Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PADANG PENGEMBALAAN TROPIS

OLEH :

MOH. ADITYA KAMARU


NIM. 621419008

KELAS: A PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
1. Type-Type Padang Rumput Alam
a.) Rumput Hijau (Pennisetum purpureum)

Rumput gajah adalah rumput berukuran besar bernutrisi tinggi yang biasanya
dipakai sebagai pakan ternak seperti sapi, kambing, gajah, dll. Rumput gajah banyak
dibudidayakan di Afrika karena ketahanannya terhadap cuaca panas. Rumput gajah
berasal dari Afrika serta dapat tumbuh tinggi dan tegak setinggi 3-4,5 m. Kalau
dibiarkan bebas bisa setinggi 6 m, akar sedalam 4,7 m. Panjang daun mencapai 17-91
cm dan lebar 7-33mm.

a) Rumput Raja (Pennisetum purpudoides)

Rumput ini adalah hasil persilangan P. purpureum dan P. typhoides dan


berasal dari Afrika Selatan. Memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun dan warna
hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, tulang daun lebih putih
daripada rumput gajah.Produksi hijauan rumput raja 2 kali lipat dari produksi rumput
gajah, mencapai 35 ton rumput per hektar sekali panen atau 200-240 ton rumput segar
per hektar setahun.

b) Rumput Setaria (setaria sphacelata)

Rumput jenis ini berasal dari Afrika tropik dan dikembangbiakkan dengan
cara pols dan biji. Jenis ini tumbuh tegak, berumpun lebat, kuat, berdaun halus pada
permukaannya dan tingginya dapat mencapai 3 m. Daunnya lebar berwarna hijau
gelap, berbatang lunak dengan warna merah agak ungu, pelepah daun pada pangkal
batang tersusun seperti kipas.

c) Rumput Brachiaria (Bhachria brizantha)

Rumput ini berasal dari Afrika dan dikembangbiakkan menggunakan pols.


Rumput ini bisa hidup dan tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi,
ketinggian 0-1100 cm, curah hujan lebih dari 1600 mm per tahun dan pada struktur
yang ringan, sedang hingga berat. Batang dan daunnya kaku serta kasar, sangat cocok
digunakan untuk rumput hay karena batangnya yang kecil sehingga mudah menjadi
kering.

d) Rumput Benggala (Panicum maximum)

Tingginya dapat mencapai 1 hingga 1,7 m dengan daun lebih halus daripada
rumput gajah, lidah daun berbuku dan memiliki banyak anakan. Bunga berwarna
hijau atau kekuningan dengan akar serabut. Jenis rumput ini berfungsi untuk penutup
tanah dan tentu saja pakan ternak.

2. Produktivitas Padang Rumput Alam

Timor Barat merupakan salah satu tempat konsentrasi ternak ruminansia di


Nusa Tenggara Timur (NTT). Ternak biasanya dipelihara dengan cara dilepas di
padang penggembalaan dan dikandangkan pada malam hari. Hal ini dimungkinkan
karena didukung oleh potensi alam Timor Barat yang memiliki padang sabana yang
luas, menurut data tahun 1999 terdapat 1.399.980,824 ha, dan yang digunakan
sebagai padang penggembalaan seluas 736.981 ha. Kawasan pulau Timor memiliki
kondisi alam yang dipengaruhi oleh sistem angin muson yang dicirikan dengan
musim hujan yang pendek (tiga sampai empat bulan yaitu Desember sampai Maret)
dan musim kemarau panjang (delapan sampai sembilan bulan yaitu April sampai
Nopember). Adanya waktu yang tidak seimbang antara musim hujan dan musim
kemarau mengakibatkan pengaruh negatif terhadap kuantitas dan kualitas pakan yang
tersedia di padang penggembalaan dan secara tidak langsung mempengaruhi proses
produksi dan reproduksi ternak.

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim sistem Schmidt dan Ferguson, wilayah


Timor Barat termasuk dalam tipe iklim E (agak kering) (Anonim, 2002). Kondisi ini
berpengaruh secara langsung terhadap ketersediaan air tanah untuk proses fisiologis
tanaman. Besarnya hasil fotosintesis netto pada tanaman berhubungan erat dengan
ketersediaan air di daerah perakaran termasuk hijauan yang terdapat dalam hamparan
sabana. Gejala yang sudah lazim terjadi adalah kekurangan air selama musim
kemarau bagi pertumbuhan rumput, disamping terjadi kekurangan air selama musim
kemarau juga terjadi peningkatan suhu (mencapai di atas 32oC) yang mengakibatkan
peningkatan laju proses fotosintesis dan menurun setelah mencapai titik optimum.
Keadaan ini menyebabkan menurunnya kualitas rumput yang ditandai dengan
menurunnya kandungan protein kasar. Penurunan kandungan protein kasar akan
berpengaruh terhadap penurunan total konsumsi sehingga terjadi penurunan berat
badan ternak. Berdasarkan pemikiran ini maka telah dilakukan suatu penelitian yang
bertujuan untuk mengukur produktivitas sabana Timor Barat sebagai padang
penggembalaan pada musim yang berbeda.

3. Faktor-faktor Pembatas Padang Rumput Alam

Setiap organisme didalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh berbagai hal


disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme
tersebut sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut
disebut sebagai, faktor lingkungan bagitu pun juga untuk organisme mempunyai
faktor pembatas dan faktor pendukung sebagai kelangsungan hidupnya. Faktor
pembatas sendiri merupakan kebutuhan minimal yang harus terpenuhi bagi
organisme itu sendiri, dan apabila dilihat dari kisaran toleransinya maka kebutuhan
organisme tersebut tidak boleh kurang atau melebihi dari kisaran toleransi yang
dimiliki oleh organisme tersebut. Jadi dapat dikatakan kalau faktor pembatas tersebut
bergantung pada nilai kebutuhan minimum dan nilai toleransi yang dimiliki oleh
organisme tersebut.
Pada ekosistem padang rumput didaerah Tinjoyo terdapat beberapa faktor
yang bertindak sebagai faktor pembatas bagi faktor ataupun organisme lainnya.
Adapun faktor pembatas yang pertama adalah intensitas cahaya, intensitas cahaya
disini akan berpengaruh pada beberapa populasi yang ada pada ekosistem padang
rumput tersebut. Dalam hal ini intensitas cahaya berperan sebagai faktor pembatas
bagi beberapa tumbuhan hijau diantaranya adalah rumput teki, tapak lima, dan
semanggi karena cahaya yang masuk kedaerah/tempat padang rumput tersebut akan
mempengaruhi proses fotosintesis tumbuhan hijau tersebut. Selain itu cahaya
matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi
utama bagi ekosistem dan cahaya matahari baik dalam jumlah sedikit maupun
kelebihan dapat menjadi faktor pembatas bagi populasi rumput yang ada di ekosistem
padang rumput.

Selain sebagai faktor pembatas bagi tumbuhan hijau (rumput teki, tapak lima,
dan semanggi), intensitas cahaya yang masuk pada ekosistem tersebut juga akan
berpengaruh terhadap faktor abiotik lainnya seperti kelembapan udara, kelembapan
tanah akan semakin berkurang, sedangkan suhu udara dan suhu tanah akan semakin
naik.

Faktor pembatas yang selanjutnya adalah suhu udara (temperatur udara). Suhu
merupakan faktor pembatas yang dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap suatu organisme. Dalam hal ini, pada ekosistem padang rumput suhu udara
merupakan faktor pembatas bagi tumbuhan hijau seperti rumput teki, tapak liman,
dan semanggi. Suhu udara disini akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan relatif,
laju asimilasi bersih, serta mengontrol proses-proses metabolisme yang ada pada
tumbuhan hijau tersebut.

Karena pada suhu optimal antara 20 0C – 30 0C yang sangat dibutuhkan bagi
tumbuhan-tumbuhan hijau, sehingga apabila suhu udara tersebut berkurang atau
melebihi batas toleransi yang dibutuhkan bagi tumbuhan hijau tersebut akan mati.
Selain berpengaruh langsung terhadap tumbuhan hijau tersebut, suhu udara juga akan
berpengaruh tidak langsung terhadap tumbuhan hijau tersebut, karena suhu udara
disini akan berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya terutama suplay air. Apabila
suhu udara makin tinggi maka suplay air akan berkurang sehingga tumbuhan akan
mengalami kekurangan air.

Faktor pembatas untuk tumbuhan hijau selanjutnya adalah PH tanah, PH


tanah aan berpengaruh terhadap kesuburan tumbuhan hijau tersebut. Tanaman dapat
tumbuh dengan baik apabila berada pada PH tanah antara 6,5 – 7,5, karena dalam PH
optimum ini rumput teki, semanggi, tapak liman dan lain-lain akan tumbuh subur
karena ketersediaan unsur-unsur hasa yang seperti phospor. Sehingga apabila PH
tanah kurang atau melebihi batas toleransi yang dimilinya makan tumbuhan tersebut
tidak akan mampu untuk bertahan hidup. Selain sebagai faktor pembatas untuk
tumbuhan hijau, PH tanah juga dapat digunakan sebagai faktor pembatas untuk
hewan-hewan tanah seperti cacing. Karena keberadaan dan kepadatan hewan-hewan
tanah sangat bergantung pada PH tanah. Hewan tanah ada yang memilih hidup di PH
yang asam dan ada yang memilih hidup di PH yang basa, dalam ekosistem padang
rumput ini cacing tanah yang hanya dapat hidup pada tanah asam, disebut
bertoleransi terhadap asam, sedangkan yang tidak dapat hidup pada asam berarti tidak
bertoleransi terhadap tanah asam, demikian juga sebaliknya.

Selain intensitas cahaya, suhu udara, dan PH tanah, faktor biotik juga dapat
sebagai faktor pembatas bagi komponen biotik lainnya, seperti tumbuhan hijau cacing
dll. Untuk tumbuhan hijau (rumput teki, tapak liman, dan semanggi) dalam ekosistem
padang rumput ditinjomoyo berpengaruh terhadap keberadaan hewan-hewan yang
ada, terutama hewan konsumen I seperti semut, belalang, capung dll. Keberadaan 
tumbuhan hijau disini harus tetap ada karena tumbuhan hijau tersebut berperan
sebagai sumber makanan dari serangga yang ada pada ekosistem padang rumput
tersebut. Sehingga apabila tumbuhan hijau tersebut musnah atau mati maka populasi
serangga juga akantinyu sepanjang tahun. Salah satu kendala yang umum dialami
oleh peternak di Indonesia adalah ketersediaan pakan hijauan yang sangat
dipengaruhi oleh musim serta semakin berkurangnya lahan/padang pengembalaan.
Pada musim hujan, hijauan melimpah sedangkan pada musim kemarau sangat sulit
didapatkan. Kecukupan pakan hijauan bagi ternak yang dipelihara merupakan
tantangan yang cukup serius dalam pengembangan peternakan di Indonesia. Indikasi
dari kekurangan pasokan pakan dan nutrisi ditandai dengan rendahnya tingkat
produksi ternak yang dihasilkann berkurang.

Anda mungkin juga menyukai