DisusunOleh :
LALA LARASATI
2013750026
1. Ibu Ns. Idriani, M. Kep., Sp.Mat selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan Rumah
Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep.,Sp.Kep. An selaku pembimbing institusi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Terima kasih banyak karna selalu setia dalam
memberi ilmu serta kesabaran yang penuh dalam membimbing kelompok kami
dan dapat meluangkan waktunya untuk memberi saran dan membimbing kami.
3. Ibu Ns. Endah , W, S.Kep selaku pembimbing klinik penulis dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Nurhayati, Sp. Kep. Kom Selaku wali akademik angkatan 31 Prodi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
5. Kepala Ruangan dan Seluruh Staff Perawat di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih beserta An. dan Keluarga selaku sumber data.
6. Seluruh Staff Pendidikan DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Orang tua saya papa Charles B.K dan mama Ery Sri Sukapti serta kakak dan adik
saya tercinta yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun
material serta semangat dan do’a yang tulus sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Fahmi Kurniawan yang mampu menerima keluh kesah saya serta memberikan
pengertian, dukungan dan semangat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
sehingga dapat terselesaikan.
9. Sahabat-sahabatku Ardini Fauziyah, Dina Rosdiana, Dwi Nuraini, Dwi Putri
Arianingsih, Ella Herviany, Niswah Afifah Istiqomah, Reiza Mardhatila,
Susi Oktaviany yang selalu membantu dan memberikan motivasi, semangat,
senyuman serta do’a dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Teman-teman kelompok Keperawatan Anak yaitu Angga oktaviansyah, Dina
rosdiana, Ella herviany, Niswah afifah istiqomah, dan Susi oktaviani yang telah
menemani selama perjalanan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini serta selalu
memberikan semangat sehingga pada akhirnya tugas akhir kami selesai.
11. Kelompok Ngiung-ngiung yang didalamnya terdapat berbagai macam karakter
kelakuan yang selalu menemani dan meramaikan suasana saat dinas serta
menjadi penyemangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa kalian gak
asyik syik syik syik.
12. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa AKPER UMJ angkatan’31 khususnya
rekan seperjuangan Kep. Anak yang selalu bersama, saling membantu, dan
memberikan banyak kesan-kesan suka maupun duka. Canda tawa kita bersama
selama 3 tahun ini akan selalu dikenang dihati yang terdalam. Sukses ya saaaaay
untuk kita semua.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang diberikan, penulis akan
terima dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan
khususnya bagi penulis sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu
pengetahuan dibidang keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3
C. Ruang Lingkup ............................................................................... 4
D. Metode Penelitian .......................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 5
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan .............................................................. 63
B. Diagnosa Keperawatan................................................................. 65
C. Perencanaan.................................................................................. 67
D. Pelaksanaan .................................................................................. 68
E. Evaluasi ........................................................................................ 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 71
B. Saran ........................................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
1. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2. DATA DASAR
3. SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
4. LEAFLET
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut disebabkan oleh salmonella
thyposa yang dapat bertahan hidup lama dilingkungan kering dan beku. Organisme
ini juga mampu bertahan beberapa minggu di dalam air, es, debu, sampah kering
dan pakaian, mampu bertahan di sampah mentah selama satu minggu dan dapat
bertahan serta berkembang biak dalam susu, danging, telur atau produknya tanpa
merubah warna atau bentuknya (Soegeng Soegijanto, 2010).
Berdasarkan Data Kesehatan Dunia yang di dapat dari World Health Organization
(WHO) tahun 2013, memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus kematian tiap
tahun. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi menahun yang dapat terjadi
pada anak maupun dewasa. Data surveilans saat ini memperkirakan di Indonesia
ada0,6 – 1,3 juta kasus demam thypoid tiap tahunnya. Rata-rata di Indonesia orang
yang berusia 2-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus demam
thypoid. Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Jakarta Pusat tepatnya diruang anak Paviliun Badar selama dua bulan terakhir,
terhitung dari bulan April – Mei 2016 didapatkan anak yang dirawat dengan kasus
thypoid berjumlah 19 kasus. Adapun uraiannya sebagai berikut: usia toddler terjadi
9 anak, dalam usia prasekolah 6 anak dan usia sekolah 4 anak. Dalam usia sekolah
terjadi 4 kasus. Berdasarkan data diatas dapat dilihat banyaknya kasus penyakit
anak dengan thypoid. Maka dari itu penanganan penyakit thypoid pada anak harus
dioptimalkan untuk mencegah terjadinya peningkatan angka kejadian anak dengan
thypoid.
Dari penjelasan diatas, penulisan sebagai salah satu calon perawat tertarik untuk
mengaplikasikan teori dan konsep yang telah didapat selama dibangku perkuliahan
tentang Asuhan Keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada klien dengan
thypoid, oleh sebab itu penulis mengambil judul karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada An.M dengan Thypoid di Paviliun Badar
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat”.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan selama 3 hari diharapkan penulis
mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam memberikan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada anak dengan Thypoid melalui proses pendekatan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan sistem
pencernaan: Thypoid.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Thypoid.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Thypoid.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan: Thypoid.
e. Mampu melakukan evaluasi pada anak dengan gangguan sistem pencernaan:
Thypoid.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
dalam praktik.
g. Mengidentifikasikan faktor-faktor pendukung, penghambat serta mampu
mencari solusi pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada thypoid.
C. Ruang Lingkup
Mengingat banyaknya kasus gangguan sistem pencernaan yang terjadi pada anak,
maka penulis membatasi pembahasan hanya pada satu kasus yaitu Asuhan
Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada anak dengan Thypoid di
Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat selama 3 hari,
dimulai dari tanggal 27 Mei 2016 s/d 29 Mei 2016.
