Anda di halaman 1dari 16

Makalah Reproduksi Ternak

HORMON REPRODUKSI

Oleh :

Nisa Sukmawati 200110130015

Putri Dewi Mardianti 200110130014

Rastra Ramdhani 200110130017

Redy Septiansyah 200110130023

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ
yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut demikian karena
hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati
saluran khusus. Di pihak lain, terdapat pula kelenjar eksokrin yang mengedarkan hasil
sekresinya melalui saluran khusus. Walaupun jumlah yang diperlukan sedikit, namun
keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah penting.

Kemampuan reproduksi tidak hanya terjadi pada manusia, melainkan semua jenis
makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan. Dengan kemampuan inilah makhluk hidup
dapat mempertahankan jenisnya.Reproduksi merupakan fungsi tubuh yang secara fisiologik
tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu
makhluk hidup. Fungsi reproduksi baru bisa berlangsung sesudah hewan ternak mencapai
masa pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang
dihasilkannya.
Suatu peristiwa pada siklus reproduksi merupakan produk seluruh fenomena yang
semuanya harus terjadi dalam rentetan waktu yang tepat. Untuk dapat memahami tentang
pengaruh hormon yang kompleks maka diharuskan untuk berpikir dengan pola rantai
peristiwa-peristiwa yang membuahkan suatu hasil dan bukan peristiwa-peristiwa tunggal
yang membuat rantai.
1.2 Identifikasi Masalah
Penyusunan makalah ini membatasi masalah yang akan dibahas :
1. Jelaskan pengertian dari hormon reproduksi ?
2. Jelaskan klasifikasi hormon reproduksi berdasarkan unsur pembentuknya ?
3. Jelaskan klasifikasi hormon reproduksi berdasarkan cara kerjanya ?
4. Jelaskan mekanisme kerja hormon dalam mengatur fungsi reproduksi ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari hormon reproduksi
2. Untuk mengetahui hormon reproduksi berdasarkan unsur pembentuknya
3. Untuk mengetahui hormon reproduksi berdasarkan cara kerjanya
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon dalam mengatur fungsi reproduksi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon Reproduksi

Hormon berasal dari kata hormao yang berarti pembangkit aktivitas adalah sebuah zat
organik. Sifat-sifat atau kekhususan dari hormon adalah zat ini merupakan pengatur fisiologis
terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem. Hormon dapat didefinisikan sebagai
zat organik yang diproduksi oleh sel-sel khusus dalam bahan dan dialirkan ke dalam peredaran
darah dan dengan jumlah yang sangat kecil dapat merangsang sel-sel tertentu untuk berfungsi.

Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak dalam
aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang memberikan
suatu reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh. Hormon dapat
memberikan efeknya pada struktur-struktur target dengan cara :
1) Mengubah fungsi gen
2) Memengaruhi jalur-jalur metabolik secara langsung
3) Mengontrol perkembangan organ-organ spesifik atau produk-produk skretorisnya.
Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar endokrin dan disekresi
secara alami yang kemudian dibawa darah ke areal yang dituju atau ditentukan. Adanya hormon
menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, sama
halnya dengan sistem tubuh lainnya, sistem reproduksi juga mempunyai hormon yang
memberikan efek dan fungsi dalam perkembangannya.

2.2 Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Unsur Pembentuknya


Semua hormon mamalia berpartisipasi dalam semua aspek reproduksi. Partisipasi ini
mungkin melalui kerja langsung terhadap fungsi fisiologik lingkungan internal yang menjamin
keberhasilan reproduksi atau pengaruh tidak langsung.

