Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEBIDANAN

PERSALINAN dengan COVID 19


OLEH :
IIM MURTIAWANI (10)
PERSALINAN
PENGERTIAN

Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai secara spontan,
berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara
spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 lengkap dan setelah persalinan
ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.(Oktarina 2016).
Prosedur penanganan persalinan di puskesmas pada ibu hamil dengan hasil swab negative
dilakukan di ruang perslainan/VK. Sedangkan pada ibu hamil yang belum melakukan swab dan
terkonfirmasi covid maka segera dilakukan rujukan dengan sebelumnya bidan PONED
berkoordiansi dengan kepala puskesmas untuk mencari rumah sakit rujukan.
PATOFISIOLOGI

Transmisi virus menyebar sangat cepat melalui kontak antara manusia-ke-manusia


(human-to-human contact) via droplet respiratorik dan saliva dari orang yang terinfeksi
COVID-19. Gejala klinis ringan ditandai dengan pasien tanpa hipoksia ataupun
pneumonia, gejaa yangsering ditemukan adalah demam, batuk, dispnea, dan myalgia.
Gejala klinis ringan tidak spesifik berupa sakit tenggorokan, kongesti nasal, nyeri
kepala, diare, mual/muntah, dan kehilangan penciuman.
Penderita usia lanjut dan imunospupresi pada umumnya
menampilkan gejala klinis berupa fatigue, penurunan mobilitas, diare, hilangnya selera
makan, delirium, dan tanpa demam.
Ibu Hamil Usia 36-37
minggu

PCR

Hasil

Negatif
Positif
Rujukan

Terjadi Persalinan
di FKTP
•Tetap lakukan protokol kesehatan
Persiapan : pencegahan
•Hubungi PIC RS Rujukan penularan COVID-19
PERSIAPAN : Covid 19 •Persalinan dilakukan di tempat yang
•Tempat •Rujuk Via memenuhi persyaratan dan telah
•Alat Sisrute/sijariemas dipersiapkan dengan baik.
•Penolong •Siap,Alat,Penolong,Pasie •Penolong persalinan di FKTP
•Pasien n,Keluarga & Sopir menggunakan APD level-2
•Keluarga ambulace dengan Protokol •Ibu bersalin dilengkapi dengan delivery
kesehatan chamber
•Rujuk dengan Ambulance •Pasien dan
penunggu juga harus menggunakan masker
selama
persalinan
KONSEP MANAJEMEN
2.1.1 Pengkajian

Langkah pertama ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang


akurat dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Data
ini diperoleh melalui anamnesa
Pengkajian meliputi tanggal, pukul, tempat dan pengkaji serta data
subjektif dan dan objektif.

2.1.2. Identifikasi Diagnosis Dan Masalah


 
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Seorang G P1001 Ab000 Inpartu kala ... Fase dengan covid 19 (Sulistyawati,
2013).
2.1.3 Identifikasi Diagnosis Dan Masalah Potensial

 Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan
diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan.

2.1.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

 Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

2.1.5 Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh (Intervensi)

 Rencana asuhan yang emnyeluruh tidak hanya mliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien
atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut, apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakh dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
apakah perlu merujuk klien bila da malah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau
masalah psikologis.
2.1.6 Pelaksanaan Rencana Asuhan (Implemantasi)

 Pada langkah ini, dilakukan pelaksanan asuhan langsung secara efisen dan aman. Pada langkah ke-6 ini, rencana
asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim lainnya.

1. Jika seorang wanita dengan COVID-19 dirawat di ruang isolasi di ruang bersalin, dilakukan penanganan tim multi-
disiplin yang terkait yang meliputi dokter paru / penyakit dalam, dokter kandungan, anestesi, bidan , dokter
neonatologis dan perawat neonatal.
2. Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan jumlah anggota staf yang memasuki ruangan dan unit harus
mengembangkan kebijakan lokal yang menetapkan personil yang ikut dalam perawatan. Hanya satu orang
(pasangan/anggota keluarga) yang dapat menemani pasien. Orang yang menemani harus diinformasikan mengenai
risiko penularan dan mereka harus memakai APD yang sesuai saat menemani pasien.
3. Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik standar, dengan penambahan saturasi oksigen yang
bertujuan untuk menjaga saturasi oksigen > 94%, titrasi terapi oksigen sesuai kondisi.
4. Menimbang kejadian penurunan kondisi janin pada beberapa laporan kasus di Cina, apabila sarana memungkinkan
dilakukan pemantauan janin secara kontinyu selama persalinan.
5. Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat merekomendasikan salah satu cara persalinan, jadi persalinan
berdasarkan indikasi obstetri dengan memperhatikan keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu dengan masalah
gagguan respirasi yang memerlukan persalinan segera berupa SC maupun tindakan operatif pervaginam.
 6. Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau konfirmasi COVID-19,
dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi
terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Bila menunda dianggap tidak aman, induksi
persalinan dilakukan di ruang isolasi termasuk perawatan pasca persalinannya.
 7. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau konfirmasi COVID-19,
dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi
risiko penularan sampai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila operasi
tidak dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur standar dengan pencegahan infeksi sesuai
standar APD lengkap.
 8. Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar
 9. Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan gejala, dipertimbangkan keadaan secara
individual untuk melanjutkan observasi persalinan atau dilakukan seksio sesaria darurat apabila
hal ini akan memperbaiki usaha resusitasi ibu.
 10. Pada ibu dengan persalinan kala II dipertimbangkan tindakan operatif pervaginam untuk
mempercepat kala II pada ibu dengan gejala kelelahan ibu atau ada tanda hipoksia
 11. Perimortem cesarian section dilakukan sesuai standar dilakukan apabila ibu dengan
kegagalan resusitasi tetapi janin masih viable.
 12. Ruang operasi kebidanan : o Operasi elektif pada pasien COVID-19 harus dijadwalkan
terakhir o Pasca operasi ruang operasi harus dilakukan pembersihan penuh ruang operasi sesuai
standar. o Jumlah petugas di kamar operasi seminimal mungkin dan menggunakan alat
perlindungan diri sesuai standar
 13. Penjepitan tali pusat tunda/ beberapa saat setelah persalinan masih bisa dilakukan asalkan
tidak ada kontraindikasi lainnya. Bayi dapat dibersihkan dan dikeringkan seperti biasa,
sementara tali pusat masih belum dipotong
 14. Staf layanan kesehatan di ruang persalinan harus mematuhi Standar Contact dan Droplet
Precautions termasuk menggunakan APD yang sesuai dengan panduan PPI.
 15. Antibiotik intrapartum harus diberikan sesuai protokol.
 16. Plasenta harus dilakukan penanganan sesuai praktik normal. Jika diperlukan histologi,
jaringan harus diserahkan ke laboratorium dan laboratorium harus diberitahu bahwa sampel
berasal dari pasien suspek atau terkonfirmasi COVID19
 17. Anestesi. Berikan anestesi epidural atau spinal sesuai indikasi dan menghindari anestesi
umum kecuali benar-benar diperlukan.
 18. Tim neonatal harus diberitahu tentang rencana untuk melahirkan bayi dari ibu yang terkena
COVID-19 jauh sebelumnya.
2.1.7 Mengevaluasi
 Pada langkah VII, ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan. Hal yang dievalusi
meliputi apakh kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan maslah yang telah diidentifikasi.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.

2.1.8 Pendokumentasian
1. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai keadaan/ kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.
a) Pencatatan dilakuakan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam medis/
KMS/ Status pasien/ Buku KIA/Partograf)
b) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
c) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
d) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
e) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
f) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan
seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi evaluasi/ follow up dan rujukan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai