OLEH :
DAHNIA AFRIS SANTININGRUM
Nim. P17310171006
Mahasiswa
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu penilaian indikator. Status
kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan diseluruh dunia lebih
dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada
satu perempuan yang meninggal. Di Indonesia menurut SDKI tahun 2009 AKI 390 per
100.000 kelahiran hidup.
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Salah satu penyebab peradarahan tersebut adalah
plasenta previa yaitu plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim, sedemikian
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Pada beberapa
rumah sakit umum angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9% sedangkan
di negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu <1% (Prawirohardjo, sarwono 2008)
Penyebab terjadinya plasenta previa masih sulit ditentukan, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas
tinggi, dan usia lebih dari 35 tahun (Prawirohardjo, sarwono 2008). Menurut hasil
penelitian (Wardana, 2001) plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah
beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali melahirkan
(primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan terjadi plasenta previa lebih besar.
Pada ibu yang melahirkan dalam usia >40 tahun beresiko terjadinya plasenta previa
(santoso,2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal . uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Ibu yang
mempunyai riwayat SC minimal 1 kali mempunyai resiko untuk plasenta previa pada
kehamilan selanjutnya (Santoso,2008)
1.2 Tujuan
2.2 Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis : Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis : Hanya sebagian dari ostium yang tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis: Han ya pada pinggir ostium internum yang terdapat jaringan
plasenta.
4. Plasenta letak rendah : Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang dari 2cm dariostium
uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap sebagai plasenta letak normal.
Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm
Menurut Mochtar yang dikutip pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko
yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1. Usia >35 tahun atau <20 tahun.
2. Paritas.
3. Riwayat pembedahan rahim.
4. Jarak persalinan yang dekat <2tahun.
5. Korpus luteum bereaksi lambat.
Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya yang
berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
a. Terdapat jaringan perut.
b. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
c. Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri.
d. Kehamilan ganda.
e. Merokok.
2.5 Patofisiologi Plasenta Previa
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar
lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu
mulailah terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan
pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah yang
mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Sumapraja S, 2009).
1. Pengkajian Data
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adal mengumpulkan informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien (Muslihatun, 2013)
Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian, kapan melakukan
pengkajian, serta dimana dilakukan pengkajian.
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Oleh :
a. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ibu hamil perlu dikaji karena faktor lain penyebab plasenta previa
adalah kekurangan gizi terutama yang menyebabkan aliran darah ke plasenta tidak
cukup sehingga akan memperluas permukaannya yang akan mendekati atau menutupi
pembukaan jalan lahir (Sarwono, 2006; h: 367).
b. Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ada gangguan saluran pencernaan atau saluran
kencing. Ditanya sebelum hamil dan selama hamil tentang bak/bab, berapa kali,
konsistensinya, jumlahnya, warnanya dan baunya.
c. Istirahat
Data ini dikaji untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan istirahat pasien,
untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul, pengkajiannya meliputi berapa
lama pasien tidur siang dan tidur malam. Pada ibu hamil dengan plasenta previa harus
dianjurkan banyak istirahat karena untuk menghindari keluar perdarahan yang
semakin banyak dan dianjurkan istirahat berbaring total dengan menghadap kekiri
untuk mengurangi perdarahan (Saefudin, 2002; h: 21). Akan tetapi perlu di waspadai
karena perdarahan plasenta previa biasanya timbul setelah bangun tidur dan tidak
merasakan nyeri.
d. Personal hygine
Data ini perlu dikaji karena dapat mempengaruhi kesehatan pasien dan janinnya. Jika
pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam perawatan dirinya maka pasien
dapat diberika konseling tentang cara perawatan kesehatan diri sedini mungkin, seperti
mandi, keramas, gosok gigi, ganti baju, celana dalam, pada seorang wanita hamil yang
mengalami perdarahan antepartum dengan plasenta previa akan terjadi perdarahan
yang sering menyebabkan celana dalam ibu basah sehingga ibu harus menjaga
kebersihan dirinya. Karena menjaga kebersihan personal hygine itu sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting (Sulaiman sastra winata, 2005; h: 85).
e. Pola seksual
Data ini dikaji untuk mengetahui keluhan dalam aktifitas seksual yang cukup
mengganggu pasien, seperti frekuensi dan gangguan saat melakukan hubungan
seksual. Wanita hamil dengan plasenta previa sebaiknya menghindari hubungan
seksual sampai flow up USG menunjukkan perpindahan plasenta ke tempat
sebenarnya (Sujiyati, 2009; h: 70).
h. Riwayat psikososial, sosial dan spiritual
a. Psikososial
Respon ibu dan keluarga, ibu biasanya sangat cemas dengan kehamilannya karena ibu
mengalami keadaan yang mungkin membuat membuat ibu mencemaskan janinnya
sehingga ibu selalu bertanya-tanya bagaimana keadaan janinnya. Bagaimana
persalinannya nanti sampai ibu tidak bisa tidur nyenyak karena selalu dibayangi rasa
cemas dan ibu terkadang sampai bermimpi buruk tentang bayinya. Ibu selalu merasa
tidak nyaman bila tinggal di tempat yang menurut dia tidak nyaman, ibu cenderung
ingin memilih tempat tinggal yang bagi dirinya nyaman (Linda V W, 2008; h: 128-
190). Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini keluarga sangat mendukung, serta
selalu memberi support kepada ibu untuk selalu tenang dan pasrah kepada allah apa
yang akan terjadi nanti. ibu dan keluarga sudah mulai mencari nama buat bayinya
nanti dan ibu mulai mempersiapkan baju bayinya serta perlengkapan bayinya (Linda
V W, 2008; h: 128-190).
b. Kultural
Pantangan/adat istiadat, kebiasaan yang berhubungan dengan kehamilan. Pengambilan
keputusan dalam keluarga , kebiasaan hidup merokok dan minum-minuman keras
dapat menyebabkan terjadinya perubahan inflansi atau atrofi yang mengakibatkan
timbulnya hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida yang akan dikompensasi
dengan hiperterofi plasenta hal ini terjadi terutama pada perokok berat (Sulaiman
sastra winata, 2005; h: 85).
c. Spiritual
Ketaatan dalam menjalankan ibadah, aktivitas keagamaan yaitu sholat.
a. Pemeriksaan Sistematis
Inspeksi
a. Muka
pada pasien plasenta previa muka terlihat pucat (Jannah, 2012).
b. Mata
pada pasien plasenta previa konjungtiva terlihat anemis, ini dikarenakan
perdarahan yang dialami oleh ibu sehingga menyebabkan ibu terlihat anemis,
sklera berwarna putih (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
c. Mulut dan gigi
pada ibu hamil dengan plasenta previa lidah terlihat kering (Manuaba, 2010),
bibir pucat dan kering, tidak ada karies gigi.
d. Leher
Untuk mengetahui ada/tidak pembengkakan kelenjar limfe atau pembengkakan
kelanjar tiroid dan pelebaran vena jugularis (Rukiyah dkk, 2009).
e. Payudara
Untuk mengetahui keadaan payudara Simetris, membesar, putting susu menonjol,
tidak ada benjolan abnormal, hyperpigmentasi.
f. Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi, arah pembesaran perut, adanya
linea dan striae (Prawirohardjo, 2010),
g. Genetalia
Untuk mengetahui adanya pengeluaran pervaginam,banyak atau sedikit, warnanya
kehitahaman dan darah segar atau tidak.
h. Anus
Hemoroid atau tidak.