Hormon-hormon reproduksi dibagi dalam tiga kategori menurut unsur pembentuknya, yakni
Golongan protein (peptida), Golongan steroid, dan Golongan asam lemak. Berikut penjelasan
dari ketiga golongan hormon diatas, sebagai berikut :
1. Hormon protein atau polipeptida bermolekul besar dengan berat molekul 300-70.000 dalton
dengan sifat-sifat mudah dipisahkan oleh enzim sehingga tidak dapat diberikan melalui oral
tetapi harus diberikan melalui suntikan (ex : Gn-RH).
2. Hormon steroid mempunyai berat molekul 300-400 dalton. Hormon steroid alami tidak efektif
apabila diberikan melalui oral, tetapi steroid sintesis dan yang berasal dari tumbuhan dapat
diberikan melalui oral maupun suntikan (ex : estrogen, progesteron, dan androgen).
3. Hormon asam lemak mempunyai berat molekul 400 dalton dan hanya dapat diberikan melalui
suntikan (ex : prostaglandin).
Hormon-hormon Reproduksi
Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat menghasilkan
hormon reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium, Endometrium, dan Testis.
Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh empat kelenjar tersebut, antara lain :
1. Kelenjar Hipofisa, yang masing-masing bagian anterior meghasilkan tiga macam hormon
reproduksi yaitu, Follicle Stimulating Hormone , Luteinizing Hormone yang pada hewan jantan
disebut dengan Interstitial Cell Stimulating Hormone dan Luteotropic Hormone, serta bagian
posterior yang menghasilkan dua macam hormon yakni oksitoksin dan vasopressin.
2. Kelenjar Ovarium yang menghasilkan tiga hormon yaitu estrogen, progesteron, dan relaksin.
3. Endometrium dari uterus yang menghasilkan hormon Prostaglandin.
4. Testis pada hewan jantan menghasilkan hormon testosteron. Kedua belas hormon ini mempunyai
peranan mengatur kegiatan reproduksi pada tubuh hewan, sehingga disebut hormon reproduksi.
 Hormon Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium, Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada betina yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan, dan lain-lain.
 Hormon Progesterone
Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima
implantasi zygot, mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu.
 Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormone)
Hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis
akibat rangsangan dari GnRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel.
 Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Hormon ini ujuga dihasilkan oleh hipofisis akibat rangsangan dari GnRH.
Berfungsi untuk merangsang sekresi kelenjar Gonade / Foliclle menjadi matang pecah
dan ovulasi.
 Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis.
 Hormon Testosteron
Dihasilkan di dalam testes. Berfungsi mempegaruhi pertumbuhan alat kelamin
jantan, menstimulasi bermacam-macam metabolisme tubuh, memperpanajang daya hidup
spermatozoa dalam saluran kelamin, meningkatkan pertumbuhan tulang.
 Hormon Pertumbuhan  / Growth Hormone (GH)
Hormon pertumbuhan (Somatotrop) dihasilkan di Kelenjar hipofisa. Fungsinya
antara lain mengendalikan pertumbuhan & perkembangan, meningkatkan pembentukan
protein, mendorong pertumbuhan umum tubuh, mempercepat sintesa protein.
 Hormon Prostaglandin (PGF2α)
Dihasilkan di endometrium dari uterus.

2.3 Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Cara Kerjanya


Berdasarkan cara kerjanya, hormon-hormon reproduksi dapat dibagi dalam tiga
kelompok yaitu hormon reproduksi primer, hormon reproduksi sekunder, dan hormon pelepas.

Hormon-hormon reproduksi primer secara langsung memengaruhi berbagai aspek


reproduksi seperti spermatogenesis, ovulasi, kelakuan kelamin, fertilisasi, pengangkutan ovum,
implantasi, kelangsungan kebuntingan, kelahiran, laktasi dan tingkah laku induk.Hormon-
hormon reproduksi sekunder berfungsi untuk mempertahankan keadaan fisiologik yang
memungkinkan terjadinya proses reproduksi.
Tabel 1. Hormon-hormon reproduksi primer
Kelenjar Hormon Beberapa fungsi
Adenohipofisis Follicle Stimulating spermatogenesis, pertumbuhan folikel
Hormone (FSH)
Luteinizing Hormon (LH) ovulasi, pelepasan estrogen, pelepasan
progesteron
Interstitial Cell Stimulasi sel-sel interstitial leydig,
Stimulating Hormone pelepasan testosteron
(ICSH)
Prolaktin/Luteotropic Pelepasan progesteron, laktasi
Hormone (LTH)
Neurohipofisis Oksitosin Kontraksi uterus, kelahiran, penurunan (let
down) susu
Testis Testosteron Spermatogenesis, mempertahankan sistem
kelamin jantan dan sifat-sifat kelamin
sekunder, kelakuan kelamin jantan.
Ovarium Estrogen/estradiol Mempertahankan sistem saluran kelamin
betina dan sifat-sifat kelamin sekunder,
tanda-tanda birahi/ekstrus, kelakuan kelamin
betina, stimulasi kelenjar susu, mobilisasi
Ca, dan lemak pada unggas
Progesteron Implantasi, mempertahankan kebuntingan,
stimulasi kelenjar susu
Relaxin Relaksasi serviks uteri, kontraksi uterus,
pemisahan simfisis pubis
Plasenta Human Chorionic Seperti LH (LH-like)
Gonadotrophin (HCG)
Pegnan Mare Serum Seperti FSH (FSH-like)
Gonadotrophin (PMSG)
Estradiol Lihat ovarium
Progesteron Lihat ovarium
Relaxin Lihat ovarium
Prostaglandin Luteolisis (melisiskan korpus luteum)