D. Metode Penelitian
Metode yang penulisan gunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini adalah
metode deskriptif dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang
digunakan adalah studi kasus, dimana mengolah satu kasus menggunakan proses
keperawatan.
Bab IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
Bab V : Penutup
a. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai Pemenuhan Kebutuhan Dasar
keperawatan pada anak dengan Thypoid mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
b. Saran
Berisi tentang usulan-usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki
dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada anak dengan
Thypoid serta meningkatkan mutu dalam pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai konsep dasar kebutuhan dasar manusia dan
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada anak dengan thypoid.
Adapun uraian tersebut sebagai berikut:
3. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi:
a. Memberi dan menerima kasih sayang
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
c. Kehangatan
d. Persahabatan
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok serta lingkungan
social
Adapun gangguan kebutuhan dasar pada anak dengan thypoid adalah mencangkup:
1. Gangguan kebutuhan fisiologis
Pada anak dengan thypoid akan mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
cairan karena pada umumnya anak mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai
salah satu manifestasi adanya proses infeksi kuman Salmonela thyposa.
Meningkatnya metabolisme tubuh dan kehilangan cairan karena meningkatnya
IWL juga merupakan penyebab dari gangguan pemenuhan kebutuhan cairan.
Gangguan kebutuhan cairan juga dapat terjadi sebagai akibat diare dan muntah
pada anak yang mengalami thypoid, yang biasanya terjadi pada minggu pertama
timbulnya panas. Hal ini terjadi karena terjadi proliperasi pada sistem
pencernaan yang dimanifestasikan dengan diare.
B. Konsep Dasar
1. Pengertian
Demam thypoid adalah infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella typhosa. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella typhosa (Aziz, 2006).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, yang mengalami
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah
Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora (Ngastiyah, 2005).
2. Etiologi
Etiologi thypoid menurut Rampengan (2007), penyakit ini disebabkan oleh infeksi
kuman Salmonella Typhosa/Eberthella Typhosa yang merupakan kuman gram
negtaif dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu
tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70ºC
ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya
menyerang manusia (Rampengan, 2007).
(Suriadi, 2010)
Kuman salmonella masuk bersama makanan/minuman, setelah berada dalam usus
halus, kuman mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus dan jaringan
limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat
kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ
retikuloendotelial system (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini, kuman
difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang
biak. Pada akhir masa inkubasi, berkisar 5-9 hari, kuman kembali masuk ke darah
menyebar keseluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke
organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut di
keluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi
di usus. Masa bakteremia ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan
kimianya sama dengan antigen somatik (lipopolisakarida), yang semula diduga
bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala dari demam thypoid.
Demam thypoid ini desebabkan oleh Salmonella typhosa dan endotoksinnya yang
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam
(Rampengan, 2007).
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis thypoid, menurut Maryam (2013) adalah sebagai berikut:
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, tidak nafsu makan
dan mual, batuk, diare, perasaan tidak enak diperut.
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, lidah yang khas (putih,
kotor), hepatomegali (pembesaran hati), peurunan kesadaran.
c. Minggu III
Pada minggu ke III suhu badan secara berangsur-angsur menurun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
5. Komplikasi
Menurut Rampengan (2007) bahwa komplikasi thypoid sering terjadi pada usus
halus. Apabila komplikasi ini dialami oleh seorang anak, dapat berakibat fatal.
Gangguan pada usus halus ini dapat terjadi sebagai berikut ini :
a. Perdarahan usus
Perdarahan usus halus dapat terjadi pada hari ke tujuh atau awal minggu ke-3.
Angka kejadian berbeda-beda berkisar 0,8-8,6%. Diagnosa dapat ditegakkan
dengan penurunan tekanan darah, denyut nadi bertambah cepat dan kecil, kulit
pucat, penurunan suhu tubuh, mengeluh nyeri perut, sangat iritabel, darah tepi :
sering diikuti dalam waktu singkat.
b. Perforasi usus halus
Perforasi usu halus dapat terjadi 0,5-3%, sedangkan perdarahan usus 1-10%
kasus demam tifoid pada anak. Komplikasi ini timbul biasanya pada minggu
ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Komplikasi ini
didahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan frekuensi
nadi. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara di rongga peritonium, yaitu terdapat udara diantara hati dan
diagfragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan abdomen, hilangnya suara
redup dihepar pada saat dipalpasi dan tanda-tanda peritonitis yang lain.
c. Bronkhitis
Bronkhitis terjadi pada akhir minggu pertama dari perjalanan penyakit. Pada
kasus yang berat, bila disertai infeksi sekunder dapat terjadi bronkopnemonia.
d. Meningitis
Meningitis disebabkan oleh salmonella typhosa atau spesies salmonella yang
lain. Lebih sering didapatkan pada neonatus ataupun bayi dibandingkan pada
anak, dengan gejala klinis sering tidak jelas sehingga diagnosa sering terlambat.
Penyebabnya adalah salmonella havana dan salmonella oranenberg. Gejala
klinisnya antara lain : bayi tidak mau menyusui, kejang, latergik, sianosis,
panas, diare.
e. Tifoid karier
Tifoid karir adalah seseorang yang tidak menunjukan gejala penyakit demam
tifoid, tetapi mengandung kuman salmonella typhosa didalam sekretnya.
Mengingat karir sangat penting dalam hal penularan yang tersembunyi,
penemuan kasus sedini mungkin serta pengobatannya angat penting dalam hal
menurunkan angka kematian. Pengobatan karir merupakan masalah yang sulit,
kadang-kadang dengan pemberian obat-obatan antmikroba didapatkan
kegagalan karena salmonella typhosa bersarang dalam saluran empedu
intrahepatik sehingga diperlukan pengobatan kombinasi obat-obatan dan
operasi.
6. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005) bahwa pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi
thypoid abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien
thypoid abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
a. Isolasi pasien dan disinfeksi pakaian.
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama,
lemah, anoreksia, dan lain-lain.
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri
kemudian berjalan diruangan.
d. Diet makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
e. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu
perawatan dan mencegah relaps.
f. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi
dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intervena dan sebagainya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, kematangan dan belajar. Pertumbuhan pada anak
usia toddler merupakan peningkatan ukuran tubuh yang terjadi secara bertahap
bukan secara linier yang menunjukan karakteristik percepatan atau perlambatan
pertumbuhan pada amasa toddler.
Melangkah dan berjalan dengan tegak. Pada usia sekitar 18 bulan, anak mampu
menaiki tangga dengan berpegangan dan pada akhir tahun kedua sudah mampu
berlari-lari kecil, menendang bola dan sudah mulai melompat.
c. Perkembangan motorik halus
Ditandai dengan kemampuan anak untuk menyusun atau membuat menara
kubus, menggambar garis vertikal dan bentuk lingkaran.
d. Perkembangan bahasa
Ditandai dengan lebih banyaknya perbendaharaan kata yang memiliki oleh
anak, kemampuan meniru, mengenal dan merespon orang lain. Selain itu anak
juga bisa mengkombinasikan kata-kata dan melambaikan tangan.
e. Perkembangan adaptasi sosial
Ditandai dengan kemampuan anak untuk membantu kegiatan dirumah,
menyuapi boneka, menggosok gigi, mencoba memakai baju.
f. Perkembangan psikososial (Otonom Vs Rasa Malu dan Ragu)
Belajar untuk ansertif dalam mengekspresikan kebutuhan, keinginan dan
kemauan. Anak mencari kesempatan dan aktivitas bermain, mencari perhatian
pemberian asuhan serta belajar untuk berinteraksi.
g. Perkembangan moral (Tahap Prakonvensional)
Konsep toddler tentang benar dan slah terbatas, orang tua mempunyai pengaruh
signifikan terhadap perkembangan kesadaran anak.
h. Perkembangan kepercayaan (Tahap Intutif-Projektif)
Anak menirukan praktik dan sikap keagamaan.
a) Fase protes
Dalam fase ini, anak-anak bereaksi secara agresif terhadap perpisahan
dengan orang tua. Mereka menangis dan berteriak memanggil orang tua,
mereka menolak perhatian dari orang lain, dan kesedihan mereka tidak
dapat ditenangkan.
b) Fase putus asa
Dalam fase ini, biasanya tangisan anak sudah mulai berhenti, dan kemudian
muncul depresi. Anak tersebut menjadi kurang begitu aktif, tidak tertarik
untuk bermain atau terhadap makanan, dan menarik diri orang lain.
c) Fase pelepasan atau penyangkalan
Pada fase ini, secara surpeficial tampak bahwa anak akhirnya
menyesuaikan diri terhadap kehilangan. Anak tersebut menjadi lebih
tertarik pada lingkungan sekitar. Akan tetapi, perilaku ini merupakan hasil
dari kepasrahan dan bukan merupakan tanda-tanda kesenangan. Anak
memisahkan diri dari orang tua sebagai upaya menghilangkan nyeri
emosional karena menginginkan kehadiran orang tua dan mengatasinya
dengan membentuk hubungan yang dangkal dengan orang lain, menjadi
makin berpusat pada diri sendiri, dan semakin berhubungan dengan objek
materi.
2. Kehilangan kendali
Pada usia toddler kehilangan kendali juga terjadi akibat perubahan dari rutinitas
dan ritual. Anak toddler tergantung pada konstitensi dan familiritas ritual harian
guna memberikan stabilitas dan kendali selama masa pertumbuhan dan
perkembangan mereka yang kompleks. Pengalaman hospitalisasi atau sakit
sangat membatasi harapan dan daya prediksi mereka, karena secara praktis
setiap detail lingkungan rumah sakit sangat berbeda dengan detail yang ada
dirumah sakit.
5. Reaksi sibling
a. Identitas
1) Pasien: nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan
agama.
2) Orang tua: nama, alamat, pendidikan.
3) Saudara kandung: urutan anak dalam keluarga.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama pada anak demam thypoid suhu tubuh terjadi ke-3
minggu pertama, suhu berangsur-angsur naik setiap hari pada pagi hari
dan meningkat pada sore hari dan malam hari, nafsu makan menurun,
bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor ujung dan tepinya kemerahan,
pada minggu kedua anak terus dalam keadaan demam, pada minggu
ketiga suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali.
2) Riwayat kesehatan sekarang
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Muntah
b) Diare
c) Tidak nafsu makan
d) Demam
e) Lidah yang khas (putih kotor tengahnya, tepi dan ujung yang
hiperemisis)
f) Suhu tubuh meningkat.
2) Palpasi:
a) Kulit teraba halus dan lembab
b) Abdomen kembung dan terasa tegang
c) Nyeri pada bagian kanan atas
d) Terjadi pada meteorismus.
3) Auskultasi
Frekuensi usus dapat melemah atau meningkat.
4) Perkusi
Kadang ditemukan adanya distensi abdomen.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3) Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan setelah mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
salmonella typhosa. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita thypoid. Akibat adanya infeksi oleh
salmonella typhosa maka penderita membuat antibodi (aglutinin).
4) Kultur
Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama.
Kultur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua.
Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga.
5) Anti salmonella typhi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
salmonella typhosa, karena antibodi muncul pada hari ketiga dan empat
terjadinya.
F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang
lain. Komponen komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi
masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda dan gejala (sign and symptom)
(Asmadi, 2008).
