Anda di halaman 1dari 15

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA BAKAR AKIBAT PAPARAN BAHAN

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Ayu Wardani 1720035


Fera Yunita 1720039
Fernanda Okta F 1720040
Ira Rismadhani 1720043
Muhammad Adib 1720046
Pavitra Cahyani 1720051
Rahmatul Nadya 1720055
Silvia Ninda H 1720060

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2020

1
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LUKA BAKAR AKIBAT PAPARAN BAHAN
KIMIA

A. Bahan Kimia
a. Pengertian Bahan Kimia
Bahan kimia adalah bahan yang terbuat dari bahan buatan atau sintetis (non herbal).
Yang digunakan untuk menambahi atau menyempurnakan suatu produk mentah
menjadi produk jadi. Bahan kimia dibagi menjasi dua jenis yaitu bahan kimia
berbahaya dan bahan kimia tak berbahaya,tetapi umumnya bahan kimia berbahaya
bagi tubuh. Penggunaanya juga harus sesuai dosiss atau takaran, bila tidak sesuai
dosis akan menyebabkan bahan kimia yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi
berbahaya bahkan akan menyebabkan kerusakan, membekas pada bagian tubuh,cacat,
dan juga bisa menyebabkan kematian. Tidak hanya itu saja, penyalah gunaan juga
dapat menyebabkan ganguan pada tubuh
b. Jenis-jenis Bahan Kimia Berbahaya

Bahan kimia yang diperdagangkan sering disertai dengan simbol tertentu pada
label kemasan, dimaksudkan untuk mengetahui potensi bahaya atau akibat yang dapat
ditimbulkan dari bahan kimia tersebut. Beberapa simbol yang sering dijumpai pada bahan
kimia yang diperdagangkan sebagai berikut:[ CITATION RID08 \l 1033 ]
a. HARMFUL
Bahan kimia dapat menyebabkan iritasi, luka bakar pada kulit, berlendir,
mengganggu sistem pernafasan bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan. Misal
NaOH, C6H5OH, Cl2
b. TOXIC
Bahan kimia bersifat racun,  dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
bila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau
penyerapan melalui kulit. Misal CCl4, H2S, C6H6
c. CORROSIVE
Bahan kimia bersifat korosif,  dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi
pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Misal H2SO4,
HNO3, HCl.

2
d. FLAMMABLE

Bahan kimia memiliki titik nyala rendah dan mudah menyala/terbakar dengan api
bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api. MisalC2H5OC2H5, CS2, C2H2

e. EXPLOSIVE

Bahan kimia bersifat dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api,
guncangan atau gesekan. Misal KClO3, NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3.

f. OXIDISING
Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan
menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik, bahan pereduksi, dll.
Misal KMnO4,H2O2,K2Cr2O7.

g. NATURE POLLUTING
Bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam
lingkungan kehidupan. Misal AgNO3, Hg2Cl2, HgCl2
Kemasan bahan kimia dapat mengandung satu bahkan lebih simbol bahaya.
Namun demikian, kemasan tanpa simbol bahaya bukanlah berarti bahwa bahan kimia
tersebut aman dan bebas bahaya, untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam penanganan
bahan kimia.

h. ACID SENSITIVE SUBSTANCE


Umumnya bahan–bahan yang reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam.
Selain itu dapat meledak maupun terbakar karena terjadi reaksi eksotermik dan gas
yang mudah terbakar.
i. COMPRESSED GASES
Bahaya yang ditimbulkan, bila bocorakan mencemari lingkungan.
Gas yang mencemari lingkungan dapat bersifat korosif, mudah terbakar dan aspiksian
(mengganggu pernapasan dan peredaran darah, contoh zat CO2, CO, hiodrgen sianida,
argon, helium, nitrogen).
c. Dampak

3
 Bahan Radioaktif
Efek bahan kimia ini terhadap jaringan dan organ tubuh dapat cepat juga lambat
tergantung pada jenis bahan, lama waktu kontak, dan daya tahan tubuh.
 Bahan Korosif
Menyebabkan cacat permanen pada jaringan tubuh yang terkena bahan korosif.
Bahan yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang dapat menyebabkan imflamasi pada
kulit. Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran
pernafasan.  Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi
(jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
 Flammable substance
Dampaknya dapat membakar lingkungan sekitar dan dapat membahayakan praktikan.
 Explosive
Dapat merusak lingkungan dan bangunan sekitar, serta dapat mengancam kehidupan
makluk hidup di sekitarnya terutama manusia.
d. Oxidation agent
Dampaknya dapat memacu terjadinya percikan api hingga ledakkan yang sulit di
padamkan api
 Acid sensitive substance
Dapat menimbulkan ledakkan yang sulit di atasi sehingga menyebabkan kerusakan
lingkungan.
 Compressed gases
Jika gas dapat bersifat racun dapat merusak jaringan paru-paru dan sistem peredaran
darah.

B. Luka Bakar
a. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah (fros – bite). (kapita Selekta, 2000)
Luka bakar adalah respon kulit dan jaringan sub kutan terhadap trauma
suhu/termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak

4
merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari epitel. (At a glance ilmu,
bedah, 2007)
b. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ketubuh panas
tersebut dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik berbagai faktor dapat
menjadi penyebab luka bakar beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara lamanya
kontak dengan sumber air panas, misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian
yang terbakar, sumber panas, api, air panas, dan zat kimia, minyak panas, listrik dan
radiasi.

c. Klasfikasi
a. Berat / kritis bila :

1) Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%


2) Derajat 3 dengan luas lebih dari 10% atau terdapat dimuka, kaki dan tangan
3) Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau fraktus
4) Luka bakar akibat listrik

b. Sedang bila :
1) Derajat 2 dengan luas 15-25%
2) Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki dan tangan

c. Ringan bila :
1) Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%
2) Derajat 3 kurang dari 2%

d. Perhitungan luas luka bakar “rule of nine”


1) Kepala dan leher : 9%
2) Ekstremitas atas kanan : 9%
3) Ekstremitas atas kiri : 9%

5
4) Paha dan betis kaki : 4x 9% (kiri dan kanan)
5) Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%
6) Perineum dan genitalia : 1%
(Mansjoer Arif, 2000)
d. Komplikasi
Sindrum kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar pada ekstremitas
→ iskemia ekstremitas. Luka bakar turaks → hipoksia dari gagal nafas restriktif) cegah
dengan eskarotomi segera)
a. Hiperkalemia
b. Gagal ginjal akut
c. Infeksi
d. Ulkus akibat stres (ulkus curling)

e. Pemeriksaan Diagnostik
a. Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian) tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan
pasien luka bakar antara lain tetapi cairan, terapi nutrisi, fisioterapi dan psikiatri.
b. Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lagi sesegera mungkin, pencegahan
infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan
elemen didalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan parut.
c. Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari
sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air pada trauma
bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir.
d. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi,
yaitu:
1) Periksa jalan nafas
2) Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan jalan
nafas (suction) bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
3) Berikan oksigen
4) Pasang infus dengan cairan RL untuk mengatasi syok

6
5) Pasang pipa lambung/NGT untuk mengosongkan lambung selama ada ileus
parahtik.
6) Pasang kateter untuk memantau urine
7) Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure / CVP) untuk
pemanfaatan sirkulasi darah
8) Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan
adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar.
9) Berikan analgesik-analgesik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan
secara intravena.
10) Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil pencucian luka dilakukan dengan
melakukan debridement dengan menggunakan cairan steril yang mengandung
larutan antiseptik.
11) Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah
dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka.
12) Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.
Berikan serum anti tetanus / toksoid. (Arief Manjoer, tahun 2000, hal 368)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Luka Bakar

1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat Tanda :
1) Penurunan kekuatan tahanan
2) Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
3) Gangguan massa otot perubahan tonus
b. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT)
1) Hipotensi (syok)
2) Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokonstriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik)
c. Integritas ego

7
Tanda : Angietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
Gejala : Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
d. Eliminasi
Tanda : Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam.
e. Makanan dan cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah
f. Neurosensori
Tanda : Perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendun dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas, aktivitas kejang (syok listrik). Laserasi korneal, kerusakan
retina, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik).
Gejala : Area kebas, kesemutan
g. Nyeri / keamanan
Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara ekstrem sensitif
untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan
sedang derajat dua sangat nyeri, sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernapasan
Tanda : Serak, batuk mangi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan
sekresi oran dan sianosis, indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada.
Jalan nafas atas stridor/mengi (obstruksi sehubungan dengan laringos pasme, edema
laringeali, bunyi nafas, gemericik, (edema paru), strider (edema laringeal), sekret jalan
nafas dalam (ronki).
Gejala : Terkurung dalam ruang tertutup, terpejam lama, (kemungkinan cedera
inhalasi).
i. Keamanan
Tanda :
1) kulit, umum : distruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trombus mikro vaskuler pada beberapa luka