Reproduksi merupakan hasil kerjasama berbagai sekresi endoktrin terhadap organ sasaran
dan reaksi-reaksi khusus di dalam tubuh. Kelompok ketiga dari hormon-hormon reproduksi
terdapat di dalam hipotalamus dan kelompok hormon ini disebut sebagai faktor-faktor pelepas
(releasing factors).
Tabel 2. Hormon-hormon reproduksi sekunder
Kelenjar Hormon Beberapa fungsi
Adenohipofisis Somatotropic Hormone (STH) Pertumbuhan, sintesa protein
Thyroid Stimulating Hormone Stimulasi kelenjar tyroid,
(TSH) pelepasan tiroksin, dan
pengikatan iodium oleh thyroid
Adrenocorticotrophic Stimulasi korteks adrenal,
Hormone (ACTH) pelepasan kortikoid adrenal
Neurohipofisis Vasopressin (Antidiuretic Pertumbuhan tubuh,
Hormone, ADH) perkembangan dan
pematangan, oksidasi zat
makanan
Tri-iodothyronin Sama dengan atas
Thyrocalcitonin Metabolisme kalsium
Pankreas Aldosteron Metabolisme air dan elektrolit
Corticoid Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein
Parathyroid Insulin Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein
Parathormon Metabolisme Ca dan P

Tabel 3. Faktor-faktor pelepas (Releasing factors)


Faktor (Hormon) Fungsi
Gonadotropin Releasing Hormone (Gn-RH) Stimulasi pelepasan gonadotropin
(FSH dan LH)
Thyrotropin Hormone (TRH) Stimulasi pelepasan TSH
Prolacting Inhibition Factore (PIF) Inhibisi pelepasan prolaktin
Corticotropin Releasing Factore ( CRF) Stimulasi pelepasan ACTH
Somatotropic Hormone Releasing Factore Stimulasi pelepasan STH
(STH-RH)

A.   Hormon-hormon reproduksi primer


Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak di dalam legokan pada dasar ruang otak yang dikenal sebagai
sella turcic. Kelenjar ini mensekresikan sejumlah hormon-hormon, seperti Melanophore
Stimulating Hormone (MSH) dan Vasopressin juga disekresikan oleh kelenjar hipofisis. MSH
mengatur sintesis dan penyebaran melanin sedangkan Vasopressin mempengaruhi tekanan darah
dan keseimbangan air dalam tubuh.
Hormon-hormon gonadotropin
Kelenjar adenohipofisis mensekresikan tiga hormon gonadotropin yaitu, FSH, LH dan
LTH. Hormon-hormon ini sangat penting dalam pengaturan ovarium dan testis untuk produksi
ova dan spermatozoa dan pelepasan hormon-hormon gonadal yaitu testosteron, estradiol, dan
progesteron.
Fungsi utama FSH menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel deGraaf di dalam
ovarium dan spermatogenesis di dalam tubuli semeniferi testis. FSH murni menstimulir
pertumbuhan folikel pada hewan betina yang dihipofisektomi tetapi tidak menyebabkan ovulasi,
luteinisasi, atau stimulasi terhadap jaringan interstistial ovarium.
Luteinizing Hormon (LH) bekerja sama dengan FSH untuk menstimulir pematangan
folikel dan pelepasan estrogen. Sesudah pematangan folikel, LH menyebabkan ovulasi dengan
menggertak pemecahan dinding sel dan pelepasan ovum. FSH dan LH bersifat sinergistik dalam
pengaruhnya terhadap gonad. Keduanya terdapat dalam berbagai perbandingan yang berimbang
sesuai dengan berbagai kondisi atau tahap siklus kelamin dari berbagai jenis hewan.
Luteotropic Hormone (LTH) atau Prolaktin. Hormon ini merupakan hormon protein
dengan berat molekul 22.000 sampai 35.000. prolaktin yang berasal dari domba dan sapi
tampaknya terdiri dari satu rantai peptida tunggal dengan suatu konfigurasi siklis dan
mengandung jembatan-jembatan disulfida.

Oksitosin
Oksitosin adalah suatu oktapeptida yang mengandung 8 asam amino yaitu tirosin, leusin,
isoleusin, prolin, asam glutamik, asam aspartic, glisin dan sistin. Aktifitas oksitosin adalah
kontraksi uterus dan let down atau penurunan air susu.
Hormon-hormon gonadal
Gonad, yaitu testis pada hewan jantan dan ovaria pada hewan betina sebagai organ-organ
kelamin merupakan tempat pembentukan hormon-hormon kelamin jantan dan betina selain
fungsinya sebagai penghasil gamet atau sel-sel kelamin. Pada umumnya, hormon-hormon
gonadal berfungsi mempertahankan organ-organ kelamin pelengkap dan sifat-sifat kelamin
sekunder
Androgen. Androgen atau testosteron merupakan hormon kelamin jantan diproduksi di
dalam testis dan sedikit ole korteks adrenal. Selain androgen, testis juga menghasilkan sejumlah
kecil estrogen. Testosteron dan testis berfungsi untuk:
a. Diferensiasi sesual organ-organ kelamin luar dan penurunan testis kedalam
skrotum pada fetus yang baru lahir,
b. Keratinisasi epithel praeputium, pemisahan glands penis dari praeputium, serta
pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas,
c. Pertumbuhan dan kelangsungan fungsi kelenjar-kelenjar kelamin untuk
menghasilkan cairan atau plasma semen pada waktu ejakulasi,
d. Keinginan kelamin atau libido dan kesanggupan untuk ereksi serta ejakulasi,
e. Perkembangan sistem-sistem kelamin sekunder yang khas bagi hewan jantan,
misalnya pertumbuhan tanduk, bentuk tubuh yang kecil pada pinggul, jengger
ayam dan perubahan suara,
f. Kelangsungan sekretoris dan aktivitas absorbsi dan struktur ductulli eferentes,
epididimis, ductus defferensia termasuk ampula,
g. Spermatogenesis, perkembangan dan pematangan spermatid dan spermatozoa
didalam saluran-saluran testiskuler dan memperpanjang umur sperma di dalam
epididimis, dan
h. Aktifitas metabolik terhadap protein.
Kastrasi (penghilangan testis) yang dilakukan sebelum pubertas akan menghambat
perkembangan , fungsi, dan aktivitas organ-organ yang memerlukan testosteron. Apabila kastrasi
dilakukan sesudah pubertas maka akan menyebabkan atropi organ-organ reproduksi dan
terhentinya aktivitas-aktivitas tersebut dapat dipulihkan kembali dengan penyuntikan preparat-
preparat testosteron.
Estrogen. Hormon ini merupakan hormon yang menimbulkan estrus atau birahi pada hewan
betins. Hormon estrogen disekresikan oleh sel-sel theca interna dan folikel de Graaf. Estrogen
bertanggung jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder pada hewan betina. Hormon ini
menggertak pertumbuhan sistem saluran kelenjar susu, mempengaruhi deposisi dan distribusi
lemak tubuh, serta mempercepat ossifikasi epifise tulang.
Progesteron. Progesteron merupakan progesteron alamiah terpenting yang di ekskresikan
oleh sel-sel lutein korpus luteum. Fungsi progesteron sulit dipisahkan dari hormon-hormon lsin
seperti estrogen. Hal ini disebabkan progesteron secara normal bekerja sama dengan estrogen
dan steroid-steroid lainnya yang menghasilkan hanya sedikit pengaruh khusus jika berdiri
sendiri. Beberapa pengaruh progesteron dapat disebut sebagai berikut:
a. Menstimulir pertumbuhan sistem glanduler pada endometrium uterus yang telah
disensitifkan oleh estrogen.
b. Mempertahankan kebuntingan dengan menghasilkan suatu lingkungan endometrial
yang sesuai untuk kelanjutan hidup dan perkembangan embrio,
c. Menghambat otilitas atau pergerakan uterus secara spontan dan meniadakan atau
menurunkan respon miometrium terhadap oksitosin,
d. Dengan menghambat produksi FSH dan LH, progesteron mencegah terjadinya estrus,
ovulasi dan siklus strus,
e. Bekerjasama dengan estrogen untuk menstimulir ovulasi dengan menggertak LH,
apabila disuntikkan dalam jumlah kecil selama permulaan estrus pada sapi,
progesteron akan mempercepat terjadinya ovulasi, dan
f. Bekerjasama dengan estrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sistem
alveolar kelenjar mammae.
Relaxin. Hormon ini terutama dihasilkan oleh korpus luteum selama masa kebuntingan.
Fungsi fisiologik terutama berhubungan dengan partus yaitu:
a. Menstimulir pemisahan simfisis pubis pada marmot dan mencit sesudah pemberian
estrogen. Fungsi ini mempermudah keluarnya fetus pada waktu partus,
b. Menghambat aktivitas miometrium yaitu menghambat kontraksi uterus,
c. Menurunkan kadar air dalam uterus,
d. Bersama estrogen menyebabkan pertambahab pertumuhan uterus, dan
e. Meningkatkan pertumbuhan kelenjar susu bila diberikan bersama estrogen dan
progesteron.
Hormon-hormon plasenta
Gonadotropin telah ditemukan pada plasenta kuda, kera, manusia, dan tikus. Sifat-sifat
fisiologik hormon-hormon plasenta dari kuda dan manusia telah banyak dipelajari dan
merupakan sumber biologik hormon-hormon gonadotropin. Pada kuda, hormon gonadotropin
dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus kuda bunting kira-kira 40 sampai 120
hari masa kebuntingan dan tidak diekskresikan melalui urin tetapi terdapat dalam konsentrasi
tinggi pada serum darah sehingga disebut Pregnant Mare Serum Gonadotrophin ( PMSG).
Hormon-hormon uterus
Prostaglandin merupakan hormon yang meregulasi beberapa fenomena fisiologik seperti
kontraksi otot polos pada saluran reproduksi dan saluran gastrointestinal, transpor sperma,
ovulasi, kelahiran dan turun susu, menstimulasi kontraksi uterus, serta meregenerasi korpus
luteum.
B.     Hormon-hormon reproduksi sekunder
Hormon-hormon reproduksi sekunder adalah zat-zat endoktrin dengan aktivitas metabolik
yang mempertahankan fungsi fisiologik tubuh dan memungkinkan berlangsungnya proses-proses
reproduksi.
Tiroksin. Kelancaran sekresi kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat untuk
kelangsungan reproduksi secara normal. Hormon tiroid memengaruhi reproduksi dn fertilitas
dengan mempertahankan hubungan gonadohipofiseal.
Corticoid adrenal. Keterlibatan korteks adrenal dalam proses-proses reproduksi dinyatakan
oleh (a) kesanggupan kelenjar tersebut menghasilkan steroid-steroid kelamin, dan (b) kegunaan
dasar kortikoid adrenal untuk mempertahankan hidup hewan dan fungsi reproduksi
Pankreas. Pada umumnya, pancreatectomi (penghilangan kelenjar pankreas) akan
menyebabkan disfungsi aktivitas reproduksi, yaitu perpanjangan waktu atau pemberhentian
siklus estrus dan kelambatan masa pubertas.
Paratiroid. Peninggian aktivitas paratiroid terjadi selama kebuntingan. Pada sapi,
parathreoidectomi selama kebuntingan tidak mempengaruhi kebuntingan walaupun produksi
susu menurun, tetapi pada kambing parathreoidectomi menimulkan gejala-gejala tetanik dan
kegagalan laktasi.
Thyrocalcitonin. Hormon ini diekskresikan oleh kelenjar tiroid dan berfungsi menurunkan
kadar kalsium dalam darah dan meninggikan retesi kalsium pada tulang.
Hipotalamus
Hipotalamus berfungsi dalam pengaturan proses penting yang terjadi secara otomatis,
seperti nafsu dan selera makan, detak jantung, kontrol suhu tuuh, tingkah laku kawin, serta
aktivitas neuroendoktrin. Hipotalamus merupakan pusat pengolahan dan integrasi informasi yang
diterima kemudian menterjemahkan kepada neurohumoral untuk memberikan respon secara
fisiologis.

2.4 Mekanisme Kerja Hormon dalam Mengatur Fungsi Reproduksi


Secara umum hormon reproduksi dihasilkan oleh tiga bagian utama yakni Hipotalamus,
Hipofisa, dan Gonadotropin. Ketiga bagian inilah yang memegang peranan penting dalam
mensintesis ataupun mensekresikan hormon reproduksi. Hipotalamus menghasilkan hormon Gn-
RH (Gonadotropin Releasing Hormone), dimana Gn-RH berfungsi untuk merangsang atau
menstimulasi hipofisa anterior untuk mensintesis hormon gonadotropin yakni FSH dan LH,
ICSH pada jantan.
Setelah hipotalamus menstimulasi hipofisa anterior, maka hipofisa anterior akan
mensintesis dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin yakni FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada betina dan ICSH (Interstitial Cell Stimulating
Hormone) pada jantan.
Hormon gonadotropin (FSH, LH, dan ICSH) berperan dalam merangsang perkembangan
pada organ reproduksi baik jantan maupun betina. FSH akan menstimulasi pertumbuhan folikel
di dalam ovarium dalam menghasilkan hormon estrogen tepatnya pada folikel yang terdapat di
dalamnya, sedangkan LH akan menstimulasi ovarium dalam menghasilkan hormon progesteron
tepatnya pada corpus luteum.
Pada jantan, FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan mengatur
perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di dalam tubulus seminiferus.
Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam mensintesis hormon testosteron yang tepatnya
berlangsung di dalam sel leydig atau sel interstitial.
a. Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi pada Hewan Betina
Telah diketahui bahwa hipotalamus merupakan kelenjar sumber hormon
reproduksi. Dimana hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan hormon Gn-RH yang
kemudian Gn-RH akan menstimulasi hipofisa anterior dalam mengatur pelepasan hormon
FSH dan hormon LH. Hormon FSH akan menstimulasi pertumbuhan folikel dalam
ovarium dan menghasilkan hormon estrogen, sedangkan hormon LH akan menstimulasi
corpus luteum dalam ovarium untuk menghasilkan hormon progesteron. Apabila
terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar estrogen
yang dihasilkan oleh folikel akan semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin
dalam menghambat folikel dalam menghasilkan hormon estrogen melalui feedback
negatif terhadap HA (hipofisa anterior).
b. Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi pada Hewan Jantan
Tidak jauh beda dengan penjelasan  diatas, hal yang membedakan adalah pada
hewan jantan yang berperan sebagai alat reproduksi primer adalah testis. Di dalam testis
terdiri dari tubulus seminiferus dan sel leydig. Tubulus seminiferus akan menghasilkan
dan mengatur perkembangan sperma dalam proses spermatogenesis, sedangkan sel leydig
berperan dalam mensintesis hormon testosteron.
Proses spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus distimulasi oleh
FSH sedangkan pelepasan hormon testosteron oleh sel leydig distimulasi oleh ICSH.
Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar
spermatozoa yang dihasilkan oleh tubulus seminiferus akan semakin meningkat, disinilah
peranan enzim inhibin dalam menghambat tubulus seminiferus dalam menghasilkan
spermatozoa melalui feedback negatif terhadap HA (hipofisa anterior).

BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sistem Koordinasi Hormon. http://biologigonz.blogspot.com/2009/11/system-


koordinasi-hormon.html. Diakses pada tanggal 13 September 2014.
Anonim. 2009. Spermatogenesis.  www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/swf/f74.swf. Dikases pada
tanggal 13 September 2014.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Linda J. Heffner and Danny J. Schust., At a Glance Sistem Reproduksi, Jakarta: EGC, 2008.
Luqman, M., 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan.  Universitas Airlangga.
Surabaya.
Syaifuddin., Fisiologi Tubuh Manusia, Jakarta: Salemba Medica, 2011.

Anda mungkin juga menyukai