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada anak dengan thypoid menutut
Suriadi (2010) adalah sebagai berikut:
G. Perencanaan keperawatan
Menurut Deswani (2009), intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.
Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi dan besarnya,
menunjukan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu mandiri (dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (yang
dilakukan bersama dengan memberi perawatan lainnya).
Tiga komponen utama yang harus ada dalam sebuah rencana asuhan keperawatan
adalah sebagai berikut. Diagnosa keperawatan atau masalah yang diprioritaskan,
kriteria hasil yaitu apa hasil yang diharapkan dan kapan ingin mengetahui hasil yang
diharapkan tersebut, intervensi yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan atau kriteria hasil.
Adapun intervensi yang dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan yang dibuat
menurut Suriadi (2010) adalah sebagai berikut:
Kriteria Hasil :
Kebutuhan nutrisi pada klien dapat
terpenuhi. Intervensi keperawatan :
a. Menilai status nutrisi anak
b. Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak.
c. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
d. Menganjurkan kapada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering.
e. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama serta skala yang
sama.
f. Mempertahankan kebersihan mulut anak
g. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk menyembuhkan
penyakit
h. Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parental jika pemberian
makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak.
H. Implementasi
Menurut asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dan rencana keperawatan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan.
I. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dapat diperoleh dengan
cara wawancara, pengamatan langsung, studi dokumentasi, sehingga didapatkan
data baru ditafsirkan, kemudian dibandingkan dengan standart yang berlaku.
2. Sebagian tercapai atau belum tercapai dan dapat dibuktikan dari perilaku klien.
a. Tujuan tercapai
Bila masalah teratasi yang ditandai dengan jika klien menunjukan perilaku
pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan
tujuan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Bila masalah teratasi sebagain yang ditandai dengan klien telah mampu
menunjukan perilaku tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan
tujuan yang telah ditentukan.
c. Tujuan belum tercapai
Bila masalah belum teratasi yang ditandai dengan klien tidak mampu atau
tidak sama sekali menunjukan perilaku yang diharapkan atau tidak sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan.
Pada bab ini penulis akan mengutarakan kasus tentang Asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar pada An.M dengan Thypoid di ruang rawat anak Paviliun
Badar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Dalam memberikan asuhan
keperawatan, penulisan menggunakan pendekatan proses keperewatan yang terdiri dari
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data dasar (Terlampir)
2. Resume kasus
An.M, Laki-laki, berumur 2 tahun datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tanggal 26 Mei 2016 pukul
23:15 WIB, dengan keluhan demam tinggi, mual dan muntah, tidak mau makan
dan batuk. Pada saat di UGD diberikan terapi cairan Assering 10 tetes/menit
makrodrip. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 26 Mei 2016, adalah
Hemoglobin: 10.0 gram/dL, Leukosit: 11.760/µL, Hematokrit: 31%. Tes widal:
Salmonella typhi O (+) 1/160, Salmonella paratypi AO (+) 1/80, salmonella
paratypi BO (+) 1/80. Kemudian klien masuk ke Paviliun Badar untuk
mendapatkan perawatan selanjutnya.
3. Data Fokus
a. Data subyektif
Ibu dan keluarga mengatakan:
1) “anaknya masih demam”
2) “anaknya muntah 1x sekitar 10 cc berisi makanan”
3) “anaknya nafsu makan menurun”
4) “anaknya makan habis 5-6 sendok”
5) “selama dirawat, anaknya tidak pernah habiskan makanan”
6) “anaknya batuk dan tidak bisa mengeluarkan dahaknya”
7) “anaknya BAK 5-6 kali/hari warnanya kuning jernih”
8) “anaknya BAB 1-2 kali/hari konsitensi lembek dengan warna kuning
kecoklatan”
9) “anak takut ketika melihat perawat dan jarum suntik”
10) “tidak mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya”
11) “setengah tahun yang lalu pernah mengalami gejala penyakit thypoid
tetapi tidak dirawat”
b. Data objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data :
1) Keadaan umum lemah dan sakit sedang
2) Kesadaran: Komposmetis
3) Suhu 38°C, nadi 91 x/menit, RR 21 x/menit.
4) Berat badan: 11 kg.
5) Tinggi badan: 70 cm
6) Lingkar lengan: 18 cm
7) Rambut: Hitam berkilau, bersih, tidak ada kotoran.
8) Mata: Konjungtiva anemis dan kelopak mata tidak cekung
9) Mulut: Mukosa bibir lembab
10) Lidah: Tampak bercak putih
11) Abdomen: Cubitan dinding perut kembali segera <3 detik , dan tidak
kembung.
12) Terdapat ronchi pada intercosta empat lapang paru kanan
13) Kapilery refill < 2 detik
14) Kulit lembab dan elastis
15) Akral teraba hangat
16) Klien tampak menangis
17) klien tampak takut dan memeluk ibunya saat perawat datang dan
melakukan tindakan.
18) Ibu klien tampak cemas.
19) Ibu klien sering menanyakan keadaan dan perkembangan anaknya
20) Intake:
Minum = 300 cc
Infus = 750 cc
Susu formula = 840 cc +
jumlah 1890 cc
Output:
BAB 1x180cc = 180 cc
BAK 6x 180cc = 1080 cc
IWL 30 x 2 x 11 = 660 cc
Muntah 10 cc
Suhu 1° (12%) x 1050 = 126 cc +
Jumlah 2056 cc
Jadi Balance cairan: Intake – Output = 1890 – 2056 = -166 cc/hari
4. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Subyektif : Tidak efektif Peningkatan
Ibu klien mengatakan bersihan jalan nafas produksi
“anaknya batuk dan tidak bisa sputum
mengeluarkan dahaknya”
Obyektif :
Hasil pemeriksaan yang didapat:
RR 21 x/menit, terdapat ronchi
pada intercosta empat dilapang paru
kanan.
