtiva tampak anemis
Abdomen : dilihat apakah ada luka bekas SC, terdapat linea nigra,
striae gravidarum
Genetalia : Untuk mengetahui adanya pengeluaran
pervaginam,banyakatau sedikit, warnanya kehitahaman dan darah
segar atau tidak.

(3) Palpasi
Abdomen
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi
abdomen yang didapat yaitu :
a) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b)   Sering dijumpai kesalahan letak janin
c)   Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di atas
pintu atas panggul (sofian,2012)

Masalah
kemungkinan masalah yang timbul pada klien dengan plasenta previa adalah
kecemasan

Kebutuhan 
kebutuhan yang diperlukan pada klien dengan plasenta previa yaitu dukungan
psikologis, hidrasi, pengosongan kandung kemih, defiksasi dan rasa nyaman

B. Indentifikasi Masalah Potensial


kemungkinan diagnosa potensial yang akan timbul yaitu :

a.       Pada ibu

1)      Anemi

2)      Perdarahan hingga syok hipovolemik (norma, dkk. 2013)

3)      Infeksi

4)      Inersia primer

5)      Prolaps tali pusat

6)      Prolaps plasenta
7)      Plasenta melekat, sehinggaharus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan korekan

8)      Robekan jalan lahir karena tindakan

9)      Perdarahan postpartum (sofian, 2012)

b.      Pada janin

1)      Kelainan letak janin

2)      Bayi premaur atau lahir mati (sofian, 2012)

3)      Asfiksia (norma, dkk. 2013)

C. Identifikasi Kebutuhan Segera


Jika klien terdeteksi dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi dengan dokter
spesial obgyn untuk dilakukan tindakan

D. Penyusunan Rencana / Intervensi


DX : G……P……Ab……., UK > 22 Minggu, Tunggal /
Ganda, Hidup / Mati, Letak Kepala / Bokong / Lintang,
Intra / Ekstra Uterin, Inpartu Kala I Fase Laten / Aktif
dengan plasenta previa.
Tujuan : Persalinan berjalan dengan lancar serta keadaan ibu dan
bayi baik selama persalinan.
Intervensi :
Perencanaan tindakan penanganan pada pasien dengan plasenta previa :

a.       Beritahu ibu hasil pemeriksaan

b.      Beri dukungan psikologis pada ibu

c.       Anjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)

d.      Penuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu

e.       Penuhi kebutuhan personal hygien ibu

f.       Atur cairan infus (cairan RL dan Nacl )

g.      Lakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ

h.      Berikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn

i.        Anjurkan keluarga untuk menyiapkan pendonor darah sesuai golongan darah


pasien
j. memberitahu pasien dan keluarga bahwa akan dilakukan rujukan ke RS

F. Pelaksanaan / Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang bidan dilaksanakan
oleh semua bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya
(Varney, 2007). Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah
dibuat.

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

b.      Memberi dukungan psiko logis pada ibu

c.       Menganjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)

d.      Memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu

e.       Memenuhi kebutuhan personal hygien ibu

f.       Mengatur cairan infus dan drip adona 1 ampul

g.      Melakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ

h.      Memberikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn

i.        Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan calon pendonor sesuai golongan darah


pasien.

j. merujuk pasien ke RS

2.1.7 Evaluasi
Evaluasi adalah hal terakhir yang dilakukan dari proses asuhan kebidanan dengan
plasenta previa. Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan :

a.       Tercapainya seluruh perencanaan tindakan

b.      Tercapainya sebagian dari perencanaan tindakan


BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Hari / tanggal : Selasa , 25-02- 2020
Jam : 13.30 WIB
Tempat : Ruang 4 RS Saiful Anwar, Malang
Oleh : Dahnia Afris Santiningrum

1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama ibu : Ny.”E” Nama Ayah : Tn.”H”
Umur : 30 Tahun Umur : 35 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suka : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Alamat : Sumberejo, Batu

b. Keluhan utama
Ibu dirujuk dari klinik dr. Etty menuju RS Saiful Anwar, dengan perdarahan

c. Riwayat haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
HPHT : 16-03-2019

d. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang


Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti
tekanan darah tinggi dan kencing manis penyakit menular seperti TBC,HIV, AIDS,
hepatitis dan penyakit menahun seperti jantung

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit tekanan darah tinggi,
ada yang menderita penyakit diabetes(ibu), tidak ada yang menderita penyakit TBC HIV
AIDS hepatitis dan penyakit menahun seperti jantung

f. Riwayat Obstetri yang lalu


Anak Jenis Penolong Tempat Secara Penyulit Usia BBL
ke Kelamin
1 Perempuan Bidan PMB Normal - 7 tahun 3100 g
Hamil ini

g. Riwayat Kehamilan Sekarang


TM 1 :Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya di bidan ibu mengeluh pusing,
mual dan muntah. Ibu diberikan terapi multivitamin
TM II :Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya di bidan dengan keluhan pusing.
Ibu dianjurkan untuk miring terlebih dahulu sebelum bangun tidur, menjaga
kebersihan diri dan istirahat yang cukup
TM III :Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya dengan keluhan terdapat
pengeluaran darah/flek dari jalan lahir, ibu sudah melakukan USG dan ditemukan
adanya plasenta previa letak rendah , ibu dirujuk ke RS
h. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi : ibu makan 3x sehari, dengan porsi sedang 1 piring nasi, sayur ikan, telur,
tahu atau tempe. Minum +- 1,5 liter perhari, ibu tidak ada alergi.
b) Aktivitas : ibu melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyapu, memasak dan
mencuci. Ibu tidak melakukan pekerjaan yang berat
c) Eliminasi : selama hamil ibu BAK 5x per hari, dan BAB 1x per hari.
d) Pola kebersihan : ibu mandi 3x sehari, mengganti pakaian ketika kotor, dan
mengganti celana dalam 2-4x sehari/ ketika lembab atau basah
e) Istirahat : ibu tidur siang -+ 2jam dan tidur malam -+8 jam
i. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum kehamilan ini, ibu menggunakan KB suntik 3 bulan
j. Riwayat psikososial dan budaya
Ibu dan keluarga senang terhadap kehamilan ini. Didalam keluarga ibu tidak ada adat
yang membahayakan ibu, ibu mengatakan pernah pijat oyok 1x, ibu tidak ada pantangan
makan.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :80 /60 mmHg
Nadi : 82 kali/ menit
RR : 20 kali/ menit
Sp02 : 98 %
b. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Rambut : tampak hitam, bersih
Muka : Sedikit pucat, tidak odema
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : Bibir tidak pecah-pecah
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe, vena jugularis, dan kelenjar
tyroid
Payudara : simetris, terdapat hiperpigmentasi areola, puting menonjol
Abdomen : terdapat luka bekas operas
Genetalia : tampak pengeluaran darah
Ekstremitas : simetris tidak odema, tidak varises
- Palpasi
Kepala : tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
Leher : tidak ada pemeriksaan pada kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe, dan tidak
ada bendungan vena jugularis
Payudara : tidak ada benjolan abnormal, kolostrum belum keluar
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, leopold II punggung kiri
TFU : 30 Cm
TBJ : (30-11) x 155 = 2790gr
His : 2.10’.30”
- Auskultas
DJJ : 145x/menit
c. Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan/terkaji
d. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboraterium
WBC : 13, 9 x 10ᵌ/ul
Hb : 13,64 g/dl
PLT : 213x10ᵌ
HCT : 35,7 %
Albumin : -
Reduksi : -
HBsAg : NR
PICT : NR

3.2 Identifikasi diagnosa dan masalah

Dx : GIIP1001Ab000 Uk 38-39 minggu dengan plasenta previa letak rendah


Ds : Ibu mengatakan lemas dan perdarahannya banyak
Do : a. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :80 /60 mmHg
Nadi : 82 kali/ menit
RR : 20 kali/ menit
Sp02 : 98 %
b. Pemeriksaan fisik
Muka : sedikit pucat, tidak oedama
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir pucat, tidak pecah-pecah , tidak stomatitis
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe maupun vena
jugularis
Payudara : tidak ada benjolan abnormal , tidak ada nyeri tekan
Abdomen :
Leopold I : TFU : 30 cm bagian fundus teraba bulat, tidak melenting kesan bokong
Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba keras seperti papan datar dan
memanjang terkesan punggung, pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian-bagian kecil terkesan ekstremitas bayi.
Leopold III : Pada bagian terendah teraba bulat, kesan kepala.
TFU : 30 Cm
TBJ : (30-11) x 155 = 2790gr
DJJ : 145x/menit
Genetalia : tampak pengeluaran lendir dan darah
Ekstremitas : tidak oedema, tidak varises

c. Pemeriksaan Dalam
tidak dilakukan
d. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboraterium
WBC : 13, 9 x 10ᵌ/ul
Hb : 13,64 g/dl
PLT : 213x10ᵌ
HCT : 35,7 %
Albumin :-
Reduksi :-
HBsAg : NR
PICT : NR
3.3 Identifikasi diagnose dan masalah potensial.
a. Anemia
b. Perdarahan hinnga syok hipovolemik
c. Infeksi
d. Prolaps tali pusat
e. Prolaps plasenta
f. Plasenta melekat, hingga harus dikeluarkan manual
g. Robekan jalan lahir karena tindakan
h. Perdarahan post partum
Pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Bayi premature atau lahir mati
c. Asfiksia
3.4 Identifikasi kebutuhan segera
Berkolaborasi dengan dokter untuk tindakan yang akan dilakukan
3.5 Intervensi
Dx : GIIP1001Ab000 Uk 38-39 minggu dengan plasenta previa letak rendah
Tujuan : untuk mengurangi perdarahan ibu dan keadaan ibu, bayi bisa selamat dan sehat
Kriteria Hasil :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
Nadi : 80-100 x/menit
RR : 20-24 x/menit

Suhu : 36,5-37,5 C

Leopold I : teraba bulat, tidak melenting kesan bokong


Leopold II : punggung kanan/punggung kiri
Leopold III : pada bagian terendah teraba bulat, kesan kepala
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk 5/5
His : kontraksi berlangsung 40-60 detik disetiap 10 sampai 60 menit/satu jam
Letak Plasenta : normalnya terletak dikorpus uteri depan atau belakang sedikit kearah
fundus uteri
DJJ : 120-160x/menit
Intervesi
2. Melakukan pemeriksaan kepada ibu yaitu tekanan dara, djj, dan melihat perdarahan ibu
R/ : Pada kasus plasenta previa perdarahan banyak dan bisa menyebabkan syok
hipovolemik fan tekanan darah menurun drastis
3. Memposisikan ibu dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala ibu
R/ : Posisi ini atau trandelenburg untuk mengurangi adanya resiko syok hipovolemik
karena perdarahan ibu
4. Memasang infus 2 line pada ibu
R/ : Perdarahan yang banyak membutuhkan asupan cairan yang banyak agar tidak
terjadi syok hipovolemik
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg mengenai tindakan selanjtnya
R/ : kolaborasi dengan dokter mengenai tindakan selanjutnya apakah dijadwal operasi
caesar atau terdapat tindakan yang lainnya
6. Melakukan persiapan operasi
R/ : Operasi dilakukan dikarenakan keadaan tidak memungkinkan untuk persalinan
pervaginam, dikarenakan perdarahan ibu banyak dan ibu sudah merasa lemas
7. Menyiapkan obat pre operasi sesuai advice dokter
R/ : Obat yang digunakan sebelum pre operasi yaitu antibiotik untuk pencegahan adanya
infeksi sebelum operasi
8. Melakukan skin test antibiotik pada ibu
R/ : Untuk melihat ada tidaknya alergi pada obat yang akan diberikan pada ibu
9. Memasang dower cateter pada ibu
R/ : Pemasangan dower cateter agar ibu tidak turun dari bed saat BAK dan untuk
mengosongkan kandung kemih
10. Mengobservasi perdarahan dan TTV pada ibu
R/ : Perdarahan yang cukup banyak bisa mempengaruhi TTV ibu, dan perubahan TTV
yang drastis bisa menyebabkan syok hipovolemik
3.6 Implementasi
1. Lakukan pemeriksaan kepada ibu
TD : 120/60 mmHg
DJJ : 145x/menit
Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit
2. Posisikan ibu dengan posisi kaki ibu lebih tinggi dari kepala ibu dengan menyangga
bantal dibawah kaki ibu
3. Pasang infus 2 line dengan cairan RL
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOg mengenai tindakan selanjutnya, pasien
disiapkan untuk operasi
5. Lakukan persiapan operasi SC
6. Siapkan obat pre operasi sesuai advice dokter, obat yang disiapkan dalam bentuk serbuk
dioplos dengan aquabides ceftriaxone 10ml , kalnex dan ketorolax
7. Lakukan skin test obat ceftriaxone pada ibu, ada atau tidak reaksi gatal atau kemerahan
pada kulit ibu. Jika ada, tandanya ibu alergi dengan obat antibiotik tersebut
8. Pasang dower cateter pada ibu, sebelum dipasang dicek terbelih dahulu ada atau tidaknya
gagal produk pada selang . memasang dower cateter menggunakan handscoon streril, lalu
setelah masuk dikunci dengan aquabides
9. Observasi perdarahan dan TTV ibu

3.7 Evaluasi
Hari, tanggal : 25-02-2020
Pukul : 09.00 WIB

S : Ibu mengatakan pusing dan perdarahn mulai berkurang


O : Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
S : 36c
His : 3.10’.45”
DJJ : 138x/menit
Genetalia : Terpasang dower cateter
A : GIIP1001Ab000 Uk 38-39 minggu dengan plasenta previa letak rendah
P : - mengobservasi TTV
- Mengobservasi perdarahan ibu
- Mengantarkan pasien ke ruang operasi
- Menyiapkan PRC 2 labu
Catatan Perkembangan I
Tanggal : Rabu, 26-2-2020
Pukul : 18.30 WIB
S : Ibu mengatakan sudah melahirkan anaknya dengan jenis kelamin laki-
laki, bbl 2900gr
Ibu mengatakan keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir
Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi
O : Pemeriksa Fisik
KU :baik
Kesadaran :composmentis
TTV : TD : 100/70 mmHg
N : 84x/menit
S : 36,6֯ C
RR : 22x/menit
Pemeriksaan Fisik
Urerus contraction (UC) : baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
Bekas operai ditutup kasa steril
Genetalia : tampak pengeluaran lochea, terpasang DC
A : P2002 Ab000 post partum SC hari ke-1 atas indikasi plasenta previa
P : mengajarkan untuk ibu mobilisas aktif (px sudah miring kanan dan
miring kiri)
Memberikan terapi sesuai advis dokter
Injeksi Kalnex 3x 1
Ketorolax 3x1
Omz 1x1
Metoclopramide 3x 1
Melakukan observasi TTV
Catatan Perkembangan II
Tanggal : Kamis, 27-2-2020
Pukul : 20.00 WIB
S : Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi
O : Pemeriksa Fisik
KU :baik
Kesadaran :composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 87x/menit
S : 36,5֯ C
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Fisik
Urerus contraction (UC) : baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
Bekas operai ditutup kasa steril
Genetalia : tampak pengeluaran lochea, terpasang DC
A : P2002 Ab000 post partum SC hari ke-1 atas indikasi plasenta previa
P : mengajarkan untuk ibu mobilisas aktif
Menganjurkan ibu untuk memompa asi
Memberikan terapi sesuai advis dokter
Injeksi Kalnex 3x 1
Ketorolax 3x1
Omz 1x1
Metoclopramide 3x 1
Melakukan observasi TTV
BAB IV
PEMBAHASAN