Palpasi
a. Leher
b. tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan tidak terdapat
bendungan vena jugularis
c. Payudara
Tidak teraba benjolan abnormal
d. Abdomen
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi abdomen yang didapat
yaitu :
a) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
c) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
goyang atau terapung (floating) atau di atas pintu atas panggul (sofian,2012)
Auskultasi
Secara auskultasi kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin, frekuensi teratur
atau tidak
DJJ : 120-160x/menit
Perkusi
Reflek Pattela +/ -
b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan inspekulo
Pada klien dengan plasenta previa pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk memastikan
apakah perdarahan berasal dari segmen bawah Rahim atau kelainan serviks,vagina dan
varises pecah (yeyeh 2010)
Pemeriksaan dalam
Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam adalah senjatayang paling ampuh di bidang
obstetrik untuk mendiagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh, namun harus berhati-hati
karena bahaya yang besar (sofian, 2013).Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja
operasi dan siap untuk mengambil tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta di
sekitar ostium uteri internum (norma, dkk. 2013)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan plasenta previa yaitu:
1. Ultrasonografi (USG) : pemeriksaan dilakukan untuk penentuan lokasi plasenta dan
tidak menimbulkan bahaya radiasi pada janin(sofian, 2012)
2.Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3. Labolatorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis (norma, dkk. 2013)
(3) Palpasi
Abdomen
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi
abdomen yang didapat yaitu :
a) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b) Sering dijumpai kesalahan letak janin
c) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau di atas
pintu atas panggul (sofian,2012)
Masalah
kemungkinan masalah yang timbul pada klien dengan plasenta previa adalah
kecemasan
Kebutuhan
kebutuhan yang diperlukan pada klien dengan plasenta previa yaitu dukungan
psikologis, hidrasi, pengosongan kandung kemih, defiksasi dan rasa nyaman
a. Pada ibu
1) Anemi
3) Infeksi
4) Inersia primer
6) Prolaps plasenta
7) Plasenta melekat, sehinggaharus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan korekan
b. Pada janin
F. Pelaksanaan / Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang bidan dilaksanakan
oleh semua bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya
(Varney, 2007). Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah
dibuat.
j. merujuk pasien ke RS
2.1.7 Evaluasi
Evaluasi adalah hal terakhir yang dilakukan dari proses asuhan kebidanan dengan
plasenta previa. Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan :
3.1 Pengkajian
Hari / tanggal : Selasa , 25-02- 2020
Jam : 13.30 WIB
Tempat : Ruang 4 RS Saiful Anwar, Malang
Oleh : Dahnia Afris Santiningrum
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama ibu : Ny.”E” Nama Ayah : Tn.”H”
Umur : 30 Tahun Umur : 35 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suka : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Alamat : Sumberejo, Batu
b. Keluhan utama
Ibu dirujuk dari klinik dr. Etty menuju RS Saiful Anwar, dengan perdarahan
c. Riwayat haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
HPHT : 16-03-2019
c. Pemeriksaan Dalam
tidak dilakukan
d. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboraterium
WBC : 13, 9 x 10ᵌ/ul
Hb : 13,64 g/dl
PLT : 213x10ᵌ
HCT : 35,7 %
Albumin :-
Reduksi :-
HBsAg : NR
PICT : NR
3.3 Identifikasi diagnose dan masalah potensial.
a. Anemia
b. Perdarahan hinnga syok hipovolemik
c. Infeksi
d. Prolaps tali pusat
e. Prolaps plasenta
f. Plasenta melekat, hingga harus dikeluarkan manual
g. Robekan jalan lahir karena tindakan
h. Perdarahan post partum
Pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Bayi premature atau lahir mati
c. Asfiksia
3.4 Identifikasi kebutuhan segera
Berkolaborasi dengan dokter untuk tindakan yang akan dilakukan
3.5 Intervensi
Dx : GIIP1001Ab000 Uk 38-39 minggu dengan plasenta previa letak rendah
Tujuan : untuk mengurangi perdarahan ibu dan keadaan ibu, bayi bisa selamat dan sehat
Kriteria Hasil :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
Nadi : 80-100 x/menit
RR : 20-24 x/menit
Suhu : 36,5-37,5 C
3.7 Evaluasi
Hari, tanggal : 25-02-2020
Pukul : 09.00 WIB