Anda di halaman 1dari 24

Tugas Individu

DESAIN TUJUAN PEMBELAJARAN PAI

Tugas Komprehensif

Diajukan untuk Memenuhi dan melengkapi Tugas-Tugas komprehensif

Oleh:

YOBI NOVRIANSYAH
NPM. 1311010326

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H / 2017 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan
karunianya yang diberikan selama ini. Sholawat dan salam semoga tercurahkan
kepada junjungan kita Rasullullah SAW atas perjuangannya, pengorbanannya
untuk membimbing umat manusia menuju jalan yang lurus.

Makalah ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi tugas


Komprehensif yang berjudul “DESAIN TUJUAN PEMBELAJARAN PAI”.
Makalah ini disusun dengan mengacu kepada sumber buku, kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan bahan
pembelajaran.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh


karna itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersipat membangun
demi menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.

Akhirulkalam. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak yang


telah memberikan motivasi dan membantu menyusun makalah ini.

Bandar Lampung, 25 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................
Kata pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kompetensi Sikap Pengetahuan dan Keterampilan..............................
1. Pengertian kompetensi...................................................................
2. Ranah Kognitif...............................................................................
3. Ranah Afektif.................................................................................
4. Ranah Psikomotorik.......................................................................
B. Pengertian Standar Kompetensi............................................................
1. Pengertian Kompetensi Dasar........................................................
2. Langkah-langkah Perumusan Standar Kompetensi dan................
3. Kompetensi Dasar..........................................................................
4. Pengertian Indikator.......................................................................
5. Fungsi Indikator.............................................................................
6. Langkah-langkah Perumusan Indikator:........................................
C. Cara merumuskan Tujuan pembelajaran..............................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan menjadi hal yang utama dan pertama dalam meningkatkan
pengatahuan anak. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membuat
anak menjadi pandai dan dewasa sehingga dapat mengikuti pekembangan
zaman. Proses pendidikan harus diatur sedemikian rupa dalam rangka
mewujudnya anak didik yang pandai dan dewasa tersebut. Pendidikan akan
berlangsung dengan baik apabila dalam proses belajar mengajarnya
dipersiapkan terlebih dahulu. Beberapa hal disiapkan oleh pendidik agar
proses belajar mengajar tersebut dengan tujuan agar berjalan dengan lancar
dan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya dapat
tercapai.
Sebagai mahasiswa calon pendidik tentunya aktivitas-aktivitasnya
tidak dapat dilepaskan dengan proses pembelajaran sehingga harus
mengetahui tentang proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran
merupakan proses yang sistematis dimana setiap komponennya sangat
menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Proses pembelajaran juga
dikatakan sebagai suatu sistem dimana proses belajar mengajar saling
berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.Tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka perlu adanya dpersiapan
komponen-komponen pembelajaran.
Kegiatan menyiapkan komponen pembelajaran atau perencanaan
desain ini diharapkan dapat mempermudah dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan disertai dengan berbagai langkah antipatif
guna memperkecil kesenjangan yang terjadi. Oleh karena itu penyusunan
makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa calon pendidik untuk
memahami komponen pembelajaran terutama dalam kompeensi
pembelajaran.
 
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan?
2. Apa yang dimaksud standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator?
3. Bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompetensi Sikap Pengetahuan dan Keterampilan


1. Pengertian kompetensi
Menurut Muslich1, ada beberapa pengertian kompetensi menurut
beberapa ahli dan Depdiknas adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi menurut Hall dan Jones adalah pernyataan yang
menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat
yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kekampuan yang
dapat diamati dan diukur.
b. Sedangkan Spencer dan Spencer mengatakan bahwa kompetensi
merupakan karakteristik mendasar seseorang yang berhubungan
timbal balik dengan suatu kriteria efektif dan atau kecakapan terbaik
seseorang dalam pekerjaan atau keadaan. Ini berarti bahwa
kompetensi tersebut cukup mendalam dan bertahan lama sebagai
bagian dari kepribadian seseorang sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi tingkah laku seseorang ketika berhadapan dengan
berbagai situasi atau masalah; kompetensi dapat menyebabkan atau
memprediksi perubahan laku.
c. Richards menyebutkan bahwa istilah kompetensi mengacu pada
perilaku yang dapat diamati, yang diperlukan untuk menuntaskan
kegiatan sehari-hari dengan berhasil. Jika dilihat dari sudut pandang
ini, maka hasil pembelajaran seharusnya juga dirumuskan sesuai
dengan harapan pihak-pihak yang akan menggunakan lulusan sekolah
sehingga rumusannya berhubungan dengan tugas dan pekerjaan yang
kelak akan dikuasai peserta didik.

1
Muslich, M.. Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008). h.15-16
d. Sementara Pusat kurrikulum, Balitbang, Depdiknas memberikan
rumusan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan
dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak.
e. Kompetensi adalah seperangkat   pengetahuan,  keterampilan, dan
prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasi oleh
peserta didik   dalam pembelajaran (PP 74/2008). Peserta didik dalam
Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dengan tujuan meningkatkan
kompetensi peserta didik.

Menurut Muslich Apabila dianalisis lebih lanjut, kompetensi ini


terdiri atas beberapa aspek. Hal tersebut dapat dilihat oleh pembagain
menurut para ahli berikut2:

a. Bloom dkk (1956) menganalisis kompetensi ini menjadi tiga aspek,


yang masing-masing mempunyai tingkatan yang berbeda, yaitu
kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi
psikomotorik.
b. Sementara Hall dan Jones membedakan kompetensi menjadi lima
jenis yaitu kompetensi kognitif, yang meliputi pengetahuan,
pemahaman, dan perhatian; kompetensi afektif, yang meliputi nilai,
sikap, minat, dan apresiasi; kompetensi penampilan yang meliputi
demonstrasi keterampilan fisik dan psikomotorik; kompetensi produk,
yang meliputi keterampilan melakukan perubahan; dan kompetensi
eksploratif atau ekspresif, yang menyangkut pemberian pengalaman
yang mempunyai nilai kegunaan dalam prospek kehidupan.
c. Proses pembelajaran diperlukan untuk mengetahui pencapaian
kompetensi peserta didik selama proses pembelajaran. Kompetensi itu
2
Ibid.
sendiri merupakan tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002).
d. Definisi lain menyatakan kompetensi sebagai kemampuan yang dapat
dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku. Jadi, kompetensi merupakan integrasi
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang direfleksikan dalam
perilaku.

Berdasarkan paparan di atas, maka peserta didik dikatakan telah


mencapai kompetensi jika telah memenuhi domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik sesuai mata pelajaran yang diikutinya.

2. Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah hasil belajar yang berkenaan
dengan kemampuan pikir, kemampuan memperoleh pengetahuan,
pengetahuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan,
pengenalan, pemahaman,konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Secara singkat, ranah kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan
intelektual. menurut Bloom yang di kutip oleh Bundu mengklasifikasi
ranah hasil belajar kognitif atas enam tingkatan, mengingat (C1),
memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5), dan mencipta (C6). Berikut keterangan masing-masing kategori
Taksonomi Bloom yang telah direvisi3.

Tabel 1. Dimensi Aspek Kognitif

            Kategori Nama Lain Identifikasi


MENGINGAT—mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
1. Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan dalam
memori jangka panjang yang sesuai
3
Bundu, P. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains
SD. (Jakarta : Depdiknas, 2006). h
dengan pengetahuan tersebut.
Mengambil pengetahuan yang
2. Mengingat Kembali Mengambil
relevan dari memori jangka panjang.
MEMAHAMI—mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang
diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
1. Menafsirkan Merepresentasikan Merepresentasikan suatu kasus
2. Mencontohkan Memberi contoh Menemukan contoh kasus
Menentukan sesuatu dalam satu
3. Mengklasifikasikan Mengelompokkan
kategori
Membuat poin pokok dari suatu
4. Merangkum Menggeneralisasi
permasalahan
Membuat kesimpulan yang logis dari
5. Menyimpulkan Menyarikan
informasi yang diterima
6. Membandingkan Mencocokkan Menentukan hubungan antara dua ide
Membuat model sebab-akibat dari
7. Menjelaskan Membuat model
suatu sistem
MENGAPLIKASIKAN—menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu.
Menerapkan suatu prosedur pada
1. Mengeksikusi Melaksanakan
tugas yang familiar
Menerapkan suatu prosedur pada
tugas yang tidak familiar (contoh:
2. Mengimplementasikan Menggunakan
menggunakan hukum Newton kedua
padda konteks yang tepat)
MENGANALISIS—memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan
keseluruhan struktur atau tujuan.
Menyendirikan,
Memilah, Membedakan bagian materi pelajaran
1. Membedakan
Memfokuskan, yang relevan dari yang tidak relevan.
Memilih
Menemukan
Memadukan, Menentukan bagaimana elemen-
2. Mengorganisasi Membuat garis besar, elemen bekerja atau berfungsi dalam
Mendeskripsikan suatu struktur
peran,
Menentukan sudut pandang, nilai,
3. Mengatribusikan Mendekonstruksi
atau maksud di balik materi pelajaran
MENGEVALUASI—mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar.
Mengkoordinasi,
Menemukan kesalahan dalam suatu
1. Memeriksa Mendeteksi,
produk
Memonitor, Menguji
2. Mengkritik Menilai Menemukan kesalahan antara suatu
produk dan kriteria eksternal
MENCIPTA—memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan
koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil.
Membuat hipotesis berdasarkan
1. Merumuskan Membuat hipotesis
kriteria
Merencanakan prosedur untuk
2. Merencanakan Mendesain
menyelesaikan tugas
3. Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk

3. Ranah Afektif
Ranah penilaian hasil belajar afektif adalah kemampuan yang
berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajat penerimaan atau
penilaian suatu obyek. Menurut Bloom 1987 aspek-aspek domain afektif
ada 6, yaitu: menerima/mengenal, merespon/berpartisipasi, reaksi
terhadap gagasan, menilai/menghargai, mengorganisasi, dan
mengamalkan.

a. Menerima/mengenal, yaitu bersedia menerima dan memperhatikan


berbagai stimulus yang masíh bersikap pasif, sekedar mendengarkan
atau memperhatikan.
b. Merespons/berpartisipasi, yaitu keinginan berbuat sesuatu.
c. Reaksi terhadap gagasan, benda atau sistem nilai—lebih dari sekedar
mengenal.
d. Menilai/menghargai, yaitu keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu
gagasan, benda, atau cara berpikir tertentu mempunyai
nilai/harga/makna.
e. Mengorganisasai, yaitu menunjukkan keterkaitan antara nilai-nilai
tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana
mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada nilai lain.
f. Karakterisasi/internalisasi/mengamalkan, yaitu mengintegrasikan nilai
ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan, serta
perilakunya selalu konsisten dengan filsafat hidupnya tersebut.

4. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah
berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya4.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui dengan jelas peran


penting komponen kompetensi peserta didik dalam suatu proses
pembelajaran. Kompetensi peserta didik   dalam skenario pembelajaran
terumuskan dalam kompetensi inti, diukur dalam kompetensi dasar,
ukurannya terlihat dalam indikator pembelajaran, diaktualisasikan  
dalam   tujuan   pembelajaran   dan   peserta   didik yang melaksanakan
(Permendikbud No 81A Tahun 2013). Kompetensi peserta didik
mencakup kompetensi sikap, baik kompetensi sikap spiritual dan
kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan. Secara ideal, seharusnya dalam pelaksanaan proses
pembelajaran ketiga kompetensi tersebut dapat terlaksana dengan
seimbang. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut5:

4
“Aspek psikomotorik” (On-Line), tersedia di:
http://abazariant.blogspot.co.id/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html (29 oktober
2017)
5
“Kompetensi Sikap Pengetahuan dan Keterampilan” (On-Line), tersedia di:
http://unityofscience.org/kompetensi-sikap-pengetahuan-dan-keterampilan/ (29 oktober 2017)
Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan di
dalam penyusunan perangkat pembelajaran, idealnya sudah memuat ketiga
komponen itu, baik dari pemilihan materi, pemilihan pendekatan dan
metode pembelajaran, dan penilaian/evaluasi hasil belajar.

B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dan Indikator


1. Pengertian Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan semester. 6
Standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan
baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional.
Sedangkan standar kompetensi mata pelajaran sebagai pernyataan
tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai serta
tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu
mata pelajaran.7

6
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 22 Tahun 2006, Jakarta.
7
Abdul Majid, , Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, Bandung: Rosdakarya, 2007. hal. 50
Menurut Majid, standar kompetensi mata pelajaran dapat diartikan
sebagai kemampuan siswa siswi dalam:
a. Melakukan suatu tugas atau pekerjaan berkaitan dengan mata
pelajaran tertentu
b. Mengorganisasikan tindakan agar pekerjaan dalam mata pelajaran
tertentu dapat dilaksanakan
c. Melakukan reaksi yang tepat bila terjadi penyimpangan dari
rancangan semula
d. Melaksanakan tugas dan pekerjaan berkaitan dengan mata pelajaran
dalam situasi dan kondisi yang berbeda.8

2. Pengertian Kompetensi Dasar


Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang minimal harus dikuasai peserta didik untuk menunjukan bahwa
mereka telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan.9
Untuk memperoleh perincian tersebut perlu dilakukan analisis
standar kompetensi. Caranya dengan mengajukan pertanyaan:
“kemampuan atau kemampuan dasar apa saja yang harus dikuasai
siswa-siswi dalam rangka mencapai standar kompetensi?”. Jawaban atas
pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap pengetahuan, keterampilan,
dan atau sikap yang harus dikuasai siswa-siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi. Kompetensi dasar untuk setiap standar kompetensi
dapat berkisar antara 5 sampai 6 butir.
Pada proses analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada standar isi, harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat
kesulitan materi

8
Abdul Majid, Op.Cit., hal 42-43
9
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 22 Tahun 2006, Op. Cit.
b. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran
c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran. Demikian juga halnya kajian kompetensi dasar sama
dengan kajian standar kompetensi.10

3. Langkah-langkah Perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi


Dasar
Adapun langkah-langkah perumusan standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) sebagai berikut :
a. Guru perlu berpedoman atau mengambil rumusan SK dan KD yang
telah disusun oleh BSNP berdasarkan mata pelajaran yang diampu
b. Guru memilih SK dan KD yang telah dirumuskan oleh BSNP untuk
setiap mata pelajaran. Pemilihan SK dan KD harus disesuaikan
dengan jenjang pendidikan, mata pelajaran, dan semester. SK dan
KD yang diambil menjadi pedoman dalam mengembangkan
komponen-komponen silabus berikutnya.
c. Setelah SK dan KD dipilih, selanjutnya dilakukan analisis dengan
mengajukan pertanyaan dasar: “ Apa sajakah tanda-tanda bahwa
siswa –siswi telah menguasai kompetensi?”. Untuk memperoleh
jawaban terhadap pertanyaan dasar tersebut, dapat digunakan tiga
pertanyaan bantuan, berikut :
1) Pengetahuan apa sajakah yang harus dikuasai siswa-siswi.
Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat berupa konsep, fakta,
prosedur, prinsip, atau rumus dari body of knowledge ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan mata pelajaran.
2) Keterampilan apa sajakah yang harus dapat ditampilkan siswa.
Jawaban terhadap pertanyaan ini adalaha semua bentuk
keterampilan yang harus diperagakan siswa, sehubungan
10
Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman
Dan Pengembangan: Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala
Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, Dan Guru, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) hal. 55
dengan kompetensi yang sedang kita analisis. Keterampilan
dapat dipilah menjadi dua bagian yaitu: keterampilan yang
muara akhirnya berupa barang (product) dan keterampilan
yang muara akhirnya berupa penampilan kinerja
(performance).
3) Sikap atau perilaku apa sajakah yang dibatinkan dan
diterapkan siswa. Jawaban terhadap pertanyaan ini berupa
rumusan perilaku atau kebiasaan yang berkaitan dengan
penerapan sikap nilai dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Karena indikator yang hendak kita kembangkan bertumpu
pada kompetensi dasar dari mata pelajaran tertentu, maka
hendaknya dipilih sikap/perilaku yang berhubungan dengan
mata pelajaran tersebut, terutama dengan kompetensi
bersangkutan.
Terkait dengan ketiga aspek diatas, maka Bloom Hisyam
Zaini menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek, dengan
tingkatan yang berbeda-beda setiap aspeknya, yaitu
kompetensi:
a) Kognitif, meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
b) Afektif, meliputi pengenalan, pemberian proses,
penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian, dan
pengamalan.
c) Psikomotorik, meliputi peniruan, penggunaan,
penggunaan, ketepatan, perangkaian, dan kreativitas. 11
d. Pada proses perumusan SK dan KD perlu memilih kata-kata kerja
umum operasional berdasarkan level kompetensi pembelajaran.
e. Pada proses perumusan dan pengembangan SK dan KD. Guru perlu
memerlukan tingkat kompetensi yang diharapkan tercapai oleh siswa

11
Bloom dalam Hisyam Zaini, Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi, (IAIN Sunan
Kalijaga: Center For Teaching Staff Development, 2002). hal. 79-83
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Penentuan tingkat
kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, juga perlu
mempertimbangkan kemampuan awal siswa. Jika kompetensi yang
telah disusun tidak memenuhi kemampuan awal siswa, maka
kompetensi tersebut hanya sia-sia dan tidak mungkin tercapai oleh
siswa.12

4. Pengertian Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai
pedoman atau acuan dalam penyusun alat penilaian. 13 Indikator adalah
kompetensi dasar yang secara spesifik dapat dijadikan ukuran untuk
mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Karena indikator
merupakan KD yang spesifik, apabila serangkaian indikator dalam suatu
kompetensi sudah dapat terpenuhi berarti target kompetensi dasar
tersebut sudah terpenuhi.
Adapun pertimbangan dalam pengembangan indikator adalah :
a. Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
b. Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan
terobservasi. Indikator juga digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.14
5. Fungsi Indikator
Ada beberapa fungsi indikator yang dengannya menjadikan
penting pada perumusan indikator dalam penyusunan silabus. Fungsi-
fungsi tersebut yaitu:

12
Kasful Anwar Dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP,
(Bandung: Alfabeta, 2011). hal. 75-83
13
Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, (Jakarta, 2006). hal. 15
14
Ibid.
a. Sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan
perilaku pada siswa, yang mana tanda-tanda tersebut akan lebih
spesifik dan dapat diamati pada diri siswa setelah siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran.
b. Sebagai pedoman dalam menyusun alat ukur. Alat ukur tersebut
dapat dijadikan sebagai alat pembuktian bagi keberhasilan siswa
dalam mencapai standar kelulusan yang telah ditentukan.
c. Sebagai pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.
Penentuan materi pembelajaran ini harus sesuai dengan indikator
yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dan
akurat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi
pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran, potensi dan kebutuhannya baik kebutuhan peserta didik,
sekolah ataupun lingkungan.
d. Sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pembelajaran.
Rencana pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar
kompetensi dapat dicapai secara maksimal.
e. Sebagai pedoman dalam mngembangkan bahan ajar. Bahan ajar
merupakan materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh karena itu,
pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai dengan tuntutan
indikator, sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi
secara maksimal.
f. Sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian
hasil belajar.
Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk
dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian.
Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator
pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan
KD.15

15
Abdul Majid, Op. Cit., hal.53
Sedangkan fungsi indikator menurut DikNas adalah untuk
memudahkan guru dalam mengukur atau mengetahui ketercapaian
kompetensi dasar. Oleh karena itu, indikator juga dapat bermanfaat
sebagai:
 Acuan dalam pengembangan instrumen penilaian
 Acuan dalam pemilihan atau pengembangan bahan ajar
 Acuan dalam penentuan kegiatan atau pengalaman
pembelajaran, dan
 Acuan dalam penentuan alat, bahan, media dan sumber
belajar.16

6. Langkah-langkah Perumusan Indikator:


a. Menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD yang telah
dirumuskan atau dikembangkan sebelumnya.
b. Menganalisis karakteristik mata pelajaran, keragaman kompetensi
siswa, dan potensi sekolah.
c. Menganalisis kata-kata operasional dalam merumuskan indikator.
d. Penggunaan kata-kata operasional dalam rumusan SK dan KD di
atas, biasanya dikembangkan dengan menggunakan level-level
kompetensi yang relevan. Artinya pengembangan indikator harus
mengakomodasi kompetensi yang sesuai dengan tendensi perumusan
SK dan KD.
Jika perumusan SK dan KD-nya lebih menonjol aspek
keterampilan, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai
kemampuan keterampilan yang diinginkan, apabila afektif yang
ditonjolkan maka indikator yang dirumuskan harus mencapai level
kompetensi afektif yang diinginkan.17

16
Direktorat Pembinaan SMP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Panduan Pengembangan
RPP. (Jakarta: Depdiknas, 2006).
17
Kasful Anwar dan Hendra Harmi, Op. Cit., hal. 90-98
Adapun dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangkan:
 Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam Kompetensi Dasar.
 Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah
 Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan
atau daerah.
C. Cara merumuskan Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran merupakan arah
yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas pembelajaran. Maka, tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual,
dan terukur. Tujuan pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang
hendak harus dicapai dalam pembelajaran. Di samping itu, tujuan
pembelajaran dijadikan acuan dalam pemilihan jenis materi, strategi, metode,
dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Terdapat empat unsur pokok dalam perumusan tujuan pembelajaran,
diantaranya :
1. Audience
Secara bahasa audience berarti pendengar. Dalam konteks
pembelajaran yang dimaksud audience adalah siswa. Audience
merupakan subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Maka, dalam
tujuan pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai subjek sekaligus
objek dalam pembelajaran.
2. Behavior
Behavior adalah tingkah laku atau aktivitas suatu proses. Dalam
konteks pembelajaran, behavior nampak pada aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran tanpa adanya tingkah laku
atau aktivitas dari siswa tidak mungkin dilakukan. Dalam perumusan
tujuan pembelajaran gambaran behavior aktivitas siswa ditulis
menggunakan kata kerja operasional seperti: menyimak, menyebutkan,
membedakan, menjelaskan, dan masih banyak lagi. Penggunaan kata
kerja operasional dalam suatu tujuan pembelajaran tidak boleh lebih dari
satu. Artinya dalam sebuah aktivitas pembelajaran, siswa tidak boleh
melakukan lebih dari satu perbuatan. Maka, siswa harus fokus pada satu
perbuatan agar pembelajaran lebih optimal.
3. Condition
Condition atau kondisi diartikan sebagai suatu keadaan. Dalam
konteks pembelajaran, condition adalah keadaan siswa sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas pembelajaran, serta persyaratan yang perlu
dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai. Dalam perumusan
tujuan pembelajaran, condition ditulis dalam bentuk kata kerja. Kata
kerja yang dimaksud adalah aktivitas yang harus dilakukan siswa agar
tercapai suatu perubahan perilaku yang diharapkan.
4. Degree
Dalam konteks ini degree berarti suatu perbandingan. Hal ini
dimaksudkan untuk membandingkan kondisi sebelum dan setelah belajar.
Degree juga merupakan tingkat penampilan yang dapat dilakukan oleh
siswa setelah melalui suatu rangkaian proses pembelajaran. Tingkat
degree bergantung pada bobot materi yang akan disajikan, serta sejauh
mana siswa harus menguasai suatu materi atau menunjukan suatu tingkah
laku.

Berikut merupakan contoh dari tujuan pembelajaran yang baik dan


benar pada pembelajaran PAI pada SMP Kelas VII Semester satu:

Kompetensi Dasar: 9.1 Menjelaskan pengertian shalat jama’ah dan


munfarid. Dari Kompetensi Dasar tersebut, maka tujuan pembelajaran
adalah:
Tujuan pembelajaran: Setelah pembelajaran ini, peserta didik mampu
menjelaskan pengertian shalat jama’ah dan munfarid secara baik dan
benar.
Apabila diuji dengan format ABCD di atas, maka dapat dirinci
sebagai berikut:
Audience = peserta didik
Behavior = mampu menjelaskan pengertian shalat jama’ah dan munfarid
Condition = setelah pembelajaran ini
Degree = secara baik dan benar
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif.  Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (syntesis)
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
2. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih
rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
a. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)
b. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi
aktif”
c. Valuing (menilai atau menghargai)
d. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
e. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan 
suatu nilai atau komplek nilai)

3. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan


(skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan
dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya.
4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
5. Tujuan pembelajaran merupakan komponen penting dalam melaksanakan
pembelajaran. Apabila pendidik tepat dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan arah
yang jelas dan tujuan yang akan dicapai.

B. Saran
Dalam pembahasan makalah ini pemakalah menyadari bahwa masih
banyak kekurangan, oleh sebab itu pemakalah mengharapkan kritikan dan
saran dari pembaca, terutama kepada bapak dosen yang ber-sangkutan atas
kritikan dan sarannya pemakalah ucapkan banyak-banyak terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru, Bandung: Rosdakarya, 2007.

Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan, Jakarta, 2006.

Bloom dalam Hisyam Zaini, Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi, IAIN


Sunan Kalijaga: Center For Teaching Staff Development, 2002.

Bundu, P. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran


Sains SD. Jakarta : Depdiknas, 2006.

Direktorat Pembinaan SMP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Panduan


Pengembangan RPP. Jakarta: Depdiknas, 2006.

Kasful Anwar Dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP,


Bandung: Alfabeta, 2011.

Masnur Muslich Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta:


Bumi Aksara, 2008.
, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar
Pemahaman Dan Pengembangan: Pedoman Bagi Pengelola Lembaga
Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah,
Dewan Sekolah, Dan Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 22 Tahun 2006, Jakarta.

http://abazariant.blogspot.co.id/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-
psikomotor.html

http://unityofscience.org/kompetensi-sikap-pengetahuan-dan-keterampilan/

Anda mungkin juga menyukai