Anda di halaman 1dari 4

TAK SEKEDAR CINTA

Lautan berbuih mendebur ombak menghantam bibir pantai


Melayangkan sapuan halus menggoda pada butiran pasir bening
Mengecup ringan tanjung menjorok dan teluk melengkung
Ikut pula memeluk angin yang menghempas layar sewarna pelangi
Bawa cerita kala senja mengaburkan nestapa
Coba menunggu esok bersama lembayung di batas cakrawala

Gadis itu masih saja setia menatap dikejauhan batas cakrawala, tempat mentari pulang ke
peraduanya. Hempasan aingin yang menerbangkan ujung kerudung besar berwarna marun yang
menutup erat kepalanya sama sekali tidak menganggu kegiatannya menatap lembayung yang
meronai kelabunya angkasa. Sesekali kelopak matanya terpejam menikmati aroma asin laut yang
menyapa hidungnya. Kedua tangannya memeluki tubuhnya menghalau hawa dingin yang turut
menyerbu abayanya.
“Hening !” sebuah suara lembut namun tegas mendistraksi suasana syahdu sore itu.
Merasa namanya terppanggil, gadis itu menolehkan kepalanya. Netranya menangkap
sosok laki-laki berperawakan kurus-tinggi berjalan ke arahnya. Rambutnya nampak ikal terulur
dibawa angin. Sosoknya yang mula buram semakin jelas tecetak retina.
“Mas Gana !” gadis itu terpekik gembira, berlari kecil kea rah laki-laki yang dipanggil
Gana.
Sedangkan Gana hanya mengulas senyum menanggapi tingkah gadis itu. Secara spontan
hening meloncat, kemudian menumpukan kedua belah tangannya di sebelah bahu Gana hingga
laki-laki itu oleng ke samping.
“Ning, santai bisa. Itu tangan tolong dikondisikan ya, bisa kan?! Lagian ini pundak bukan
dahan pohon yang bisa digelayutin. Lepasin Ning berat ini kamunya.” Gana hanya berucap tanpa
mencoba melepas tangan Hening yang masih setia menggelayuti sebelah pundaknya.
“Iya-iya, ini di lepas.” Hening melepas pegangannya pada bahu Gana tanpa diminta
kedua kalinya.
“Mas Gana kapan balik dari pondok ?” tambahnya diikuti langkahnya pelan bersisian
dengan Gana yang berjalan pelan menyisir bibir pantai.
“Huum minggu lalu. Tadi aku sempat ke rumahmu tapi kata Mbak Tin, kamunya
ngeluyur ke pantai. Ya sudah aku susul.” Jawabnya dengan senyum mengembang.
Tiba-tiba dari arah depan terdengar teriakan minta tolong, seoranng wanita bersurai
panjang dengan dress warna putih tampak terduduk di atas pasir pantai sembari memegangi
perutnya yang terlihat membuncit. Sore itu, pantai terlihat sepi hingga tidak ada seorangpun yang
menjawab permintaan tolong wanita itu. Melihat hal tersebut Hening segera berlari mendekati si
wanita yang mengerang menahan sakit.
Hening berjongkok meneliti keadaan perempuan didepannya. Tampaknya perempuan
didepannya adalah turis asing terlihat dari iris matanya yang biru, hidung mancung, dan rambut
keperakan, meskipun kulitnya agak kecoklatan.
“Are you okay Mrs ?” Tanya hening sembari menepuk-nepuk bahu perempuan
didepannya.
“Help me, my tummy !” ucap perempuan itu dengan terus memegangi perutnya dengan
raut wajah pucat menahan sakit.
Sementara sedari tadi Gana ikut berjongkok disamping hening dalam kekalutan melihat
peristiwa didepannya.
“Astaghfirullah, air ketubannya sudah pecah !” hening memekik kaget melihat ke arah
paha perempuan tersebut yang telah di aliri air bening yang didugannya cairan ketuban.
“Calm down Mrs, how old your pregnancy.” Hening mencoba bersikap tenang dengan
menanyakan usia kandungan perempuan itu.
“Umm two weaks ago, it’s about 38 weaks, please help me I think my baby will be
born!” Ucap perempuan itu sembari mencengkram sebelah tangan Hening yang memegang
daerah perut untuk merasakan kontraksi.
‘It’s okay. Please take a deap bearth and take off it with your mouth.” Hening berusaha
menenangkan, meski tahu keadaan perempuan hamil didepannya butuh pertolongan segera.
Sekejap kemudian datang seorang laki-laki berperawakan tinggi langsing, berlari
tergopoh-gopoh dari arah bibir pantai dengan membawa papan surfing dengan raut panik
langsung berjongkok disisi perempuan itu.
“Lili, are you okay ? What I can do for you ? What I must do ?!” Taanyanya panik hingga
tidak menyadari kehadiran dua orang lainnya.
“Excusme, please be patient Sir don’t be panic ! It’s make the situation more terrible”
gentian Hening meminta laki-laki didepannya untuk tenang.
“Who are you! How you can shout to me for be patient ! lili look so pale and hurtly.”
Katanya mendongak menatap ke dua manik mata perempuan berkerudung hitam didepannya.
Sejenak Hening tersentak kala netranya berserobok dengan iris kelabu yang menatapnya
tajam. Paras khas eropa yang tampak kekanakan, tapi bukan itu fokusnya. Dia laki-laki itu.
Hening menakar pastilah perempuan hamil ini istri dari pria didepannya. Lamunannya
terdistraksi oleh erangan kesakitan. Hening kembali ditarik pada kenyataaan ada seorang
perempuan hamil didepannya yang harus segera mendapat pertolongan.
“My name is Hening, I am Midwifery. So, let me check your wife condition, it’s really
neceserry now. She must take on to the hospital as soon as possible.”Hening memeperkenalkan
dirinya sekilas pada laki-laki didepannya.
“Okay, So what’s her condition ? jawab laki-laki asing itu.
“He got sudden amniotic rupture and the uterin contraction is strongly and the baby I
think will be born as soon as possible, I just cant feel the opened of the uterin cause I must do
vaginal touch.” Hening berusaha menjelaskan dengan bahasa inggris yang entahlah semoga dia
paham.
“Please call ambulance or borrow a car we need it now, I will take care off her.”
Lanjutnya meminta laki-laki asing didepannya untuk segera mencari kendaraan.
Mendengar penjelasan hening laki-laki asing itu langsung berlari ke arah sebuah gubuk di
bawah pohon yang berisi sebuah ransel dan tas slempang, tampaknya dia terlibat percakapan
dengan seseorang lewat sambungan telefon. Kemudian dia kembali lagi ke tempat semula.
“I was call my friend, and he will come about 5 minute again.” Ujarnya masih dengan
wajah khawatir, sembari memperhatikan Lili yang terbaring di pangkuan hening dan mengerang
menahan sakit.
“okay, it’s about fifteen minuts along we can reach the hospital if the traffic light there is
no problem. For waiting your friends car we must make a plan I don’t know how much the
serviks opened cause I cant do VT in this situation but I think from palpation the head of baby is
right on the ground of pelviks. The time you need for lying birth its can be for hour or more
faster. In some condition it can be birth for short time when the amniotic was broke. So, lets we
pray together for a better condition, but lily you must preaper if your baby will birth so soon.
Don’t worry you and your baby can passed it. I will be your side until come to hospital.” Hening
menjelaskan kemungkinan yang bisa terjadi menyangkut kehamilan lili. Dia ingin ibu hamil dan
suaminya ini bisa menghadapi segala kemungkinan.
Tidak berapa lama terdengar deru suara mesin mobil mendekat. Sebuah kendaraan roda
empat dari jenis Pajero berwarna hitam tampak gagah berhenti di jalan setapak menuju garis
pantai. Seorang pria terlihat keluar dari dalam mobil itu berlari tergopoh-gopoh kea rah bibir
pantai. Perawakannya tinggi besar berkulit kecoklatan, dengan kontur wajah tegas. Terlihat
seperti orang asia namun entah negara mana sebab ada gambaran etnis cina diparasnya.
“How was her condition.!” Tanya laki-laki asing itu yang berlari tergopoh menghambur
kea rah hening yang masih memantau ke adaan lili si ibu hamil.
“There is no time guys, lets go to the hospital ! Frans lift lily lay down her body in the
car, please !” Hening berseru meminta para lelaki itu untuk menggootong tubuh lily ke dalam
mobil.
Laki-laki asing yang merasa namanya dipanggil namanya tersentak sebentar, kemudian
rintihan sakit lily menyadarkannya untuk mengangkat tubuh lily ke dalam mobil. Sementara satu
laki-laki asing lain ikut masuk kekursi pengemudi. Hening segera ikut berlari ke dalam mobil.
Memposisikan pangkuanya sebagai bantalan lili yang terbaring di kuursi penumpang.
“Mas Gana aku pergi dulu ke rumah sakit Wijaya, nanti kamu susul aku kesana sama
nitip sepedah !” ucapnya berseru dari balik kaca mobil kepada Gana.
Sedangkan Gana yang diteriaki dari dalam mobil menjawab dengan anggukan apa yang
diminta oleh Hening.
Hening menoleh kea rah kursi pengemudi yang diisi laki-laki asing berparas asia dan
disebelahnya frans duduk dengan gelisah sesekali menengok ke rah kursi belakang tempat lily
berbaring. Ada gelagat aneh yang tidak sengaja ditangkap matanya. Frans dan laki-laki asing
berwajah asia itu saling berpegangan tangan, sesekali mengelus, bahkan sempat tertangkap
“ Hei you two, go to the hospital

Anda mungkin juga menyukai