Hasil pemeriksaan laboratorium:
11.760 µL
Obyektif :
Kesadaran composmetis, suhu
38°C, nadi 91 x/menit, RR 21
x/menit, konjungtiva anemis,
kelopak mata cekung, mukosa bibir
dan mulut lembab, cubitan dinding
abdomen kembali segera < 3 detik,
kapilery refill kembali <2 detik,
akral teraba hangat, balance cairan:
-166 cc/24 jam, dehidrasi sedang.
Pemeriksaan laboratorium: Ht:
31%, leukosit: 11.76 ribu/µL.
Widal :
Salmonella typhi O : 1/160,
Salmonella paratyphi AO : 1/80,
Salmonella paratyphi BO : 1/80.
Tubex: 2.00
Obyektif :
A. BB awal 12 kg, BB sakit 11 kg
(Penurunan BB 15,3%) dan
lingkar lengan 18 cm.
B. Hb 10.0 gram/dL
C. Rambut: Hitam berkilau, tidak
rontok dan mudah dicabut,
Konjungtiva anemis, tampak
bercak putih pada lidah
D. An. M tidak nafsu makan,
makanan hanya 5-6 sendok
yang dapat dihabiskan, muntah
10 cc dengan isi makanan,
sedangkan dirumah biasanya
An. M dapat menghabiskan 1
porsi.
Obyektif
Ibu klien tampak cemas dan
sering menanyakan keadaan dan
perkembangan anaknya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat membantu untuk mengklasifikasikan intervensi
keperawatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir. Setelah
melakukan pengkajian selanjutnya penulis merumuskan diagnosa keperawatan pada
An. M dengan thypoid sebagai berikut :
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
3. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
4. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang asing dan
prosedur tindakan)
5. Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua
tentang pencegahan penyakit thypoid.
C. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa perencanaan dirumuskan, tahap berikutnya adalah perencanaan.
Perencanaan adalah suatu tindakan profesional perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien. Perencanaan meliputi prioritas masalah yang sedang
dihadapi klien dan keluarganya. Dari masalah keperawatan yang ada, maka rencana
keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Lala
29 Mei 2016 2 Mengobservasi tanda-tanda vital klien larasati
08.00 Ds : ibu klien mengatakan “demamnya sudah
menurun”.
Do : Nadi 85x/menit
Suhu 36°C
RR 20x/menit
Lala
08.15 2 Mengkaji tanda-tanda dehidrasi larasati
Ds : ibu klien mengatakan “anaknya BAB 1x,
BAK 7x ±1 botol aqua lebih”.
Do : Konjungtiva an anemis
Kelopak mata tidak cekung
Kulit elastis
Urin 7x180 = 1260 cc
Lala
08.45 1 Mengauskultasi bunyi nafas tambahan larasati
Ds :
ibu klien mengatakan “ anaknya sudah tidak
batuk”
Do :
- Terdapat ronchi pada intercosta empat
dilapang paru kanan
O:
- RR 21 x/menit
- Suara nafas vesikuler
- Terdapat ronchi pada intercosta
empat sebelah kanan.
- Klien tampak menangis
- Klien tampak tidak mengikuti
A:
Inefektif bersihan jalan nafas teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Pemberian terapi oral vectrin 2x½
sendok obat
2. S: Lala
Ibu mengatakan larasati
“anaknya masih demam”
“anaknya BAB 1x, BAK 6x ±1 botol
aqua”.
“anaknya mual dan muntah 1x sekitar 10
cc berisi makanan”
O:
- Nadi 91x/mennit
- RR 21x/menit
- Suhu 38°C
- Mukosa mulut lembab
- Kapilary refil < 2 detik
- Konjungtiva anemis
- Mata tidak cekung
- Kulit elastis
- Kebutuhan cairan = 1050 cc/hari
10 x 100 = 1000
x 50 = 50
- Peningkatan suhu 1°
x 12/100 x 1050 = 126 cc
- IWL
30 x 2 x 11 kg = 660 cc
- Intake :
Minum 300 cc
Infus 750 cc
Susu formula 5 botol/24 jam 840
cc
- Output :
BAK 6x180 = 1080 cc
BAB 1x = 180 cc
IWL 660 cc
- Balance cairan
1890 – 2056 = - 166cc
- Ht L 31% (35-43%)
- Leukosit 11.76 ribu/µL
A:
Masalah defisit volume cairan
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Injeksi ceftriaxone 1x750
ml/iv (j: 06)
- Terapi oral puyer sanmol+dzp
4x1 bungkus (j: 06, 12, 18, 24)
- Terapi oral bufect 3x1 sendok
obat
3. S: Lala
larasati
Ibu mengatakan:
“anaknya mual dan muntah 1x sekitar 10
cc berisi makanan”
“anaknya nafsu makan menurun”
“anaknya makan habis 5-6 sendok”
“anaknya kalau dirumah biasanya habis 1
porsi, selama dirawat tidak pernah habis”
O:
A = BB awal 12 kg
BB sakit 11 kg
lingkar lengan 18 cm.
B = Hb 10.0 gram/dL
C = Rambut: Hitam berkilau, bersih, tidak
ada kotoran.
Mata: Konjungtiva anemis dan kelopak
mata tidak cekung
Mulut: Mukosa bibir lembab
Lidah: Terdapat bercak putih
status nutrisi 15,3% (Resiko).
D = makanan yang dihabiskan An. M 5-6
sendok, dirumah biasanya habis 1 porsi,
selama dirawat tidak pernah habis”
intake : makan ½x3 porsi
output : BAB 1x =180 cc
muntah 1x = 10 cc
A:
Masalah perubahan nutrisi teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
4. S: Lala
Ibu mengatakan larasati
“anaknya takut kalau melihat perawat dan
jarum suntik”
O:
-klien tampak tidak mau dan menangis
-klien tidak dapat bekerjasama
A:
Masalah takut pada anak teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
S: Lala
5. Ibu klien mengatakan: larasati
“tidak mengerti tentang penyakit yang
diderita anaknya”.
“setengah tahun yang lalu pernah
mengalami gejala penyakit thypoid tetapi
tidak dirawat
O:
Ibu klien tampak sudah memahami
tentang penyakit anaknya
A:
Masalah kecemasan pada orang tua
teratasi
P:
Hentikan intervensi
A:
Inefektif bersihan jalan nafas teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Pemberian terapi oral vectrin 2x½
sendok obat
2 S: Lala
Ibu mengatakan larasati
“anaknya masih demam”
“anaknya belum BAB, BAK 6x ±1 botol
aqua”.
O:
- Nadi 85x/mennit
- RR 20x/menit
- Suhu 39°C
- Mukosa mulut lembab
- Kapilary refill < 2 detik
- Konjungtiva anemis
- Mata tidak cekung
- Kulit elastis
- Kebutuhan cairan = 1050 cc/hari
10 x 100 = 1000
1 x 50 = 50
- IWL
30 x 2 x 11 kg = 660 cc
- Intake :
Minum 800 cc
Infus 750 cc
Susu formula 5 botol/24 jam
600 cc
- Output :
BAK 6x180 = 1080cc
BAB -
IWL 660 cc
- Balance cairan
- 2150-2244 = -94 cc
- Ht 38% (35-43%)
- Leukosit 11.76 ribu/µL
A:
Masalah defisit volume cairan teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Injeksi ceftriaxone 1x750 ml/iv
(j: 06)
- Terapi oral puyer sanmol+dzp
4x1 bungkus (j: 06, 12, 18, 24)
3 S: Lala
larasati
Ibu mengatakan
“anaknya nafsu makan menurun”
“anaknya makan habis 5-6 sendok”
“anaknya kalau dirumah biasanya habis 1
porsi, selama dirawat tidak pernah habis”
O:
A = BB awal 12 kg
BB saat ini 11 kg
lingkar lengan 18 cm.
B = Hb 10.0gram/dL (10.8-12.8 g/dL)
C = Rambut: Hitam berkilau, bersih,
tidak ada kotoran.
Mata: Konjungtiva an anemis dan
kelopak
mata tidak cekung
Mulut: Mukosa bibir lembab
Lidah: Tidak ada bercak putih
status nutrisi 15,3% (Resiko).
A:
Masalah perubahan nutrisi teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
4 S: Lala
larasati
Ibu mengatakan
ibu klien mengatakan “ anaknya tidak
nangis lagi karena sudah kenal dengan
perawatnya”
O:
-klien tampak tidak menangis
-klien dapat bekerjasama
A:
Masalah takut pada anak teratasi
P:
Hentikan intevensi intervensi
Minggu, S:
Ibu klien mengatakan Lala
1 29 Mei 2016 “anaknya sudah tidak batuk” larasati
15.00 O:
- RR 21 x/menit
- Tidak terdengar ronchi pada
intercosta empat sebelah kanan.
- Klien tampak miring kiri
- Klien tampak tenang saat
difisioterapi dada.
- Program dokter : konsul poli
THT
Hasil: hidung dan tenggorokan
tenang
A:
Inefektif bersihan jalan nafas teratasi
sebagian
P:
Hentikan intervensi
- Hentikan pemberian terapi oral
vectrin 2x½ sendok obat karena,
klien sudah tidak batuk.
2. S: Lala
ibu klien mengatakan: larasati
“demamnya sudah menurun”.
“anaknya BAB 1x,BAK 2x ±1 botol
aqua lebih”.
O:
- Nadi 85x/mennit
- RR 20x/menit
- Suhu 36°C
- Mukosa mulut lembab
- Kapilary refill < 2 detik
- Konjungtiva an anemis
- Mata tidak cekung
- Kulit elastis
- Kebutuhan cairan = 1050 cc/hari
10 x 100 = 1000
1 x 50 = 50
- IWL
30 x 2 x 11 kg = 660 cc
- Intake :
Minum 400 cc
Infus 500 cc
Susu formula 2 botol/8 jam 240
cc
- Output :
BAK 2x180 = 360cc
BAB 1x180 = 180 cc
IWL 660 cc
- Balance cairan
- 1200-1140 = 60 cc
- Ht 38% (35-43%)
- Leukosit 11.76 ribu/µL
A:
Masalah devisit volume cairan teratasi
P:
Hentikan intervensi
- Injeksi ceftriaxone 1x750 ml/iv
(j: 06)
- Pemberian terapi oral puyer
sanmol+dzp dihentikan karena
sudah tidak demam
- Pemberian terapi oral bufect
dihentikan karena sudah tidak
demam
3 S: Lala
larasati
Ibu mengatakan:
“anaknya nafsu makan bertambah”
“anaknya makan habis 1 porsi ”
O:
A = BB awal 12 kg
BB saat ini 11 kg
lingkar lengan 18 cm.
B = Hb 11.0gram/dL (10.8-12.8 g/dL)
C = Rambut: Hitam berkilau, bersih,
tidak ada kotoran.
Mata: Konjungtiva an anemis
dan kelopak
mata tidak cekung
Mulut: Mukosa bibir lembab
Lidah: Tidak ada bercak putih
status nutrisi 15,3% (Resiko).
A:
Masalah perubahan nutrisi teratasi
P:
Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas berbagai masalah dan kesenjangan yang diperoleh
dari kasus dengan landasan teoritis. Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar pada An.M dengan thypoid dilakukan sesuai dengan tahap-tahap proses
keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian keperawatan
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan kesulitan karena
ketersediannya format pengkajian, status klien, catatan keperawatan dan medis,
keluarga klien yang terbuka terhadap perawat, perawat ruangan yang membantu
dalam pengkajian dan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis. Pada saat
pengkajian penulis melakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi bio,
psiko, social, dan spiritual sebagai dasar dalam merumuskan diagnosa keperawatan
pada An.M.
Pada tahap pengkajian ini, penulis menemukan beberapa kesenjangan atau ketidak
sesuaian teori dengan kasus An.M. Perbedaan yang didapatkan antara lain: dari
hasil pengkajian didapatkan data ibu An.M mengatakan anak nya masih demam,
mual dan muntah, tidak mau makan dan batuk-batuk, sebelumnya klien minum es di
warung bersama teman nya. Ibu An.M cemas terhadap penyakit klien dan kurang
mengerti tentang penyakit Thypoid.
Pada pemeriksaan fisik didapat data: keadaan umum lemah dan sakit sedang,
kesadaran komposmetis, suhu 38°C, nadi 91 x/menit, RR 21 x/menit, BB 11 kg, TB
70 cm, LILA 18 cm, rambut: hitam berkilau, tidak rontok dan mudah dicabut,
konjungtiva anemis dan kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut
lembab, tampak bercak putih pada bercak lidah, cubitan dinding abdomen kembali
segera dan tidak kembung, terdapat ronchi pada intercosta empat di lapang paru
kanan, kapilery refill < 2 detik, kulit lembab dan elastis, akral teraba hangat, ibu
klien tampak cemas, ibu klien sering menanyakan keadaan dan perkembangan
anaknya klien tampak menangis, klien tampak takut dan memeluk ibunya saat
perawat datang dan melakukan tindakan. Balance cairan 1890 – 2056 = - 166 cc.
Hasil pemeriksaan laboraturium : Hemoglobin 10.0 gram/dL, Leukosit L11.760
/µL, Hematokrit L31%. Tes widal : salmonella typi O (+) 1/160, salmonella
paratypi AO (+) 1/80, salmonella paratypi BO (+) 1/80.
Pada tahap pengkajian ini ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang
ada, yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan Tubex hal ini dikarenakan dari hasil
pemeriksaan Widal dan manifestasi klinis klien seperti mual, muntah, suhu yang
fluktuatif dan pemeriksaan fisik ditemukan coated tangoe, sudah dapat
membuktikan tanda positif dari thypoid.
Adapun diagnosa keperawatan yang ada diteori tetapi tidak ada dikasus, yaitu:
Adapun diagnosa keperawatan yang ada di kasus tetapi tidak ada ditinjauan teoritis
adalah:
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum.
Pada diagnosa ini didapatkan data RR 21 x/menit, terdapat ronchi pada
intercosta empat dilapang paru kanan, leukosit 11.760 µL.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. Pada
diagnosa tersebut bersifat aktual, karena didapatkan data bahwa suhu 38°C, nadi
91 x/menit, RR 21 x/menit, konjungtiva anemis, kelopak mata cekung, mukosa
bibir dan mulut lembab, cubitan dinding abdomen kembali segera < 3 detik,
kapilery refill kembali <2 detik, akral teraba hangat, balance cairan: -166 cc/24
jam, status dehidrasi 8,3% (dehidrasi sedang), leukosit: 11.760/µL, Ht: 31%,
Salmonella typhi O : 1/160, Salmonella paratyphi AO : 1/80, Salmonella
paratyphi BO : 1/80. Tubex: 2.0.
3. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang asing dan
prosedur tindakan), karena didapatkan data klien tampak menangis, takut dan
memeluk ibunya saat perawat datang dan melakukan tindakan serta tampak
tidak koorperatif.
4. Resiko penyakit berulang berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua
tentang pencegahan penyakit thypoid. Diagnosa ini ditunjang dengan data ibu
klien tampak cemas dan sering menanyakan keadaan dan perkembangan
anaknya.
Adapun diagnosa keperawatan yang sesuai antara kasus dan teori adalah:
1. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat (muntah). Diagnosa tersebut didukung dengan data:
klien tidak nafsu makan, makanan hanya 5-6 sendok yang dapat dihabiskan,
muntah 10 cc dengan isi makanan, Hb: 10.0 g/dL, .BB sebelum sakit 12 kg, BB
saat sakit 11 kg, sehingga BB mengalami penurunan (15,3%) sehungga masalah
nutrisi masih bersifat resiko.
C. Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat pada
tinjauan teoritis dimana perencanaan adalah panduan tindakan yang akan dilakukan
oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan.
Pada pembuatan tujuan dan kriteria hasil untuk diagnosa tidak efektifnya bersihan
jalan nafas, penulis menyesuaikan dengan keadaan An.M karena masalah yang ada
pada klien adalah bersifat aktual dengan data yang sudah disebutkan, maka penulis
menentukan pencapaian waktu tujuan 1x24 jam, namun penulis melanjutkan
intervensi sampai dengan hari ketiga penulis praktek di Paviliun Badar, pada
pelaksanaan semua tujuan dan kriteria hasil hanya dapat teratasi sebagian, hal
tersebut disebabkan waktu penulis yang terlalu singkat dalam melakukan intervensi.
Pada diagnosa devisit volume cairan, penulis menyesuaikan dengan keadaan An.M
maka penulis menentukan pencapaian waktu tujuan 3x24 jam, pada pelaksanaan
semua tujuan dan kriteria hasil hanya dapat teratasi seperti suhu 36°, konjungtiva an
anemis, mukosa bibir lembab, kapilery refil < 2 detik, cubitan abdomen kembali
segera <3 detik dan kulit elastis.
Pada diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, pada pelaksanaan
semua tujuan dan kriteria hasil dapat teratasi seperti nafsu makan bertambah, makan
habis 1 porsi, lidah tidak terdapat bercak putih dari hasil biochemical data Hb: 10.0
g/dL. Dalam hal ini terjadi kesenjangan dalam pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan laboratorium dilakukan per 24 jam, sedangkan dalam teori
kepustakaan pada penderita thypoid hanya perlu dilakukan satu kali pemeriksaan
untuk memastikan klien menderita thypoid hal ini dilakukan karena meningkat dan
kembali normalnya hasil Hb: 11.0 g/dL.
Pada diagnosa takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisai sudah
teratasi semua tujuan dan kriteria hasil karena An.M sudah tidak menangis dan
dapat bekerjasama dengan perawat.
Pada diagnosa terakhir resiko terjadinya penyakit berulang, semua tujuan dan
kriteria hasil sudah semua tercapai. Jadi resiko penyakit berulang tidak terjadi lagi
dengan orang tua yang sudah memahami tentang pencegahan penyakit thypoid.
D. Pelaksanaan
Dalam masalah asuhan keperawatan pada An. M pada dasarnya telah dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat dengan memperhatikan kondisi
dan fasilitas yang ada diruangan. Dalam pelaksanaannya penulis berkolaborasi
dengan perawat yang ada di ruangan untuk mengatasi masalah keperawatan.
Untuk setiap diagnosa keperawatan, perawat ruangan sudah melakukan
pelaksanaannya sesuai rencana tindakan yang telah dibuat oleh penulis. Untuk
diagnosa takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi penulis hanya
melakukan pendekatan secara bertahap pada klien.
Dalam hal ini penulis tidak melakukan terapi bermain secara khusus pada An. M
dikarenakan memang sangat sulit melakukan pendekatan pada anak. An. M
menangis dan belum kooperatif, jadi penulis hanya menganjurkan keluarga untuk
selalu mensuport An. M dengan menonton film kesukaan dan membawa mainan.
E. Evaluasi
Evaluasi dinilai bedasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan. Adapun dalam mengevaluasi penulis menggunakan teknik SOAP
sehingga masalah terlihat apakah sudah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi
atau masalah tidak terjadi.
4. Diagnosa takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang asing
dan prosedur tindakan) masalah teratasi dikarenakan An. M sudah mau didekati
oleh perawat dan tidak menangis, serta kooperatif saat melakukan prosedur
tindakan.
A. Kesimpulan
Thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran, dengan dikuatkan oleh pemeriksaan widal atupun tubex
dan dengan manifestasi klinis yang khas seperti coated tangoe, demam naik turun
dan mual muntah. Pada penyakit thypoid yang diderita oleh An. M sudah
merupakan tanda positif dari thypoid yang ditandai oleh hasil pemeriksaan widal
positif 1/180 dan hasil pemeriksaan tubex 2.0 dengan manifestasi klinis yang sesuai
dengan teori yaitu mual, muntah dan demam yang naik turun.
Diagnosa yang dimunculkan pada An. M adalah tidak efektifnya bersihan jalan
nafas berhubungan peningkataan produksi sputum, defisit volume cairan
berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, resiko perubahan nurtisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, takut pada anak
berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang asing dan prosedur tindakan),
resiko penyakit berulang pada anak berhubungan dengan kurang pengetahuan pada
orang tua tentang pencegahan penyakit thypoid. Dalam penyusunan perencanaan
pada masalah keperawatan diatas mengacu pada kondisi klien saat ini sesuai dengan
kebutuhan Maslow dan harus mendahulukan diagnosa prioritas yaitu diagnosa yang
mengancam jiwa.
Pada saat mengembangkan rencana tindakan penulis tidak mendapatkan kesulitan
karena rencana tindakan disesuaikan dengan tinjauan teoritis. Dalam kasus ini,
prioritas masalah yang muncul adalah tidak efektif bersihan jalan nafas, dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada An.M selama 3 hari perawatan, belum
semua masalah dapat terselesaikan, sehingga penulis mengembalikan intervensi
untuk dilanjutkan oleh perawat ruangan. Adapun masalah yang sudah dapat
terselesaikan adalah devisit volume cairan, resiko perubahan nutrisi, takut pada
anak, resiko penyakit berulang.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang didapatkan, penulis menganggap perlu adanya
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan, agar dapat membantu klien untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keinginan penulis tersebut dituangkan
berupa saran yang diharapkan dapat membantu dalam peningkatan pemberian
asuhan keperawatan khususnya pada anak dengan thypoid.
1. Untuk perawat
Dalam melakukan tindakan keperawatan, diharapkan perawat melakukan
pendokumentasian secara lengkap dan lebih spesifik, agar perkembangan anak
dapat termonitor.
2. Untuk institusi
Dalam mengerjakan karya tulis ilmiah, dibutuhkan banyak sekali literatur
terupdate, fasilitas lain yang mendukung seperti wiffi, tempat untuk berdiskusi,
perpustakaan yang lebih memadai dengan menyediakan literatur yang sesuai dan
terbaru khususnya untuk literatur keperawatan anak.
3. Untuk penulis
Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan cara: banyak belajar dan membaca melalui literatur yang
terbaru dan terkini, agar tidak ketinggalan informasi.
Diharapkan keluarga meningkatkan perilaku hidup yang bersih dan sehat agar
kesehatan keluarga lebih optimal, serta memonitor anak untuk mengkonsumsi
makanan yang hgienis dan bergizi agar daya tahan tubuh anak meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika