Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

NY”W” PII02 Ab000 POST SCTP + IUD HARI KE I ATAS


INDIKASI ANTE PARTUM BLEEDING (APB)

Disusun Oleh :
Dahnia Afris Santiningrum
NIM P17310171006

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA
NY”W” PII02 Ab000 POST SCTP + IUD HARI KE I ATAS
INDIKASI ANTE PARTUM BLEEDING (APB)

Mahasiswa

Dahnia Afris Santiningrum


NIM P17310171006

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN

I.1  LATAR BELAKANG

Perdarahan pada kehamilan Trimester III merupakan perdarahan yang


terjadi pada ibu hamil dengan perdarahan antepartum. Perdarahan pada
kehamilan selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan
antepartum sering terjadi pada kehamilan tua. Pedarahan antepartum biasanya
di batasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28 Minggu, walaupun
patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 28 Minggu.
Perdarahan setelah kehamilan 28 Minggu biasanya lebih banyak & lebih
berbahaya dari pada sebelum kehamilan 28 Minggu, oleh karena itu
memerlukan penanganan berbeda.

Penyebab perdarahan antepartum diantaranya adalah Kelainan Plasenta,


Kelainan Serviks, Kelainan Vagina. Plasenta previa ialah plasenta yang
letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Solusio plasenta ialah terlepasnya
plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir.

I.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan komprehensif pada


Ny”w” dengan antepartum bledding menggunakan pola pikir varney dan
dokumentasi varney.

1.2.2 Tujuan Khusus

- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan


antepartum bleeding

- Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan masalah dengan


antepartum bleeding

- Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa masalah potensial


antepartum bleeding

- Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera antepartum


bleeding

- mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan pada nifas pasca


antepartum bleeding
- mahasiswa dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan nifas pasca
antepartum bleeding

- mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan nifas pasca


antepartum bleeding

1.3 Metode penulisan

a. Studi pustaka

Yaitu dengan mempelajari buku - buku yang berkaitan dengan kasus yang
diambil

b. Observasi

Yaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara


langsung kepada pasien

c. Wawancara

Menanyakan secara langsung kepada petugas, klien dan keluarga

d. Studi dokumentasi

Melihat secara langsung catatan medis klien

1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1. 1   Latar Belakang
1. 2   Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1. 3   Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II   TINJAUAN TEORI
BAB III  TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
3.3 Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1         Kesimpulan
5.2         Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Ante Partum Bleeding (APB) atau Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28
minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada
masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan (Wiknjosastro,
2007).
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya
tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak
dibagian atas rahim.
Klasifikasi atau ienis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan
plasenta atau ari-ari melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1) Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta atau ari-ari.
2)  Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta
3) Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada
tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.
4) Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah
rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
2.2 Etiologi
Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum
menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan
perluasan plasenta atau ari-ari untuk memberikan nutrisi janin (Manuaba,
2010).
Faktor-faktor etiologinya :
1)  Umur dan Paritas
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di
bawah 25 tahun.
b.  Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
c.  Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan
paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada
usia muda dimana endometrium masih belum matang.
2)  Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,
kuretase dan manual plasenta.
4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
5)  Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6)  Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).
2.3 Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi
pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20
minggu karena sejak itu segmen bawah rahim telah terbentuk dan mulai
melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah
rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila
plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen
bawah rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang
melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat
itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah rahim untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi.
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan :
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak terdorong ke
dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin
seperti letak kepala yang mengapung, letak sungsang atau letak melintang.
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum waktunya karena
adanya rangsangan koagulum darah pada leher rahim. Selain itu jika banyak
plasenta atau ari-ari yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi
kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
1)  Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak
normal
2)  Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat
menyebabkan terjadinya prolaps funikuli
3)  Sering dijumpai inersia primer
4)  Perdarahan (Mochtar, 2011)

2.4 Pathway

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara
tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya dikatakan sering terjadi pada
triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20
minggu karena sejak saat itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai
melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang
terjadi berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang
terobek karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin tergantung
dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan pada waktu persalinan
(Winkjosastro, 2005) Tanda dan gejala plasenta previa antara lain :
1)        Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester ke-3
2)        Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R
3)        Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan
gejala
4)        Perdarahan berwarna merah segar
5)        Letak janin abnormal

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan
antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa
langkah pemeriksaan.
1) Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
2) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya
perdarahan
3) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau
ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan
ultrasonografi.
4) Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang
adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan
secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis (Winkjosastro,
2005).

2.7 Penatalaksanaan
Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu harus
dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata dugaan itu salah.
Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang fasilitasnya cukup.
Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan
tindakan yang dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita.
Penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servikalis.
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum
matang, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik
dan bisa dipastikan janin masih hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah
baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan
ultrasonografi untuk memastikan tempat menempelnya plasenta, usia
kehamilan letak dan presentasi janin bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan
MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis
tunggal untuk pematangan paru-paru janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di
sekitar ostium uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas.
Sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat (Manuaba, 2010).

2) Terapi Aktif atau Tindakan Segera


Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktifdan banyak harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang
kematangan janin. Bentuk penanganan terapi aktif
a.Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan
anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang
cukup.
d. Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling
banyak dilakukan (Manuaba, 2010).

2.8 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN


ANTEPARTUM BLEEDING (APB) PLASENTA PREVIA
1.   Pengkajian
1)  Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
2)  Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28
minggu.
3)  Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dahulu
- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus
seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
- Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta
mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
- Kemungkinan pernah mengalami abortus
(2) Riwayat kesehatan sekarang
- Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
- Perdarahan tanpa rasa nyeri
- Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20
minggu.
(3)  Riwayat kesehatan keluarga
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
- Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
- Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan
penyakit menular.
(4)   Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche                           : 12 th
Siklus                                : 28 hari
Lamanya                           : ± 7 hari
Baunya                              : amis
Keluhan pada haid            : tidak ada keluhan nyeri haid
Riwayat kehamilan dan persalinan
Multigravida
Kemungkinan abortus
Kemungkinan pernah melakukan curettage
4)  Pemeriksaan Umum
Suhu tubuh            : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
Tekanan darah       : akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
Pernapasan            : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
Nadi                      : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
5)  Pemeriksaan fisik
v Kepala : seperti warna, keadaan dan kebersihan
v  Muka : biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
v  Mata : biasanya konjugtiva anemis
v  Thorak : biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
v  Abdomen
o   Inspeksi     : terdapat strie gravidarum
o   Palpasi        :
a. Leopoid I      : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih
rendah.
b. Leopoid II    :  Sering dijumpai kesalahan letak
c.Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau
mengolak diatas pintu atas panggul.
d. Leopoid IV  : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
o   Perkusi       : Reflek lutut +/+
o Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120-160x per
menit
v  Genetalia : biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
v  Ekstremitas : Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
6) Pemeriksaan Penunjang
  Data laboratorium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14 gr%)
leukosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal
250 ribu – 500 ribu).
2.      Diagnosa Kebidanan
1)  Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
2)  Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta.
3)  Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
4)  Defisit perawatan diri sehubungan dengan aktivitas yang terbatas.
5)  Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kehamilan yang bermasalah.
3.      Intervensi
Dx 1 : Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
Tujuan : Kekurangan cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil : TTV dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda kekurangan
cairan
Intervensi :
· Kaji tentang banyaknya pengeluaran caiaran (perdarahan).
Rasional : untuk membantu mengatasi dalam hal mengganti cairan yang
dibuang atau keluar
· Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : deteksi dini terhadap kondisi dan keadaan pasien serta kondisi janin
· Observasi tanda-tanda kekurangan cairan dan monitor perdarahan.
Rasional : deteksi dini terhadap tanda-tanda kekurangan cairan
·Pantau kadar elektrolit darah.
Rasional : untuk melihat perkembangan kebutuhan cairan pasien
·Jelaskan pada klien untuk mempertahankan cairan yang masuk dengan banyak
minum.
Rasional : agar input dan output cairan seimbang sehingga meminimalisir
resiko kekurangan cairan
·Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan pemberian terapi cairan.
Rasional : membantu mengganti cairan yang hilang

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA
No Register : 11475592
Tanggal pengkajian : 20 - 2 - 2020
Tempat Pengkajian : Ruang 4 rumah sakit saiful anwar malang

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama : Ny”W” Nama : Tn. S
Umur : 31 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dsn selokurung RT 23/05 ngantang malang

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi di bagian perutnya
3. Riwayat kesehatan
Ibu tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit menular seperti batuk
lama dan mengeluarkan darah (TBC), penyakit kuning (hepatitis) maupun
HIV/AIDS, penyakit menahun seperti penyakit jantung, ginjal dan asma,
serta tidak menderita penyakit menurun seperti kencing manis, epilepsi dan
kejiwaan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita atau sedang
menderita penyakit menular seperti batuk lama dan mengeluarkan darah
(TBC), penyakit kuning (hepatitis) maupun HIV/AIDS. Penyakit menahun
seperti jantung, ginjal dan asma, serta tidak mendeita penyakit menurun
seperti kencing manis serta epilepsi, tidak ada riwayat bayi kembar.
5. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lamanya haid : 4 - 5 hari
Disminorhea : tidak ada
Fluor albus : tidak ada
HPHT : 20 - 6 - 2019
HPL : 27 - 3 - 2020
6. Riwayat pernikahan
Status pernikahan : kawin
Umur pertama menikah : 25 tahun
Lama menikah : 6 tahun
7. Riwayat KB
Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan selama ±4 tahun

8. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Ha Persalinan Nifas
mil Tgl UK Jenis penolong komplikasi JK BB Laktasi komplikasi
ke lahir persalinan lahir
Ibu Bayi
1 5 thn 9 bln Normal Bidan - - L 2700 1 thn -

9. Riwayat Hamil Sekarang


TM I : ibu memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 2 kali dengan
keluhan mual muntah pada pagi hari, bidan menyarankan untuk
minum teh hangat atau biskuit pada pagi hari. Ibu mendapatkan
asam folat dan tablet tambah darah.
TM II : ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak di bidan sebanyak 2
kali. Pada trimester ke dua ibu mengatakan tidak ada keluhan,
dan mendapatkan KIE tentang pemenuhan nutrisi, istirahat, pola
aktivitas selama hamil, serta cek lab di puskesmas.mendapat
terapi obat kalk, dan tablet tambah darah
TM III : ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 2 kali. Pada trimester
ke dua ibu mengatakan tidak ada keluhan, dan mendapatkan KIE
tentang tanda bahaya kehamilan, tanda - tanda persalinan, dan
persiapan persalinan, mendapat terapi obat kalk, dan tablet
tambah darah
10. Riwayat Persalinan sekarang
Ibu mengatakan mengeluarkan darah sejak hari sabtu 18 Februari 2020
pukul 21:00 wib sebanyak ± 2 softex, merah segar ada sedikit gumpalan,
pukul 22:00 mengeluarkan darah semakin banyak di bawa ke RS Prasetya
Husada, di evaluasi perdarahan aktif pada jam 04:00 wib di rujuk ke RSSA.
Ibu mengatakan operasi pada tanggal minggu 19 februari 2020 pukul 06:00
wib dan pindah ke ruang 4 tanggal 20 februari jam 09:00 wib.
11. Pola kebiasaan sehari - hari
Sebelum MRS Selama MRS
Pola nutrisi Makan 3x/sehari porsi Makan 3x sehari porsi
sedang ( nasi, lauk pauk sedang nasi, lauk, sayur
sayur) tinggi protein)
Minum 7-8 gelas /hari
( air putih)
Eliminasi BAB : 1x/hari Masih terpasang kateter
BAK : 5-6 x/hari tetap, jumlah urine 500
cc, warna kuning tua
BAB : klien belum
BAB
Personal hygiene Mandi 2 x/sehari, gosok Mandi 2 x/hari
gigi 2x/hari, keramas 3
x/seminggu
Istirahat Tidur siang 1-2 jam/ Ibu kurang tidur karena
hari, tidur malam 6-7 nyeri
jam/ hari
Aktifitas Mengerjakan pekerjaan Ibu hanya berbaring
rumah ditempat tidur sesekali
miring kanan, miring
kiri
Kebiasaan lain Ibu tidak merokok,
tidak minum jamu -
jamuan, tidak minum
alkohol, dan tidak
pernah pijat oyok

12. Riwayat Psikososial


Ibu mengatakan ibu sangat senang dengan kehamilan anak keduanya ini, ibu
juga mendapat dukungan dari suami dan keluarga yang sangat menantikan
kehamilan ini
13. Pola Spiritual
Ibu mengatakan tidak ada hambatan dalam melakukan ibadah seperti sholat
dan pengajian.

B. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg S : 36,5 C
N : 83x /menit RR: 20x/menit
Antropometri : TB : 153 cm BB : 61 kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Rambut lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok
keadaan bersih
Muka : tidak ada cloasma, muka sedikit pucat, tidak oedem
Mata : Mukosa bibir lembab, ada caries gigi dan gigi berlubang
Telinga : tidak ada serumen, bersih
Hidung : simetris, bersih tidak ada polip dan secret
Mulut : tidak pecah - pecah, tidak ada stomatitis, sedikit kering
Leher : tidak tampak pembesaran kkelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : pernafasan baik tidak ada rochi dan wheezing, payudara
menonjol hiperpigmentasi , tidak ada benjolan, abnormal,
colostrums belum keluar.
Payudara : simetris
Abdomen : tampak luka operasi tertutup dengan kain kasa
Ekstremitas:
- Atas : terpasang infuse RL
- Bawah : tungkai simetris kiri kanan, tidak ada varises dan oedema
Genetalia : lochea rubra, tidak oedema, tidak ada perdarahan, terpasang
kateter
b. Palpasi
Mata : palpebra tidak oedema
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : colostrum belum keluar -/- tidak ada massa, tidak ada nyeri
tekan
Payudara : tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal
Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi baik, ada nyeri tekan pada
perut bagian bawah, kandung kemih kosong
Asukultasi :
- Dada : tidak terdengar suara wheezing dan ronchi, pernafasan normal
Perkusi :
- reflek patela : +/+
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tanggal :19 - 2 - 2020 jam : 12:33
(Batas normal)
Hemoglobin (HGB) : 8,70 g/dl ( 11,4 - 15,1 )
Eritrosit (WBC) : 2,94 106/µl ( 4,0 - 5,0 )
Leukosit : 30,00 103/µl ( 4,7 - 11,3 )
Hematokrit : 25,40 % (38 - 42 )
Trombosit (PLT) : 257 103/µl (142 - 424 )
MCV : 86,90 fl ( 80 - 93 )
MCH : 29,60 % ( 27 - 31 )
MCHC : 34,30 g/dl ( 32 - 36 )
RDW : 13,20 % ( 11,5 - 14,5 )
PDW : 11,4 fl ( 9 -13 )
MPV : 10,6 fl ( 7,2 - 11,1)
P. LCR : 29,8 % (15,0 - 25,0)
PCT : 0,27 % ( 0,150 - 0,400)
b. Pengobatan post op
1. Ceftriaxone 2x1 gr/iv
2. Ranitidine 2x50 mg/iv
3. Kalnex 3x500 mg/iv
4. Ketorolac 3x30 mg/iv
5. Metoclopramid 3x10 mg/iv
6. Infuse RL 500 ml

II. Interpretasi Data


Dx : Ny”W” PII02 Ab000 post SCTP + IUD hari ke 1 atas indikasi APB
Do : K/U : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 100/70 mmHg Nadi : 83x/menit
S : 36, 5 C RR : 20x/menit
- konjungtiva pucat (+)
- bibir pucat (+)
- abdomen :TFU setinggi pusat, kontraksi baik, Nampak luka bekas
operasi tertutup verban
- payudara : puting susu menonjol terdapat hyperpigmentasi aerola,
asi belum keluar
- genetalia : lochea rubra
- Terpasang infuse RL pada tangan kiri
- Terapi : 1. Ceftriaxone 2x1 gr/iv
2. Ranitidine 2x50 mg/iv
3. Kalnex 3x500 mg/iv
4. Ketorolac 3x30 mg/iv
5. Metoclopramid 3x10 mg/iv
6. Infuse RL 500 ml
Masalah : perbaikan keadaan umum, nyeri tekan pada luka operasi
Kebutuhan : mobilisasi, health education, terapi dan tindakan medis sesuai
advis dokter, vulva hygiene, nutrisi, perawatan payudara

III. IDENTIFIKASI DIAGNOA DAN MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadinya infeksi
IV. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi yaitu pemberian cairan
infus dan obat

V. INTERVENSI
Dx : Ny”W” PII02 Ab000 post SCTP + IUD hari ke 1 atas indikasi APB
Tujuan : - nyeri berkurang atau hilang
- tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil
1. TTV dalam batas normal
TD : 90/60 - 120/80 mmHg Nadi : 60 - 100 x/menit
S : 36, 5 - 37,5 C RR : 16 - 24 x/menit
2. Klien tidak mengeluh nyeri
3. Klien dapat mobilisasi
4. Luka operasi kering
5. Tidak ada tanda - tanda infeksi seperti merah, panas, bengkak bernanah

Intervensi
1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang seluruh tindakan yang diberikan
R/ dengan menyampaikan pada klien sebelum melakukan tindakan maka
klien dapat bekerja sama dalam setiap tindakan yang akan dilakukan.
2. Lakukan pemeriksaan tanda - tanda vital, kontraksi, TFU dan lochea
R/ dengan melakukan pengukuran TTV, kontraksi, TFU dan lochea maka
kita dapat mengetahui terjadinya tanda - tanda infeksi, kontraksi,
TFUdan lochea
3. Pertahankan pemberian infuse
R/ cairan tersebut merupakan cairan isotonic yang dapat menggantikan
cairan tubuh yang hilang akibat perdarahan atau operasi
4. Pantau input dan output per 12 jam
R/ untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran cairan tubuh baik
melalui urine maupun keringat sehingga terjadi keseimbangan cairan
tubuh
5. Anjurkan mobilisasi secara bertahap
R/ mobilisasi secara bertahap merangsang imun tubuh dan otot - otot
polos pada usus sehingga peristaltik usus menjadi
6. Pantau tanda - tanda infeksi
R/ untuk mengetahui keadaan klien dan melakukan tindakan selanjutnya
7. Anjurkan untuk makan makanan tinggi protein
R/ makanan yang cukup protein dapat mengganti dan mematangkan sel -
sel sehingga penyembuhan luka lebih cepat
VI. Implementasi
1. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tindakan yang diberikan, ibu
dan keluarga mengerti dengan apa yang disampaikan
2. Memantau tanda - tanda vital kontraksi, TFU dan lochea :
TTV : TD : 100/70 mmHg Nadi : 83x/menit
S : 36, 5 C RR : 20x/menit
Kontraksi : baik
TFU : TFU setinggi pusat
Lochea : Rubra
3. Mempertahankan pemberian infus NS 500 ml per 28 tts/menit, tetesan
lancar, tidak ada flebitis
4. Memantau input dan output per 24 jam : jumlah urine 1000 cc dan jumlah
pemasukan 1000 cc
5. Menganjurkan mobilisasi secara bertahap yaitu miring kanan miring kiri,
ibu bersedia melakukannya dengan di bantu oleh keluarga
6. Mengkaji tanda - tanda infeksi yaitu merah, panas, bengkak dan nyeri
7. Menganjurkan klien untuk makan makanan yang mengandung protein
yaitu tahu, tempe, telur, ikan

VII. Evaluasi
Tanggal : 20 - 2 - 2020
S : ibu mengatakan masih nyeri pada bekas luka operasi, lemas dan mual

O : K/U : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 100/70 mmHg Nadi : 83x/menit
S : 36, 5 C RR : 20x/menit
Luka operasi masih tertutup verban, kering tidak lembab, tidak ada
tanda - tanda infeksi
A : Ny”W” PII02 Ab000 post SCTP + IUD hari ke 1 atas indikasi APB

P :
1. Melakukan observasi tanda - tanda vital, kontraksi, TFU dan lochea
2. Memantau input dan output per 8 jam
3. Menganjurkan klien untuk mobilisasi miring kanan miring kiri
4. Memberitahu keluarga untuk memberikan minum sedikit - sedikit
setelah flaktus
5. Melanjutkan pemberian obat - obatan sesuai advis dokter Cefazoline
2x1 gr/iv, Ranitidine 2x50 mg/iv, Kalnex 3x500 mg/iv, Ketorolac
3x30 mg/iv, Metoclopramid 3x10 mg/iv, Infuse RL 500 ml
6. Memberitahu tentang kebutuhan nutrisi

Data perkembangan I
Tanggal : 21 - 2 - 2020 pukul :10:00 WIB

S : Ibu mengatakan masih nyeri pada luka operasi lemas


O : K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 100/80 mmHg N : 89 x/menit
S : 36,5 C RR: 20 x/ menit
- abdomen :TFU setinggi pusat, kontraksi baik, Nampak luka bekas
operasi tertutup verban
- payudara : puting susu menonjol terdapat hyperpigmentasi aerola,
asi belum keluar
- genetalia : lochea rubra
- Terpasang infuse RL pada tangan kiri
- Terapi : Ceftriaxone 2x1 gr/iv
A : Ny”W” PII02 Ab000 post SCTP + IUD hari ke 2 atas indikasi APB
P : 1. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tindakan yang
diberikan, klien dan keluarga mengerti
2. Memantau tanda - tanda vital, kontraksi, TFU dan lochea
3. Memantau input dan output per 8 jam
4. Menganjurkan mobilisasi secara bertahap yaitu miring kiri miring
kanan, ibu bersedia melakukan di bantu oleh keluarga
5. Melanjutkan pemberian obat - obatan sesuai advis dokter yaitu
Ceftriaxone 2x1 gr/iv
6. Memantau tanda - tanda infeksi
7. Menganjurkan klien makan - makanan yang mengandung protein
yaitu tempe, tahu, telur, tempe
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk transfusi PRC s/d HB
> 10 g/dl sesuai advis dokter
- transfusi PRC labu I masuk jam 10:00 . reaksi : ( - )
- transfusi PRC labu II masuk jam 18:30 . reaksi : ( - )

Data perkembangan II
Tanggal : 22 - 2 - 2020 pukul : 10:00

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan


O : K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg N : 85 x/menit
S : 36,6 C RR: 20 x/ menit
- abdomen :TFU setinggi pusat, kontraksi baik, Nampak luka bekas
operasi tertutup verban
- payudara : puting susu menonjol terdapat hyperpigmentasi aerola,
asi belum keluar
- genetalia : lochea rubra
- Terpasang infuse RL pada tangan kiri
- DC (+) : 400 cc/8 jam
- Terapi : Ceftriaxone 2x1 gr/iv
Pemeriksaan penunjang tanggal : 26 - 3 - 2020 pukul :
(Batas normal)
A : Ny”W” PII02 Ab000 post SCTP + IUD hari ke 3 atas indikasi APB
Hemoglobin : 11,80 g/dl ( 11,4 - 15,1 )
(HGB)
Eritrosit (WBC) : 4,24 106/µl ( 4,0 - 5,0 )
Leukosit : 11,00 103/µl ( 4,7 - 11,3 )
Hematokrit : 35,40 % (38 - 42 )
Trombosit (PLT) : 257 103/µl (142 - 424 )
P : 1. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tindakan yang
diberikan,
klien dan keluarga mengerti
2. Memantau tanda - tanda vital dan kontraksi, TFU dan lochea
3. Memantau input dan output per 8 jam
4. Menganjurkan mobilisasi secara bertahap yaitu miring kiri miring
Kanan duduk dan berjalan, ibu bersedia melakukan di bantu oleh
keluarga
5. Melanjutkan pemberian obat - obatan sesuai advis dokter yaitu
Ceftriaxone 2x1 gr/iv
6. Kolaborasi dengan dokter untuk perawatan luka
7. Memantau tanda - tanda infeksi
8. Menganjurkan klien makan - makanan yang mengandung protein
yaitu tempe, tahu, telur, tempe
8, Cek DL

BAB IV
PEMBAHASAN

Ante Partum Bleeding (APB) atau Perdarahan antepartum adalah


perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah
melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa
kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan (Manuaba, 2010).
Pada tangga 19 Februari 2020 Ny”W” datang ke Rumah Sakit Saiful Anwar
rujukan dari RS Prasetya Husada ibu mengalami perdarahan yang banyak
setelah di periksa ibu di diagnosa Perdarahan antepartum (APB). menurut teori
ibu dengan antepartum bleeding akan mengalami perdarahan. Dalam kasus ini
tidak terdapat kesenjangan antara kasus yang terjadi dengan teori.
Pada kasus ini ibu dengan antepartum bleeding darah yang keluar berwarna
merah segar dengan jumlah ± 500 cc. Tekanan darah ibu saat di rujuk yaitu
90/80 mmHg dengan nadi 65x/menit. Tekanan darah ibu menurun dikarenakan
perdarahan ibu cukup banyak. Masalah potensial yang bisa terjadi adalah
infeksi pada bekas luka SC. Kebutuhan segara yang diberikan yaitu kolaborasi
untuk tindakan selanjutnya. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus yang terjadi di lahan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan asuhan kebidanan pada ibu nifas, Ny”W”
umur 31 tahun dengan post SCTP + IUD atas indikasi APB dapat di
simpulkan bahwa
1. Manajemen asuhan kebidanan yang diberikan di Rumah Sakit Saiful
Anwar telah dilakukan dengan baik dan tepat
2. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny”W” telah sesuai dengan
kebutuhan
3. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kejadian dilapangan

B. Saran
1. Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam
memberi pelayanan dan melakukan asuhan pada klien dengan post
SCTP + IUD atas indikasi APB.
2. Tenaga kesehatan
Diharapkan lebih kompeten dalam memberikan pelayanan sesuai dengan
protap dan harapan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina


Pustaka. 
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Putri, Anesia. 2015. http://ilmukeperawatananes.blogspot.co.id/2015/03/askep-
perdarahan-antepartum.html. Diakses pada tanggal 26 November
2016 pukul 20.30 WIB.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Anda mungkin juga menyukai