8
2) Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan / status syok.
3) Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase
intensitas pada yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidang gosong; mukosa
hidung dan mulut kering merah; lepuh dan faring posterioe; edema lingkar mulut
dan lingkar nasal.
4) Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seperti kulit samar halus, lepuh, ulkus, nekrosis, atau
jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
5) Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dibawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup, dan luka bakar
termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
(Doenger Marllyn E, tahun 2000, hal 804)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual/risiko tinggi kelebihan volume cairan b/d pemulihan kembali integritas kapiler
dan perpindahan cairan dari ruang intersitial kedalam intravaskular.
b. Resiko tinggi infeksi b/d hilangnya karier kulit dan terganggunya respons imun.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d hipermetabolisme dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka
d. Gangguan integritas kulit b/d luka bakar terbuka
e. Nyeri b/d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
f. Hambatan mobilitas fisik b/d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktor persendian.
g. Roping individu tidak efektif b/d perasaan takut serta ansietas, berduka, dan
ketergantungan pada petugas kesehatan.
h. Gangguan cairan tubuh b/d krisis situasi, kejadian traumatik, peran pasien tergantung,
kecacatan.

9
Prioritas masalah
a. Gangguan rasa nyaman nyeri
b. Kerusakan integritas kulit
c. Gangguan mobilitas fisik
d. Gangguan citra tubuh

3. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan jaringan sekunder dari cedera luka bakar,
pascadrainase d/d adanya luka pada bagian leher, ekstremitas atas kanan dan kiri,
ekstremitas bawah sebelah kanan dan kiri klien tampak meringis saat luka
dibersihhkan skala
b. Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar terbuka d/d adanya luka bakar pada bagian
ekstremitas atas sebelah kanan dan kiri badah, wajah dan ekstremitas bawah sebelah
kanan dan kiri dan sudah tampak jaringan baru.
c. Gangguan mobilitas fisik b/d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktor persendian
d/d mobilitas terbatas, tidak mampu bergerak sesuai dengan tujuan penurunan
kekuatan otot
d. Gangguan citra tubuh b/d krisis situasi, kejadian traumatik, kecacatan d/d perasaan
negatif tentang diri/sendiri, kurang percaya diri.
4. Intervensi Keperawatan berdasarkan prioritas masalah

Diagnosis 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan jaringan sekunder dari cedera
luka bakar, pascadrainase d/d adanya luka pada bagian leher, ekstremitas atas kanan dan
kiri, ekstremitas bawah sebelah kanan dan kiri klien tampak meringis saat luka
dibersihhkan skala
Tujuan : Dalam 1 x 24 jam nyeri berkurang / hilang atau teradaptasi
K. hasil : Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat di adaptasi skala nyeri
0-1 (0-4)

Intervensi Rasional

10
- Kaji nyeri dengan pendekatan porst secara periodik atau apabila keluahan dari pasien secara
subjektif. Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang
diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan
- Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non invasif
- Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
ke efektifan dalam mengurangi nyeri
- Lakukan manajemen nyeri keperawatan atur posisi fisiologis. Posisi fisiologis akan
meningkatkan asupan O2 kejaringan yang mengalami peradangan. Pengaturan posisi
idealnya adalah pada arah yang berlawanan dari letak dari lesi
- Istirahat klien. Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi ini akan meningkatkan suplai
darah pada jaringan yang mengalami peradangan
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam. Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari peradangan
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks selebih sehingga menurunkan
persepsi nyeri
- Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan
dukungan psikologis dapat membantu menurunkan persepsi nyeri
- Lakukan perawatan luka secara efisien dan efektif .Perawat harus bekerja dengan cepat
dalam menyelesaikan perawatan pasien dan penggantian balutan agar perasaan nyeri serta
gangguan rasa nyaman yang ditimbulkan dapat dikurangi
- Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang

Diagnosis 2 : Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar terbuka d/d adanya luka bakar pada
bagian ekstremitas atas sebelah kanan dan kiri badah, wajah dan ekstremitas bawah sebelah
kanan dan kiri dan sudah tampak jaringan baru.
Tujuan : dalam 12 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal
K. hasil : Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang
Intervensi Rasional

11
- Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada klien
- Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan yang akan digunakan.
- Lakukan tindakan peningkatan integritas jaringan
- Perawat luka biasanya menjadi komponen satu-satunya yang paling menghabiskan waktu
dalam perawatan luka bakar pasia fase akut.
- Evaluasi kondisi luka bakar dan tutup luka
- Selama pelaksanaan prosedur ini, luka dan kulit disekitarnya diinspeksi dengan teliti.
- Kolaborasi untuk intervensi debridemen
- Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki 2 tujuan :
1) Untuk menghilangkan jaringan yang kontaminasi oleh bakteri dan benda asing sehingga
pasien dilindungi terhadap kemunkinan invasi bakteri.
2) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati dan eskan dalam persiapan bagi graft
dan kesembuhan luka.
- Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan • Apabila masih
belum mencapai dari kriteria evaluasi 5 x 24 jam, maka perlu dika ji ulang faktor-faktor
penghambat dan perbaikan dari lesi.
- Kolaborasi untuk pemberian albumin
- Pasien dengan luka bakar luas cenderung mengalami penurunan kadar albumin darah. Hipo
albuminemia akan menurunkan peningkatan integritas jaringan sehingga diperlukan albumin
tambahan agar terjadi peningkatan integritas jaringan 7 ideal.

Diagnosis 3 : Gangguan mobilitas fisik b/d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktor
persendian d/d mobilitas terbatas, tidak mampu bergerak sesuai dengan tujuan penurunan
kekuatan otot

Tujuan : Dalam waktu 7 x 24 jam terjadi peningkatan mobilitas sesuai dengan tingkat toleransi
individu
K. hasil :
1) Klien dan keluarga terlihat mampu mobilisasi ekstremitas bawah secara bertahap

12
2) Klien dapat mengenal cara melakukan mobilisasi dan secara kooperatif mau melaksanakan
teknik mobilisasi secara bertahap

Intervensi Rasional
- Kaji kemampuan dalam peningkatan mobilitas fisik pada seluruh ektremits
- Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual
- Kaji kemampuan dan hambatan motorik pada seluruh ekstremitas. Hambatan biasanya terjadi
akibat adanya kontraktor sendi atau akibata nyeri apabila menggerakkan ekstremitas
- Lakukan latihan ROM pada seluruh ekstremitas. Latihan ROM yang optimal dapat
menurunkan atrofi otot, perbaikan sirkulasi perifer dan mencegah kontraktor pada
ekstremitas. Lakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat toleransi individu
- Evaluasi kemampuan mobilisasi dan kebutuhan alat bantu. Luka bakar berada dalam keadaan
dinamis selama satu tahun atau lebih sebelum lukanya menutup. Selama periode waktu ini
harus diusahan berbagai upaya yang agresif untuk mencegah kontraktor dan pembentukan
parut yang hipertrofik.

Diagnosis 4 : Gangguan citra tubuh b/d krisis situasi, kejadian traumatik, kecacatan d/d perasaan
negatif tentang diri/sendiri, kurang percaya diri.
pasien tergantung, kecacatan, nyeri ditandai dengan perasaan negatif tentang diri/sendiri,
ketakutan pendekatan atau reaksi orang lain fokus pada penampilan lama, kemampuan
memikirkan terus menerus perubahan kehilangan
Tujuan : Dapat menerima situasi diri
K. hasil :
1) Bicara dengan keluarga/orang terdekat tentang situasi, perubahan yang terjadi

Intervensi Rasional
- Berikan harapan dalam parameter situasi individu, jangan memberikan keyakinan yang salah
- Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan
rencana untuk masa depan berdasarkan realitas

13
- Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti tujuan
rehabilitasi
- Kata-kata penguat dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.
- Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi
- Mempertahankan/membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus menerus pada
pasien dan keluarga

Kolaborasi
- Rujuk ke terapi fisik/kejuruan, konsul kejuruan dan konsul psikiatri contoh : klinik spesialis
perawat psikiatri, pelayanan sosial, psikologis sesuai kebuthan
- Membantu dalam identifikasi cara/alat untuk meningkatkan/mempertahankan kemandirian.
Pasien dapat memerlukan bantuan lanjut untuk mengatasi masalah emosi mereka bila mereka
menetap (contoh : respon pasca trauma)

DAFTAR PUSTAKA

Selucu aq.2010. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Kimia 2.1.1. Defenisi. Diakses
tanggal 15 Mei 2020. (akses :

14
https://www.academia.edu/32582403/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1._Bahan_
Kimia_2.1.1._Defenisi)

Hasbi Aulia, dkk. 2016. BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN CARA PENANGANANNYA.
Diakses tanggal 14 Mei 2020 (akses : https://www.scribd.com/search?
content_type=tops&page=1&query=makalah%20zat%20kimia%20dan
%20penangannya)

15

Anda mungkin juga menyukai