Plasenta previa adalah keadaan diana plasenta berimplantasi pada tempat


abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh permukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah seringkali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam lahir.
Pada hari selasa 25-2-2020 Ny E datang ke Rumah Sakit Saiful Anwar
rujukan dari klinik dr. Etty. Di pindahkan dari kamar bersalin ke ruang 4, ibu
mengalami perdarahan yang banyak setelah diperiksa ibu didiagnosa plasenta
previa letak rendah. Menurut teori ibu dengan plasenta previa akan mengalami
perdarahan. Dalam kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus
yang terjadi.
Pada kasus ini ibu dengan plasenta previa letak rendah, darah yang keluar
berwarna merah segar dengan jumlah -+ 500cc. Tekanan darah ibu juga menurun
80/60 mmHg dengan nadi 82x/menit. Tekanan darah ibu menurun dikarenakan
perdarahan ibu cukup banyak, sehingga ibu harus diberikan cairan infus 2 line
untuk membantu pemulihan tekanan darah ibu dan perdarahannya, serta
membantu pemenuhan cairan ibu. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara
kasus yang terjadi dengan teori. Masalah potensial yang bisa terjadi adalah
anemia, syok hipovolemik, prolaps tali pusat, prolaps plasenta, dan perdarahan
post partum. Kebutuhan segera yang diberikan yaitu kolaborasi untuk tindakan
selanjutnya. Setelah berkolaborasi dengan dokter ibu disiapkan untuk operasi SC.
Sebelum operasi ibu diberikan antibiotik yang sebelumnya di skin test, untuk
mengetahui alergi atau tidak dengan obat yang akan diberikan, serta ibu dipasang
dower cateter dan mengobservasi TTV serta perdarahan ibu sampai ibu berangkat
ke ruang operasi. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang
terjadi dilahan.
Pada catatan perkembangan, ibu sudah melahirkan anaknya dengan jenis
kelamin laki-laki dengan berat lahir 2900 gram, hasil TTV : Tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 84x/menit, RR 20x/menit. Ibu di berikan terapi injeksi sesuai
advice dokter yaitu : Kalnex 3x 1, ketorolax 3x1, omz 1x1, metoclopramide 3x 1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh permukaan
jalan lahir.
Asuhan kebidanan varney pada kasus plasenta previa yaitu pertama
dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif. Diagnosa data didapatkan
dari kajian data, ibu di rujuk dari klinik dr. Etty dan perdarahan ibu banyak,
serta di pemeriksaan hamil sebelumnya ibu sudah mengetahui bahwa ibu
mengalami plasenta previa, dari hasil pemeriksaan TTV, tekanan darah ibu
turun 80/60 mmHg . masalah potensial yang bisa terjadi pada ibu adalah
anemia, syok hipovolemik, prolaps tali pusat, prolaps plasenta, dan
perdarahan post partum. Sedangkan pada bayi bisa terjadi asfiksia, kelainan
letak janin, bayi pemature atau lahir mati. Untuk kebutuhan segera
berkolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya ibu dipersiapkan
untuk operasi SC.
5.2 Saran
a) Bagi institusi
Diharapkan dapat dijadikan metode pembelajaran sehingga dapat
mencetak mahasiswa yang lebih terampil saat melakukan tindakan
b) Bagi lahan praktek
Diharapkan dapat memberikan bimbingan yang diajarkan agar
mahasiswa lebih percaya diri dalam menangani klien
c) Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan standar
kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Sofiian, A, 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC


Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans
Info Media
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai